Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165540 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yanti Rachmawati
"Penelitian ini berusaha mengungkap pengaruh faktor kemiskinan terhadap status gizi balita di Propinsi Jawa Barat, dengan membahas beberapa faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap status gizi balita di Propinsi Jawa Barat. Data yang digunakan adalah data IFLS 4 (Indonesian Family Life Survey) tahun 2007 yang dilaksanakan oleh RAND, Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM dan Badan Survey METRE. Penelitian ini menggunakan kerangka teori dengan pcndekatan model Gary Becker yang menyatakan bahwa fungsi permintaan status gizi balita melingkupi vektor karakteristik balita, rumah tangga dan lingkungan masyarakat.
Pengolahan data dilakukan, pertama dengan menggabungkan data rumah tangga dari Modul K dan data kesehatan anak dari Modul USI. Kedua, dilakukan penghitungan z-score (BB/U) balita. Ketiga, dilakukan analisis dengan metode Ordinary Least Square (OLS) untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor sosial ekonomi terhadap status gizi balita di Propinsi Jawa Barat tahun 2007.
Dari hasil regresi diketahui bahwa faktor kemiskinan, pengeluaran rumah tangga perkapita, tingkat pendidikan orang tua, kunjungan anak ke posyandu, frekuensi makan, sanitasi, air minum dan area tempat tinggal balita, berpengaruh terhadap status gizi balita. Kebijakan yang direkomendasikan dari penelitian ini adalah perlunya kebijakan pro masyarakat miskin yakni: peningkatan kualitas dan aksesibilitas layanan kesehatan bagi masyarakat miskin melaiui peningkatan fungsi dan kinerja Posyandu, pengadaan jaminan sosial bagi masyarakat miskin, perluas kesempatan kerja, perluas kesempatan untuk akses pendidikan, peningkatan kualitas sanitasi Iingkungan dan air bersih untuk minum dan keperluan lainnya.

This study attempts to reveal the affect of poverty to child nutrition status in West Java Province by examining socioeconomic factors. The data that being used is data from IFLS 4 (Indonesian Family Life Survey) 2007, conduct by RAND, Population Research UGM and METRE. The theoritical framework underpinning this empirical approach is a model from Gary Becker, the production of nutrition depends on a set of inputs, a series of endogenous individual characteristics, a vector of household and community characteristics.
The data is processed, first by combining household data from Module K and child health data from Module USI. Second, the z-score is constructed using a nutrition index based on weight for age. Third, the child nutrition status is regressed with the socioeconomic factors using Ordinary Least Square (OLS) method.
Regression result shows a significant effect of poverty effect, per capita household expenditure, years of parent education, child visit to posyandu, food frequency, sanitation, drinking water and area in which the child lives. Policy recommendations from this study are the need of pro poor policies: improving the quality and accessibility of posyandu as health facility, social security forthe poor, poverty reduction in rural area, increasing access to education, improving the quality of sanitation and water.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T33979
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Santi Puspitasari
"Kekurangan gizi yang terjadi pada masa dalam kandungan hingga usia 2 tahun dapat mengakibatkan terganggunya perkembangan otak, mental dan kemampuan motorik bahkan dapat mengakibatkan cacat permanen kanena 80% tumbuh kembang otak tetjadi pada masa ini. Detisit otak akan sulit terkejar karena masa cepat tumbuh hanya berlangsung sampai usia 18 bulan.
Penclitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh dan memprediksi faktor yang paling berperan terhadap status gizi anak baduta di Propinsi Jawa Barat. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder “NSS IIKI” putaran 20 dan 22, menggunakan rancangan repezted cross sectional. Populasi dari penelitian ini adalah anak balita (0-23 bulan) di wilayah pcdesaan Jawa Barat. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi pada putaran kc 20 adalah 2232 orang dan putaran 22 adalah 2093 orang. Analisis data meliputi analisis univariabel, bivariabel (regresi Iogistik multinomial sederhana) dan multivariabel (regresi logistik multinomial ganda).
Hasil penelitian menunjukkan terdapat masalah kesehatan masyarakat di Jawa Barat, baik pada musim kemarau maupun musim hujau. Hasil analisis bivariabel pada musim kemarau didapatkan hubungan yang bermakna antara variabcl pcndidikan ibu, status ketja ayah. pengeluaran perkapita dan penyakit infeksi dengan status gizi anak baduta. Sedangkan di musim hujan didapatkan hubungan yang bermakna antara variabel pendidikan ibu dan penyakit infeksi. Dari analisis multivariabcl pada musim kemarau didapatkan hubungan yang bermakna antara pendidikam ibu, status kgrja ayah, pengeluaran perkapita dan penyakit infeksi dengan status gizi baduta. Sedangkan pada musim hujan, didapatkan hubungan yang bcrmakna pada variabel pcndidikan ibu dan penyakit infeksi dengan status gizi. Faktor yang paling dominan pengaruhnya terhadap status gizi anak baduta di musim kemarau adalah adalah status pengeluaran perkapita. Faktor yang paling dominan di musim hujan adalah pendidikan ibu.
Disarankan kepada penanggung jawab program untuk memberikan prioritas penanggulangan masalah gizi pada anak balita. Untuk mengatasi masalah pcrekonomian kelunrga perlu diupayakan suatu cara untuk menambah pcnghasilan keluarga. Perlu diberikan penyuluhan kepada ibu tentang penyakit-penyakit yang dapat diderita oleh anak.

Malnutrition of children under two years old may have a major effect on brain development and can result in permanent mental retardation and motoric ability, because 80% of brain development occurs in this period. Reduced brain growth is irreversible because brain development taking place until 18 months old.
The objectives of this research were to study affecting factors and to predict the rolling factors on nutritional status of under two years children in West Java Province. The ‘NSS HKI” secondary data used in this research were round of 20th and 22nd by repeated cross sectional design. The population of this research was children under two years old in West Java mral area. Based on inclusion and exclusion criteria, it was definite 2232 samples of the 20"‘ round and 2093 samples of the 22“d round. Data were examined by univariate, bivariate and multivariate (multinomial logistic regression) analysis.
The results showed that there was community health problem in West Java both on wet and dry seasons. Bivariate analysis on dry season demonstrated significant correlation among length of schooling for mother, father’s occupation, expenditure per capita and infection diseases with nutritional status of under two years old children. While in wet season, there was significant correlation among length of schooling for mother and infection diseases with nutritional status of under two years children. Expenditure per capita was found as a dominant factor in dry season. Length of schooling for mother was found as a dominant factor in wet season.
It was suggested that program coordinator commit highly priority on resolving malnutrition problem of under two years old children. Improvement of economical status based on local resources must be the important program of the government. Recognizing of the crucial diseases for the children has to be educated to the parents, especially mother.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32036
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ainanur Aurora Setianingsih
"Masalah malnutrisi pada remaja merupakan salah satu kesehatan global utama yang dapat menyebabkan mortalitas, morbiditas, dan gangguan perkembangan. Gizi kurang merupakan salah satu masalah kesehatan pada anak-anak di Indonesia dengan prevalensi 11,1 anak berusia 13-15 tahun dan 9,4 anak berusia 15-18 tahun. Kebutuhan energi remaja perempuan berbeda dengan laki-laki sebagai persiapan kehamilan. Salah satu cara untuk mencapai kebutuhan gizi optimal dengan menerapkan prinsip keragaman makanan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keragaman makanan dengan status gizi remaja perempuan di Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan dengan studi cross-sectional menggunakan data sekunder 24-h recall pada 335 remaja perempuan berusia 12-18 tahun di provinsi Jawa Barat.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi status gizi pada remaja perempuan adalah 17 gizi lebih dan 3,6 gizi kurang. Prevalensi keragaman makanan rendah atau 5 kelompok makanan adalah 42,7. Analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara keragaman makanan dengan status gizi p=0.825.
Hasil analisis multivariat dengan penyesuaian variabel perancu mendapatkan tidak ada hubungan antara keragaman makanan dengan status gizi dengan OR1.112 95 IK 0.619-1.997. Tidak didapatkannya hubungan antara keragaman makanan dengan status gizi remaja perempuan.

Malnutrition in adolescent is one of the global health problem that could cause mortality, morbidity, and development problem. Thinness is one of the childhood health problem in Indonesia. Prevalence of thinness in Indonesia among 13 15 years old was 11,1 , while 15 18 years old was 9,4. Demand of nutritional requirement and energy for adolescent girls are more higher as preparation for pregnancy. Balance nutrition could be optimize through implement dietary diversity.
Aim of this study to seek association between dietary diversity and nutritional status among adolescent girls in West Java Province. A cross sectional study using secondary data from 24 h recall was performed on 335 adolescent girls aged 12 18 years old in West Java Province.
The result showed prevalence of nutritional status among adolescent girls in West Java were 17 overweight, 3,6 thinness. Prevalence of low dietary diversity or 5 food category was 42,7. Through bivariate analysis, no association between dietary diversity and nutritional status p 0.825.
Multivariate analysis with adjustment for confounding variable showed no association beteween dietary diversity and nutritional status with AOR 1.112 95 CI 0.619 1.997. It is concluded that there is no association between dietary diversity and nutritional status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mario Markus Nugraha
"Saat ini anak yang pintar merupakan harapan semua orang tua. Semua hal dilakukan demi meningkatnya kepintaran sang anak. Hal ini mendasari banyak penelitian dilakukan terkait faktor yang mempengaruhi tingkat kecerdasan anak. Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari tahu apakah terdapat hubungan antara status gizi dengan status kognitif anak. Penelitian ini memiliki desain analisis data sekunder dengan menggunakan metode cross-sectional. Jumlah sampel penelitian yang berhasil dijaring adalah sebanyak 167 anak usia lima sampai tujuh tahun yang berasal dari Posyandu Kelurahan Kampung Melayu. Data yang diambil merupakan status gizi dengan indeks BB/U dan TB/U serta data status kognitif yang terdiri dari Verbal, Performance, dan Full Scale IQ melalui Wechsler Intelligence Scale.
Metode analisis menggunakan uji hipotesis Chi-square, dengan uji alternatif Fisher. Dari 167 subyek, 10,8% termasuk dalam kategori severely underweightunderweight untuk BB/U dan 16,2% termasuk dalam kategori stunted untuk BB/U. Dari 167 subyek, 45,5% termasuk dalam kategori High IQ untuk Verbal IQ, 44,3% termasuk dalam kategori High IQ untuk Performance IQ dan 44,9% termasuk dalam kategori High IQ untuk Full Scale IQ. Didapatkan hubungan bermakna antara indeks antropometri tinggi badan sesuai usia dengan Full Scale IQ anak (p=0,03).

These days, smart kid is the hope of all parents. All things done for the sake of increasing the child's intelligence. Therefore there?s a lot of research on the underlying factors that affect the intelligence of children. This study aimed to find out whether there is relationship between the nutritional status of children with cognitive status. This study using a secondary data and cross-sectional methods. Total sample is 167 children aged five to seven years from Posyandu Kampung Melayu. Data are on the form of index W/A and H/A and also cognitive status data consisting of Verbal, Performance, and Full Scale IQ from Wechsler Intelligence Scale method.
The analytical method using Chi-square test of the hypiothesis, with the Fisher as alternative test. Of 167 study subjects, 10,8% eith category Severe Underweight ? Underweight of W/A index and 16,2% in the category of Stunted of H/A index. Of 167 study subjects, 45,5% are in category High IQ for Verbal IQ, 44,3% are in category High IQ for Performance IQ, and 44,9% are in category High IQ for Full Scale IQ. Trough Chi-Square test there is a significant correlation between the H/A index with Full Scale IQ (p = 0,03).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mirwan Muchtar Dwi Putra
"Tesis ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab kemiskinan di 26 kabupaten/kota di Propinsi Jawa Barat selama periode 2008-2012. Data yang digunakan adalah data panel kabupaten/kota. Pengukuran kemiskinan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Foster-Greer-Thorbecke (FGT) Poverty Index yaitu Head Count Index sebagai variabel terikat dan enam variabel bebas yang mewakili tiga karakteristik determinan kemiskinan. Dengan menggunakan model fixed effect, hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel persentase jalan aspal terhadap panjang jalan, rasio Sekolah Dasar, rasio Puskesmas, rasio ketergantungan, serta persentase kepala rumah tangga berumur 15 tahun keatas yang memiliki ijasah/STTB setingkat SD dan SMP, terbukti mengurangi tingkat kemiskinan. Sedangkan variabel persentase penduduk miskin berumur 15 tahun keatas dengan status bekerja terbukti meningkatkan tingkat kemiskinan.

This research aims to analyze determinant factor of poverty in 26 regency/city of West Java Provinces from year 2008 until 2012. It used panel data of regency/city. In this research, poverty measurement used Foster-Greer-Thorbecke (FGT) Index of Poverty Head Count Index as the dependen variable and six independen variables representing three chracteristic determinant of poverty. By using a fixed effect model, the results showed that variables percentage of asphalt street, elementary school to population ratio, public health care to population ratio, dependency ratio, and percentage of head household aged 15 years or older who graduate form elementary and secondary school, are proven to reduce the poverty rate. While the percentage of population aged 15 years or older with status employment are proven to increase poverty rate.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T42165
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Sari Wanodya
"Penyakit diare pada balita merupakan salah satu masalah ancaman kesehatan global. Kematian balita di Indonesia paling tinggi disebabkan oleh diare pada tahun 2019. Berdasarkan kasus yang dilayani di fasilitas kesehatan di tahun 2019, Provinsi Jawa Barat berada di urutan pertama sebesar 347.078 diare pada balita. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui secara spasial kejadian diare balita di wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2019. Data pada penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersifat open source dari Dinas Kesehatan Jawa Barat dan BPS Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi dengan analisis spasial. Persentase diare balita tertinggi berada di Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi dan diikuti oleh Kabupaten Garut. Faktor yang menjadi penentu diare balita berbeda di tiap wilayah meliputi faktor fasilitas pelayanan kesehatan, faktor perilaku, faktor lingkungan, dan faktor indeks pembangunan manusia. Beragamnya faktor penentu diare balita di tiap wilayah menyebabkan perlunya intervensi dan kebijakan yang berbeda-beda di tiap wilayah sesuai dengan faktor penentu yang paling berpengaruh terhadap diare balita.

Diarrhea in children under five is one of the global health threats. The highest under-five mortality in Indonesia was caused by diarrhea in 2019. Based on cases served at health facilities in 2019, West Java Province was in first place with 347,078 diarrhea in children under five. The purpose of this study was to find out spatially the incidence of diarrhea in children under five in the district/city in West Java Province in 2019. The data in this study used opensource secondary data from the Dinas Kesehatan and BPS. This research uses an ecological study design with spatial analysis. The highest percentage of under-five diarrhea was in Bogor Regency, Sukabumi Regency and followed by Garut Regency. Factors that determine diarrhea in children under five are different in each region, including health care facilities, behavioral factors, environmental factors, and human development index factors. The various factors of toddler diarrhea in each region lead to the need for different interventions and policies in each region according to the most influential factors of toddler diarrhea."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanit Wediarsih
"Menurut laporan MDG's tahun 2007, 30,7% masyarakat Indonesia tanpa akses sanitasi yang layak. Provinsi Banten memiliki masalah yang cukup besar terkait dengan masalah air, higiene dan sanitasi. Beberapa cakupan sanitasi dasar di Provinsi Banten merupakan cakupan terendah di Pulau jawa, seperti cakupan jamban keluarga pada tahun 2007 yang hanya 67,69 %. Kondisi sanitasi lingkungan yang buruk ini akhirnya menyebabkan masih seringnya terjadi KLB diare dan demam berdarah di Provinsi Banten. Selain itu kejadian demam tifoid dan malaria juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui risiko dan dampak sanitasi lingkungan terhadap status kesehatan balita di Provinsi Banten dengan menggunakan data sekunder hasil RISKESDAS 2007. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi dan sampel dari penelitian ini adalah balita (12 - 59 bulan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa balita yang pernah menderita sakit sebanyak 17,2%. Sedangkan faktor sanitasi lingkungan yang memiliki risiko terhadap status kesehatan balita adalah ketersediaan air bersih (OR = 1,6; 95%CI 1,2 - 2,3), sarana pembuangan air limbah (OR = 1,7; 95% CI 1,0 - 3,1) dan tempat penampungan air (OR = 1,9; 95%CI 1,2 - 2,9). Sarana pembuangan air limbah memberikan dampak yang paling besar diantara ketiga variabel yang berisiko, dimana jika di populasi, sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat diperbaiki, maka akan menurunkan kejadian sakit pada balita sebanyak 36,9%. Hasil penelitian ini menyarankan bahwa untuk mengurangi risiko dan dampak sanitasi lingkungan diperlukan upaya pengelolaan terhadap air, mulai dari air bersih sampai dengan air buangan.

According to the MDG's in 2007, 30.7% of Indonesian people without access to improved sanitation. Banten province has a considerable problem associated with the problem of water, hygiene and sanitation. Some basic sanitation coverage in Banten Province is the lowest coverage in Java, such as family latrine coverage in 2007 is only 67.69%. Conditions of poor environmental sanitation is still ultimately lead to frequent outbreaks of diarrhea and dengue fever in the province of Banten. In addition to the incidence of typhoid fever and malaria also increased from year to year.
The purpose of this study was to determine the risk and impact of environmental sanitation on the health status of children under five in Banten province by using secondary data from RISKESDAS 2007. This research is quantitative cross-sectional design. Population and sample of the study was a toddler (12-59 months).
The results showed that infants who have suffered from as much as 17.2%. While environmental sanitation factors that have exposure to the health status of children under five are the availability of clean water (OR = 1.6, 95% CI 1.2 to 2.3), wastewater disposal (OR = 1.7, 95% CI 1, 0 to 3.1) and a reservoir of water (OR = 1.9, 95% CI 1.2 to 2.9). Wastewater disposal provide the greatest impact among the three variables is at risk, which if in the population, wastewater disposal are not eligible eliminated, it will reduce the incidence of illness in infants as much as 36.9%. Results of this study suggest that to reduce the risk and impact of environmental sanitation to water management efforts are needed, ranging from clean water to waste water.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35844
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Indra Sari
"Skripsi ini membahas faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi remaja usia 12-15 tahun di Indonesia tahun 2007. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya hubungan antara karakteristik remaja, asupan zat gizi kebiasaan konsumsi sayur dan buah, aktifitas fisik olahraga, perilaku merokok, dan status gizi orang tua dengan status gizi remaja usia 12-15 tahun. Status gizi remaja di ukur berdasarkan berdasrkan indeks antropometri yang disesuaikan dengan umur menurut baku standar CDC-NCHS (2000) dalam bentuk persentil.
Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan menggunakan data sekunder Riskesdas 2007 yang analisisnya dilakukan selama Oktober 2011Januari 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah tangga yang mewakili 33 provinsi di Indonesia, sedangkan sampelnya adalah anggota rumah tangga yang berumur 12-15 tahun yang berjumlah 53.837.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 9,2% remaja mengalami gizi lebih dan 90,8% gizi tidak lebih. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara jenis kelamin, pendidikan, asupan protein, perilaku merokok, aktivitas olahraga, status gizi orang tua (ayah dan ibu) dengan status gizi remaja usia 12-15 tahun. Namun tidak mendapatkan hubungan yang bermakna antara asupan energi, kebiasaan konsumsi buah dan sayur dengan status gizi remaja usia 12-15 tahun.
Penulis menyarankan bagi pihak instansi kesehatan untuk bekerjasama dengan instansi pendidikan dalam memberikan informasi tentang gizi seimbang dan perilaku beresiko pada remaja, bagi instansi pendidikan menambahkan kurikulum khusus tentang pola hidup dengan gizi seimbang dan pemantauan berat badan dan tinggi badan disekolah, bagi orang tua meningkatkan pengetahuan, mengupayakan anak mendapatkan pendidikan, mempraktekkan pola hidup dengan gizi seimbang, memantau berat badan anak, dan bagi remaja lebih terbuka terhadap informasi, mempraktekkan pola hidup dengan gizi seimbang antara lain dengan makan dengan variasi makanan, tidak merokok, melakukan aktivitas fisik dan memantau berta badannya.

This thesis discusses about factors related to adolescent nutritional status age 1215 years in Indonesia 2007. Objective of this study is to find out correlation between adolescent characteristic, nutritional intake of fruit and vegetable consumption, exercise activity, smoking behavior, parent nutritional status and adolescent one age 12-15 years. Measurement of it based on anthropometry index adjusted to standard of CDC-NCHS (2000) in percentile.
Study design using cross-sectional by secondary data of Riskesdas 2007 analyzed during October 2011 to January 2012. Population are all of household representing 33 provinces in Indonesia, and samples are household members age 12-15 years amounts 53.837. Study result shows that 9.2% of adolescent experiences more nutritional and 90.8% for poor one.
The result of statistical test shows that there are correlation between gender, education, protein intake, smoking behavior, exercise activity, parent nutritional status (father and mother) and adolescent nutritional status age 12-15.
The author recommends for the health agencies to cooperate with educational institutions in providing information on balanced nutrition and risk behavior in adolescents, for educational institutions to add a special curriculum on lifestyle with balanced nutrition and monitoring of weight and height at school, for parents enhance the knowledge, seeking children get an education, practice lifestyle with balanced nutrition, monitoring the child's weight, and for adolescents are more open to information, practice lifestyle with balanced nutrition, among others, by eating a varied diet, not smoking, physical activity and asked to monitor his body.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Pratama Ibdani Agritian
"Penelitian ini membahas tentang dampak praktik pemberian makan terhadap status gizi anak dalam konteks malnutrisi yakni stunting anak di Indonesia. Penelitian dilakukan menggunakan data yang diambil dari Indonesia Family Life Survey (IFLS). Metode Ordinary Least Square (OLS) digunakan untuk menjelaskan tingkat signifikansi dari setiap variabel independen terhadap variabel dependen melalui parameter koefisien. Berdasarkan hasil penelitian pada model dengan metode Ordinary Least Square, ditemukan bahwa karakteristik praktik pemberian makan berupa pengetahuan ASI eksklusif ibu dan usia anak pertama kali diberi air putih secara signifikan menaikkan status gizi anak dan berpotensi dalam mengurangi resiko terkena malnutrisi, khususnya stunting. Durasi menyusui ditemukan secara signifikan menurunkan status gizi anak dan berpotensi dalam menaikkan resiko stunting. dalam konteks durasi menyusui, meskipun pada dasarnya bersifat counterintuitive, terdapat beberapa alasan mengapa lamanya durasi menyusui dapat menurunkan status gizi anak; keterlambatan atau tertundanya pemberian makanan tambahan pada pola makan bayi atau karena kurangnya sumber daya di rumah tangga untuk menyediakan makanan pendamping bagi bayi mengakibatkan anak tidak dapat mengembangkan nafsu makan yang sehat terhadap makanan pendamping sehingga membuat anak terlalu bergantung pada ASI sebagai sumber makanan utama. Meskipun ASI memiliki nilai gizi yang tinggi, tetapi memiliki nilai kalori yang rendah sehingga tidak cocok sebagai makanan tunggal setelah usia tertentu. Durasi menyusui harus disesuaikan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan ASI eksklusif dan juga memperhatikan kapan umur yang tepat untuk memperkenalkan makanan pendamping ASI sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya malnutrisi gizi pada anak. Penelitian ini menujukkan betapa kompleksnya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi status gizi anak. Praktik pemberian makan merupakan salah satu pondasi utama dalam mencegah stunting pada anak sehingga diperlukan desain kebijakan yang tepat agar praktik pemberian makan yang tepat dapat diterapkan sehingga hasilnya dapat meningkatkan status gizi anak Indonesia.

This study discusses the impact of feeding practices on children's nutritional status in the context of malnutrition, namely child stunting in Indonesia. The study was conducted using data taken from the Indonesia Family Life Survey (IFLS). The Ordinary Least Square (OLS) method was used to explain the level of significance of each independent variable to the dependent variable through the coefficient parameter. Based on the results of the study on the Ordinary Least Square method model, it was found that the characteristics of feeding practices in the form of knowledge of exclusive breastfeeding of mothers and the age of children first given water significantly increased children's nutritional status and had the potential to reduce the risk of malnutrition, especially stunting. The duration of breastfeeding was found to significantly reduce children's nutritional status and had the potential to increase the risk of stunting. In the context of breastfeeding duration, although basically counterintuitive, there are several reasons why the length of breastfeeding duration can reduce children's nutritional status; delay or postponement of supplementary feeding in infant diet or due to lack of resources in household to provide complementary feeding for infants results in children not being able to develop a healthy appetite for complementary feeding, making children too dependent on breast milk as the main food source. Although breast milk has high nutritional value, it has low calorie value, so it is not suitable as a single food after a certain age. The duration of breastfeeding must be adjusted to the mother's knowledge in providing exclusive breastfeeding and paying attention to when is the right age to introduce complementary feeding to reduce the possibility of malnutrition in children. This study shows how complex the factors that can affect a child's nutritional status are. Feeding practices are one of the main foundations in preventing stunting in children, so appropriate policy design is needed so that appropriate feeding practices can be implemented so that the results can improve the nutritional status of Indonesian children."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Denny Marianty
"status gizi yang baik dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak untuk mencapai kematangan yang optimal. status gizi merupakan indikator ketiga dalam menentukan derajat kesehatan anak. tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara Optimal nutrition (pemberian ASI Eksklusif 6 bulan, pemberian ASI sampai 2 tahun dan pemberian MP-ASI), Optimal Environment (kebiasaan mencuci tangan, tidak ada kontaminasi dari lingkungan dan kebiasaan merokok) dan Optimal Health Care (imunisasi lengkap sesuai jadwal dan pelayanan pediatrik sesuai pada saat sakit ke pelayanan kesehatan) dengan status gizi balita 0-59 bulan menggunakan data riskesdas 2007.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara indikator BB/U dengan Optimal Nutrition (pemberian ASI Eksklusif 6 bulan, pemberian ASI sampai 2 tahun dan pemberian MP-ASI) dan Optimal Environment (kebiasaan mencuci tangan, tidak ada kontaminasi dari lingkungan dan kebiasaan merokok), indikator TB/U dengan Optimal Nutrition (pemberian ASI Eksklusif, pemberian ASI sampai 2 tahun dan pemberian MPASI) dan Optimal Environment (kebiasaan mencuci tangan, tidak ada kontaminasi dari lingkungan dan kebiasaan merokok), indikator BB/TB dengan Optimal Nutrition (pemberian ASI Eksklusif 6 bulan, pemberian ASI sampai 2 tahun dan pemberian MPASI), Optimal Environment (kebiasan mencuci tangan, tidak ada kontaminasi dari lingkungan dan kebiasaan merokok.

A good nutritional status can help the process of growth and development of children to achieve optimal maturity. nutritional status is the third indicator in determining the health status of children. research purposes to determine the relationship between optimal nutrition (6 months exclusive breastfeeding, breastfeeding to 2 years and giving MP-ASI), Optimal Environment (hand washing, there is no contamination of the environment and smoking habits) and Optimal Health Care (complete immunization on schedule and pediatric services at the hospital according to healthcare) with the nutritional status of children 0-59 months of using the data Riskesdas 2007.
The results showed an association between indicators of BW/U with Optimal Nutrition (6 months exclusive breastfeeding, breastfeeding to 2 years and giving MP-ASI) and Optimal Environment (hand washing, there is no contamination of the environment and smoking habits), the indicator TB/U with Optimal Nutrition (exclusive breastfeeding, breastfeeding to 2 years and giving MP-ASI) and Optimal Environment (hand washing, there is no contamination of the environment and smoking habits), the indicator BB/TB with Optimal Nutrition (breast-feeding Exclusive 6 months, breastfeeding to 2 years and giving MP-ASI), Optimal Environment (hand-washing habits, there is no contamination of the environment and smokinghabits.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>