Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 192063 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amrina Rosyada
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi komplikasi kronis pada lansia diabetes melitus dan faktor yang berhubungan. Penelitian dilakukan menggunakan data Riskesdas Tahun 2007 yang menggunakan desain crosssectional representatif Indonesia. Hasil menunjukkan bahwa prevalensi komplikasi kronis pada lansia sebesar 73,1%. Dengan hipertensi sebagai komplikasi terbanyak. Berdasarkan analisis multivariat diketahui bahwa merokok merupakan faktor utama yang berhubungan dengan status komplikasi (OR=2,477). Faktor lain yang berhubungan yaitu umur, jenis kelamin, obesitas dan olahraga. Hasil penelitian menyarankan perlu adanya sistem pengobatan yang terintegrasi bagi lansia diabetes yang mengalami komplikasi. Selain itu, program untuk mencegah kesakitan dan komplikasi diabetes pada lansia perlu ditingkatkan.

This thesis aims to determine prevalence of chronic complications in diabetic elderly and factors associated. The study was conducted using Riskesdas 2007, ​​representative cross-sectional study in Indonesia. The results show prevalence of chronic complications in the elderly is 73.1%. With hypertension as a complication most. Based on multivariate analysis known that smoking is a major factor associated with complications status (OR = 2.477). Other factors related are age, sex, obesity and exercise. The results suggest the need of integrated system medicine for the elderly with diabetic complications. In addition, programs to prevent the morbidity and complications of should be improved."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44756
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Garnita
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan beberapa faktor dengan Diabetes Melitus di Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional, menggunakan data sekunder Survei Aspek Kehidupan Rumah Tangga Indonesia 2007.
Hasil penelitian menyatakan prevalensi Diabetes Melitus mencapai 2,9%. Faktor yang berhubungan dengan diabetes adalah umur, riwayat keluarga, konsumsi protein dan lemak, sayur dan buah,aktivitas fisik, pekerjaan, pendidikan, indeks massa tubuh, hipertensi dan kondisi psikologis. Sedangkan secara multivariat, faktoryang berhubungan dengan diabetes adalah umur, status pekerjaan, pendidikan, konsumsi sayur dan buah, aktivitas fisik, indeks massa tubuh, hipertensi, dan kondisi psikologis, serta interaksi indeks massa tubuh dengan aktivitas fisik.

The purpose of this thesis is to find out relationship of factors related to diabetes mellitus in Indonesia. This is a quantitative research with cross-sectional study design, using secondary data from IFLS 2007.
The result finds that diabetes mellitus prevalence is 2,9%. Factors that have significant relationship with diabetes are age, family history, protein and fat consumption, vegetable and fruit consumption, physical activity, occupation, education, body mass index, hypertension, and psychological condition. Multivariate analysis finds that factors that have significant relationship with diabetes are age, occupation, vegetable and fruit consumption, physical activity, BMI, hypertension, and psychological condition, and interaction between BMI and physical activity.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Farastya Rahmawati
"ABSTRAK
Hingga saat ini diabetes melitus tipe 2 masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, karena prevalensinya masih tinggi di beberapa negara termasuk Indonesia. Tingginya prevalensi diabetes melitus tipe 2 disebabkan oleh pola hidup masyarakat saat ini yang cenderung tidak sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola perilaku dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 pada penduduk umur ≥15 tahun di Indonesia tahun 2013. Penelitian ini menggunakan data Riskesdas 2013. Variabel perilaku yang diteliti dalam penelitian ini adalah aktivitas fisik, perilaku merokok, konsumsi buah dan/atau sayur, konsumsi makanan/minuman manis, konsumsi makanan berlemak, konsumsi minuman kopi, dan konsumsi minuman berkafein buatan bukan kopi. Hasil penelitian menemukan bahwa faktor perilaku yang berhubungan dengan diabetes melitus tipe 2 adalah aktivitas fisik, perilaku merokok, konsumsi makanan/minuman manis, dan konsumsi minuman kopi. Sedangkan secara multivariat, ditemukan bahwa aktivitas fisik, perilaku merokok, dan konsumsi makanan/minuman manis berhubungan dengan diabetes melitus tipe 2.

ABSTRACT
Until these days type 2 diabetes melitus still become a problem in society, because of high degree prevalence in many countries including Indonesia. This is because unhealthy life style. The objects of this research is to know the correlation between behaviour and type 2 diabetes melitus cases for 15 years old or older Indonesian people in 2013, furthermore this research is use data Riskesdas 2013. The variable observes in this research are physical activity, smoking behaviour, consumption of fruit and/or vegetables, consumption of food or beverages contain sweetener, consumption of fatty food, consumption of coffe, and consumption of non-coffe artificial caffeinated. This research finds that behaviour factor related to type 2 diabetes melitus are physical activity, smoking behaviour, consumption of food or beverages contain sweetener, and consumption of coffe. Furthermore, in multivariate model found that physical activity, smoking behaviour, and consumption of food or beverages contain sweetener related to type 2 diabetes melitus.
"
2015
S60387
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Geby Hasanah Jorgy
"Diabetes melitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 pada wanita dewasa di daerah perkotaan di Indonesia tahun 2013. Penelitian ini menggunakan data sekunder Riskesdas 2013 dengan desain studi cross sectional. Sampel adalah wanita dewasa di daerah perkotaan yang tidak hamil dan memiliki kelengkapan data sebanyak 122.880 responden.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi DM berdasarkan diagnosis dan gejala sebesar 2.2 % dan menemukan bahwa prevalensi DM tertinggi berada pada faktor risiko, seperti umur ≥ 45 tahun (5.2%), pendidikan rendah (3.1%), tidak bekerja (2.3%), status cerai (3.6%), aktfitas cukup (2.2%), mantan perokok (4%), jarang makan manis (3.8%) dan berlemak (2.3%), obesitas (2.9%), obesitas sentral (2.9%), dan hipertensi (7.6%). Faktor risiko DM yang memiliki hubungan paling dominan adalah umur ≥ 45 tahun (POR : 9.24; 95 % CI 7.69-11.1), status cerai (POR : 5.95; 95 % CI 4.85-7.30), dan hipertensi (POR : 5.10; 95 % CI 4.70-5.54). Untuk itu, perlu diadakan sosialisasi untuk program deteksi dini faktor risiko DM, serta perlunya kesadaran diri untuk cek gula darah secara teratur untuk wanita dewasa di daerah perkotaan.

Diabetes mellitus is a metabolic disease which is a collection of symptoms that occur due to an increase in blood sugar levels above normal. This study aims to determine the risk factors assosiated with type 2 diabetes mellitus in adult women in urban areas. This study used a data from Riskesdas 2013 and using cross sectional as design study. Samples were adult women above 18 living in urban areas who are nor pregnant and has complete data.
Result shows the prevalence of DM that based on diagnosis and symptoms is 2.2 % and the risk factors with highest prevalence of diabetes are age ≥ 45 (5.2%), low educated (3.1%), umemployed (2.3%), divorced (3.6%), enough activity (2.2%), former smokers (4%), rarely eat sweets (3.8%) and fatty foods (2.3%), obese (2.9%), central obese (2.9%), and hypertension (7.6%). The risk factors that highly associated are age ≥ 45 (POR : 9.24; 95 % CI 7.69-11.1), divorce (POR : 5.95; 95 % CI 4.85-7.30), and hypertension (POR : 5.10; 95 % CI 4.70-5.54). Therefor, screening for DM and self-awareness to check the blood sugar level are s strongly recommended among adult women in urban areas."
Jakarta: Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Felina
"Latar belakang: Gangguan fungsi ginjal pada tahap awal sangat jarang diketahui karena belum memunculkan tanda dan gejala. Saat gangguan fungsi ginjal berkembang progresif dan muncul penyakit ginjal terminal hingga hemodialisis akan menyebabkan status kesehatan jemaah haji menjadi risiko tinggi dan dapat menjadi tidak memenuhi syarat istithaah. Perlu dilakukan evaluasi lebih awal dengan mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan gangguan fungsi ginjal seperti obesitas sentral untuk mendapatkan upaya pencegahan dan intervensi yang lebih menguntungkan.
Tujuan: Mengetahui prevalensi gangguan fungsi ginjal dan hubungan obesitas sentral dengan gangguan gangguan fungsi ginjal pada jemaah haji penderita DM tipe 2.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional terhadap 2.106 jemaah haji yang menderita DM tipe 2. Subyek diperoleh dari data sekunder Siskohatkes Shar'i Puskeshaji Kemenkes RI tahun 1438 H / 2017 M. Semua subyek dilakukan pemeriksaan kesehatan di puskesmas atau rumah sakit rujukan. Estimasi nilai LFG menggunakan persamaan CKD EPI untuk menentukan fungsi ginjal. Obesitas sentral ditentukan menggunakan indeks lemak visceral. Analisis menggunakan regresi logistik multivariat.
Hasil: Nilai rata-rata estimasi LFG 78,63 ml/menit/1,72 m2. Prevalensi gangguan fungsi ginjal pada jemaah haji yang menderita DM tipe 2 sebesar 39,55%. Prevalensi gangguan fungsi ginjal pada Jemaah haji penderita DM tipe 2 dengan obesitas sentral adalah 29,17%. Obesitas sentral berhubungan signifikan secara statistik dengan gangguan fungsi ginjal pada jemaah haji penderita DM tipe 2. Nilai adjusted OR sebesar 1,45 (95% CI 1,19-1,77).
Kesimpulan: Prevalensi gangguan fungsi ginjal pada jemaah haji yang menderita DM tipe 2 sebesar 39,55%. Obesitas sentral berhubungan secara signifikan dengan gangguan fungsi ginjal pada jemaah haji yang menderita DM tipe 2.

Background: Impaired renal function in the early stages often not raised signs and symptoms. End-stage renal disease with hemodialysis will cause Indonesian pilgrims in high risk health status and does not meet istithaah requirements. Early detection of risk factors such as central obesity might be directed to benefit prevention dan intervention.
Objective: to estimate the prevalence of renal function impairment in type 2 DM and the association of central obesity with renal function impairment among Indonesian pilgrim with type 2 DM based on Siskohatkes shar'i 1438 H / 2017 M.
Methods: This cross sectional studi consisted of 2.106 Indonesian pilgrims with type 2 DM. The data was obtained from Siskohatkes 2017 of Pilgrimage Health Center, Ministry of Health. The variable data analyzed were creatinin serum, anthropometric, age, gender, smoking, family history of end-stage renal disease, blood pressure, HDL, LDL, trigliserida and uric acid. Renal function impairment was defined according to Chronic Kidney Disease Epidemiology Collaboration (CKD-EPI) equation to estimate Glomerulus Filtration Rate (eGFR). Central obesity was determined using visceral adiposity index (VAI). Multivariable logistic regression was used to analyze the association of central obesity and renal function impairment.
Result: The prevalence of renal function impairment in Indonesia pilgrim with type 2 DM was 39,55%. The mean of eGFR was 78,63 ml/min/1,72 m2. Central obesity was associated with renal function impairment (adjusted OR = 1,45; 95% CI 1,19-1,77).
Conclusion: The prevalence of renal function impairment in Indonesia pilgrim with type 2 DM was 39,55%. Central obesity was associated with renal function impairment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50019
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Ratna Mutu Manikam
"Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan komplikasi akut dari diabetes melitus (DM) tak terkontrol, ditandai dengan hiperglikemia, ketosis, dan asidosis metabolik. Pemberian nutrisi sering menjadi masalah, namun menunda pemberian nutrisi dini menyebabkan peningkatan kadar keton darah dan morbiditas pasien. Tujuan penulisan serial kasus ini adalah memulihkan ketosidosis dan memenuhi kebutuhan makro- dan mikronutrien. Pasien berusia antara 18?65 tahun, mengalami KAD dengan DM, dirawat 5?12 hari di Rumah Sakit Umum Tangerang. Pencetus KAD adalah infeksi, ketidakpatuhan pengobatan, dan diet yang tidak tepat. Keempat orang pasien menderita DM dengan penyakit penyerta yang berbeda. Terapi nutrisi diberikan berdasarkan kondisi klinis pasien. Energi diberikan mulai dari kebutuhan basal yang dihitung dengan persamaan Harris-Benedict, atau dimulai dari 20?25 kkal/ kg BB pada kondisi sakit kritis. Makronutrien diberikan sesuai rekomendasi American Diabetes Association dan mikronutrien sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Pemantauan yang dilakukan meliputi toleransi asupan, imbang cairan, antropometri, dan laboratorium (kadar glukosa darah, keton darah, dan elektrolit). Edukasi dan konsultasi nutrisi diberikan setiap hari. Selama pemantauan semua pasien menunjukkan perbaikan klinis dan penurunan kadar keton darah. Semua pasien dapat mencapai kebutuhan energi total dan kadar glukosa darah mendekati normal. Sebelum pulang pasien diberikan edukasi tentang cara mengetahui faktor yang dapat mencetuskan KAD dan mengatasinya, serta edukasi nutrisi untuk mencapai kontrol glikemik optimal dan mencegah KAD.

Diabetic ketoacidosis (DKA) is an acute complication of uncontrolled diabetes, characterized by hyperglycemia, ketosis, and metabolic acidosis. Nutrition intervention may often cause some problems, unfortunately, withholding early nutrition may increase blood ketones concentration and patient morbidity. Aims of this case series are resolve ketoacidosis dan meet macro and micronutrient requirement. Patients aged between 18 to 65 years old, presented DKA with diabetes mellitus, and hospitalized from 5 to 12 days at Tangerang General Hospital. Precipitating factors of DKA include infection, noncompliance to medication, and inproper diet. All patients suffered from DM with different comorbidities. Nutritional therapy was given according to patients clinical condition. The energy was given begin with basal requirement, which calculated using Harris-Benedict equation, or begin with 20?25 kcal/kg body weight (BW) in critically ill condition. Macronutrients were given according to American Diabetes Association recommendation and micronutrients based on patients? condition and requirement. Monitoring includes food intake tolerance, fluid balance, anthropometric, and laboratory results (blood glucose levels, blood ketone, and electrolytes). Education and nutrition consultation were given everyday. During monitoring all patients showed clinical improvements in general condition and blood ketone concentration?s reduction. All patients can meet total energy requirement with blood glucose levels close to normal. Before discharge, patients received education to identify and manage risk factors that may precipitate DKA. Nutrition education was also given to achieve optimal glycemic control and prevent DKA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Donny Kristanto Mulyantoro
"Kekurangan gizi pada awal kehidupan (1000 hari pertama) terutama masa prenatal akan memberikan multiple effect yang bersifat irreversible yaitu hambatan pertumbuhan linier yang direpresentasikan oleh pendek, pertumbuhan dan perkembangan organ termasuk pancreas yang direpresentasikan oleh diabetes mellitus dan tumbuh kembang otak yang direpresentasikan oleh kemampuan kognitif. Tingginya pendek pada populasi dewasa dan tingginya penyakit diabates mellitus di perkotaan berdasarkan survei Riskesdas 2007 mengindikasikan bahwa gangguan pertumbuhan linier dan perkembangan organ terjadi secara parallel.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai apakah pendek usia dewasa mewakili stunting awal kehidupan dalam menjelaskan risiko penyakit diabetes mellitus usia dewasa.
Penelitian ini memanfaatkan data Riset Kesehatan Dasar 2007 dengan disain cross sectional yang mewakili daerah perkotaan di 33 propinsi di Indonesia. Subyek penelitian adalah 12.639 laki-laki dan perempuan berumur 20 - 49 tahun. Penyakit diabetes mellitus ditegakkan berdasarkan kadar gula darah puasa 2 jam post prandial sedangkan hambatan pertumbuhan linier awal kehidupan diukur dengan pencapaian tinggi badan (pendek) di usia dewasa.
Analisis dilakukan 2 level yaitu : (1) melakukan uji bivariat, stratifikasi, multivariat pada kondisi saat ini (subyek dewasa). (2) Melakukan analisis risiko kekurangan gizi awal kehidupan terhadap penyakit diabetes mellitus menggunakan teori dan bukti ilmiah hasil penelitian sebelumnya. Data yang digunakan dalam analisis penelitian ini cukup memadai yang ditunjukkan dengan konsistensi antar variabel dan konsisten dengan hasil penelitian lain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi diabetes mellitus sebesar 3,8% dan proporsi pendek sebesar 37,7%. Pendek usia dewasa pada IMT<23 merupakan faktor risiko penyakit diabetes mellitus OR adjusted 1,52 (CI 95% : 1.08-2.12). Bertambahnya umur meningkatkan risiko terkena penyakit diabetes mellitus dengan OR 3,05 (CI 95% : 1,82-5,09) pada umur 30-39 tahun dan OR 7,58 (CI 95% : 4,69-12,27) pada umur 40-49 tahun. Keluarga kaya mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita diabetes mellitus dengan OR 1.90 (CI 95% : 1.36-2.66). Minum minuman berkafein ≥1 x/hr dapat mencegah penyakit diabetes mellitus dengan OR 0,48 (CI 95% : 0,33-0,71).
Kesimpulan penelitian ini adalah pendek usia dewasa pada kelompok IMT < 23 merupakan faktor risiko penyakit diabetes mellitus.

Malnutrition in early life (1000 first day), especially during pregnancy would cause multiple effect which were irreversible, such as obstruction in linear growth were represented by short stature, growth and development of organs, including the pancreas represented by diabetes mellitus, and brain growth is represented by deficiency in cognitive abilities. The high prevalence of short stature in adult and the high prevalence of diabetes mellitus disease in urban population based on Riskesdas 2007 survey data indicated that disruption of linear growth and organ development occured in parallel.
The purpose of this study was to assess whether short stature in adulthood represent stunting in their early life, in order to explain the risk of diabetes mellitus in adult. This study was utilized data from Indonesian Basic Health Research 2007 with a cross-sectional design representing urban areas in 33 provinces in Indonesia. Subjects were 12,639 men and women aged 20-49 years. Diabetes mellitus was diagnosed based on fasting blood glucose levels, 2 hours post prandial, while linear growth retardation in early life is measured by the attainment of height (short stature) in adulthood. Analysis was done in 2 levels:
(1) Worked on bivariate, stratified, multivariate testing on current conditions (adult subjects). (2) Performed a risk analysis of malnutrition in early life towards diabetes mellitus disease using theories and scientific evidence based on previous researches. The data used in this analysis were sufficient, indicated by consistency between variables and consistency with the results of other related studies.
Results of this study showed that the proportion of diabetes mellitus was 3.8% and the proportion of short stature was 37.7%. Short stature in adults with BMI <23 was a risk factor for diabetes mellitus with adjusted OR of 1.52 (CI 95%: 1:08-2:12). Increasing age increased the risk of diabetes mellitus with 3.05 OR (95% CI: 1.82 to 5.09) at the age 30-39 years and 7.58 OR (95% CI: 4.69 to 12.27) at the age of 40-49 years. Wealthier families have a higher risk of developing diabetes mellitus with OR 1.90 (95% CI: 1.36-.66). Drinking caffeinated beverages ≥1 x / day could prevent diabetes mellitus with OR 0.48 (95% CI: 0.33 to 0.71).
Conclusion of this study was short stature in adult with BMI <23 was a risk factor for diabetes mellitus."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
D1444
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dennti Kurniasih MZ
"Latarbelakang: Praktik Spesialis Keperawatan Medikal Bedah Kekhususan Endokrin di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta merupakan kegiatan pembelajaran dalam mengaplikasikan peran dan fungsi Ners Spesialis. Belum ada Karya Ilmiah Akhir Spesialis (KIAS) yang menelaah pasien diabetes melitus dengan komplikasi selulitis dan Chronic Kidney Disease (CKD) dengan penerapan teori adaptasi Roy. Tujuan: KIAS ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus yang mengalami selulitis dan CKD maupun resume 30 kasus. Metode: KIAS ini terdiri dari analisis kasus utama, resume 30 kasus, penerapan evidence based nursing dan proyek inovasi. Teori model keperawatan yang dipakai adalah teori adaptasi Roy. Hasil: Ners spesialis berperan tidak hanya dalam memberikan asuhan keperawatan langsung tetapi menerapkan intervensi berbasis bukti ilmiah pada area endokrin yaitu memberikan aplikasi pelembab mengandung urea, gliserin dan petrolatum untuk mengatasi xerosis dan fisura tumit kaki pasien diabetes melitus tipe 2. Selain itu, Ners spesialis juga melakukan inovasi melalui analisis situasi dan kajian literatur untuk mencegah kejadian hipoglikemia berat pada pasien diabetes melitus tipe 2 melalui penerapan Hy-Newss bundle. Kesimpulan: Teori model adaptasi Roy sesuai untuk diaplikasikan pada pasien dengan gangguan endokrin. Pemberian pelembab mengandung urea, gliserin dan petrolatum efektif untuk menurunkan skor derajat xerosis pada pasien diabetes melitus tipe 2. Hy- Newss dapat diterapkan sebagai alat skrining risiko terjadi hipoglikemia berat pada pasien diabetes melitus tipe 2.

Background: Medical surgical nursing specialist practice in endocrine specific at RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta is a learning activity in applying the role and function of nurse specialist. There is no KIAS that examines diabetes mellitus patients with complications of cellulitis and Chronic Kidney Disease (CKD). Aim: This KIAS aims to analyze nursing care in patients with diabetes mellitus who have cellulitis and CKD or resume 30 cases. Method: This KIAS consists of main case analysis, 30 case resumes, application of evidence based nursing and innovation projects. The nursing model theory used is Roy’s adaptation theory. Results: Nurse specialist play a role not only in providing direct care but applying scientific evidence-based practice in the endocrine area, which is providing moisturizing applications containing urea, glycerin and petrolatum to treat xerosis and heel fissures in patient with type 2 diabetes mellitus. In addition, nurse specialist innovate through situation analysis and literature review to prevent the incidence of severe hypoglycemia in patients with type 2 diabetes mellitus through the application of Hy-Newss bundle. Conclusion: Roy’s adaptation model theory is suitable for application in patients with endocrine disorders. Moisturizers containing urea, glycerin and petrolatum are effective in reducing the degree of xerosis score in patient with type 2 diabetes mellitus. Hy-Newss bundle can be applied as a screening tool for the risk of severe hypoglycemia in patients with type 2 diabetes mellitus."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Made Dewi Susilawati
"Kriteria utama obesitas menurut WHO adalah IMT namun obesitas sentral lebih berhubungan dengan risiko kesehatan dibanding obesitas umum Tujuan penelitian untuk mendapatkan cut off point dari ketiga indikator dalam mendeteksi terjadinya DMT2. Juga untuk mengetahui hubungan obesitas dengan indikator IMT, LP dan rasio LP-TB dengan terjadinya DMT2 dan menentukan indikator mana yang lebih baik dari ketiganya. Desain Cross Sectional. menggunakan data sekunder. Analisis menggunakan regresi logistic dan metode ROC.
Hasil : prevalensi DMT2 9,1% dan prevalensi obesitas berkisar 38,37 % - 41,98 % Nilai cut off obesitas umum IMT ≥ 25,72 kg/m2, LP laki-laki ≥ 80,65 cm perempuan ≥ 80,85 cm dan LP-TB laki-laki ≥ 0,51 perempuan ≥ 0,55.
Kesimpulan : orang dengan obesitas meningkatkan risiko terjadinya DMT2 setelah dikontrol faktor umur. Karena hasil ketiga indikator tidak jauh berbeda, maka penggunaanya tergantung keputusan praktisi kesehatan itu sendiri.

The WHO's major obesity criteria is BMI but central obesity is more associated to health risks than general obesity. The objective of the research is to define the cut off points of the three measurements in detecting the occurrence of T2DM. It is also aimed to examine the relationship of obesity indicators (BMI, WC, and WHtR) with T2DM and determine the best indicator of them. Design of Cross Sectional employs secondary data. Analysis apply logistic model and ROC method.
The result: prevalence of type 2 DM is about 9.1%, and obesity prevalence is about 38.37 % to 41.98 %. The cut off values of BMI general obesity, male WC, female WC, male WHtR, and female WHtR are ≥ 25.72 kg/m2, ≥ 80.65 cm, ≥ 80.85 cm, ≥ 0.5, and ≥ 0,55 respectively.
Conclusion: adjusted by age, obesity increases the risk of type 2 DM occurrence. Since there is no significantly different result, the use of obesity indicators depends on the health practitioner decisions.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35028
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Edriani
"Diabetes mellitus adalah penyakit hiperglikemia dengan kadar gula dalam plasma darah lebih dari 126 mg/dl dalam keadaan puasa selama kurang lebih 8 jam sebelum diambil darahnya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan Faktor Sosial Ekonomi dan Faktor yang Tidak dan Bisa Dimodifikasi dengan Diabetes Mellitus pada Lansia dan prelansia dengan desain studi cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan 35,6% responden menderita diabetes mellitus. Variabel yang memiliki hubungan yang signifikan dengan diabetes mellitus adalah riwayat keluarga DM (p value 0,005).

Diabetes mellitus and prediabetes mellitus is Hyperglicemic disease with fasting blood glucose more than 126 mm/dl in a state of fasting about 8 hours before the blood taken. This study aims to look at the relationa between social economic factors & unmodified and modified factors with diabetes mellitus on elderly and pre-elderly of Kelurahan Depok Jaya, Depok, West Java in 2012. This study used cross sectional design with cluster method. The result showed that 35.6% of respondent have diabetes mellitus. Family history of DM is significantly related with diabetes mellitus (p value 0.005)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>