Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125344 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fajrinayanti
"Pradiabetes merupakan suatu kondisi risiko untuk texjadinya Diabetes Melitus (DM) tipe 2, yang dapat disebabkan oleh faktor keturunan dan perilaku yang berisiko, seperti konsumsi lemak yang tinggi, kurang serat, rendah karbnhidrat, kurang gerak badan dan merokok. Diperkirakan prcvalensi pradiabetes lebih tinggi dibandingkan prevalensi DM itu sendiri. Penelitian ini bertujuan mengetahui hublmgan fhktor risiko perilaku (konsumsi lemak, konsunasi serat, konsumsi karbohidrat, aktivitas iisik dan merokok) dengan kejadian pradiabetes pada kelompok umur 40-59 tahun di Kota Padang Panjang tahun 2008 setelah dikendalikan oleh faktor keturunan, dengan menggunakan data primer, rancangan potong lintang. Responden dipilih secara acak sederhana dari tiap kelurahan yang menjadi kluster sebanyak |74 orang. Analisis data dcngan dcsain kompleks secara univariat, bivarial (regresi logistik sedcrhana) dan multivariat (regresi logistik ganda). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar Gula Darah Sewaktu (GDS) kclompok umur 40-59 tahun adalah I15,4=t25,3 mg/dl, dengan jumlah pradiabetes scbcsar 57,5%. Ada hubungan bermakna antara konsumsi lemak, konsumsi serat dan aktivitas fisik dengan kejadian pradiabetes (p<0,05) tanpa dipengaruhi oleh faktor keturunan. Perilaku dominan yang berhubungan dengan kejadian pradiabetes adalah konsumsi lemak (OR=l 8,7, 95% CI: 6,0-57,5), dimana seseorang yang memiliki pola konsumsi lemak 252,10 g/hari akan berislko untuk pradiabetes 18,7 kali dibandingkan mereka yang konsumsi Iemaknya 62,10 g/hari. Konsumsi serat <1l,96 g/hari akan berisiko 9,5 kali untuk pradiabetes diaandingkan yang konsumsi seratnya 211,96 g/hari. Seseorang dengan aktivitas fisik <120 menit/hari akan berpeluang 13,7 kali untuk pradiabetes dibandingkan yang mcmiliki aktivitas fisik 2120 menit/hari. Disarankan kepada Dinas Kesehatan agar melakukan pencegahan pertama (prima1ypreventive)dengan KIE1entang kondisi pradiabetes serta faktor perilaku yang berisiko dan pembentukan ‘Queer group" pradiabetes ciiharapkan dapat menimbulkan mawas diri dari masyarakat terhadap kondisi pradiabetes sebagai pcnccgahan meningkatnya DM tipe 2.

Pre-diabetes is a condition to the risk of Diabetes Mellitus (DM) type 2, that can caused by genetic factor and behavior risk factors, such as fat consumption, insufficiently Eber consumption, low carbohydrate consumption, sedentary life, and smoking. Prevalence of pre-diabetes is assumed higher than prevalence of DM. This research purposed is assessed behavior risk factors association with pre-diabetes incident on 40-59 years old in Padang Panjang City in 2008 after genetic factor is controlled This study used cross sectional design. Respondent were sampled by multistage random sampling (n=l74). Data were analyzed with design complex by partial regression, simple logistic regression and multivariate (multiple logistic regression). The study found pre-diabetes incident is 57.5% with Random Plasma Glucose (RPG) 115.41 25.3 mg/dl in average. There is a significantly associated between fat consumption, fiber consumption and physical activity with pre-diabetes incident on 40- 59 years old in Padang Panjang (p<0.05), without adjustment by genetic. Dominant factor that is associated with pre-diabetes incident is fat consumption (0R=l8. 7; CI: 6.0-57.5), that who has tat consumption 252.10 gjday will have 18.7 times to pre-diabetes compared to people who fat consumption <52.l0g/day. Respondent who has Eber consumption <1l.96 g/day will have 9.5 times to pre-diabetes than who Hber consumption 211.96 g/day. They who have physical activity <1 20 minutes/day should have probability 13.7 times to pre-diabetes than who has physical activity index 2120 minutes/day. Health district office should develop primary preventive with elucidation (communication, information and education) about pre-diabetes condition and risk behavioral and than should form pre-diabetes peer group can be arise society introspection to pre-diabetes condition as prevent as increases DM type 2."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34437
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Angelina Riadi Alim Suprapto
"Latar belakang: Prediabetes merupakan keadaan dengan kadar gula darah diantara normal dan diabetes. Salah satu komplikasi prediabetes adalah urolithiasis. Berbagai studi telah mengemukakan peran vitamin D dalam memodifikasi risiko prediabetes. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh suplementasi vitamin D3 dalam mencegah urolithiasis pada kondisi prediabetes.
Metode: Penelitian ini dilakukan pada 24 ekor tikus Wistar. Sebanyak 18 ekor tikus diberikan diet tinggi lemak dan tinggi glukosa (DTL-G) untuk menginduksi kondisi prediabetes dan 6 ekor tikus sehat diberikan diet standar selama tiga minggu. Pada akhir minggu ketiga, tikus prediabetes diinjeksi streptozotocin dan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: (1) kelompok prediabetes dengan DTL-G, (2) kelompok prediabetes dengan suplementasi vitamin D3 100 IU/kg/hari dan DTL-G, dan (3) kelompok prediabetes dengan suplementasi vitamin D3 1000 IU/kg/hari dan DTL-G selama 12 minggu. Tikus sehat diberikan diet normal selama 12 minggu. Pengumpulan urin 24 jam dilakukan untuk mengukur kadar kalsium dan pH urin.
Hasil: Pemberian DTL-G tampak meningkatkan kadar kalsium urin tikus prediabetes. Pemberian vitamin D dosis 100 IU/kg/hari dan 1000 IU/kg/hari tampak meningkatkan kadar kalsium urin tikus prediabetes. pH urin pada kelompok prediabetes tampak meningkat dibandingkan kelompok sehat. Perbedaan kadar kalsium dan pH urin ditemukan tidak signifikan secara statistik.
Kesimpulan: Suplementasi Vitamin D3 dosis 100 IU/kg/hari dan 1000 IU/kg/hari tidak memberikan perbedaan pada kadar kalsium dan derajat keasaman (pH) urin tikus prediabetes yang signifikan secara statistik.

Introduction: Prediabetes is a condition with blood sugar levels between normal and diabetes. One of the complications of prediabetes is urolithiasis. Various studies have suggested the role of vitamin D in modifying the risk of prediabetes. This studi analyzes the effect of vitamin D3 supplementation in preventing urolithiasis caused by prediabetes.
Method: This experiment was conducted on 24 Wistar rats. A total of 18 rats were given a high-fat and high-glucose diet (HFD-G) to induce prediabetes and 6 healthy rats were given a normal diet. At the end of the third week, prediabetic rats were injected with streptozotocin and intervened in three groups: (1) HFD-G, (2) vitamin D 100 IU/kg/day and HFD-G, and (3) vitamin D 1000 IU/kg/day and HFD-G for 12 weeks. Healthy rats were given a normal diet for 12 weeks. 24-hour urine was collected to measure urinary calcium levels and pH.
Result: Administration of HFD-G increases urinary calcium levels in prediabetic rats. Administration of vitamin D 100 IU/kg/day and 1000 IU/kg/day increases urinary calcium levels in prediabetic rats. The urine pH of the prediabetic rats increases compared to the healthy rats. However, differences in urinary calcium levels and pH were not found to be statistically significant. Conclusion: Vitamin D3 100 IU/kg/day and 1000 IU/kg/day supplementation did not give a statistically significant difference in urinary calcium levels and pH of prediabetic rats.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia Erinna Puspitaningtyas
"Obstructive Sleep Apnea OSA adalah gangguan di mana seseorang sering berhenti bernapas selama tidurnya. OSA ditandai oleh episode henti napas apnea minimal 10 detik/episode. Gejala OSA sering terjadi, namun sulit untuk dideteksi. Hal ini disebabkan OSA terjadi saat pasien tidur. Hal inilah yang menjadikan OSA penyebab terbesar morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. OSA terkait dengan beberapa penyakit, salah satunya adalah Diabetes Melitus DM. Kejadian OSA melalui hipoksemia intermitten dapat menyebabkan intoleransi glukosa, seperti DM tipe 2 dan prediabetes. OSA, DM, dan prediabetes diketahui memiliki faktor risiko bersama antara lain obesitas dan tekanan darah tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui model hubungan OSA, DM tipe 2, dan prediabetes secara simultan. Setelah model hubungan antar ketiganya diketahui, maka faktor-faktor risiko OSA, DM tipe 2, dan prediabetes secara bersamaan dapat diketahui. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan pemeriksaan langsung ke pasien OSA di RSCM. Metode sampling yang digunakan adalah non-probability sampling, yaitu purposive sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini didapat sebanyak 205 pasien. Metode Partial Least Squares PLS digunakan untuk mencapai tujuan penelitian. PLS digunakan untuk memodelkan hubungan langsung maupun tidak langsung antara variabel laten dan variabel terukur secara simultan. Selain itu, PLS dipertimbangkan sebagai pendekatan soft modeling yang tidak mensyaratkan asumsi-asumsi yang kuat, seperti ukuran sampel, skala pengukuran, dan asumsi distribusi. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah OSA, DM tipe 2, dan prediabetes. Variabel independen dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, tekanan darah, obesitas, dan sleep hygiene. OSA dipengaruhi secara langsung oleh obesitas dan sleep hygiene. DM tipe 2 dipengaruhi secara langsung oleh prediabetes, dan dipengaruhi secara tidak langsung oleh jenis kelamin, usia, obesitas, dan OSA. Sedangkan prediabetes dipengaruhi secara langsung oleh jenis kelamin, usia, dan OSA, dan dipengaruhi secara tidak langsung oleh sleep hygiene. Prediabetes dapat dipengaruhi baik secara tidak langsung dan tidak langsung oleh obesitas melalui OSA.

Obstructive Sleep Apnea OSA is a disorder in which a person frequently stops breathing during his or her sleep. OSA is characterized by episodes of stop breathing apnea at least 10 seconds episode. Symptoms of OSA are common, but difficult to detect. This is because OSA occurs when patient sleeps. That is what causes OSA to be the biggest morbidity and mortality worldwide. OSA has been linked with several diseases, one of which is Diabetes Mellitus DM . Incidence of OSA through hypoxemia intermitten can cause glucose intolerance, such as Diabetes Mellitus type 2 and prediabetes. OSA, DM, and prediabetes are known to have shared risk factor such as obesity and high blood pressure. The purpose of this research is to know the relationship model of OSA, DM type 2, and prediabetes simultaneously. Once the relationship model is known, then the risk factors of OSA, DM type 2, and prediabetes can simultaneously be known. Data used in this research is primary data which obtained by direct examination to patients with OSA at RSCM. Sampling method used in this research is non probability sampling, such as purposive sampling. The number of samples in this research as many as 205 patients. Partial Least Squares PLS method is used to obtain the purpose of this research. PLS is used to modeling a direct and indirect relation between latent variables and manifest variables simultaneously. Moreover, PLS has been considered as soft modeling approach because PLS does not require strong assumptions, such as sample size, measurement scale, and distribusions. OSA, DM type 2, and prediabetes are dependent variables. Independent variables are gender, age, blood pressure, obesity, and sleep hygiene. OSA is directly affected by obesity and sleep hygiene. DM type 2 is directly affected by prediabetes, and indirectly affected by gender, age, obesity, and OSA. Gender, age, and OSA have direct effect to prediabetes, meanwhile sleep hygiene has indirect effect to prediabetes. Obesity has direct and indirect effect to prediabetes, through OSA. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sovia
"Pradiabetes adalah suatu keadaan individu yang memiliki kadar gula darah di atas normal, tapi belum dapat didiagnosis diabetes melitus. Perilaku perawatan kesehatan keluarga merupakan upaya promosi kesehatan dalam keluarga untuk memelihara dan meningkatkan status kesehatan anggota keluarga, khususnya dalam pencegahan pradiabetes. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan karakteristik keluarga dan perilaku perawatan kesehatan keluarga dengan kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah. Desain penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel penelitian sebanyak 156 orang yang diambil menggunakan teknik cluster sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara karakteristik keluarga dan perilaku perawatan kesehatan keluarga dengan kejadian pradiabetes. Faktor-faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah adalah: tipe keluarga (OR = 2,070), pengetahuan keluarga (OR = 7,025), dan praktik perawatan kesehatan keluarga (OR = 2,863). Upaya untuk meningkatkan perilaku perawatan kesehatan keluarga yang lebih efektif perlu disusun oleh tim di pelayanan kesehatan primer melalui program promosi kesehatan seperti pendidikan kesehatan, pembentukan kelompok pendukung, pemberdayaan masyarakat, kemitraan, dan intervensi keperawatan (demonstrasi penyusunan menu makanan sehat, aktivitas fisik, dan perawatan kaki).

Pre-diabetes is a state where glucose level higher than normal, but not satisfy the criteria for diabetes. Family health care behaviors are health promotion efforts in the family to maintain and improve the health status of family members, especially in the prevention of prediabetes. The research aims to determine the association of family characteristics and family health care behaviors with prediabetes at middle-aged adults. The research used observational descriptive design with cross sectional approach. Total sample of 156 people were taken using a cluster sampling technique.
The results showed that the type of family (OR = 2,070), family knowledge (OR = 7,025), and practice of family health care (OR = 2,863) are the dominant factors in the incidence of prediabetes. The efforts to improving behavioral of family health care through developing health promotion program such as health education, the establishment of support groups, community empowerment, partnership, and nursing interventions."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T32512
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sovia
"Pradiabetes adalah kadar glukosa darah individu lebih tinggi dari normal, tetapi belum mencapai batas diagnosis diabetes. Perilaku perawatan kesehatan keluarga merupakan upaya promosi kesehatan keluarga dalam pencegahan pradiabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik keluarga dan perilaku perawatan kesehatan keluarga dengan kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah. Desain penelitian deskriptif observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 156 orang dewasa menengah, diambil menggunakan teknik cluster sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara tipe keluarga (OR= 2,070; 95% CI 0,957-4,478), penghasilan keluarga (OR= 0,512; 95% CI 0,243-1,079), pengetahuan keluarga (OR= 7,025; 95% CI 3,109-15,876), dan praktik perawatan kesehatan keluarga (OR= 2,863; 95% CI 1,285-6,379) dengan kejadian pradiabetes. Upaya untuk meningkatkan perilaku perawatan kesehatan keluarga yang lebih efektif perlu disusun oleh tim di pelayanan kesehatan primer melalui program promosi kesehatan seperti pendidikan kesehatan, pembentukan kelompok pendukung, pemberdayaan masyarakat, kemitraan, dan intervensi keperawatan (penyusunan menu makanan sehat, aktivitas fisik, dan perawatan kaki).
Prevalence of Prediabetes at Middle-Aged Adults Based on Family Characteristics and Family Health Care Behaviors. Prediabetes is a situation where glucose level higher than normal level, but does not satisfy the criteria for diabetes. Family health care behaviors are health promotion efforts in the family to prevention of prediabetes. The aim of the research was to determine the association between family characteristics and family health care behaviors, and prediabetes at middle-aged adults. The research used observational descriptive design with cross sectional approach. Total sample of 156 people were taken using a cluster sampling technique. The results showed that the type of family (OR= 2.070), family knowledge (OR= 7.025), and practice of family health care (OR= 2.863) are the dominant factors in the incidence of prediabetes. It is important to improve the behavior of family health care through developing health promotion program such as health education, the establishment of support groups, community empowerment, partnership, and nursing interventions."
Politeknik Kesehatan. Jurusan Keperawatan ; Universitas Indonesia. Fakultas Ilmu Keperawatan, 2013
610 JKI 16:3 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Benedictus Ansell Susanto
"Latar belakang: Prediabetes adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah di bawah kriteria diagnosis diabetes yang memicu inflamasi yang menurunkan fungsi ginjal. Vitamin D3 dapat menurunkan ekspresi faktor inflamasi IL-6 dan meringankan inflamasi ginjal. Dari itu, vitamin D3 memiliki potensial yang belum diselidiki untuk menurunkan inflamasi karena prediabetes pada ginjal.
Metode: Dilakukan pengukuran IL-6 pada ginjal tikus Wistar dengan ELISA. Tikus dibagikan menjadi tikus sehat sebagai kontrol negatif dan prediabetes. Induksi prediabetes dilakukan dengan diet tinggi lemak dan glukosa bersama dengan injeksi streptozotocin. Tikus prediabetes dibagikan lagi menjadi tiga kelompok intervensi, yaitu kontrol positif dan suplementasi vitamin D3 dengan dosis 100 dan 1000 IU/kgBB/hari. Penelitian dilaksanakan selama 12 minggu. Rerata konsentrasi IL-6 dibuatkan rasio dengan konsentrasi protein total sampel. Perbedaan antarkelompok rasio tersebut diujikan menggunakan one-way ANOVA dengan IBM SPSS Statistics ver. 26 dari IBM Corp.
Hasil: Rerata rasio IL-6/protein total adalah 2,379 ng/mg protein untuk kontrol positif. Kontrol negatif memiliki rerata rasio 2,053 ng/mg protein. Kelompok intervensi 100 dan 1000 IU/kgBB/hari memiliki rerata rasio 1,692 dan 1,609 ng/mg protein. Tren penurunan IL-6 dengan suplementasi vitamin D3 pada kelompok prediabetes tidak bermakna.
Kesimpulan: Suplementasi vitamin D3 dengan dosis 100 dan 1000 IU/kgBB/hari pada tikus model prediabetes tidak menurunkan IL-6 pada ginjal.

Background: Prediabetes is a metabolic condition defined by subthreshold increase in blood glucose for diabetes diagnosis. Prediabetes causes low-level inflammation that may impair kidney function. Vitamin D3 has been shown to reduce proinflammatory factors, such as IL-6 and alleviate kidney inflammation in paracetamol toxicity. IL-6 can also be used as a kidney inflammation marker. Therefore, vitamin D3 provides an unexplored potential as an agent to reduce prediabetic kidney inflammation.
Methods: IL-6 measurement was conducted on frozen Wistar rat kidneys using ELISA. The rats were grouped into healthy for negative control and prediabetic groups. Prediabetes was induced by a high fat and glucose diet and streptozotocin injection. Prediabetic rats were further grouped into a positive control group and two intervention groups with vitamin D3 supplementation doses of 100 and 1000 IU/kgBM/day. The experiment was run for 12 weeks. Mean IL-6 concentration was ratioed with total sample protein. The ratios between the groups were tested with one-way ANOVA using IBM SPSS Statistics ver. 26 by IBM Corp.
Results: The healthy rat kidneys had a IL-6 to protein ratio of 2.379 ng/mg protein. Meanwhile, the ratios for the prediabetic rat model groups were 2.053, 1.692, and 1.609 ng/mg protein for the no supplementation, 100 IU/kgBM/day, and 1000 IU/kgBM/day groups respectively. Despite a decreasing trend with increasing supplement dosages, no statistically significant difference was found between any group.
Conclusion: Vitamin D3 supplementation at 100 and 1000 IU/kgBM/day in prediabetic rat models does not significantly reduce kidney IL-6.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
LeRoith, Derek
"Prevention of type 2 diabetes can be achieved properly by simultaneous prevention of obesity. Prediabetes, or metabolic syndrome, is the period between simple obesity and diabetes, and this critical period needs to be identified in a more consistent and systematic manner by clinicians worldwide. Clinical trials have indicated that diabetes prevention can be achieved by lifestyle changes and also by certain medications, though none are yet approved for use in prevention. On the other hand, there are funding agencies such as the NIH, CDC, and state institutions that are interested in studying the prevention paradigms in different communities and ethnic minorities who are most prone to this epidemic. For these reasons, this title by renowned physician-scientist Derek LeRoith is both timely and vitally important for academic physicians, practitioners, allied health care providers, analysts, community activists, and all others interested in this increasing epidemic. This book provides a unique and comprehensive synthesis of the prevention and early diagnosis of Type 2 Diabetes, focusing on identifying risk factors and then moving into topics that address how to prevent their progression to full-blown diabetes. The difficult task of changing patients’ behavior is given special emphasis. The chapters in this practical volume are written by a wide range of international experts, reflecting the editor’s distinguished, internationally renowned career. The volume is organized in eight sections: an introduction to the overall issue of prevention, definitions of values based on ADA guidelines, pathophysiology, discussion of a range of interventional trials regarding prevention, and an overview of state-of-the-art clinical management approaches.
"
New York: Springer, 2012
e20426042
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Mufita
"Skripsi ini membahas tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Ikur Koto kota Padang tahun 2019. Tujuan yang ingin didapatkan adalah mengetahui gambaran dan hubungan antara variabel dependen (hipertensi) dengan variabel independen (usia, riwayat keluarga, jenis kelamin, obesitas, merokok, pola makan, dan aktivitas fisik). Sampel pada penelitian ini sebanyak 558 orang yang merupakan peserta skrining Posbindu PTM Puskesmas Ikur Koto tahun 2019. Penelitian ini menggunakan analisis bivariat dengan uji chi-square, dimana didapatkan hasil bahwa variabel-variabel yang berhubungan dengan kejadian hipertensi diantaranya adalah variabel usia, variabel riwayat keluarga, variabel jenis kelamin, dan variabel obesitas. Saran yang dapat diberikan terkait kasus ini diantaranya agar instansi kesehatan setempat dapat meningkatkan kualitas skrining Posbindu PTM dengan sistem pencatatan dan pelaporan yang lebih baik dan terintegrasi sehingga hasilnya dapat didiseminasi dengan baik. Selain itu, petugas kesehatan dapat lebih menggencarkan promosi kesehatan agar faktor risiko penyakit hipertensi dapat dicegah dan dideteksi lebih dini, sehingga angka kejadian hipertensi dapat turun dan tidak menimbulkan komplikasi yang fatal.

This study examines within factors that are associated with the incidence of hypertension cases at Puskesmas Ikur Koto in year 2019. The objective to be obtained are to discover the idea and relationship between the dependent variable (hypertension) and the independent variable (age, family history, gender, obesity, smoking, diet patterns, and physical activity). The sample taken in this study was 558 people who were screening participants at the Posbindu PTM Puskesmas Ikur Koto in 2019. This study uses bivariate analysis with the chi-square test, where the results show that the variables associated to the occurence of hypertension cases including age variables, family history variables, gender variable, and obesity variable. Suggestions that can be offered regarding this case are that the local health agencies should improve the quality of Integrated Assistance Post for Posbindu PTM screening with a better and integrated recording and reporting system in order to generate results that can go through a proper dissemination. Furthermore, health workers can intensify health promotions so that the risk factors for hypertension cases can be prevented and detected early with there result that the occurence of hypertension will be pressed and not cause any fatal complications"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Sukmawati Manti Putri
"Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia hingga saat ini. Penyakit DBD mempunyai kecenderungan untuk meningkatnya jumlah penderita dan meluasnya penyebaran DBD di seluruh wilayah Indonesia. Cara pencegahan DBD yang paling sering dilaksanakan di masyarakat adalah dengan metode 3M yaitu menguras dan menutup tempat penampungan air serta mengubur barang bekas yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk DBD. Tujuan 3M adalah untuk memutus mata rantai kehidupan vektor penular penyakit DBD tersebut.
Sekolah menjadi salah satu tempat yang berpotensi untuk menularkan penyakit DBD. Dalam pencegahan DBD ini sangat diperlukan peran serta aktif seluruh lapisan masyarakat, tidak terkecuali masyarakat sekolah. Perilaku pencegahan DBD perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak atau murid-murid sekolah dasar baik melalui peran guru, orang tua, petugas kesehatan maupun lingkungan sekitarnya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah murid sekolah dasar di kota Depok dengan sampel penelitian adalah para murid SD antara kelas 3 hingga kelas 6 dari 5 sekolah dasar yang telah ditentukan yang masuk/hadir di hari dilakukannya pengisian kuesioner. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku pencegahan DBD pada murid SD di Kota Depok. Data penelitian ini merupakan data primer dengan instrumen kuesioner. Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan menggunakan software SPSS. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan perilaku pencegahan DBD di antara sekolah yang berbeda. Selain itu, perbedaan jenis kelamin dan Pengalaman tidak berhubungan dengan perilaku pencegahan DBD. Sementara pengetahuan dan paparan informasi berhubungan dengan perilaku pencegahan DBD.
Saran peneliti berfokus pada peningkatan kebijakan sekolah dalam menanamkan kepedulian terhadap DBD pada masyarakat sekolah, perlu diberikan penyuluhan DBD dari para guru maupun petugas kesehatan dan menerapkan metode pengajaran/penyuluhan yang menarik dan interaktif."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tiersa Vera Junita
"ABSTRAK
Prevalensi prediabetes terus meningkat baik secara nasional maupun global,
dengan angka yang lebih tinggi dari prevalensi diabetes tipe-2. Individu
dengan prediabetes memiliki peningkatan risiko terkena diabetes tipe 2 dan
munculnya penyakit kardiovaskular utama lebih awal. Penelitian ini bertujuan
mengestimasi prevalensi, faktor-faktor risiko, serta model prediksi kejadian
prediabetes pada penduduk usia produktif di Indonesia dengan desain studi cross sectional. Penelitian ini menggunakan data sekunder berasal dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2013. Populasi penelitian adalah dewasa usia produktif 18 ? 64 tahun. Kriteria diagnostik berdasarkan kadar glukosa darah menurut pedoman American Diabetes Association (ADA) 2011 dan Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) 2011. Analisis data menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi prediabetes sebesar 54,5%. Variabel prediktor untuk kejadian prediabetes pada penduduk usia produktif di Indonesia adalah umur, status sosial ekonomi, obesitas, hipertensi dan kebiasaan merokok. Semakin tua, terjadi peningkatan risiko mengalami prediabetes. Sementara pada subjek dengan obesitas berisiko 1,256 kali (OR 1,256; 95% CI 1,153-1,368) untuk mengalami prediabetes dibandingkan dengan IMT normal. Subjek dengan hipertensi berisiko 1,307 kali (OR 1,307; 95% CI 1,184-1,443) untuk mengalami prediabetes. Sementara subjek perokok berisiko 1,121 kali (OR 1.121; 95%CI 1.032-1.217) untuk mengalami prediabetes dibandingkan subjek tidak pernah merokok. Prediabetes masih dapat dikendalikan agar tidak menjadi diabetes maupun komplikasi kardiovaskular.

ABSTRACT
The prevalence of prediabetes increase both nationally and globally, with a higher rate than prevalence of type 2 diabetes. Individuals with prediabetes have an increased risk of type 2 diabetes and the early emergence of major cardiovascular diseases. This study aims to estimate the prevalence, risk factors, and prediction of prediabetes models in the productive age population in Indonesia with cross sectional study design. This study uses secondary data came from Basic Health Research in 2013. The study population was productive adults aged 18-64 years. The diagnostic criteria based on the blood glucose level under the guidelines of the American Diabetes Association (ADA) in 2011 and the Society of Endocrinology Indonesia (PERKENI) 2011. Data were analyzed using logistic regression. Results showed the prevalence of prediabetes 54,5%. The predictor variables for prediabetes on the productive population in Indonesia are age, socioeconomic status, obesity, hypertension and smoking habits. Getting older, there is increased risk of having prediabetes. Subject with obesity at risk of 1,256 times (OR 1.256; 95% CI 1.153 to 1.368) to have pre-diabetes compared with normal BMI. Subjects with hypertension at risk of 1.307 times (OR 1.307; 95% CI 1.184 to 1.443) to have prediabetes. While the subject of smokers at risk of 1.121 times (OR 1,121; 95% CI 1032-1217) to have pre-diabetes than subjects had never smoked. Prediabetes can still be controlled so it not develop to diabetes and cardiovascular complications."
2016
T46624
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>