Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157080 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Proses melahirkan dapat menjadi salah satu faktor predisposisi disfungsi seksual pada perempuan. Penentuan disfungsi seksual dilakukan melalui penilaian enam domain, yaitu gairah, rangsangan, Iubrikasi, orgasme, kepuasan, dan nyeri. Penelitian deskripsi sederhana ini bertujuan untuk mengetahui gambaran fungsi seksual perempuan pasca melahirkan di suatu kecamatan di Depok tahun 2011. Penentuan Iokasi penelitian berdasarkan purposive dan random sampling pada 100 responden di suatu kecamatan di Depok dengan angka kelahiran tertinggi, yaitu 5862 (Dinkes, 2011). Pengumpulan data dilakukan dengan mengisi kuesioner yang diterjemahkan dari Female Sexual Function Index (FSFI) yang telah divalidasi dan diisi sendiri oleh responden. Hasil penelitian dengan metode pengambilan data potong lintang ini menunjukkan bahwa proporsi perempuan pasca melahirkan yang mengalami disfungsi seksual sebesar 47%. Nyeri seksual menempati jenis disfungsi seksual terbanyak (35%) yang dialami responden, diikuti dengan gangguan rangsangan (14%), gangguan lubrikasi (13%), gangguan gairah (11%), gangguan orgasme (11%), dan ketidakpuasan (11%). Berdasarkan domain fungsi seksual, seorang responden dapat mengalami lebih dari satu jenis disfungsi seksual.

Childbirth process is one of sexual dysfunction predisposition factors on female. Sexual dysfunction can be assessed by six domains as desire, arousal, lubrication, orgasm, satisfaction, and pain. This descriptive quantitative research was focused on knowing the description of sexual function on post partum female in a sub-district on Depok in 2011. Research area chosen was done by purposive and random sampling method in 100 post-partum female in Kecamatan Cimanggis related to its highest number of birth rate as 5862 (Dinkes, 2011). We translated and validated Female Sexual Dysfunction (FSFI), which its questionnaires were self-administered by the respondents. This cross sectional study results in the proportion of post-partum female with sexual dysfunction is 47%. The most frequent sexual dysfunction domain is sexual pain (3593). It is followed with arousal disorder (14%), lubrication disorder (13%), desire disorder (11%), orgasm disorder (11%), and dissatisfaction (11%). Based on sexual function domain, a respondent able to has more than one type of sexual dysfunction."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
TA5956
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Adeline
"Latar belakang: Disfungsi seksual pada perempuan/ female sexual dysfunction (FSD) merupakan komplikasi penting diabetes melitus (DM) yang seringkali diabaikan. Data perihal FSD pada DM tipe 2 di Indonesia masih jarang dan meta-analisis terkait belum ada, padahal Indonesia mempunyai populasi DM terbesar ke-7 di dunia.
Tujuan: Menilai prevalensi dan faktor yang memengaruhi FSD penyandang DM tipe 2 di Indonesia.
Metode: Telaah sistematis ini disusun berdasarkan standar PRISMA. Pencarian artikel dilakukan di PubMed/Medline®, CINAHL®, Embase®, Proquest®, Scopus®, serta jurnal/ portal lokal di Indonesia. Artikel dicari dengan kata kunci “seksual”, “diabetes”, dan “Indonesia” dengan MesH terms (dalam bahasa Inggris dan Indonesia), yang mencakup studi observasi maupun eksperimental. Pencarian dilakukan tanpa membatasi waktu penelitian dan bahasa. Data dianalisis dengan STATA untuk mencari besar prevalensi FSD dan odd ratio faktor yang berhubungan dengan FSD.
Hasil: Sepuluh studi dengan desain potong lintang mencakup 572 perempuan DM tipe 2 di komunitas maupun rumah sakit. Rentang prevalensi pada kesepuluh studi ini adalah 9,8 – 78,2% dengan pooled prevalence 0,52 (IK 95% 0,49 – 0,56; I-squared 93,9%, p = 0,000) dan 0,62 (IK 95% 0,58 – 0,66; I-squared 68,7%, p = 0,001) jika satu studi dikeluarkan dari analisis karena penggunaan skor FSFI yang tidak standar. Usia di atas 45 tahun, menopause, penggunaan obat anti-hipertensi, dan kadar HbA1C berhubungan dengan FSD. Studi ini mempunyai keterbatasan berupa heterogenitas dan risiko bias artikel yang tinggi, luaran yang beragam, serta teks lengkap artikel yang sulit diperoleh. Studi ini juga menunjukkan adanya bias publikasi.
Kesimpulan: Disfungsi seksual perempuan DM tipe 2 di Indonesia mempunyai prevalensi yang tinggi dan kemungkinan berhubungan dengan proses penuaan dan metabolik. Implikasi studi ini adalah bahwa perempuan dengan DM tipe 2 dianjurkan untuk evaluasi FSD secara rutin.

Background: Female sexual dysfunction (FSD) is a neglected major complication of diabetes mellitus (DM). However, there is scarcity of data in Indonesia, which is currently ranked as the 7th in the world for the number of people with DM.
Objective: Our study aims to analyze the prevalence and factors of FSD among type 2 diabetes mellitus (T2DM) patients in Indonesia.
Methods: This systematic review was conducted using the PRISMA standard. Literature searching was performed in PubMed/Medline®, CINAHL®, Embase®, Proquest®, Scopus®, Indonesian local journals/ databases, and libraries, by considering human clinical studies. All observational and experimental studies in searching keywords “sexual”, “diabetes”, and “Indonesia” with MeSH terms (in English and Bahasa) were included, without time of study or language restriction. Pooled prevalence and odds ratio of associated factors of FSD were analyzed using STATA.
Results: Ten studies with cross-sectional design comprised of 572 females with T2DM, in both community and hospital settings. The prevalence of FSD ranged 9,8 – 78,2% and with random-effect model, it showed pooled prevalence 0,52 (95% CI 0,49-0,56; I-squared 93,9%, p = 0.000). After removing one study that was conducted with unstandardized FSFI cut off value, the prevalence of FSD was 0,62 (95% CI 0,58-0.66; I-squared 68,7%, p = 0.001). Age more than 45 years old, menopause, the use of antihypertensives, and HbA1c level were associated with FSD. Limitations of this article were its publication bias, in addition to its high heterogeneity and risk of bias among studies.
Conclusions: FSD was prevalent among T2DM patients in Indonesia and might associated with aging and metabolic factors. This conclusion implicated that females with T2DM need to be routinely evaluated for FSD.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Dzakira Edwar
"Disfungsi seksual perempuan merupakan gangguan yang terjadi pada fungsi seksual perempuan sehingga dapat mengganggu kegiatan seksual dan menyebabkan tekanan intrapersonal. Disfungsi seksual perempuan secara umum memiliki prevalensi sebesar 40,9% pada perempuan pre-menopause di dunia. Disfungsi seksual pasca persalinan dapat terjadi setelah proses persalinan dan mengganggu fungsi seksual perempuan serta berdampak pada psikologis dan hubungan dengan pasangan. Disfungsi seksual pasca persalinan dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah operasi Caesar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan disfungsi seksual dengan pasca operasi Caesar.
Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling menggunakan Female Sexual Function Index (FSFI-6) dan pengolahan data dilakukan menggunakan SPSS versi 20. Uji analisis menggunakan uji Chi Square dan Fisher’s exact test.
Secara statistik, hubungan disfungsi seksual dengan metode persalinan secara Caesar tidak signifikan (OR=2,750; IK 95%=0,771-9,808; P=0,111). Faktor lain yang diteliti (usia, status pendidikan, dan status pekerjaan) juga secara statistik tidak signifikan (p>0,05).
Hubungan disfungsi seksual dengan metode persalinan secara operasi Caesar secara statistik tidak signifikan. Namun, berdasarkan nilai OR operasi Ceasar memiliki risiko 2,750 kali lipat meningkatkan kejadian disfungsi seksual.

Female sexual dysfunction is a disorder that occurs in a woman's sexual function that can interfere with sexual activity and cause intrapersonal distress. Female Sexual dysfunction has a prevalence of 40.9% in pre-menopausal women in the world. Postpartum sexual dysfunction can occur after childbirth and have an impact on psychological and relationships with partners. Postpartum sexual dysfunction is influenced by many factors, one of which is the Caesarean section.
This study aims to identify the relationship between sexual dysfunction and post- Caesarean section.
This study uses cross-sectional study design. Sample is obtained by consecutive sampling using Female Sexual Function Index (FSFI-6) questionnaire and the data is processes through SPSS version 20. Statistical analysis test used in this study are Chi Square test and Fisher’s exact test.
Statistically the relationship between sexual dysfunction and delivery method by Caesarean isnot significant (OR = 2.750; 95% CI = 0.771-9.808; P = 0.111). Other factors studied (age, educational status, and employment status) are also statistically insignificant (p> 0.05).
The relationship between sexual dysfunction and delivery method by caesarean section is not statistically significant. However, based on the OR value, Caesarean surgery has a 2,750-fold risk to increased the accident of female sexual dysfunction.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Sholihat
"Periode post partum merupakan saat kritis bagi seorang ibu untuk beradaptasi setelah melahirkan dan juga merupakan masa-masa yang membahagiakan sekaligus penuh stress yang berkaitan dengan masalah penyesuian diri baik secara fisik maupun psikologis terhadap kelahiran bayi mereka. Wanita yang mengalami gangguan adaptasi psikososial selama post partum akan berdampak pada kehidupannya baik perkawinannya dan hubungan antara ibu dan anak, sehingga akan mengganggu perkembangan emosional dan tingkah laku anak dikemudian hari.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran adaptasi psikososial ibu post partum dan hubungannya dengan beberapa variabel antara lain umur, pendidikan, status ekonomi, pekerjaan, kondisi bayi barn lahir, paritas, jenis persalinan, status kesehatan ibu, keinginan punya anak, self consept dan dukungan sosial.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian non experimental dengan pendekatan cross sectional, pengumpulan data dengan wawancara terhadap 109 responden ibu post partum setelah satu bulan - satu tahun yang berada di Kecamatan Cimanggis dan sebelumnya responden melakukan persalinan di 4 pelayanan kesehatan yaitu Rumah Sakit Tugu Ibu, Rumah Sakit Thu dan Anak Tumbuh Kembang, Klinik Anugrah dan Puskesmas Cimanggis. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dengan distribusi frekuensi, analisis bivariat dengan uji chi Squere dan analisa multivariat dengan regresi logistik ganda.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa adaptasi psikososial ibu post partum mencapai 56 %, presentasi ini masih dalam rentang rata-rata penelitan yang dilakukan dibeberapa daerah di Indonesia. Hasil uji bivariat terhadap 11 variabel independen menunjukan bahwa faktor-faktor yang berhubungan secara signifikan dengan adaptasi psikososial ibu post partum adalah pekerjaan, self consept dan dukungan sosial. Hasil analisis multivariat didapatkan dua variabel yang berhubungan erat dengan adaptasi psikososial ibu post partum yaitu pekerjaan (OR = 3,730) dan self consept (OR 2,703) dan dari kedua variabel tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel pekerjaan merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi adaptasi psikososial ibu post partum.
Mengingat pentingnya pencapaian adaptasi psikososial ibu pada masa post partum untuk itu disarankan agar setiap tatanan pelayanan kesehatan memperhatikan aspek psikologis dari ibu dan keluarga dalam masa reproduksi seperti diadakannya kelas prenatal untuk ibu hamil dan suami, pelayanan kesehatan ditujukan tidak hanya kepada ibu tetapi juga keluarganya, dengan demikian keluarga dapat memberikan support selama proses persalinan dan menyediakan tenaga kesehatan yang mampu memberikan pelayanan secara komprehensif yang meliputi bio, psiko, sosial dan spiritual. Perlu dukungan dan tindakan yang nyata dari dinas kesehatan dalam upaya meningkatkan kesehatan reproduksi melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan dart kerjasama lintas sektoral dengan instansi terkait dalam pelayanan kesehatan reproduksi seperti dinas pendidikan dan instansi swasta. Pentingnya peranan divas tenaga kerja dan transmigrasi serta dinas perindustrian dan perdagangan dalam menciptakan lahan pekerjaan yang aman sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan wanita dan dapat meningkatkan aktualisasi diri.
Daftar Bacaan : 41 (1988-2004)

Analysis on Psychosocial Adaptation of Post Partum Mothers in Cimanggis Sub-district, Depok City Year 2004Post partum period is a critical time for a mother to adapt after giving birth, a happy but stressful time as it is related to self adjustment problems both physically and psychologically because of the birth of the baby. Women who experience psychosocial adaptation disorder during post partum period would be disturbed in their marital life and in their relationship with the newborn which will, in turn, disturb the emotional and behavioral developments of the child in the future.
This study objective was to describe the psychosocial adaptation of post partum mothers and its relationship to age, education, economic status, working status, condition of the newborn, parity, type of birth, maternal health status, desire to have the child, self concept, and social support factors.
The study design was cross-sectional with data collected through interview to 109 respondents (post partum mothers 1 month - 1 year) who previously gave birth in one of four health care services: Tugu Maternal Hospital, Tumbuh Kembang Maternal and Child Hospital, Anugrah Maternity Clinic, and Cimanggis PublIic Health Center. Data was analyzed in univariate (frequency distribution), bivariate (chi-square test), and multivariate (multiple logistic regressions) methods.
The study reveals that the psychosocial adaptation reached 56%, it is within the range of results of other studies in Indonesia. Bivariate analysis showed that factors with significant relationship were working status, self-concept, and social support. Multivariate analysis showed that working status (OR=3.730) and self concept (OR=2.703) were closely related to psychosocial adaptation after controlled with other factors. The most dominant factor was working status variable.
It is recommended to health care providers to pay more attention on psychological aspect of mother and family during reproductive period for example by conducting prenatal classes for pregnant mother and husband, to provide support to family to support the mother, to provide health worker who could manage comprehensive care including biological, psychological, social, and spiritual care. There is a need to improve knowledge and skill of health worker and to strengthen inter-sector cooperation such as Ministry of Education and private sector. The importance of Department of Workforce, Department of Transmigration, Industry and Trade Office in creating jobs as to improve women welfare should be appreciated and be considered.
References: 41 (1988-2004)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13163
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Duhita Ayuningtyas W
"Tesis ini bertujuan untuk membuktikan kesahihan dan keandalan FFMQ-S versi bahasa Indonesia untuk menilai disfungsi seksual pada perempuan di Indonesia. Uji kesahihan konstruksi dilakukan dengan uji korelasi Pearson, sedangkan uji keandalan menggunakan Cronbach’s α untuk konsistensi internal. Pada penelitian ini didapatkan 107 subjek mengisi kuesioner FFMQ-S yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Seluruh butir FFMQ-S versi bahasa Indonesia terbukti sahih dengan rentang nilai 0,221-0,493. Konsistensi internal dari masing-masing facet menunjukkan nilai keandalan yang baik, dengan rentang nilai Cronbach’s α 0.71-0,84. FFMQ-S versi bahasa Indonesia merupakan kuesioner yang sahih dan andal, dapat digunakan sebagai penapisan awal adanya disfungsi seksual pada perempuan. 

The thesis aims to prove the validity and reliability of the Indonesian version of the FFMQ-S to assess female sexual dysfunction in Indonesia. The construct validity test was conducted using Pearson correlation test, while the reliability test used Cronbach's α for internal consistency. A total of 107 subjects completed the FFMQ-S questionnaire which had been translated into Indonesian. All items of the Indonesian version of the FFMQ-S proved to be valid with a value range of 0.221-0.493. The internal consistency of each facet showed good reliability values, with a range of Cronbach's α values of 0.71-0.84. The Indonesian version of the FFMQ-S is a valid and reliable questionnaire that can be used as an initial screening for sexual dysfunction in women.

"

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melinda Harini
"LATAR BELAKANG. Disfungsi seksual dan kecemasan sering dialami oleh pasien pasca infark miokard akut (acute myocardial infarct, AMI) dan dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji hubungan fungsi seksual dengan kecemasan pasien pasca AMI.
METODE. Desain studi deskriptif analitik dengan disain potong lintang (crosssectional). Responden merupakan pasien rawat jalan Poliklinik Jantung Terpadu RS. Cipto Mangunkusumo yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, bersedia mengikuti program penelitian dan menandatangani surat persetujuan untuk mengikuti penelitian setelah diberikan penjelasan mengenai tujuan dan manfaat program penelitian. Kemudian responden mengisi formulir International Index of Erectyle Function (IIEF) untuk menilai fungsi seksual dan dilakukan wawancara untuk menilai kecemasan dengan Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A).
HASIL. Pasien pasca AMI mengalami disfungsi ereksi (82,5%), disfungsi orgasme (72,5%), disfungsi libido (93,8%). Hampir seluruh responden menyatakan ketidakpuasan dalam hubungan seksual(97,5%) dan ketidakpuasan menyeluruh (90%). Proporsi kecemasan pasca AMI adalah 52,5%. Tidak terdapat hubungan antara fungsi seksual dengan kecemasan pasca AMI.
KESIMPULAN. Kecemasan dan disfungsi seksual merupakan masalah yang perlu diperhatikan pada pasien pasca AMI. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan dan disfungsi seksual pasca AMI perlu dieksplorasi lebih lanjut sehingga dapat disusun panduan tatalaksana yang terintegrasi.

BACKGROUND. Sexual dysfunction and anxiety frequently happens by patients after acute myocardial infarction (AMI) and can affect patients quality of life.
METHODS. It was analytic descriptive study, cross-sectional design. Respondents are outpatients in Integrated Cardiac Clinic of Cipto Mangunkusumo Hospital that meet the inclusion and exclusion criteria, who were willing to follow the research program and sign an agreement to participate in the study after being given an explanation of the purpose and benefits of the research program. Respondents then completed the International Index of Erectyle Function (IIEF) form to assess sexual function and were interviewed to assess anxiety using the Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A).
RESULTS. Post-AMI patients had erectile dysfunction (82.5%), orgasm dysfunction (72.5%), libido dysfunction (93.8%). Almost all respondents expressed sexual intercourse dissatisfaction (97.5%) and overall dissatisfaction (90%). The proportion of post-AMI anxiety was 52.5%. There was no relationship between sexual function after AMI with anxiety.
CONCLUSIONS. Anxiety and sexual dysfunction post-AMI is a considerable problem. Factors that affect anxiety and sexual dysfunction after AMI needs to be explored further so that an integrated management guidelines could be proposed.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Magfira
"ABSTRAK
Latar belakang: Penelitian mengenai Disfungsi Seksual pada Wanita (DSW) masih jauh
tertinggal dibandingkan pada pria, saat ini hipertensi diketahui mempengaruhi terjadinya
disfungsi seksual pada pria. Namun, bagaimana hipertensi mempengarhui kejadian DSW
belum banyak diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
hipertensi esensial dengan kejadian DSW.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang dilakukan di Klinik
Ikhalas Medika Kota Serang, Banten pada bulan Agustus-September 2019. Seluruh
perempuan yang berusia diatas 18 tahun, berpendidikan minimal SD, menikah,
melakukan hubungan seksual dalam 4 minggu terakhir, tidak memiliki riwayat diabetes,
kemoterapi, radiasi maupun operasi didaerah panggul selain section caesare
diikutsertakan dalam penelitian. Fungsi seksual wanita diukur menggunakan Female
Sexual Function Index-Indonesia (FSFI-I), subjek dikategorikan memiliki DSW apabila
nilai FSFI-I < 26.55. Analisa menggunakan modified Cox-regression digunakan untuk
mengetahui hubungan DSW dengan hipertensi esensial yang dinyatakan dalam Rasio
Prevalensi (PR) dan Interval Kepercayaan 95% (95%CI).
Hasil: Sebanyak 442 wanita diikutsertakan dalam penelitian ini dengan respons rate
penelitian sebesar 86.3%. Sebanyak 91.67% wanita dengan hipertensi (121/132) dalam
penelitian ini mengalami DSW dan sebanyak 72.9% (226/310) wanita tanpa hipertensi
mengalami DSW. Hipertensi diketahui meningkatkan kejadian DSW dengan nilai aPR
sebesar 1.76 kali lipat (95%CI: 1.20-2.60).
Kesimpulan: DSW merupakan masalah kesehatan yang umum dijumpai dan kejadiannya
diketahui meningkat pada wanita dengan hipertensi. Pengelolaan hipertensi dengan
pendekatan holistik perlu dilakukan termasuk didalamnya penilaian gangguan fungsi
seksual pada wanita dengan hipertensi.

ABSTRACT
Introduction: Comapared to male, the study regarding Female Sexual Dysfunction
(FSD) was far left behind. Recent study showed that high blood pressure is a major cause
of male sexual dysfunction. However, how hypertension affects women sexual function
was not completely understood. This study aims to investigate the relationship between
hypertension and FSD.
Methods: This is a cross-sectional study conducted in a private primary healthcare
clinic, in Serang City, Banten Province Indonesia from August-September 2019. All
women aged 18 years or older, at least elementary school graduated, had sexual activities
during the last 4 weeks were recruited. Exclusion criteria were pregnant, had history of
diabetes, or chemotherapy, radiation, or surgery in the pelvic region except for caesarean
section. Patient sexual function was assessed by the Indonesian validated Female Sexual
Function Index (FSFI-I). Patients were classified as having sexual dysfunction (SD) if the
total FSFI-I score was < 26.55. Modified cox-regression performed to evaluate the
association between hypertension and SD and to calculate the Prevalence Ratio (PR) for
SD in HT women.
Results: A total of 442 women were included in this study with a response rate of 86.3%.
A total of 91.67% women with hypertension (121/132) in this study had FSD and a total
of 72.9% women without hypertension (226/310) had FSD. Hypertension increased the
proportion of FSD with an aPR 1.76 (95% CI: 1.20-2.60).
Conclusion: FSD is a common problem and the prevalence increase in women with
hypertension. Holistic approach management in hypertension needs to be done including
the assessment of sexual function in women with hypertension.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Indah Lestari
"ABSTRAK
Latar Belakang: Prolaps Organ panggul POP adalah tonjolan atau penonjolan organ panggul dan segmen yang terkait vagina ke dalam atau melalui vagina.1 POP Sering dijumpai pada wanita dewasa dan usia lanjut.1-3 Umumnya wanita yang menderita POP datang dengan keluhan adanya benjolan pada vaginanya.9,10 Gangguan pada fungsi seksual jarang dikeluhkan, namun dari kepustakaan diketahui bahwa pasien prolaps stage 3-4 terkait dengan sulitnya pencapaian orgasme.13 Sedangkan Roovers dkk melaporkan prevalensi disfungsi seksual sebesar 68 pada pasien POP. Sayangnya, Di Indonesia sendiri penelitian mengenai disfungsi seksual pada penderita POP cukup jarang, bahkan peneliti sendiri belum mendapatkan datanya. Oleh karena itu penting dilakukan penelitian mengenai prevalensi disfungsi seksual pada pasien prolaps organ panggul.Tujuan : Mengetahui prevalensi disfungsi seksual pada penderita prolaps organ panggulMetode: Dengan desain potong lintang, di dua rumah sakit pusat rujukan di Jakarta RSUPN Ciptomangunkusumo dan RSUP Fatmawati . Semua pasien POP yang memenuhi kriteria inklusi mengisi kuesioner indeks fungsi seksual FSFI-19 , kemudian dilakukan analisis data univariat untuk karakteristik data subjek, dan bivariat untuk mengetahui hubungan antara variable dependen dan independen.Hasil: Dari 82 data yang dianalisis, prevalensi disfungsi seksual pada pasien POP mencapai 57,3 . Sedangkan sebagian besar pasien POP juga sudah mengalami menopause dengan prevalensi sebesar 76.8 . Prevalensi disfungsi seksual pada pasien POP yang sudah menopause sebesar 66,7 . Dari hasil analisis bivariat, usia, menopause, obesitas dan stadium prolaps adalah faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian disfungsi seksual pada pasien POP. Variabel usia, merokok, menopause, obesitas dan stadium prolaps, memiliki nilai p 60 dengan OR 8 IK95 2,45- 26,12 , dan obesitas IMT 30 kg/m2 dengan OR 0,30 IK 95 0,09-0,98 .Kata kunci : prolapse organ panggul, disfungsi seksual, fungsi seksual, seksual aktif

ABSTRACT
AbstractBackground Pelvic Organ Prolapse POP is a bulge or protrusion of pelvic organs and related segments into or through the vagina vagina.1 POP often be found in adult women and older people.1 3 Generally, women who suffer from POP present with a lump vaginal .9,10 Disturbances in sexual function rarely complained, but from the literature it is known that patients with stage 3 4 prolapse associated with difficulty in achieving a orgasme.13 While Roovers et al reported the prevalence of sexual dysfunction was 68 in patients with POP. Unfortunately, in Indonesia, research on sexual dysfunction in patients with POP quite rare, even the researchers themselves do not get the data. It is therefore important to do research on the prevalence of sexual dysfunction in patients with pelvic organ prolapse and factors associated with sexual dysfungtion among them.Objective To determine the prevalence of sexual dysfunction in patients with pelvic organ prolapse and factors associated with sexual dysfungtion among them.Methods A cross sectional design, in two referral hospitals in Jakarta RSUPN Ciptomangunkusumo and Fatmawati Hospital All patients who met the inclusion criteria POP fill out a questionnaire of sexual function index FSFI 19 , then performed univariate analysis of data on the characteristics of the data subject, bivariate and multivariate analysis to know the relationship between the dependent and independent variablesResults Of the 82 analyzed data, the prevalence of sexual dysfunction in patients with POP reached 57.3 . While most of the patients had experienced menopause POP also with a prevalence of 76.8 The prevalence of sexual dysfunction in patients who are menopausal POP by 66.7 . From the results of the bivariate analysis, age, menopause, obesity and stage of prolapse is a significant risk factor on the incidence of sexual dysfunction in patients with POP. The variables of age, smoking, menopause, obesity and stage of prolapse, p 60 with an OR 8 IK95 2,45 26.12 , and obesity BMI 30 kg m2 with an OR of 0.30 CI 95 0.09 to 0.98 . Keywords pelvic organ prolapse, sexual dysfunction, sexual function, sexually active"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58898
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rambu Inanda Dwihasti
"Aktivitas seksual merupakan bagian penting dalam kehidupan dan merupakan tuntutan dasar bagi manusia. Kondisi infark miokard itu sendiri dapat mempengaruhi kehidupan seksual pasien; namun, di Indonesia, belum banyak perhatian yang diberikan terhadap kondisi seksual pada pasien pasca-infark miokard, dan hanya sedikit penelitian yang dilakukan mengenai topik ini. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk memahami pengalaman disfungsi seksual pasien setelah mengalami infark miokard tersebut, sehingga menjadi dasar bagi pengembangan pengukuran yang relevan. Wawancara semi terstruktur dilakukan terhadap 6 partisipan. Metode fenomenologi deskriptif digunakan untuk mengumpulkan data dan mengeksplorasi pengalaman seksual pasien pasca-infark miokard. Sebanyak 4 tema, yang ditemukan adalah (1) Perubahan aktivitas seksual pasca-IMA; (2) Dampak terkait disfungsi seksual pasca-IMA; (3) Kebutuhan akan edukasi dan dukungan pasangan; (4) Upaya untuk pulih. Keempat kelompok tema tersebut bersifat independen dan saling mempengaruhi. Dalam kelompok-kelompok ini, perubahan dalam pengalaman aktivitas seksual, termasuk perubahan fungsi seksual dan dampak emosi, dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan, penyakit, dan faktor-faktor lainnya. Lebih jauh, persepsi pasien tentang pasca perawatan IMA mempengaruhi upaya memperbaiki aktivitas seksual. Pengalaman disfungsi seksual pasien pasca-IMA dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti faktor penyakit, dan kurangnya pengetahuan terkait, dijelaskan. Temuan tersebut diharapkan dapat membantu dalam merumuskan tindakan intervensi yang ditargetkan.

Sexual activity is an important part of life and is a basic requirement for humans. The condition of myocardial infarction itself can affect the patient's sexual life; However, in Indonesia, not much attention has been paid to sexual conditions in post-myocardial infarction patients, and little research has been done on this topic. Therefore, this study uses a qualitative approach to understand the patient's experience of sexual dysfunction after experiencing the myocardial infarction, thus becoming the basis for the development of relevant measurements. Semi-structured interviews were conducted on 6 participants. Descriptive phenomenological methods were used to collect data and explore the sexual experiences of post-myocardial infarction patients. A total of 4 themes, which were found were (1) Changes in sexual activity after IMA; (2) Impact related to post-IMA sexual dysfunction; (3) The need for education and support of the spouse; (4) Efforts to recover. The four theme groups are independent and mutually influential. In these groups, changes in the experience of sexual activity, including changes in sexual function and emotional impact, are influenced by lack of knowledge, disease, and other factors. Furthermore, patients' perceptions of post-IMA treatment affect efforts to improve sexual activity. The experience of post-IMA patients' sexual dysfunction and the factors that influence it, such as disease factors, and lack of related knowledge, are described. The findings are expected to help formulate targeted intervention actions."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febby Thannia
"Gangguan seksualitas merupakan masalah yang sering dialami oleh perempuan yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Di Indonesia membicarakan masalah seksualitas masih dianggap tabu, sehingga tidak banyak informasi yang didapatkan terkait gangguan fungsi seksual perempuan. Penelitian ini dilakukan di Klinik Yasmin RSCM Kencana. Dengan tujuan untuk mengetahui gambaran gangguan fungsi seksual pada perempuan subfertil yang datang pada kunjungan pertama untuk memiliki anak. Rancangan penelitian dengan studi potong lintang menggunakan kuisioner pada perempuan dengan keluhan ingin memiliki anak. Besar sampel 108 orang. Pengambilan sampel dengan consecutive sampling. Dilakukan wawancara dan pengisian kuisioner Female Sexual Function Index (FSFI), Kuisioner Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS), Kuisioner Hamilton Derpression Rating Scale (HDRS), Kuisioner International Index of Erectile Function (IIEF). Analisa data dengan metode Chi Square dan dilanjutkan dengan analisa multivariat Backward Conditional dilanjutkan dengan Regresi Logistik. Didapatkan hasil mayoritas  subjek perempuan berusia 30 tahun sebanyak 11 orang, belum pernah menikah sebanyak 93 (86,10 %), riwayat menggunakan alat kontrasepsi (16.67%), lama menikah kurang dari atau sama dengan 10 tahun (83.30%), Subjek yang bersekolah hingga pendidikan tinggi (93,50 %) dan memiliki pekerjaan (82,40%). Jenis disfungsi seksual pada pasien perempuan subfertil di Klinik Yasmin RSCM Kencana yaitu gangguan dorongan seksual (79,60%), bangkitan seksual (66.7%), orgasme (50,9%), nyeri (48.1%), lubrikasi  (18,50%) dan kepuasan (34.3%). mengalami depresi sebanyak 46,20% dan mengalami kecemasan 38.00%.

Subjek pria dibawah umur 40 tahun (77,80%), semua bekerja (100,00 %), dan berpendidikan tinggi (88,90 %), Pria yang mengalami depresi 21.30% dan kecemasan 19,49%.

Pada analisa bivariat Frekuensi hubungan seksual memiliki hubungan yang signifikan dengan  disfungsi seksual perempuan pasien subfertil di Klinik Yasmin RSCM Kencana p = 0.09.


Sexuality disorders are problems often experienced by women which can be influenced by many factors. Talking about sexuality in Indonesia is still considered taboo, and not much information I available regarding women's sexual dysfunction. This research was conducted at the Yasmin Clinic, RSCM KencaTo know the description of sexual function disorders in subfertile on the first visit wanting to have children. The research design was a cross-sectional study using a questionnaire on women with chief complaints of wanting to have children. The sample size is 108 people. Sampling with consecutive sampling. Interviews and questionnaires were filled in. Female Sexual Function Index (FSFI) Questionnaire, Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) Questionnaire, Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) Questionnaire, and International Index of Erectile Function (IIEF) Questionnaire. Data analysis using the Chi-Square method and followed by Backward Conditional multivariate analysis followed by Logistic Regression. The results obtained were that the majority of female subjects were 30 years old as many as 11 people, 93 (86.10%) had never been married, history of using contraception (16.67%), length of marriage less than or equal to 10 years (83.30%), subjects who attended school to higher education (93.50%) and have a job (82.40%). Types of sexual dysfunction in subfertile female patients at the Yasmin Clinic RSCM Kencana are sexual drive disorders (79.60%), sexual arousal (66.7%), orgasm (50.9%), pain (48.1%), lubrication (18.50%) ) and satisfaction (34.3%). experiencing depression at as much as 46.20% and experiencing anxiety at 38.00%. Male subjects under the age of 40 years (77.80%), all working (100.00%), and highly educated (88.90%). Men who experience depression 21.30% and anxiety 19.49%. In bivariate analysis, the frequency of sexual intercourse had a significant relationship with female sexual dysfunction in subfertile patients at the Yasmin Clinic, RSCM Kencana, p = 0.09."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>