Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1702 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bahtera
Bandung: ITB Press, 2013
418.02 ALI (1);418.02 ALI (2)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bahtera
Bandung: ITB Press, 2011
418.02 AHL (1);418.02 AHL (2)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nabil Ihsan Primadi
"Tugas penerjemahan tidak hanya memerlukan kecakapan berbahasa saja, namun juga membutuhkan pemahaman budaya yang terkait pada bahasa sumber (BSu) maupun bahasa sasaran (BSa), serta pemahaman terhadap teknis penerjemahan. Pada teks sastra seperti puisi yang memiliki susunan bentuk estetika serta makna yang khusus, penerjemahan harus dilakukan dengan memastikan unsur estetika dan makna yang muncul pada TSu tetap terjaga pada TSa. Sumber data yang digunakan pada tugas akhir ini adalah tiga buah puisi karya Sapardi Djoko Damono yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Mandarin dan termuat dalam antologi puisi 六月的雨: Hujan Bulan Juni. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan serta analisis data yang dilakukan dengan memperbandingkan TSu dan TSa. Penelitian ini dilakukan dengan analisis kualitatif sehingga dapat memperlihatkan perubahan struktur dan makna yang terjadi serta metode dan teknik penerjemahan yang digunakan pada penerjemahan puisi, yang kemudian dipaparkan secara deskriptif pada tugas akhir ini.

Works of translation needs not only an advanced language proficiency, but cultural knowledge related to the source language and the target language, and translation technical understanding is also a necessary feature. Especially on literature texts such as poetry that has its own unique structure and meaning, a translation must be done to ensure that the poetry aesthetics and meanings on the source text will be properly transferred to the target text. Data source of this final assignment is three poems written by Sapardi Djoko Damono that was translated into Chinese and was compiled on a poetry anthology 六月的雨: Hujan Bulan Juni. Methods employed on this study are literature and data analysis that involves comparison between source text and target text. The final assignment is conducted in qualitative method and successfully exhibit structural and meaning changes, and also translation methods and techniques employed on the translation process, that is described in descriptive method on this final assignment."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Kotambunan, F.E.
"ABSTRAK
Untuk menunjukkan betapa signifikan kesepadanan makna TSu dan TSa dalam teks hukum bisnis merupakan tujuan penelitian ini. Adapun manfaat penelitian adalah memotivasi penerjemah agar lebih kritis dan cermat sehingga menghasilkan terjemahan yang berkualitas. Hasil penelitian juga bermanfaat sebagai acuan untuk penelitian lanjutan dalam ranah dan kajian yang sejenis. Penelitian ini menggunakan metode penelitian perpustakaan dan lapangan untuk mengumpulkan data serta teknik analisis data dengan model komparatif dan kausal. Faktor ekstratekstual dan intratekstual TSu dan TSa Nord adalah variabel yang ditetapkan dalam menganalisis data. Penelitian ini dibatasi pada strategi penambahan dan penghilangan makna dalam kata, frasa atau ungkapan, klausa, dan kalimat. Sebagai dampak penerapan strategi ini, kesesuaian TSu dan TSa dengan bidal Grice dianalisis. Hasil penelitian adalah pertama, faktor ekstratekstual, intratekstual TSu dan TSa cenderung sama untuk mencapai kesepadanan makna TSu dan TSa. Kedua, kesalahan penyimpangan, penambahan, dan penghilangan makna ditemukan sebagai dampak penerapan strategi penambahan dan penghilangan makna. Ketiga, gaya penulisan teks hukum bisnis dalam bahasa Indonesia belum seragam dibandingkan penulisan dalam bahasa Inggris. Sebagai kesimpulan, penerjemahan teks hukum bisnis mengikuti kriteria setia dan konvensional. Kemudian, penguasaan pengetahuan di berbagai bidang dan kerja sama yang baik antarpihak menentukan keberhasilan praktik penerjemahan. Saran peneliti adalah penelitian yang lebih komprehensif dalam teks hukum lain perlu dilakukan. Disamping itu, sebaiknya penyuntingan teks dan penyelarasan kata dilakukan lebih dari dua kali untuk mengurangi kesalahan penafsiran.Kata kunci:Faktor ekstratekstual dan intratekstual; kesalahan penafsiran; kesepadanan makna; strategi penambahan dan penghilangan makna; teks hukum bisnis.

ABSTRACT
To show how crucial the equivalence of ST and TT in business law text is the main goal of this research. Besides that, the benefit of this research is to motivate a translator to become more critical and accurate in producing more quality translations. The results of research can be utilized as benchmark to conduct further research in similar study. The library research and field method are commonly administered in translation research. And the technique of analyzing data exerts comparative and causal model between the Source Text ST and the Target Text TT . It is determined that the approach is pursuant to ST and TT both Nord Extra textual and Intra textual factors. In addition, the research scope is limited to addition and omission, strategy of translating in word, phrase or term, clause, and sentence. The conformity of ST and TT to Grice rsquo s maxim is also analyzed as the effect of employing strategy of translating, the addition and omission. This research findings, firstly verifies that extra textual and intra textual factors are mostly integrated in achieving equivalence of ST and TT. Secondly, it is also discovered that translation error of deviation, addition, and omission of meaning as the impact of translating strategy application, addition and omission. Thirdly, it is acquired that writing business law text in English is more conventional comparing to Indonesian. In conclusion, the translation of business law text complies with faithful and conventional main criteria. Moreover, not only the mastery of other knowledge related, but also good collaboration are required between concerned parties and determined the success of translation practice. Therefore, it is wished for these results and implications could be referred to proceed with comprehensive research in other legal texts. Hereafter, it is also advised that proofreading is performed more than twice to minimalize misinterpretation. "
2016
T47203
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Chitra Hasan
"Menurut teori pembandingan, metafora adalah pembandingan yang implisit tanpa kata as atau like dalam bahasa Inggris, atau kata seperti, sebagai, ibarat, umpama, dan serupa dalam bahasa Indonesia, di antara dua hal yang dibanclingkan. Metafora muncul dalam bentuk ketidakcocokan kolokasi, baik ketidakcocokan kolokasi yang jelas maupun yang tersembunyi. Sebuah metafora disusun oleh nga bagian, yaitu topik, citra, dan titik kemiripan Berdasarkan bagian yang dinyatakan secara eksplisit, sebuah metafora dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu metafora dengan pembandingan penuh dan metafora dengan pembandingan takpenuh. Sebagai unsur figuratif, metafora sering tidak dapat ditenjemahkan secara harfiah. Meskipun demikian, dalam penerjemahan sebuah metafora tetap diharapkan tercapainya kesepadanan dinamis , yaitu keserupaan pesan yang diterima oleh pembaca bahasa sumber (Bsu) dan pembaca bahasa sasaran (Bsa).
Penelitian ini bertuan untuk mengetahui jenis ketidakcocokan kolokasi dan tipe pembandingan yang membentuk metafora teks sumber (T su), mengetahui bentuk terjemahan metafora Tsu ke dalam Tsa, mengungkapkan kesepadanan metafora Tsu dan terjemahannya dalam teks sasaran (Tsa), mengetahui prosedur penerjemahan yang digunakan dalan penerjemahan metafora Tsu ke dalam Tsa, mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan tercapainya dan tidak tercapainya kesepadanan metafora Tsu dan terjemahannya dalam Tsa, serta kesesuaian metode penerjemahan yang digunakan dengan jenis teks yang diterjemahkan.
Dari sumber dam berupa tiga buah novel dalam bahasa Inggris dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia, diperoleh 130 buah metafora. Berdasarkan penelitian terhadap data itu ditemukan bahwa sebagian besar metafora dalam Tsu muncul dalam bentuk ketidakcocokan kolokasi tersembunyi dan tipe pernbandingan takpenuh. Dengan demikian, untuk memahami metafora dalam Tsu sangat diperlukan konteks. Berdasarkan bentuknya, unsur tetjemahan dapal dikategorikan ke dalam tiga kelompok, yaitu metafora, simile, dan ungkapan nonfiguratif.
Dengan berpedoman kepada keserupaan atau ketidakserupaan pemahaman informan Bsu dan Bsa, bentuk-bentuk terjemahan tersebut dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu terjemahan yang sepadau dan terjemahan yang tidak sepadan. Terjemahan yang sepadan berasal dari terjemahan berbentuk metafora, simile, dan ungkapan nonfiguratif, sedangkan terjemahan yang tidak sepadan berasal dari terjemahan berbentuk metafora dan simile. Terjemahan berbentuk metafora yang sepadan dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu (a) terjemahan dengan citra yang sama dengan citra metafora Tsu, dan (b) terjemahan dengan citra yang berbeda dengan citra metafora Tsu. Faktor faktor yang menyebabkan tercapainya kesepadanan pada metafora kelompok (a) adalah (i) metafora Tsu menggunakan citra yang sudah lazim digunakan, baik dalam Tsu maupun dalam Tsa; (ii) ketertafsiran titik kemiripan metafora tersebut melalui citranya, (iii) titik kemiripan yang eksplisit, dan (iv) tersedianya konteks yang memadai Metafora yang tergolong ke dalam kelompok (b) dapat mencapai kesepadanan karena citra metafora Tsu diganti dengan citra yang lain dalam Tsa. Penggantian citra tersebut dilakukan atas dasar (i) perbandingan yang lazim dalam Bsa dan (ii) kurang dikenalnya citra tersebut dalam Bsa atau kekurangjelasan titik kemiripan citra tersebut dengan topiknya.

Abstract
According to comparison theory, the detinition of metaphor is an implicit comparison without as or like between the two compared item. Metaphor appears in the form of collocational clash, which can be deviled into two types, namely overt collocational clash and covert collocational clash A metaphor consists of three parts, namely topic, image, and point of similarity. Based on its explicit parts, a metaphor can be classiiied into two types of comparison, i.e. full comparison and abbreviated comparison. As a figurative item, a metaphor is hard to be translated literally, meanwhile the translation of SL a metaphor should be the dynamic equivalent translation The dynamic equivalence is a quality of translation in which the message of source language text (SLT) has been so transported into the target language text (TLT) that the response of the target language (TL) readers is essentially like that of the source language (SL) reader.
This research aimed at investigating the following things: (1) the type of collocational clash and the type of comparison that form the SL metaphor; (2) the dynamic equivalence of TL metaphor and its translation in Indonesian (3) the forms of the translation and translation procedures used in translating the SLT metaphor into the TLT; (4) the factors that cause the equivalence and unequivalence between SL metaphors and their translation in Indonesian; and (5) the compatibility between the methods of the translation and the type of the text.
One hundred and thirty metaphors and their translation were gathered from the source ofthe data, namely three novels written in English and their translation in Indonesian. The findings are as follows: most of SLT metaphors appear in the form of covert collocational clash with abbreviated comparison. lt means, in order to understand the SLT metaphors the context was highly needed.
The translation of SLT metaphors could be divided into three forms, namely metaphor, simile, and nonligurative items. Based on the similarity of the SLT and TLT readers? response, those fomrs could be categorized into two groups, equivalent translation (ET) and nonequivalent translation (NET). The ETS were in the form of metaphors, similes and noniigurative items, while the NETS were in the form of metaphors and similes. The ETS in the form of metaphors could be divided into two groups i.e. (a) translations with the same images as found in SLT metaphors; (b) translations with different images from the ones found in SLT metaphors, The translations which belong to (a) could be equivalent to SLT metaphors because (i) the images of SLT metaphors have been frequently used both in SL or TL; (b) the interpretability of the points of similarity through the images; (iii) the explicitness of the points of similarity; (iv) the availability of adequate contexts. The translations which belong to (b) could be equivalent to SLT metaphors because the images of SLT metaphors were replaced by different images in TLT. The reasons for replacing the images were (i) common comparison in the TL; (ii) the images were not well known in the TL or the points of similarity were not easily recognized.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T2658
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karnedi
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aplikasi metafora konseptual dalam buku teks bidang ekonomi dan bagaimana penerjemah mengatasi masalah penerjemahan berbagai kategori dan/atau jenis metafora konseptual dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Kajian dilakukan dengan menggunakan: (1) pendekatan kognitif, (2) pendekatan berbasis korpus, (3) model komparatif, dan (4) teori strategi penerjemahan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berupa analisis teks sebagai sebuah studi kasus. Analisis terjemahan sebagai sebuah produk didasarkan pada sebuah korpus paralel (data) yang berasal dari tiga buku teks ekonomi berbahasa Inggris (subkorpus teks sumber) dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia (subkorpus teks sasaran) oleh tiga penerjemah dan diterbitkan masing-masing oleh tiga penerbit lokal yang berbeda. Identifikasi penggunaan ungkapan metaforis dalam kedua subkorpus itu dilakukan dengan menggunakan program WordSmith Tools versi 5.0.
Dua temuan utama dalam penelitian ini adalah: (1) 19 jenis metafora yang meliputi ketiga kategori metafora konseptual, yakni 11 jenis metafora struktural, 7 jenis metafora ontologis, dan 1 jenis metafora orientasional; frekuensi kemunculan itu menunjukkan kecenderungan penulis teks sumber menggunakan metafora struktural untuk menjelaskan berbagai konsep, teori, argumen dalam ilmu ekonomi, serta realitas perekonomian dalam buku teks bidang ekonomi, (2) untuk mengatasi masalah penerjemahan metafora konseptual, penerjemah menerapkan tiga metode penerjemahan yang lebih berorientasi pada bahasa sumber (berdasarkan sejumlah prosedur penerjemahan metafora konseptual dan teknik penerjemahan yang digunakan), yaitu metode penerjemahan harfiah, metode penerjemahan setia, dan metode penerjemahan semantis. Dapat disimpulkan bahwa penerjemah mengadopsi ideologi foreignisation ketika menerjemahkan metafora konseptual dalam buku teks bidang ekonomi dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia.
Relevansi temuan penelitian ini dengan temuan penelitian sejenis adalah penerjemahan buku teks bidang ekonomi sebagai salah satu bentuk teks khusus (genre) yang memiliki fungsi informatif juga cenderung lebih mengutamakan ciri, bentuk, dan makna teks sumber dalam teks sasaran sebagai cerminan dari ketiga metode penerjemahan serta ideologi foreignisation yang dianut. Di sisi lain, metode penerjemahan komunikatif dan ideologi domestication yang berorientasi pada bahasa sasaran juga diadopsi oleh penerjemah. Dengan kata lain, penerjemah cukup terbuka terhadap kedua kutub ideologi penerjemahan itu. Sebagai kesimpulan, penelitian ini turut memperkuat temuan penelitian terdahulu tentang teori metafora konseptual (pendekatan kognitif) dan teori strategi penerjemahan yang terdiri dari ideologi penerjemahan, metode penerjemahan, prosedur penerjemahan metafora, dan teknik penerjemahan.

ABSTRACT
This research aims to investigate the application of conceptual metaphors in economics textbooks and what translation strategies that the translators employ in order to cope with the problems of translating those categories of conceptual metaphors and/or types of metaphors from English into Indonesian. Investigation is based on: (1) a cognitive approach, (2) a corpus-based approach, (3) a comparative model and (4) a theory of translation strategies. The research is conducted on the basis of a qualitative method, particularly a textual analysis in the form of a case study. An analysis of translation as a product is done on the basis of a parallel corpus (data) taken from three English textbooks on economics (the source text subcorpus) and their translations in Indonesian (the target text subcorpus) translated by three translators and published respectively by three local publishers. The use of metaphorical/linguistic expressions in the study corpus is identified by using WordSmith Tools version 5.0.
Two research findings are as follows: (1) nineteen types of metaphors are found in the source text subcorpus representing the three categories of conceptual metaphors: eleven types of structural metaphors, seven types of ontological metaphors and one type of orientational metaphor; the frequencies reflect the source text writers? preference to explain those concepts, theories and arguments in economics, as well as realities of economy in economics textbooks; (2) in order to deal with the problems of translating conceptual metaphors, translators use three major translation methods (i.e. literal translation, faithful translation and semantic translation) based on a number of metaphor translation procedures and translation techniques identified. This translation phenomenon indicates that they adopt the ideology of foreignizing strategy when translating conceptual metaphors in economics textbook from English into Indonesian.
These findings to some extent are closely linked to other research findings in translation studies in the sense that the translation of economics textbooks as one type of specific text (genre) with informative function also tends to maintain the characteristics, forms and meanings of the source language in the target text, rather than the target language. This phenomenon again reveals the three translation methods and the translation ideology being adopted (i.e. foreignisation). However, the communicative method and the ideology of domesticating strategy (domestication) which gives more emphasis on the target language are also adopted by the translators. In other words, the translators seem to be quite open to the two binary ideologies of translation. To sum up, this research strongly supports other relevan research in association with the theory of conceptual metaphor (cognitive approach) and the theory of translation strategies which consists of ideology of translation, translation methods, translation procedures and translation techniques."
Depok: 2011
D1288
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nababan, M. Rudolf
Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2003
011.7 NAB t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nababan, M. Rudolf
Jakarta: Pustaka Pelajar, 1999
418.022 1 NAB t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2000
418.02 PEN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sukasah Syahdan
"Puisi-puisi Indonesia telah mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris pada dekade 60-an. Menurut Burton Raffel, yang dapat dianggap sebagai antologi puisi-puisi Indonesia berbahasa Inggris terbit pertama kali pada tahun 1964, yaitu An Anthology Modern Indonesian Poetry, buah karyanya sendiri. Ada juga beberapa puisi, cerita pendek serta novel yang telah lebih dulu diterje-mahkan ke dalam bahasa Inggris, tetapi jumlahnya tidak begitu besar dan biasanya muncul secara sporadis dan penerbitannya agak tercecer. Sejak saat itu penerjemahan puisi Indonesia ke dalam bahasa asing semakin banyak dilakukan. Tercatat pada tahun 1990 sebuah lagi antologi puisi Indonesia telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, menyusul kumpulan puisi asli Sapardi Djoko Damono yang terbit sebelumnya di tahun yang sama. Usaha penerjemahan puisi semacam ini adalah hal yang menggembirakan karena hal tereebut menunjukkan perkembangan minat bangsa-bangsa asing kepada budaya bangsa Indonesia, sebagai bangsa yang secara politis baru lahir setelah Perang Dunia II. Usaha ini perlu disyukuri karena dengan hasil terjemahan mereka, para penerjemah terus membantu memperkenalkan puisi-puisi Indonesia kepada masyarakat di luar Indonesia.
Buku-buku atau antologi-antologi puisi terjemahan berbahasa Inggris yang disinggung di atas dihasilkan oleh orang asing yang sudah punya nama di dalam dunia terjemahan, kesusastraan, atau kebahasaan: Burton Raffel, Derwent May, Henry Aveling, Liaw Yock Fang, dan John McGlynn. Burton Raffel adalah penyair dan penerjemah andal; Harry Aveling adalah salah seorang pakar kesusastraan Indonesia; Derwent May penyunting Sastra majalah The Listener, yang pernah mengajar di Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1955-1958); John McGlynn penerjemah sekaligus editor dari Yayasan Lontar; Berta Liaw Yock Fang, seorang pakar linguistik dan kesusastraaan dari Singapura. Dalam proses penerjemahan mereka, beberapa penerjemah yang disebutkan tadi mengikutsertakan pula beberapa orang Indonesia sebagai konsultan terjemahan (misalnya Burton Raffel yang dibantu oleh Nurdin Salem; Liaw Yock Fang dibantu H.B. Jassin). Ini tidaklah mengherankan sebab setiap penerjemah pada dasarnya menginginkan hasil terjemahan yang tinggi mutunya. Meskipun pada kenyataannya pare penerjemah di atas adalah orang-orang yang tidak perlu diragukan lagi kemampuan berbahasanya, terjemahan yang mereka hasilkan belumlah dapat dikatakan bebas dari kesalahan atau kekurangan. Kompetensi sang penerjemah memang menentukan hasil terje-mahan, tetapi hal ini bukanlah satu-satunya faktor. (Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil atau mutu terjemahan akan disinggung dalam bab berikutnya.) Hasil terjemahan mereka tidak dapat dikatakan bebas dari atau penuh akan kesalahan sebelum ada yang memeriksa.
Selanjutnya, keinginan untuk memeriksa hasil terjemahan puisi telah melatarbelakangi pemilihan topik skripsi ini. Penerjemahan puisi (PP) mencakup dua tugas sekaligus. Pertama adalah pengalihan makna, pesan, atau amanat dari bentuk-bentuk bahasa yang dipergunakan penyairnya. Kedua adalah pengalihan elemen-elemen puitisnya, seperti rima, aliterasi, pencitraan, dan alat-alat puisi yang lain. Jika tugas pertama tersebut menyangkut isi puisi, tugas kedua menyangkut bentuknya. Seorang penerjemah puisi, diharapkan dapat mempertahankan keseimbangan elemen-elemen pembentuk puisi yang diterjemahkannya. Namun, pada praktiknya, ia tidak jarang harus memberi prioritas kepada salah satu tugas saja. Mau tidak mau, baik sadar maupun tidak, ia harus mengorbankan salah satu elemen pembentuk puisi yang sedang diterjemahkannya. Rima sebagai landasan awal unsur estetika puisi, misalnya, sulit untuk dipertahankan dan dapat dipastikan hilang dalam proses penerjemahan. Dalam proses penerjemahan teks apa pun, perubahan atau kehilangan elemen makna (isi) dan bentuk tidak dapat dihindari. Demikian pula halnya dalam PP. Akibat perubahan dan kehilangan elemen makna dan bentuk ini akan mempengaruhi baik hasil terjemahan maupun kesan pembaca, baik sebagian maupun keseluruhan. Masalah berubahnya atau hilangnya elemen-elemen pembentuk puisi Indonesia dalam proses penerjemahannya ke dalam bahasa asing ini saya coba angkat menjadi topik skripsi ini. Saya membatasi masalah ini dengan hanya membahas perubahan-perubahan yang menyangkut isi atau makna puisi yang timbul akibat proses terjemahan. Masalah bentuk atau unsur-unsur keindahan puisi akan dibahas hanya jika berhubungan langsung dengan masalah utama. Untuk tujuan analisis kelak korpus penelitian juga perlu ditentukan dan dibatasi. Skripsi ini akan menyoroti perubahan makna yang terjadi dalam penerjemahan puisi. Indonesia ke dalam bahasa Inggris.
Tugas utama kritik terjemahan adalah untuk menghasilkan cara penilaian karya terjemahan seobjektif mungkin, tetapi belum adanya kerangka acuan yang ketat dan sistematis secara metodologis mengakibatkan sebagian usaha evaluasi hasil terjemahan menjadi hal yang intuitif belaka. Peter Newmark, ketika menyinggung masalah keobjektifan kritik terjemahan seperti di atas, menambahkan: The flavour of excellence in a translation is as intangible as that in a poem but the badness, error and inaccuracy in a translation is not hard to expose (Newmark 1979, 101). Pembatasan masalah dalam skripsi ini kiranya sudah sedikit mencerminkan keobjektifan hasil analisis kelak. Perubahan makna yang terjadi dalam proses terjemahan akan dianalisis secara linguistis, khususnya dengan memanfaatkan teori semantik. Analisis akan menghindari penilaian berdasar dikotomi betul/salah, seperti yang sering dilakukan dalam analisis kesilapan (error analysis) pada proses pembelajaran atau pengajaran bahasa. Tujuan penulisan adalah memerikan perubahan dan kehilangan elemen-elemen makna dalam puisi yang timbul akibat proses terjemahannya. Bahwa perubahan dan kehilangan dalam proses penerjemahan (apa pun) tidak dapat dihindari adalah suatu label besar yang sering juga ditempelkan pada proses PP. Saya akan mencoba memotong-motong label tersebut dan menempelkannya pada tempat yang cocok. Pengetahuan mengenai atau kesadaran akan beberapa jauh perubahan makna dapat timbul dalam proses penerjemahan akan dapat membantu proses penerjemahan itu sendiri dan dapat mendasari penentuan parameter dalam evaluasi hasil terjemahan. Kalimat terakhir inilah tesis saya.
Tujuan penulisan di atas diharapkan dapat dicapai dengan menganalisis puisi terjemahan yang sudah ada, yaitu hasil terjemahan puisi-puisi Indonesia ke dalam bahasa Inggris. Pemeriksaan hasil terjemahan sebenarnya masih merupakan bagian dari langkah-langkah yang ditempuh dalam proses penerjemahan itu sendiri. Pertama, saya melakukan eksegesis atau penafsiran terhadap puisi-puisi asli. Ini digunakan untuk mencari makna teks dalam bahasa sumber (bahasa Indonesia). Dua hal yang harus diperoleh dari proses penafsiran ini adalah tujuan penulis teks sumber dan tema penulisannya. Proses penafsiran ini juga berhubungan dengan analisis teks sumber. Dalam hal ini analisis mencakup pemecahan masalah ketaksaan, penafsiran makna kata-kata kunci, fungsi struktur gramatikal, dan lain-lain. Langkah-langkah ini memainkan peranan penting dan akan menentukan kesimpulan akhir analisis. Langkah-langkah lanjutan yang biasa diterapkan dalam proses penerjemahan (seperti pengalihan dan konsep awal, evaluasi, dan perbaikan) tidak perlu diterapkan lagi, karena teks akhir terjemahan sudah ada, yaitu berupa puisi-puisi terjemahan yang dijadikan korpus. Tinggallah kini penganalisisan korpus, yang akan dilakukan dengan membandingkan teks sumber dan teks sasaran, sesuai dengan penafsiran di atas. Analisis perubahan makna bersifat semantis dan akan dilakukan dengan memakai metode komparatif. Analisis semantis ini akan dilakukan setelah sebelumnya dilakukan analisis struktural yang menggunakan beberapa parameter Catford. Analisis dengan cara ini berguna untuk menentukan pergeseran-pergeseran (shifts) yang timbul dalam proses penerjemahan, meskipun tidak menyinggung masalah semantis. Untuk tujuan analisis baris-baris atau larik-larik dalam korpus puisi akan diperlakukan sebagai kalimat, walaupun pada baris atau larik tidak ditemui adanya pemarkah final. Hal ini tidak menutup kemungkinan adanya beberapa baris yang digabungkan dengan baris sebelum atau sesudahnya. Untuk mendapat kemudahan dalam mencari dan membatasi jumlah korpus, saya membagi puisi atas dua jenis.
Jenis pertama adalah puisi bebas, yaitu jenis puisi yang tidak terikat kepada konvensi-konvensi. Jenis kedua adalah puisi terikat yang taat kepada aturan-aturan atau konvensi-konvensi puisi. Terlepas dari dikotomi puisi ini, kesimpulan akhir hasil induksi analisis mudah-mudahan dapat dikembalikan kepada puisi pada umumnya. Masalah pemilihan korpus tidak terlepaskan dari dikotomi jenis puisi di atas. Puisi-puisi yang dipilih harus merupakan wakil dari puisi bebas dan puisi terikat. Untuk puisi bebas, saya memilih salah satu puisi modern, mengingat puisi-puisi modern cenderung tidak terikat lagi kepada konvensi-konvensi puisi. Sebaliknya, untuk korpus puisi terikat saya memilih satu puisi. Indonesia yang dapat dikatakan klasik. Korpus pertama adalah puisi bebas yang berjudul Berjalan Ke Barat di Waktu Pagi Hari, karya penyair modern Indonesia, Sapardi Djoko Damono. Puisi ini belum lama diterjemahkan oleh John McGlynn dengan judul Walking Westward in the Morning Sebagai representasi jenis puisi terikat, korpus kedua adalah sebuah puisi Chairil Anwar yang cukup dikenal, yang berjudul Derai-Derai Cemara. Versi terjemahannya berjudul Fir Trees in Rows, oleh Burton Raffel.
Skripsi ini terdiri atas lima buah bab, yang pembagiannya adalah sebagai berikut: Bab 1 sebagai Bab Pendahuluan menjelaskan latar belakang pemilihan topik skripsi. Sedikit disinggung di sini mengenai penerjemahan puisi-puisi Indonesia, mengenai sifat-sifat terjemahan puisi, dan tugas-tugas yang harus dilakukan sang penerjemah. Dalam bab ini dijelaskan satu masalah spesifik dalam PP, dan untuk tujuan penulisan yang juga disebutkan di sini, masalah tersebut dibahas dan dibatasi. Gambaran sepintas mengenai langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis dan dasar-dasar pemilihan korpus yang dipilih untuk tujuan analisis juga dimuat dalam bab ini, dan kemudian dilanjutkan dengan penjelasan mengenai struktur pembabakan skripsi. Karena bidang penerjemahan merupakan bidang terapan berbagai disiplin ilmu, praktik penerjemahan mau tidak mau merupakan fungsi dari berbagai disiplin ilmu.
Bab 2 khusus membahas masalah dari segi teoritis. Pertama-tama dijelaskan apa dan bagaimana penerjemahan itu. Beberapa pandangan para pakar terjemahan dijadikan acuan. Yang juga penting untuk dibicarakan dalam bab ini adalah teori-teori semantik, sebab makna adalah topik yang akan dibicarakan.
Bab 3 diberi judul Eksegesis; bab ini berfokus pada penafsiran korpus puisi-puisi yang asli. Hal-hal yang tercakup di sini adalah penafsiran kata-kata kunci, pemecahan masalah ketaksaan, fungsi struktur gramatikal, dan lain-lain. Hasil keluaran bab ini akan mendasari analisis pada bab berikutnya.
Bab 4 adalah bab yang membahas berbagai jenis perubahan makna yang terjadi dalam proses penerjemahan atau dalam karya puisi terjemahan. Dengan mengaitkan dua bab sebelumnya dan mewujudkan kerangka teori dalam analisis korpus, bab ini sedikit banyak menyinggung juga usaha-usaha sang penerjemah dalam mengatasi kesulitan yang timbul dalam proses PP.
Bab 5 adalah bab terakhir yang menyimpulkan hal-hal yang telah dijelaskan dan dibahas dalam skripsi ini."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S13986
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>