Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187531 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kartika Sari Dewi
"Memasuki masa usia lanjut menimbulkan stresor tersendiri bagi individu. Penyesuaian yang terus-merems harus dilakukan agar mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Akan tetapi, penurunan kondisi fisik secara degeneratif sering disalahartikan oleh masyarakat sebagai penurunan kesehatan mental dan kualitas hidup. Lansia juga harus menghadapi kenyataan kurangnya fasilitas umum maupun pelayanan kesehatan yang memadai. Hal ini membuat lansia semakin sulit mempertahankan kesehatan mental, sehingga tidak jarang muncul kasus depresi Lima belas dari Seratus orang lansia mengalami depresi klinis, yang kebanyakan penderitanya adalah lansia yang menderita sakit fisik. Selain itu, kebanyakan lansia yang mengalami depresi adalah mereka yang merasa teerisolasi secara sosial atau kehilangan malcna perannya di masyarakat dan merasa kekurangan dukungan emosional dari lingkungan terdekatnya, terutama keluarga. Padahal tidak Sedikit dari mereka yang berada pada sistem jaringan dukungan sosial yang kuat. Selain itu, diketahui bahwa sebagian besar lansia yang mengalami depresi akan berusaha menyangkal kondisi depresinya agar tidak tampak Iemah atau aneh. Tidak sedikit Iansia juga sulit mengungkapkan kondisi depresi yang dialaminya karena kurang memahami sistem-sistem depresi yang diungkap dalam alat ukur depresi standar, seperti BDI. Menglngat depresi bukanlah suatu kondisi wajar yang harus dialami lansia dan semakin pesatnya pertambahan jumlah lansia dewasa ini, peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penerimaan dukungan sosial dan intensitas sakit terhadap tingkat depresi yang dialami lansia yang menderita sakit. Dalam penelitian ini juga dikembangkan Skala Peneeirimaan Dukungan Sosial pada Lansia yang Menderita. Sakit (PDS), yang diharapkan mampu mengetahui sejauhmana penerimaan dukungan sosial pada lansia yang menderita sakit dan sejauhmana PDS mampu memprediksikan lansia tersebut masuk dalam kelompok yang mengalami depresi atau tidak. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dengan 36 subjek, yang memiliki karakteristik berusia 60 tahun ke atas, tidak tinggal di panti werdha, memiliki riwayat penyakit akut atau kronis, dapat membaca dan menulis Bahasa Indonesia, dan berdomisili di wilayah Semarang, Jawa Tengah. Alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua skala, yaitu Skala Penerimaan Dukungan Sosial pada Lansia yang Menderita Sakit (PDS), yang disusun peneliti dan Beck Depression Invenlory (BDI), yang telah terstandansasi untuk mengetahui profi1 depresi subjek penelitian. Hipotesis penelitian ini adalah ada pengaruh penerimaan dukungan sosial dan intensitas Sakit terhadap tingkat profil BDI pada Lansia yang menderita sakit. Data penelitian tersebut akan dianalisis dengan bantuan SPSS for Windows versi 11.0. Untuk menguji hipotcsis digunakan analisis regresi berganda dan analisis dikriminan., sedangkan untuk analisis tambahan digunakan analisis desknptif dengan menghitung distribusi frekuensi data. Hasil penelitian ini menunjukkan koefisien korelasi sebesar -0,819 dengan t hitung = 8,041 dan sig.= 0,000 untuk prediktor Penerimaan Dukungan Sosial pada Lansia yang Menderita Sakit, serta koeiisien korelasi sebesar 0,344 dengan t hitung = 1,866 (t tabel = 2,0322). Adapun R square = 0,702. Hasil tcrscbut mcnunjukkan bahwa ada pengamh negatif yang sangat signiiikan pada Penerimaan Dukungan Sosial pada Lansia yang Menderita Sakit terhadap Profil BDI subjek. Selain itu, ada pengaruh yang tidal-c signitikan pada Intesitas Sakit terhadap Profil BDI subjek. Akan tetapi, keduanya memiliki sumbangan sebesar ‘70,2% dalam memprediksi profil BDI Subjek. Dengan menggunakan analisis diskriminan, diketahui bahwa Skala PDS dapat memprediksi perbedaan antara kelompok subjek penelitian yang tidak mengalami depresi dengan kelompok yang mengalami depresi. Akan tetapi, fungsi diskriminan tersebut dapat memprediksi perbedaan dengan baik apabila mempertimbangkan intensitas sakit yang dialami subjek. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa ada pengaruh penerimaaan dukungan sosial dan intensitas sakit terhadap profil BDI pada Lansia yang menderita sakit. Selain itu, diungkapkan bahwa Skala PDS dapat memprediksi perbedaan antara kelompok subjek penelitian yang tidak mengalami depresi dengan kelompok yang mengalami depresi. Akan telapi, fungsi diskriminan tersebut dapat memprediksi perbedaan dengan baik apabila mempertimbangkan intensitas sakit yang dialami subjek. Bagi pencliti berikutnya, disarankan untuk melakukan penelitian serupa dengan pendekatan kualitatif sehingga diharapkan akan lebih tergali mengenai keterlibatan pasangan atau keluarga, mengingat lingkungan sosial disekitarnya sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia Selain itu, diharapkan pula terungkap perubahan peran gender pada lansia laki-Iaki dan perempuan serta pengaruh budaya yang melatarbelakangi kehidupan lansia tersebut. Peneliti berikutnya juga diharapkan mempertimbangkan kembali faktor-faktor lain, seperti faktor kepribadian dan faktor biologis pada Iansia dalam penelitian selanjutnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T38782
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ollyvia Freeska Dwi Marta
"ABSTRAK
Depresi merupakan permasalahan mental yang sering terjadi pada lansia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 4 Jakarta Selatan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif. Sampel berjumlah 63 lansia yang tinggal di PSTW Budi Mulia 4 Jakarta Selatan yang diambil secara purposive sampling. Analisa univariat menggunakan uji proporsi dan analisa bivariat menggunakan uji Chi-Square untuk mengetahui hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan tingkat depresi. Hasil penelitian menunjukkan lansia yang mengalami depresi sebesar 41,3% dan yang tidak mengalami depresi sebesar 58,7%. Analisa bivariat ditemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat depresi dengan usia, jenis kelamin, riwayat penyakit, status perkawinan, pekerjaan sebelum tinggal di panti, dan dukungan keluarga (pvalue ≥ 0,05). Penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi tingkat depresi pada lansia seperti faktor dukungan sosial.

Abstract
Depression is a mental disorder that happens in elderly. This study purposed to know elderly depression level and examine what factors that affecting depression. This research used descriptive correlative design. Samples were 63 elderly in Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Jakarta Selatan by purposive sampling technique. Proportion test was used to univariate analysis and Chi-Square test was used to know relationship between internal and external factors with depression. The results showed elder people who got depression were 41,3% and who did not get depression were 58,7%. Bivariate analysis showed that there was no significant relationship between depression and age, gender, illness history, marital status, occupation, and family support (pvalue ≥ 0.05). The researcher suggest for next research to observe another factors that affecting depression in elderly."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43163
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Turnip, Maria
"Stress psikososial dialami oleh klien kanker. Penelitian ini mengeksplorasi pengalaman konflik, ansietas, dan depresi pada klien kanker setelah satu tahun didiagnosa dan mendapat terapi. Pengumpulan data melalui wawancara mendalam menggunakan pertanyaan semi terstruktur pada 15 partisipan di poliklinik rumah sakit umum pusat di Bandung.
Didapatkan delapan tema, yaitu: kecemasan terhadap penyebaran dan kekambuhan penyakit, perubahan relasi dengan pasangan, ?labelling? dari diri sendiri dan orang lain, ketidaknyamanan fisik dan psikologis selama proses pengobatan, konsep diri, religius/spiritual, merahasiakan penyakit dan keluhan, dan defisit informasi. Dari delapan tema, ditemukan empat tema yang bukan merupakan konflik, ansietas, dan depresi.
Kesimpulan: konflik, ansietas dan depresi mempengaruhi kondisi klien.

Psychosocial distress emerges in cancer disease. This research explores experience of conflict, anxiety, and depression in one year cancer survivor. Data were collected through in-depth semi structured interviews with fifteen participants when seeking treatment at a public hospital in Bandung.
There eight themes emerge: anxiety about cancer's spread and recurrence, changing relationships with a partner, 'labeling' from oneself and others, physical and psychological discomfort along treatment, self-concept, religious/spiritual, hiding diagnose and complain, and deficit information about cancer. But, four themes among were not characterized with conflict, anxiety, and depression.
Conclusions: conflict, anxiety, and depression impact condition of the client cancer."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T44788
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sartika Irsa Putri
"ABSTRAK
Depresi merupakan masalah psikososial yang sering terjadi pada lansia akibat ketidakmampuan adaptasi masa tua. Namun, melakukan aktivitas fisik dapat mencegah timbulnya masalah psikososial pada lansia. Desain penelitian ini menggunakan deskriptif cross sectional dengan teknik purposive sampling yang bertujuan untuk melihat gambaran tingkat depresi lansia yang melakukan senam. Pengumpulan data menggunakan instrumen Geriatric Depression Scale dan absensi kehadiran senam. Hasil penelitian terhadap 74 lansia yang mengikuti senam didapatkan mayoritas 65% lansia yang aktif senam tidak mengalami depresi sedangkan 58,8% lansia yang tidak aktif senam lebih banyak mengalami depresi ringan. Oleh karena itu, perawat dan petugas panti perlu memotivasi lansia untuk melakukan senam lansia secara rutin sehingga dapat menurunkan kejadian depresi di panti.

ABSTRACT
Depression is a psychological problem that often occurs in the elderly due to inability to adapt to the aging. However, depression can be prevented by undertaking physical exercise activity. The aim of this study was to describe the level of depression in elderly who perform physical exercise. The design of this study was descriptive cross sectional study with purposive sampling technique. Data were collected using instruments Geriatric Depression Scale and observation form of physical exercise. The result showed that 74 elderly who undertook physical exercise 65% did not experience depression, while 58.8% who did not perform exercise experienced mild depression. Nurses and social workers should motivate elderly to get into physical exercise in order to reduce the incidence of depression in aged-care institution."
2015
S60963
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Mutiara Briliantinna
"Latar belakang: Gangguan Depresi pada pasien pasca IMA sering tidak terdeteksi. Hanya 25% kasus depresi pasca IMA yang terdiagnosis dan hanya 30% yang mendapat pengobatan yang memadai. Dari berbagai penelitian didapatkan bila depresi tidak ditangani dengan baik maka dapat memperburuk prognosis, meningkatkan risiko kematian dan memperlambat penyembuhan. Faktor risiko lain dalam terjadinya IMA adalah faktor pola perilaku. Berdasarkan penelitian perilaku tipe A mempunyai risiko lebih tinggi untuk mengalami penyakit jantung dibandingkan dengan perilaku tipe B. Sekitar 37-45% penderita iskemi miokard dicetuskan oleh stresor psikososial yang bila tdak diatasi dengan baik dapat berlanjut menjadi infark miokard. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan antara derajat keparahan IMA dan stresor psikososial dengan Gangguan Depresi pada pasien pasca IMA yang mempunyai perilaku tipe A.
Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional terhadap 136 responden berusia 25-60 tahun yang datang ke PoIiklinik Jantung Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta dan memenuhi kriteria inkiusi. Instrumen yang digunakan adalah Videotaped Clinical Examination (VCE) perilaku tipe A, Structured CIinical Interview for DSM-IV Axis-1 Disorder (SLID) dan kuesioner stresor psikososial dari Irwin G. Sarasan.
Hasil: Dari 136 responden sebesar 57,4% pasien mengalami depresi. Proporsi Gangguan Depresi tertinggi ditemukan pada responden IMA derajat berat dan sangat berat (69%). Pada responden terdapat hubungan antara derajat keparahan IMA dengan Gangguan Depresi (p=0,008) dan terdapat hubungan antara stresor psikososial dengan Gangguan Depresi (p<0,001). Hasil analisis regresi logisitik didapatkan keparahan IMA berat dan sangat berat merupakan faktor yang paling dominan dalam meningkatkan risiko untuk mengalami Gangguan Depresi pada responden (odds ratio 4,6) sedangkan stresor psikososial (odds ratio 1,4).
Simpulan: Derajat keparahan IMA dan stresor psikososial adalah faktor yang berperan dalam meningkatkan risiko untuk mengalami Gangguan Depresi pada pasien pasca IMA yang mempunyai perilaku tipe A.

Background: Depression disorders in post acute myocard infarct (ANTI) patients are frequently not detected. Only 25% of the post AMI cases that have been diagnosed and only 30% of those received adequate treatment. Based on a variety of studies, if depression is not properly handled, the prognosis will become worse augmenting the risk of mortality and slowing down the recovery. Another risk factor in the induction of AMI is a behavior pattern factor. Based on the study, type a behavior runs a higher risk for developing cardiac disease than type B behavior. Approximately 37-45% of the cases, myocard ischemia triggered by unresolved psychosocial stressors could lead to AMI. The purpose of this study was to find out the correlation between the severity degree of AMI and psychosocial stressors with depression disorders in post AMI patients who were identified to have type a behavior.
Method: This study was cross-sectional involving 136 respondents aged 25 to 60 years who presented to the cardiac poly of Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta. The respondents fulfilled the inclusion criteria. The instruments employed were VCE of type a behavior SCID and psychosocial stressor questionnaire from Irwin C. Samson.
Result: Out of 136 respondents, 57.4% of them had depression. The biggest proportion of depression disorder was found in severe and very severe myocard infarct respondents (69%). In the respondents, association between the severity degree of AMI and depression disorder was found; there was association between psychosocial stressors and depression disorder (p <0.081). The result of the Logistic regression revealed that severe and very severe AMI was the most dominant factor in increasing the risk for developing disorder in the respondents (odds ratio 4.6). Whereas psychosocial stressors had the odds ratio 1.4.
Conclusion: The severity of AMI and psychosocial stressors are the two factors that have a role in increasing the risk for developing depression disorder in AMI patients with type A behavior."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A.A. Ayu Rani Puspadewi
"[Depresi dapat dialami oleh setiap orang, salah satunya lansia dimana pada lansia
memiliki konsekuensi fungsional yang lebih serius. Mulai dari dampak negatif
kualitas hidup hingga bunuh diri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara depresi dengan kualitas hidup lansia. Sampel penelitian adalah
lansia >60 tahun yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1
Jakarta, mampu berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, serta bersedia menjadi
responden. Jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional
dengan metode simple random sampling dengan melibatkan 101 lansia. Hasil
penelitian menunjukkan adanya hubungan antara tingkat depresi dengan kualitas
hidup lansia (p=0,017; α=0,10). Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk
pengembangan ilmu keperawatan ke depannya terkait pencegahan penurunan
kualitas hidup dengan cara menangani depresi lansia. Selain itu, penelitian
selanjutnya diharapkan dapat melakukan studi mengenai dukungan lingkungan
dan kelemahan fungsional terhadap kejadian depresi, studi tentang sebab dan
akibat depresi, maupun observasi pola koping lansia di panti.;Depression could experienced by each person, such as elderly whose fuctional consequences is experienced more serious. First state, negative effect of quality of life and the worst one is suicidal. The purpose of this research is to find out the relationship between depression and quality of life in elderly. Sample of this research is elderly aged 60 and over who live at Institutionof Elderly Budi Mulia 01 Jakarta, speak Bahasa, and approve to be respondent. This research use cross sectional study design with simple random sampling method which involves 101 elderly. The result of this study show that there is significant relation between level of depression and quality of life in elderly (p=0.017; α=0.10). This research is expected to be useful for nursing science development in the future, spesificly on preventive of quality of life decreased by handling depression in elderly. Despite of that, the next research is expected to find out the environment support and functional decreased toward depression experience, study of cause and effect of depression, and observation of elderly?s coping pattern at nursing home., Depression could experienced by each person, such as elderly whose fuctional consequences is experienced more serious. First state, negative effect of quality of life and the worst one is suicidal. The purpose of this research is to find out the relationship between depression and quality of life in elderly. Sample of this research is elderly aged 60 and over who live at Institutionof Elderly Budi Mulia 01 Jakarta, speak Bahasa, and approve to be respondent. This research use cross sectional study design with simple random sampling method which involves 101 elderly. The result of this study show that there is significant relation between level of depression and quality of life in elderly (p=0.017; α=0.10). This research is expected to be useful for nursing science development in the future, spesificly on preventive of quality of life decreased by handling depression in elderly. Despite of that, the next research is expected to find out the environment support and functional decreased toward depression experience, study of cause and effect of depression, and observation of elderly’s coping pattern at nursing home.]"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S58899
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilda Meriyandah
"

Depresi Pascamelahirkan merupakan masalah yang berhubungan dengan proses kelahiran. Perasaan sedih, tertekan, dan timbulnya keinginan untuk menyakiti diri sendiri merupakan tanda dari adanya masalah ini. Penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa angka kejadian depresi pascamelahirkan menyentuh angka 10-34%

dan sebanyak 55,7% disebabkan minimnya dukungan pasangan. Desain penelitian ini adalah analitik deskriptif dengan pendekatan cross-sectional menggunakan sampel ibu postpartum di wilayah Depok sebesar 92 responden yang dipilih dengan teknik random sampling. Instrumen yang digunakan adalah Partner Support Questionnaire dan Edinburgh Postnatal Depression Scale.

Hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa usia, status pekerjaan, status kehamilan, komplikasi persalinan, dan status tinggal bersama memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian depresi pascamelahirkan. Sedangkan tingkat pendidikan, paritas, dan dukungan pasangan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian depresi pascamelahirkan. Dari hasil ini menunjukkan bahwa dukungan pasangan tidak menjadi penyebab utama kejadian depresi pascamelahirkan di Kota Depok, karena dukungan sosial dari sumber lain juga banyak didapatkan oleh responden. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat

untuk meningkatkan pendampingan kepada ibu hingga masa pascamelahirkan.


Postpartum depression is a problem associated with the birth process. Feeling sad, depressed, and a desire to harm herself are some signs of this problem. Researches in various countries indicate that the incidence of postpartum depression touched 10-34% and as much as 55.7% due to the lack of spousal support. Design of this study is a descriptive analytic, cross-sectional, and the sample are postpartum mothers in Depok, about 92 respondents who selected by the random sampling technique. The instrument was a Partner Support Questionnaire and the Edinburgh Postnatal Depression Scale.

The results of the study were analyzed using univariate and bivariate analysis. The results of

this study found that age, employment status, pregnancy status, delivery complications, and status of living together have a significant relationship with the incidence of postpartum depression. While the level of education, parity, and partner support has no significant relationship with the incidence of postpartum depression. From these results indicate that spousal support is not the main cause of the incidence of postpartum depression in Depok, because social support from other sources may also be obtained by most of respondents. The results of this study are expected to increase public awareness to increase assistance to the mother until the postpartum period.

"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S55385
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arshita Auliana
"[ABSTRAK
Latar Belakang: Pasien DM dengan ulkus kaki lebih banyak yang mengalamidepresi dan memiliki kualitas hidup yang buruk. Dalam tatalaksana ulkus kaki diabetic perlu diperhatikan faktor psikososial karena diperkirakan dapat mempengaruhi penyembuhan luka melalui induksi gangguan keseimbangan neuroendokrin-imun. Beberapa penelitian mengenai pengaruh depresi pada proses penyembuhan ulkus diabetik telah dilakukan dengan hasil yang masih kontroversial.
Tujuan: Mengetahui pengaruh depresi terhadap proses perbaikan infeksi ulkus kaki diabetik, serta tingkat depresi pada pasien ulkus kaki diabetik rawat inap.
Metode: Observasional, kohort prospektif, terhadap 95 pasien ulkus kaki diabetic terinfeksi yang dirawat di RSCM dan RS jejaring dalam kurun waktu penelitian, terbagi 2 kelompok yaitu kelompok depresi dan kelompok tidak depresi. Data klinis, penilaian depresi, dan data laboratorium diambil saat pasien masuk rumah sakit kemudian dinilai perbaikan infeksi ulkus kaki diabetik dalam 21 hari masa perawatan. Dilakukan analisis bivariat dengan uji Chi-square berdasarkan batas kemaknaan (α) sebesar 5% dan analisis multivariat.
Hasil: Dari 95 subyek penelitian, 38 orang (40%) masuk dalam kelompok tidak depresi, sedangkan kelompok depresi terdiri atas 57 orang (60%). Subyek perempuan jumlahnya dominan pada kelompok depresi (70%). Komorbid terbanyak adalah hipertensi, dengan angka komorbiditas dan penyakit kardivaskular lebih tinggi pada kelompok depresi. Malnutrisi dan obesitas juga lebih banyak pada kelompok depresi (64,9% dan 31,6%), demikian pula dengan kontrol glikemik yang buruk (73,7%). Sebagian besar pasien (73,7%) yang masuk dalam kelompok depresi memiliki depresi ringan. Pada kelompok depresi 40,4% mengalami perbaikan infeksi dalam 21 hari masa perawatan, sedangkan pada kelompok tidak depresi 68,4%.
Simpulan: Depresi cenderung meningkatkan risiko atau kemungkinan tidak terjadinya perbaikan infeksi ulkus kaki diabetik, walaupun setelah dilakukan penyesuaian terhadap variabel perancu, hasil tersebut tidak bermakna secara statistik (adjusted OR 2,429 dengan IK 95% 0,890-6,632). Lebih banyak subjek dengan depresi sedang yang tidak mengalami perbaikan infeksi ulkus kaki diabetik dibandingkan dengan subjek dengan depresi ringan (93,3% dan 47,6%).

ABSTRACT
Background: Patients with diabetic foot ulcers are more depressed and have a poor quality of life. In the management of diabetic foot ulcers, psychosocial factors need to be considered because it can influence wound healing through induction of neuroendocrine-immune balance disorders. Several studies on the effect of depression in diabetic ulcer healing process has been carried out with results that are still controversial.
Objective: To investigate the effect of depression on diabetic foot ulcer infection healing process, as well as the level of depression in patients with diabetic foot ulcers.
Methods: Observational, prospective cohort, of the 95 patients with infected diabetic foot ulcers treated at Cipto Mangunkusumo hospital and networking hospitals within the study, divided into 2 groups: group of depressed and non-depressed group. Clinical data, assessment of depression, and laboratory data were taken on admission to hospital then we assessed improvements infection of diabetic foot ulcers in 21 days of treatment. Bivariate analysis performed using Chi-square test based on the limit of significance (α) of 5%, also does multivariate analysis.
Results: Of the 95 subjects, 40%was not depressed, while the depressed group consisted of 60%. Female subjects was dominant in the depressed group (66,7%). Most comorbid was hypertension, with a number of comorbidities and disease cardivascular higher in depressed group. Malnutrition and obesity are also higher in the depression group (64,9% and 31,6%), as well as poor glycemic control (73,7%). Most patients (73,7%) included in the depressed group had mild depression. In the depressed group, 40,4% experienced improvement in 21-day period of treatment, whereas in the non-depressed group 68,4%.
Conclusion: Depression tends to increse diabetic foot ulcer infection risk to not improved, although after adjusment of confounding variables the result was not statistically significant (adjusted OR 2,429 with CI95% 0,890-6,632). More subjects with moderate depression who did not exeperience improvement when compared to subjects with mild depression did not exeperience improvement (93,3% and 47,6%).
;Background: Patients with diabetic foot ulcers are more depressed and have a poor quality of life. In the management of diabetic foot ulcers, psychosocial factors need to be considered because it can influence wound healing through induction of neuroendocrine-immune balance disorders. Several studies on the effect of depression in diabetic ulcer healing process has been carried out with results that are still controversial.
Objective: To investigate the effect of depression on diabetic foot ulcer infection healing process, as well as the level of depression in patients with diabetic foot ulcers.
Methods: Observational, prospective cohort, of the 95 patients with infected diabetic foot ulcers treated at Cipto Mangunkusumo hospital and networking hospitals within the study, divided into 2 groups: group of depressed and non-depressed group. Clinical data, assessment of depression, and laboratory data were taken on admission to hospital then we assessed improvements infection of diabetic foot ulcers in 21 days of treatment. Bivariate analysis performed using Chi-square test based on the limit of significance (α) of 5%, also does multivariate analysis.
Results: Of the 95 subjects, 40%was not depressed, while the depressed group consisted of 60%. Female subjects was dominant in the depressed group (66,7%). Most comorbid was hypertension, with a number of comorbidities and disease cardivascular higher in depressed group. Malnutrition and obesity are also higher in the depression group (64,9% and 31,6%), as well as poor glycemic control (73,7%). Most patients (73,7%) included in the depressed group had mild depression. In the depressed group, 40,4% experienced improvement in 21-day period of treatment, whereas in the non-depressed group 68,4%.
Conclusion: Depression tends to increse diabetic foot ulcer infection risk to not improved, although after adjusment of confounding variables the result was not statistically significant (adjusted OR 2,429 with CI95% 0,890-6,632). More subjects with moderate depression who did not exeperience improvement when compared to subjects with mild depression did not exeperience improvement (93,3% and 47,6%).
;Background: Patients with diabetic foot ulcers are more depressed and have a poor quality of life. In the management of diabetic foot ulcers, psychosocial factors need to be considered because it can influence wound healing through induction of neuroendocrine-immune balance disorders. Several studies on the effect of depression in diabetic ulcer healing process has been carried out with results that are still controversial.
Objective: To investigate the effect of depression on diabetic foot ulcer infection healing process, as well as the level of depression in patients with diabetic foot ulcers.
Methods: Observational, prospective cohort, of the 95 patients with infected diabetic foot ulcers treated at Cipto Mangunkusumo hospital and networking hospitals within the study, divided into 2 groups: group of depressed and non-depressed group. Clinical data, assessment of depression, and laboratory data were taken on admission to hospital then we assessed improvements infection of diabetic foot ulcers in 21 days of treatment. Bivariate analysis performed using Chi-square test based on the limit of significance (α) of 5%, also does multivariate analysis.
Results: Of the 95 subjects, 40%was not depressed, while the depressed group consisted of 60%. Female subjects was dominant in the depressed group (66,7%). Most comorbid was hypertension, with a number of comorbidities and disease cardivascular higher in depressed group. Malnutrition and obesity are also higher in the depression group (64,9% and 31,6%), as well as poor glycemic control (73,7%). Most patients (73,7%) included in the depressed group had mild depression. In the depressed group, 40,4% experienced improvement in 21-day period of treatment, whereas in the non-depressed group 68,4%.
Conclusion: Depression tends to increse diabetic foot ulcer infection risk to not improved, although after adjusment of confounding variables the result was not statistically significant (adjusted OR 2,429 with CI95% 0,890-6,632). More subjects with moderate depression who did not exeperience improvement when compared to subjects with mild depression did not exeperience improvement (93,3% and 47,6%).
, Background: Patients with diabetic foot ulcers are more depressed and have a poor quality of life. In the management of diabetic foot ulcers, psychosocial factors need to be considered because it can influence wound healing through induction of neuroendocrine-immune balance disorders. Several studies on the effect of depression in diabetic ulcer healing process has been carried out with results that are still controversial.
Objective: To investigate the effect of depression on diabetic foot ulcer infection healing process, as well as the level of depression in patients with diabetic foot ulcers.
Methods: Observational, prospective cohort, of the 95 patients with infected diabetic foot ulcers treated at Cipto Mangunkusumo hospital and networking hospitals within the study, divided into 2 groups: group of depressed and non-depressed group. Clinical data, assessment of depression, and laboratory data were taken on admission to hospital then we assessed improvements infection of diabetic foot ulcers in 21 days of treatment. Bivariate analysis performed using Chi-square test based on the limit of significance (α) of 5%, also does multivariate analysis.
Results: Of the 95 subjects, 40%was not depressed, while the depressed group consisted of 60%. Female subjects was dominant in the depressed group (66,7%). Most comorbid was hypertension, with a number of comorbidities and disease cardivascular higher in depressed group. Malnutrition and obesity are also higher in the depression group (64,9% and 31,6%), as well as poor glycemic control (73,7%). Most patients (73,7%) included in the depressed group had mild depression. In the depressed group, 40,4% experienced improvement in 21-day period of treatment, whereas in the non-depressed group 68,4%.
Conclusion: Depression tends to increse diabetic foot ulcer infection risk to not improved, although after adjusment of confounding variables the result was not statistically significant (adjusted OR 2,429 with CI95% 0,890-6,632). More subjects with moderate depression who did not exeperience improvement when compared to subjects with mild depression did not exeperience improvement (93,3% and 47,6%).
]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
H. R. Kongko Herry N.
"Dalam penelitian ini terbukti secara bermakna bahwa depresi menurunkan kualitas bidup penderita pria pasca IMA dalam jangka pendek. Dalam penelitian ini tidak terbukti secara bermakna adanya hubungan antara pengobatan psikofarmaka (diazepam) pada saat teIjadinya IMA, usia, bipertensi, DM, lama pendidikan formal, aspek spiritual dan dukungan sosial dengan kualitas bidup setelah 2 bulan pasca IMA.

In this study, it was proven that depression significantly decreased the quality of male bids after IMA in the short term. In this study, it was not proven that there was a significant relationship between psychopharmaceutical treatment (diazepam) at the time of IMA, age, bitenasis, DM, length of formal education, spiritual aspects and social support with the quality of bidup after 2 months after IMA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nailah Putri Azizah
"Pada tahap perkembangan emerging adulthood, individu berusaha untuk mengeksplorasi diri dan menghadapi perubahan peran. Perubahan peran yang terjadi secara drastis dan ketidakmampuan individu dalam beradaptasi, dapat menyebabkan ia mengalami depresi. Salah satu faktor protektif dari depresi adalah keberfungsian keluarga. Keluarga yang berfungsi dengan baik dapat menjadi salah satu sumber dukungan sosial bagi emerging adult sehingga emerging adult dapat terhindar dari depresi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran keberfungsian keluarga terhadap depresi pada emerging adult. Peneliti menggunakan tipe penelitian kuantitatif dengan strategi penelitian noneksperimental. Peneliti menggunakan teknik convenience sampling, yaitu dengan cara menyebarkan Google Form yang di dalamnya terdapat alat ukur Family Assessment Device (FAD) untuk mengukur keberfungsian keluarga dan alat ukur Beck Depression Inventory-II (BDI-II) untuk mengukur depresi. Total partisipan pada penelitian ini adalah 128 emerging adult yang berada pada rentang usia 18-25 tahun. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda ditemukan bahwa keberfungsian keluarga berperan secara signifikan terhadap depresi pada emerging adult (R²= 0,330, p < 0,05). Namun, dari enam dimensi keberfungsian keluarga, hanya dua dimensi yang berperan secara signifikan yaitu dimensi pemecahan masalah dan keterlibatan afektif. Oleh karena itu, keluarga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan keterlibatan afektif sehingga dapat menurunkan depresi pada emerging adult.

At the developmental stage of emerging adulthood, emerging adults try to explore themselves and deal with changing roles. Changes in roles that occur drastically and their inability to adapt can cause depression. One of the protective factors from depression is family functioning. A well-functioning family can be a source of social support for emerging adults so that emerging adults can avoid depression. This study aims to examine the role of family functioning on depression in emerging adult. This research is a quantitative non-experimental study. The questionnaires used on assessing family functioning is Family Assessment Device (FAD) and Beck Depression Inventory-II (BDI-II) to measure depression, which were distributed via Google Form and used the technique convenience sampling. A total of 128 emerging adults who were in the range of 18-25 years old participated in this study. Multiple linear regression analysis revealed that family functioning has a significant role on depression in emerging adult (R²= 0,330, p < 0.05). However, only two out of six dimensions of family functioning that have a significant role which is problem solving and affective involvement dimensions. Therefore, families are expected to improve problem solving and affective involvement so depression in emerging adult can be reduced."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>