Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177439 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Susanna
"Interaksi sosial pada awal kehidupan berperan penting bagi seluruh aspek perkembangan anak. Salah satu aspek penting dari perkembangan anak adalah kemampuan meregulasi diri. Studi di ranah perkembangan anak telah menunjukkan bahwa interaksi dan hubungan yang positif menjadi media bagi perkembangan dan peningkatan kemampuan regulasi diri pada anak. Pendekatan Developmental, Individual Differences, Relationship-Based (DIR) merupakan salah satu intervensi yang digunakan untuk meningkatkan kualitas interaksi antara caregiver dan anak. Maka dari itu, penelitian ini bermaksud untuk mengevaluasi efektivitas DIR/Floortime untuk meningkatkan kualitas interaksi antara seorang ibu dan anak laki-lakinya yang berusia enam tahun yang menunjukkan beberapa gejala psikotik. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa pendekatan DIR/Floortime efektif untuk meningkatkan kualitas interaksi ibu dan anak serta kemampuan regulasi diri anak yang terukur dari peningkatan skor pada skala FEAS, CBCL dan Self Regulation Questionnaire.

Early social interaction plays a vital role in the overall development of the child. One of the important aspects of child development is self-regulation. Many studies on child development have indicated that positive interaction/relationship served as a medium for developing and improving self-regulation in children. The Developmental Individual Diferences and Relationship (DIR) is one of the interventions that have been used to improve the quality interaction between a caregiver and child. Thus, this study is interested in evaluating the effectiveness of DIR/ Floortime approach to improve the quality of interaction between a mother and six-year-old Indonesian boy who displays psychotic symptoms. This results showed that DIR/ Floortime approach is effective in improving the quality of mother-child interaction as well as self-regulation ability in a child as reflected in the increase scoring of the child?s FEAS, CBCL and Self-Regulation Questionnaire."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T32615
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wida Yulia Viridanda
"Regulasi diri merupakan kemampuan untuk memonitor dan mengontrol kognisi, emosi dan perilaku untuk mencapai suatu tujuan, dan/ atau beradaptasi pada tuntutan kognitif dan sosial pada situasi tertentu (R A. Thompson dalam Berger, 2011). Interaksi orang tua-anak yang positif merupakan faktor yang fundamental dalam pembentukan regulasi diri anak. Pola asuh yang responsif dan positif mendorong anak untuk mengimitasi pola interaksi tersebut dalam perkembangan hubungan sosial dan emosional yang lebih sehat (dalam Powell & Dunlop, 2010).
Tesis ini bertujuan untuk membahas mengenai penggunaan pendekatan Parent-Child Interaction Therapy (PCIT) dalam meningkatkan kualitas hubungan dan interaksi yang sensitif, responsif dan positif antara subyek dan ibu. Pada tesis ini, penulis memberikan intervensi berupa pelatihan terhadap ibu subyek dengan PCIT tahap I, yaitu Child-Directed Interation (CDI). Intervensi ini terdiri dari dua sesi pemberian materi kepada orang tua, yaitu psikoedukasi dan materi CDI serta enam sesi pelatihan langsung kepada ibu melalui media bermain dengan anak.
Hasil intervensi menunjukkan bahwa di akhir sesi terlihat peningkatan pada keterampilan ibu dalam berinteraksi secara sensitif, responsif dan positif dengan subyek. Di sisi lain, peningkatan pada keterampilan ibu dalam berinteraksi secara efektif dengan subyek juga meningkatkan perilaku positif yang ditampilkan oleh subyek serta menurunkan masalah perilaku subyek.

Self regulation is the ability to monitor and modulate cognition, emotion and behavior to accomplish one?s goal, and/or to adapt to the cognitive and social demands of specific situation (R. A. Thompson in Berger, 2011). Positive relationship and interaction between children and their parents is a fundamental factor in the development of self regulation in children. Children imitate their parents responsive and positiveness interaction into a healthy social emotional development (Powell & Dunlop, 2010).
This thesis aim to discuss Parent-Child Interaction Therapy (PCIT) approach in increasing the sensitivity, responsivity and positivity of interaction and relationship between subject and his mother. In this thesis, a parent training called Parent-Child Interaction Therapy (PCIT) phase I, Child-Directed Interation (CDI) is given to the mother of 6 years 6 months old boy. Treatment consist of two teaching sessions for the mother, which is psychoeducation and CDI material, and also six direct coaching sessions through playing with the children.
Results of the study showed that there is enhancement on mother skills in interaction with subject sensitively, responsively and positively. On the other hand, this positive and effective enhancement in mother?s interaction skills with subject also enhances positive behavior in subject and reducing his behavior problems.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T39277
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angeline Kartika Sosrodjojo
"Perilaku menuntut merupakan salah satu perilaku yang mengganggu. Salah satu penyebab perilaku menuntut adalah kurangnya kualitas interaksi antara orangtua dengan anak. Parent Child Interaction Therapy (PCIT) merupakan salah satu terapi yang digunakan untuk meningkatkan kualitas interaksi antara orangtua dengan anak agar dapat mengurangi perilaku anak yang mengganggu. Penelitian ini merupakan penelitian single-subject design, yang bertujuan untuk melihat efektivitas PCIT untuk meningkatkan kualitas interaksi antara orangtua dengan anak yang suka menuntut.
Kualitas interaksi antara orangtua dengan anak diukur dengan menggunakan Dyadic Parent-Child Interaction Coding System (DPICS). Perilaku menuntut anak dan masalah perilaku lainnya yang menjadi karakteristik anak yang suka menuntut diukur dengan menggunakan Child Behavior Checklist (CBCL) dan Eyberg Child Behavior Inventory (ECBI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa PCIT dapat meningkatkan kualitas interaksi antara orangtua dengan anak yang suka menuntut serta mengurangi perilaku menuntut pada anak dan masalah-masalah perilaku lainnya yang menjadi karakteristik anak yang suka menuntut.

Demanding behavior is part of disruptive behaviors and often caused by poor parent-child interaction quality. Parent Child Interaction Therapy (PCIT) is one of intervention techniques that can be used to improve the interaction quality between parents and child, so that the disruptive behavior problems can be decreased. This research is a single case design (N=1), that aimed to determine the effectiveness of PCIT to improve the interaction quality between parent and high-demand child.
Dyadic Parent-Child Interaction Coding System (DPICS) is used to measure the parent-child interaction quality. Meanwhile, Child Behavior Checklist (CBCL) and Eyberg Child Behavior Inventory (ECBI) are used to measure child’s demanding behavior and other behavior problems. The result shows that PCIT is effective to improve interaction quality between parent and high-demand child, and also effective to decrease some of other disruptive behavior problems.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T44157
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prananingrum
"Penelitian ini mengenai Perempuan sebagai liyan atau objek yang tergantung pada subjek, adalah pandangan patriarki, dampak dari pandangan tersebut perempuan mengalami diskrimiasi, stereotype dan pelecehan .Seorang perempuan yang mengalami KTD (Kehamilan Tidak Direncanakan) memutuskan melanjutkan kehamilan, membesarkan anaknya dan tidak menikah adalah fenomena yang melawan norma masyarakat.Tujuan :Tujuan dari penelitian ini (1) Mengkaji proses negosiasi nilai yang dialami oleh “Ibu lajang”, (2)Mengkaji proses pengambilan keputusan dalam menyikapi tuntutan moral agar mampu menjalani kehidupannya di tengah tengah masyarakat, (3) Mengkaj proses ‘menjadi diri’ yang dialami perempuan, melalui masa krisis yang dialaminya, (4)Mengkaji peran peer , keluarga dan gereja dalam pendampingan “ibu lajang”. Dampingan yang mendukung negosiasi nilai-nilai baru yang dihidupi oleh “ibu lajang” Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif di analisis dengan perspektif Feminis, menggunakan teori Simone de’ Beauvoir, Kathryn Abrams dan Carol Gilligan. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara mengenai life story narasumber. Mempelajari pengalaman 2 ibu lajang yang mengalami Kehamilan tidak direncanakan (KTD), namun memutuskan mempertahankan kehamilan, memelihara anaknya dan tidak menikah. Ibu lajang dalam menjalani kehidupannya membutuhkan berbagai cara negosiasi agar bisa diterima, karena subordinasi dan stereotype oleh masyarakat, lingkungan kerja dan gereja. Negosiasi nilai dilakukan dengan berbgai cara untuk mmepertahankan pekerjaan, membnagun relasi dengan masyarakat, rekan kerja dan umat. Agensi definisi diri yang dilakukan ibu lajang untuk membangun rekonsiliasi dengan Tuhan dan rekonsiliasi dengan diri sendiri. Agensi pengarahan diri dengan menetapkan tujuan mempertahankan pekerjaan agar mampu mengatur kehidupan sendiri.

The research studied about Woman as other or as an object that depends on a subject is a patriarchal view. The impact of this view is that women experience discrimination, stereotyping, and harassment. A woman who experiences unplanned pregnancy (KTD), decides to continue the pregnancy, raises her child, and chooses not to marry is a phenomenon that against the norm in society. Based on this phenomenon, this study aimed to (1) examine the process of value negotiation that is experienced by single mother; (2) assess the decision-making process in responding the moral demands so that the single mothers can live in society; (3) examine the process of self-being that is experienced by women, through their crisis period; and (4) examine the role of peer, family, and church in supporting single mother. The assistants that can support the negotiation of new values of a single mother. The research used qualitative approach and was analyzed with a feminist perspective by using the theory of Simone de Beauvoir, Kathryn Abrams, and Carol Gilligan. Data was collected by interviewing the life story of the interviewees. Then, learning about the experiences of two single mothers who have an unplanned pregnancy (KTD), but decide to maintain the pregnancy, keep their child, and choose not to get married. Single mothers need various ways in negotiating their values to be accepted because of subordination and stereotypes by society, work environment, and church. The value negotiation is done in various ways to maintain work, build relationships with society, colleagues, and others. The self-agency was done by single mother to build the reconciliation with God and the reconciliation with themselves. Then, self-direction agency is done by setting the goal to keep their job as a way to manage their lives."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T54160
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ami Puspasari
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3436
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Depok: Kelompok Studi Wanita, FISIP-UI, 1990
R 011.75 UNI r
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Ayu Adhaningrum
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3405
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"penetitian tentang kecenderungan anak berperilaku negatif ditinjau dari keharminisan orangtua ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keharmonisan orangtua dengan kecenderungan anak berperilaku negatif. Lokasi penelitian di kota Yogyakarta, sasaran penelitian adalah keluarga utuh yang mempunyai anak sudah sekolah dan tidak buta huruf.... "
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indriati
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paskalia Marlina Lumban Batu
"Kemampuan untuk melakukan komunikasi dua arah merupakan masalah utama anak dengan autisme. Pendekatan DIR/Floortime merupakan pendekatan multi disiplin yang fokus meningkatkan kualitas komunikasi dan interaksi antara caregiver dan anak. Penelitian ini menggunakan desain penelitian single case design (N=1), yang bertujuan untuk melihat efektivitas penerapan prinsip DIR/Floortime untuk meningkatkan kualitas komunikasi dua arah antara ibu dan anak dengan autisme. Peningkatan kualitas komunikasi dua arah diukur melalui peningkatan frekuensi Circle of Communication (CoC) dan skor Functional Emotional Assesment Scale (FEAS) ibu dan anak. Penelitian ini juga menggunakan alat ukur penunjang untuk mengetahui profil biologis ibu dan anak, yaitu Sensory Processing Motor Planning Questionnaire (SPMPQ) dan Observe Child's Behavior Challenge (OCBC).

Two-way communications is the core deficit of child with autism. DIR/Floortime is a multidiscipline approach that focus to improve the quality of communication and interaction between caregiver and child. This research is a single case design (N=1), that aimed to determine the effectiveness of the application of DIR/Floortime approach to increase the quality of two-way communications between mother and child with Autism Spectrum Disorder (ASD). The improvement of the two-way communication is measured from the increase of circle of communication's frequency and child and caregiver's functional emotional assessment scale's scores. This research also used supporting tools that used to know about child and caregiver's biological profile, such as Sensory Processing Motor Planning Questionnaire (SPMPQ) dan Observe Child?s Behavior Challenge (OCBC).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T43063
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>