Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165446 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raha Dwi Sessha Purwa
"Kelelahan menjadi faktor yang penting dalam aktifitas mengemudikan bus, khususnya bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP). Berdasarkan baberapa penelitian, faktor manusia menjadi sebab dominan terhadap kecelakaan lalu lintas, dimana sebagian besar dipengaruhi oleh faktor kelelahan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kele!ahan, secara garis besar faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi tiga, yaitu : faktor yang berhubungan langsung dengan pekerjaan (work related), faktor yang tidak berhubungan langsung dengan pekerjaan (non-work related) dan faktor-faktor lainnya (others). Penelitian ini mendeskripsikan dan menganalisa faktor faktor yang berhubungan dengan tingkat kelelahan, yaitu frekuensi, durasi, waktu istirahat, lama kerja, usia, IMT dan jenis kendaraan. Menggunakan data sekunder, berupa data manajemen perusahaan dan data primer melalui observasi, survey. photo dan wawancara. Analisa hubungan menggunakan instrumen statistik. Terungkap bahwa prosentase tingkat kelelahan yang terbesar ada dalam katagori kelelahan berat. Terdapat hubungan yang signifikan antara vatiahel frekuensi, durasi dan waktu istirahat dengan tingkat kelelahan. Korelasi rendah (linear+) untuk frekuensi, korelasi sedang (linear +) untuk durasi dan korelasi (linear-) untuk waktu istirahat dengan tingkat kelelahan. Hasil uji statistic menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kelelahan ddengan usia, IMT dan jenis kendaraan. Hasil penelitian menggunakan metode REBA menyatakan bahwa aktifitas mengemudikan bus mempunyai tingkat resiko ergonomic medium. Berdasarkan hasil penelitian, seluruh responden mengalamikeluhan terhadap gejala CTD. Bagian tubuh yang paling banyak mengalami keluhan terhadap gejala CTD adalah : betis, paha, punggung bagian atas, pinggang, leher, bahu dan lengan. Hasil penelitian ini juga mengungkapkan bahwa dari tabulasi silang antara lam kerja mengemudi dengan keluhan gejala CTD terdapat peningkatan frekuensi terhadap tingkat keluhan pada masing-masing bagian tubuh yang mengalami keluhan gejala CTD seiring dengan makin lama seseorang bekerja sebagai pengemudi bus.

Fatigue becomes an important factor in driving a bus, especially the AKAP bus (public bus that have route across the towns and the provinces). Based on existing research, human factor was the dominant cause towards the traffic accident, that mostly influenced by fatigue. Many factors could influence the fatigue level that generally divided into three factors: work relatenon-work related and other factors. This research described and analyzed factors associated with fatigue-level: frequency, duration, break-time, working experiences, agebody-mass index, ard vehicle type. Secondary data that has been used for this research was gained throngh management report and the primary data by observation, survey, photos and interviews. Data analyzed with statistical tools. Revealed by this research that the largest percentage of fatigue-level, was in high­ fatigue level category. The association, between frequency, duration and break-time with fatigue level are significant. Low correlation (linear+)for frequency, medium correlation (linear +) for duration, and high correlation (linear-) between break-time and fatigue-level. Statistical test founded, there?s no significant association between fatigue-level and age, body-mass index and vehicle type. Assessment result using REBA method founded that driving bus activity has medium ergonomic risk level. Based on this research, all the correspondents had problems with CTD symptom, especially in their calf of leg, thigh, upper back, hip, neck, shoulder, and arm. This research also founded, according to cross-tabulation between working experiences in driving a bus with CTD symptom, there?s an increasing frequency for each part of the body that have problem with CTD symptom along with their working experiences."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T20937
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Budi Waskita
"Bandara merupakan salah satu tempat kerja dan titik pertemuan berbagai moda transportasi dimana sektor transportasi merupakan penyumbang terbesar kedua angka kecelakaan kerja. Faktor kelelahan pengemudi merupakan penyebab utama kecelakaan kerja. Penelitian ini menggunakan Swedish Occupational Fatigue Index (SOFI) sebagai instrumen ukur tingkat kelelahan subyektif berbasis kuisioner. Penelitian ini bertujuan melihat dan menganalisa hubungan faktor terkait pekerjaan (sifat pekerjaan, shift kerja, waktu kerja, waktu istirahat, lama kerja), faktor tidak terkait pekerjaan (lama tidur, pola tidur, waktu perjalan, pengguna suplemen, akivitas fisik) dan karateristik individu (umur,status perkawinan, IMT) terhadap tingkat kelelahan pengemudi pemadu moda/bus bandara pada perusahaan pendukung layanan transportasi di bandar udara. Metode penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Besar sampel yang digunakan adalah 60 pengemudi yang berada di pool perusahaan dalam lokasi Bandara Internasional Soekarno Hatta. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 23,3% pengemudi pemadu moda/bus bandara yang mengalami lelah, dengan variabel waktu istirahat sebagai faktor yang paling mempengaruhi tingkat kelelahan pengemudi.

The airport is one of the workplaces and meeting points for various transportation modes where the transportation sector is the second largest contributor to the number of workplace accidents. The driver's fatigue factor is the main cause of workplace accidents. This study uses the Swedish Occupational Fatigue Index (SOFI) as a measure of subjective fatigue level based on questionnaires. This study aims to look at and analyze the relationship of work-related factors (nature of work, work shift, work time, rest time, work experience), non-work-related factors (length of sleep, sleep patterns, travel time to work, supplement users, physical activity) and individual characteristics (age, marital status, BMI) on the level of fatigue of the airport bus driver at the transportation support company at the airport.
This research method is a quantitative method with a cross sectional study design. The sample size used is 60 drivers who are in the company pool in the location of Soekarno Hatta International Airport. The results showed that there were 23.3% of airport bus driver who experienced fatigue, with a variable rest time as the factor that most affected the level of driver fatigue.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52746
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mufida Fati
"Dalam industri transportasi, permasalahan kelelahan menjadi salah satu isu penting yang erat kaitannya dengan kesehatan dan kualitas hidup pengemudi, serta potensi kecelakaan. Pekerjaan mengemudi merupakan suatu pekerjaan yang membutuhkan tingkat konsentrasi tinggi karena memerlukan koordinasi yang cepat dan tepat antara indera, sehingga mengemudi merupakan suatu pekerjaan yang sangat berisiko tinggi mengalami kelelahan. Terdapat banyak faktor risiko kelelahan pada pengemudi, baik itu dari faktor pekerjaan maupun faktor non pekerjaan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko pekerjaan dan non pekerjaan dengan kelelahan pada pengemudi. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang diadopsi dari kuesioner Fatigue Assessment Scale (FAS) dan Occupational Fatigue Exhaustion Recovery (OFER) untuk mengukur kelelahan pengemudi secara subjektif dan menggunakan aplikasi Sleep-2-Peak untuk mengukur kelelahan pengemudi secara objektif. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja, waktu isitrahat, jenis pekerjaan, monotoni, usaha kerja, penghargaan kerja, stress kerja, usia, dan kualitas tidur dengan kelelahan. Oleh karena itu perlu diadakan pengembangan program pencegahan dan pengendalian kelelahan (fatigue management) di tempat kerja, melihat hubungan faktor pekerjaan lebih dominan terhadap kelelahan dibandingkan faktor non pekerjaan.

In the transportation industry, fatigue has become one of the important issues that are closely related to the health and quality of life of the driver, as well as the potential for accidents. Driving is a job that requires a high level of concentration because it requires fast and precise coordination between the senses, so driving is potentially pose a greater risk to fatigue. There are many risk factors that can contribute to driver fatigue from work related and non work related factors. This study was conducted  to determine the relationship between work related and  non-work related factors to driver fatigue. The research is using cross sectional study design. Data was collected by using an adopted questionnaire from the Fatigue Assessment Scale (FAS) and Occupational Fatigue Exhaustion Recovery (OFER) to measure driver fatigue subjectively and the Sleep-2-Peak application to measure driver fatigue objectively. Univariate and bivariate logistic regression  was used to analyze the data. The results showed that there was a significant association between work period, rest breaks, type of work, monotony,effort, reward, work stress, age, and quality of sleep with fatigue. Therefore, it is necessary to develop a fatigue management program in the workplace, refers to the result that the relationship between work related factors and fatigue is more dominant than non-work related factors."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Audinia Nada Kamilah
"Pengemudi Awak Mobil Tangki (AMT) merupakan kelompok pekerja berisiko tinggi untuk mengalami kelelahan yang disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu faktor terkait tidur, faktor terkait pekerjaan, faktor psikososial, dan faktor individu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor-faktor tersebut dengan kelelahan pada pengemudi AMT. Desain penelitian cross-sectional dalam peneltian ini menggunakan instrumen subjektif berupa kuesioner (IFRC, PSQI, SHI, KSS, dan kuesioner lainnya) kepada 220 pengemudi AMT serta instrumen objektif berupa smart watch fitbit untuk mengukur kualitas dan kuantitas tidur pada 10 pengemudi AMT. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara kualitas tidur (p=0,005, OR=3,376), lingkungan tempat tidur (p=0,008, OR=2,137) dan kebiasaan sebelum tidur (p=0,005, OR=2,246) dengan status kelelahan. Tidak didapatkan hubungan signifikan antara kuantitas tidur dengan status kelelahan. Meskipun demikian, berdasarkan pengukuran smart watch fitbit, kuantitas tidur pengemudi AMT pada hari kerja lebih singkat dibandingkan pada hari libur, serta didapatkan kualitas tidur yang buruk pada tahapan REM sleep (<20%). Faktor risiko lain seperti lingkungan kerja (p=0,000, OR=4,209) dan status kesehatan (p=0,013, OR=2,052) juga berhubungan dengan status kelelahan.

Tank truck drivers are a group of high-risk workers to experience fatigue because it involves various factors, namely sleep-related factors, work-related factors, psychosocial factors, and individual factors. The purpose of this study is to analyze the relationship between these factors with fatigue on tank truck drivers. The cross-sectional study designed in this study uses subjective instruments consisting of questionnaires (IFRC, PSQI, SHI, KSS, and other questionnaires) for 220 drivers and objective instruments in the form of Fitbit smart watches to measure the quality and quantity of sleep for 10 drivers. The results shows a significant relationship between sleep quality (p = 0.005, OR = 3.376), bed environment (p = 0.008, OR = 2.137) and habit before going to bed (p = 0.005, OR = 2,246) with fatigue status. There is no significant relationship between the quantity of sleep and the fatigue status. However, based on Fitbit smart watch measurements, the quantity of sleep on workdays is shorter than off-days, and poor sleep quality is obtained in REM sleep (<20%). Other risk factors such as work environment (p = 0,000, OR = 4,209) and health status (p = 0,013, OR = 2,052) were also related to the fatigue status."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Kristanto
"Faktor kelelahan pengemudi merupakan salah penyebab utama terjadinya kecelakaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor resiko yaitu usia, IMT, kondisi fisik, monoton, total waktu tidur, durasi mengemudi, kualitas tidur dan total jam kerja (1 hari & 1 minggu) dengan terjadinya kelelahan pengemudi truk trailer. Penelitian dilakukan bulan Juni s/d Juli tahun 2012 pada pengemudi rute jarak menengah pendek yaitu tujuan daerah Purwakarta/ Bandung. Jumlah sampel penelitian 81 responden. Penelitian bersifat kuantitatif observational dengan menggunakan metode pendekatan potong lintang (cross-sectional). Pengukuran kelelahan menggunakan daftar pertanyaan berupa gejala kelelahan yang bersumber dari Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) dan hasilnya menunjukkan bahwa 92,6% responden mengalami kelelahan ringan. Sedangkan gejala kelelahan paling sering dialami oleh responden adalah merasa haus sebanyak 90,1%. Hasil perhitungan statistik chi-square diketahui hanya faktor usia yang memiliki hubungan bermakna dengan kelelahan pengemudi truk trailer PT AMI, dengan nilai p sebesar 0,017.

Driver fatigue is one of the main causes of accident. This study aimed to determine the correlation between driver fatigue truck trailer to the risk factors such as age, BMI (body mass index), physical condition, monotony, total of sleeping time, driving hours, sleep quality, and total of working hours (one day & one week). The study was conducted in June until July of 2012 on the short?range medium operation the destination Purwakarta / Bandung. Total sample are 81 respondents. Quantitative observational studies using cross-sectional approach. Measurement of fatigue using questionnaires of fatigue symptom that comes from the Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) and the results showed that 92.6% of respondents experienced mild fatigue. The most common of fatigue symptom respondents is thirst which has 90.1%. The results of the chi-square calculation known only factor age that a statistically significant association with driver fatigue on trailer truck PT AMI, with p value of 0.017."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T32551
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aziz Rofi'i
"Pengemudi dump truck merupakan salah satu jenis pekerjaan yang berisiko mengalami kelelahan karena adanya faktor terkait pekerjaan dan tidak terkait pekerjaan yang dapat mempengaruhi pengemudi. Pada HSE Monthly Report pada bulan Desember 2021 didapatkan bahwa angka lagging indicator untuk night work lebih tinggi dari day work. Dari sudut pandang ini, penelitian dilakukan untuk melihat gambaran kelelahan dan melakukan analisis faktor risiko yang berhubungan dengan kelelahan pada pengemudi dump truck shift malam dengan sistem double shift. Penelitian dengan desain studi cross sectional dilakukan pada 130 pengemudi dump truck PT X. Faktor terkait pekerjaan yang dilakukan penelitian adalah waktu kerja, kondisi pencahayaan, getaran kabin, dan beban kerja, sedangkan faktor tidak terkait pekerjaan yang dilakukan penelitian adalah durasi tidur, kualitas tidur, umur, pekerjaan sampingan, indeks massa tubuh, aktifitas fisik, konsumsi minuman berenergi tinggi gula dan dukungan keluarga. Uji chi-square dilakukan untuk menganalisis keeratan hubungan antara variabel dependen dan independent sedangkan uji regresi logistik berganda digunakan untuk mengetahui variabel yang paling dominan berhubungan dengan variabel terikat. Prevalensi kelelahan pada pengemudi dump truck adalah sebesar 37,7% dan 62,3% tidak mengalami kelelahan. Dari empat faktor risiko terkait pekerjaan yang diteliti, pencahayaan, getaran dan beban kerja memiliki hubungan secara statistik dengan kelelahan. Sedangkan dari delapan faktor risiko tidak terkait pekerjaan yang diteliti, waktu tidur, kualitas tidur, usia, pekerjaan sampingan, aktifitas fisik, dan dukungan keluarga memiliki hubungan secara statistik dengan kelelahan. Pada hasil akhir multivariat didapatkan jika beban kerja dan pencahayaan memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan p-value < 0,05. Untuk mengurangi kelelahan pada pengemudi dump truck PT X Jobsite TB maka disarankan melakukan pengukuran kelelahan secara rutin sesuai dengan faktor risiko kelelahan yang dominan yaitu beban kerja, dan pencahayaan.

Dump truck driver is one type of work that is at risk of experiencing fatigue due to work-related and non-work related factors that can affect the driver. In the HSE Monthly Report in December 2021, it was found that the number of lagging indicators for night work is higher than day work. From this point of view, the study was conducted to see the description of fatigue and to analyze the risk factors related to fatigue in night shift dump truck drivers with a double shift system. Research with a cross-sectional study design was conducted on 130 PT X dump truck drivers. Factors related to the work carried out by the study were working time, lighting conditions, cabin vibration, and workload, while factors not related to the work carried out by the study were sleep duration, sleep quality, age, side work, body mass index, physical activity, consumption of energy drinks. high in sugar and family support. The chi-square test was conducted to analyze the close relationship between the dependent and independent variables, while the multiple logistic regression test was used to determine the most dominant variable associated with the dependent variable. The prevalence of fatigue in dump truck drivers is 37.7% and 62.3% do not experience fatigue. Of the four work-related risk factors studied, lighting, vibration and workload were statistically associated with fatigue. Meanwhile, of the eight non-work-related risk factors studied, sleep time, sleep quality, age, side work, physical activity, and family support were statistically associated with fatigue. In the final multivariate result, it was found that the workload and lighting had a statistically significant relationship with p-value <0.05. To reduce fatigue on PT X Jobsite TB dump truck drivers, it is recommended to carry out regular fatigue measurements according to the dominant fatigue risk factors, namely workload, and lighting."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Candra Tri Prasetyo
"Kelelahan pada pengemudi bus antarprovinsi jurusan Blitar-Jakarta berisiko tinggi dalam kecelakaan lalu lintas yang dapat menyebabkan kerugian terutama pada penumpang, pengemudi dan perusahaan otobus. Hasil prasurvey di PT CTP menunjukkan bahwa 3 dari 7 pengemudi mengeluh kelelahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat kelelahan dan faktor risiko yang memengaruhi kelelahan pada pengemudi bus antarprovinsi jurusan Blitar-Jakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional, bersifat deskriptif dengan pendekatan semikuantitatif observasional. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling yang berjumlah 31 responden. Variabel yang diteliti di antaranya faktor risiko terkait kerja (shift kerja, durasi mengemudi, dan waktu istirahat) dan faktor risiko tidak terkait kerja (usia, indeks masa tubuh, waktu tidur, masa kerja, pekerjaan sampingan, dan kondisi kesehatan). Data dianalisis dengan metode Fisher exact, Fatigue Severity Scale digunakan sebagai instrumen untuk mengukur kelelahan. Hasil penelitian ini menunjukkan hampir semua pengemudi mengalami kelelahan. Meskipun secara statistik tidak menunjukkan hubungan yang signifikan antara tingkat kelelahan dengan faktor risiko baik yang terkait maupun tidak terkait dengan pekerjaan. Namun, faktor risiko terkait pekerjaan dan faktor risiko tidak terkait pekerjaan memiliki kontribusi dalam menaikkan risiko kelelahan pada pengemudi bus.

Fatigued bus driver between provinces in Blitar-Jakarta has high risk in traffic accidents. This can cause losses especially to passengers, drivers, and auto companies. The survey results at PT CTP showed that 3 out of 7 drivers complained of fatigue. The purpose of this study is to describe the level of bus driver fatigue and risk factors affecting it. The study design is cross sectional, descriptive in nature with a semi-quantitative observational approach. The sampling technique uses a total sampling of totaling 31 respondents. The variables studied included work-related risk factors (work shifts, driving duration, and rest periods) and non-work related risk factors (age, body mass index, sleep time, years of service, side jobs, and health conditions). Data analyzed using Fisher exact method and Fatigue Severity Scale as an instrument to measure fatigue. The results of this study show that most drivers experience fatigue and only a small proportion do not experience fatigue. Although there is no significant relationship between the level of fatigue with work-related and non-work-related risk factors, those variables do contribute to the increase of fatigue in bus drivers"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anshor
"Penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja di bidang industri diharapkan dapat menunjang terciptanya lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi pekerja serta terciptanya produktivitas kerja yang optimal. Namun demikian, potensi bahaya dan resiko di tempat kerja dapat mempengaruhi kesehatan pekerja. Salah satu keluhan yang sering muncul adalah kelelahan pada pekerja di sektor industri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan kerja (kebisingan dan pencahayaan) dan proses kerja (beban kerja) yang berhubungan dengan tingkat kelelahan pada operator produksi Powder PT. X. Jenis penelitian ini adalah cross sectional, dengan jumlah sampel sebanyak 42 orang. Tingkat kelelahan diukur menggunakan kuesioner yang mengacu kepada IFRC (International Fatigue Research Committee) yang dimodifikasi. Beban kerja diukur berdasarkan denyut jantung sedangkan tingkat kebisingan dan tingkat pencahayaan berdasarkan data hasil pengukuran yang telah dilakukan oleh PT. X.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 83,3% mengalami kelelahan (69% kelelahan ringan dan 14,3% kelelahan menengah).dimana gejala kelelahan yang paling banyak dirasakan oleh responden adalah rasa lelah pada sekujur badan dan badan tidak merasa fit. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa hanya pencahayaan yang mempunyai hubungan yang signifikan dengan tingkat kelelahan.

Implementation of Occupational Health and Safety program in industry will expected to create safe and healthy working places for worker and optimal productivities. However, hazards and risk on working places can impact to worker healthiness. One of dominant case is fatigue on worker in industries.
This study aims to determine the relationship of environmental factors (noise and lighting) and working process (working load) to the level of fatigue on Powder production operators, This study use cross sectional study with number of sample is 42 people. The level of fatigue was measured using questionnaire refer to modified IFRC (International Fatigue Research Committee). Working load was measured using heart rate monitoring, while noise and lighting base on data from measurement conducted by PT. X.
The result of this research is 83,3% respondents indicate having fatigue (69% is slight level and 14,3% is medium level), while the most widely perceived symptoms of fatigue were feel of tired on the whole of body and feel of un-fit. The result of statistical test showing that only lighting which have significant relationship with the level of fatigue.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31347
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Bujiyoko
"ABSTRAK
Kecelakaan yang melibatkan pengemudi truk yang mengalami fatigue cukup tinggi, studi untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan fatigue menjadi sangat penting. Tesis ini menganalisis faktor-faktor risiko yang berhubungan terhadap fatigue pada pengemudi truk trailer di PT STAL dan PT MMS di tahun 2019. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif dengan menggunakan metode Cross Sectional. Untuk pengukuran fatigue digunakan kuesioner SOFI (Swedish Occupational Fatigue Inventory) dan aplikasi telepon pintar Sleep 2 Peak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa shift kerja malam hari (p < 0,05), Kebiasaan minum kopi (<0,01), Kebiasaan mimum mimuman berenergi (p < 0,05), kebiasaan berolah raga (p < 0,05), Waktu mengemudi (p < 0,05) dan dukungan rekan (p < 0,01) memiliki hubungan bermakna dengan Fatigue pada metode SOFI. Untuk pengukuran metode S2P faktor yang berhubungan bermakna adalah bekerja shift malam (p<0,01), kebiasaan mimum kopi (p < 0,05), atau mimuman berenergi (p = 0,05), dukungan rekan ( p < 0,001) dan Sleep Hygiene ( p <0,001). Hasil penelitian menyarankan perusahan harus dan pengemudi harus adalah shift kerja malam hari (p <0,01), kebiasaan minum kopi (p < 0,05), menerapkan pola hidup sehat dengan menghindari minum kopi, meningkatkan sleep hygiene untuk meningkatkan kualitas tidur dan menjaga kerjasama team yang sudah baik.

ABSTRACT
Accident involved truck driver who experiences fatigue is high, to undertand risk factors related to driver fatigue is important. The focus of this study is to analyze risk factors related to fatigue for truck driver in PT STAL and PT MMS at 2019. This is a qualitative descriptive study with cross sectional design. This study utilized questionnaire SOFI (Swedish Occupational Fatigue Inventory) and smart phone app Sleep 2 Peak. The study result shows night shift work (p < 0,05), driver habit to drink coffee(p < 0,01), or energy drink (p < 0,05), habit to do exercise (p < 0,05), duration of driving (p < 0,05) and support from colleague(p < 0,05), are significantly related to fatigue. While measurement of fatigue with Sleep 2 Peak shows night shift work (p < 0,01), habit to drink coffee (p < 0,05), or energy drink(p < 0,05), support from colleague (p < 0,001) and sleep hygiene (p < 0,001) has significant relation with fatigue. The study suggests to company and drivers to practices health behaviour such as avoid drinking coffee and energy drink, improve sleep quality with practicing good sleep hygiene and keep to implement good teamwork."
2019
T54506
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Redy
"Latar belakang: Dalam beberapa dekade terakhir, dunia kerja industri transportasi telah mengalami perubahan luar biasa seperti halnya bidang pekerjaan lain. Tuntutan operasional transportasi 24 jam kerja dalam sehari dan 7 hari kerja dalam seminggu menciptakan risiko keselamatan dan kesehatan yang berkaitan dengan rasa kantuk, yaitu suatu kondisi yang diketahui mengganggu kinerja saat mengemudi dan merupakan salah satu penyebab timbulnya kecelakaan dan kematian saat berlalu lintas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi risiko mengantuk pada pengemudi bus jarak jauh dan faktor-faktor yang berhubungan.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang. Dua ratus satu pengemudi yang bekerja di hari libur panjang nasional diikutsertakan dalam penelitian. Data sekunder didapatkan dari kuesioner dan hasil pemeriksaan medis pengemudi bus pada liburan akhir tahun 2018 oleh Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Hasil: Proporsi kantuk pada pengemudi bus jarak jauh adalah 9,5%. Mengemudi lebih dari 1.001 km dalam satu kali perjalanan dengan ORs=7.927 (CI 95%=2.184-28.769; p=0.002) dan kondisi kelelahan dengan ORs=3.824 (CI 95%=1.393-10.499; p=0.009) merupakan faktor determinan utama penyebab rasa kantuk pada pengemudi bus jarak jauh. Jumlah trayek selama sebulan dan faktor individu seperti usia, riwayat hipertensi, dan riwayat diabetes melitus tidak memiliki hubungan yang signifikan secara statistik dengan kejadian kantuk (p>0.05).
Kesimpulan: Sebanyak 9,5% pengemudi bus jarak jauh mengalami kecenderungan mengantuk. Faktor jarak perjalanan dan kelelahan merupakan faktor yang terkait dengan timbulnya risiko kantuk pada pengemudi bus jarak jauh (R2=0.235).

Background: As is the case with many other occupations, the work organization of transport operators has undergone tremendous changes over the past several decades. Transportation’s 24 hours in a day an 7 days in a week operational demands create safety and health risks related to sleepiness, a condition that is known to impair driving performance and causes of motor vehicle crashes and fatalities. This study aims to identify the risk of sleepiness in long distance commuter bus drivers and its associated factors.
Method: This study used a cross sectional study design. Two hundred and one drivers who are working in long national holidays were involved in this study. The secondary data was gathered from questionnaires and medical examination of bus driver in year-end holidays 2018 by Jakarta Provincial Health Office.
Result: The proportion of sleepiness in long distance commuter bus drivers 9.5%. Driving more than 1,001 km in a single commute trip with ORad=7.927 (95%CI=2.184-28.769; p=0.002) and fatigue condition with ORad=3.824 (95%CI=1.393-10.499; p=0.009) are dominant determinants of sleepiness in long distance commuter bus drivers. Monthly number of trip and individual factors such as age, history of hypertension, and history of diabetes mellitus do not have a statistically significant relationship with the incidence of drowsiness (p>0.05).
Conclusion: Nine point five percent of long distance commuter bus drivers is experiencing sleepiness. Trip distance and fatigue are associated factors with the risk of sleepiness in long distance commuter bus drivers (R2=0.235).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58874
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>