Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178621 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ninik Yunitri
"Depresi merupakan masalah psikososial paling banyak dialami oleh pasien kanker di Indonesia dibandingkan dengan penyakit kronik lainnya yaitu sekitar 98%. Depresi dapat menjadi faktor penghambat proses pengobatan sehingga tiga kali lebih berisiko untuk tidak mematuhi pengobatan yang direncanakan dan 40-90% pasien kanker tidak mendapatkan terapi untuk mengatasi depresinya. Terapi kelompok suportif ekspresif berpotensi untuk menurunkan depresi pada pasien dengan kondisi kronik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi kelompok suportif ekspresif terhadap depresi dan kemampuan mengatasi depresi pada pasien kanker. Desain penelitian ini menggunakan quasi eksperimental pre-post test with control group, responden kelompok intervensi 49 pasien kanker dan kelompok kontrol 52 pasien di RSPAD Gatot Subroto, RS.Raden Said Sukanto POLRI dan Rumah Singgah Kanker, pada Juni 2012. Pengukuran depresi menggunakan Hamilton Depression Scale dan pengukuran kemampuan mengatasi depresi menggunakan kuesioner. Terapi kelompok suportif ekspresif diberikan sebanyak 8 sesi dalam 6 kali pertemuan. Analisa data menggunakan uji ancova.
Hasil penelitian menunjukkan penurunan tingkat depresi 9.15 pada kelompok intervensi (p=0.0001) lebih besar dibandingkan kelompok kontrol 0.28 (p=0.108) dan peningkatan kemampuan mengatasi depresi pada kelompok intervensi mengalami peningkatan 4.08 (p=0.0001) dibandingkan dengan kelompok kontrol 0.12 (p=0.491). Terapi kelompok suportif ekspresif dapat menurunkan depresi dan meningkatkan kemampuan mengatasi depresi pada pasien kanker.

Depression is the most common problem that occur in cancer patient in Indonesia than other chronic illness, it is around 98%. Depression can disturb the treatment.patient with this are three times in chance for not taking the medication and 40-90% cancer patient did not have treatment to solve their depression problem. Supportive expressive group therapy potentially decreased depression in chronic illness patient.
The aims of this research is to determine the effect of supportive expressive group therapy for depression and ability to solve depression in cancer patient. This reseach use quasi-experimental design pre-post test with control group, sample in intervention group is 49 cancer patient and 52 patient in control group in RSPAD Gatot Subroto, RS.Raden Said Sukanto POLRI dan Rumah Singgah Kanker in June 2012. Depression measure use hamilton depression scale and questionaire to measure patient ability to solve depression. Supportive expressive group therapy session provides as many as eight in six meetings. Data analysis using ancova.
The results showed decreased of depression 9.15 for intervention group (p=0.0001), higher than control group only 0.28 (p=0.108) dan the patient ability to solve depression increased in intervention group 4.08 (p=0.0001) higher than control group only 0.12 (p=0.491). supportive expressive group therapy can decrease depression and increase patient ability to solve depression.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T31228
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Puji Lestari
"Kanker serviks merupakan kanker kedua tersering pada perempuan di seluruh dunia setelah kanker payudara. Di Indonesia ditemukan 15.050 kasus setiap tahunnya dan disebut sebagai penyakit pembunuh perempuan nomor 1. Masalah psikososial yang ditemukan pada klien kanker serviks adalah ketidakberdayaan, dan setiap pasien dengan penyakit kronis memiliki hardiness sebagai respon psikologis terhadap penyakitnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi kelompok suportif ekspresif terhadap ketidakberdayaan dan hardiness klien kanker serviks.
Desain penelitian ini menggunakan quasi eksperimental pre post test with control group. Responden penelitian ini terdiri dari 25 klien kanker serviks sebagai kelompok intervensi dan 25 klien kanker serviks sebagai kelompok kontrol di RSUP Dr. Kariadi Semarang, pada bulan Juni 2013.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan rata-rata skor ketidakberdayaan 73,85% dan peningkatan rata-rata skor hardiness sebesar 21,92% pada kelompok intervensi. Terapi kelompok suportif ekspresif dapat meningkatkan keberdayaan dan hardiness pada klien kanker serviks.

Cervical cancer is the second most common cancer in woman after breast cancer. In Indonesia found 15.050 cases annually and is referred to as the number one killer disease of woman. Psychososial problems were found in patients with cervical cancer is the powerlesness and every patient with a chronic illness has a psychological hardiness in response to the illness.
The aims of the research is to determine the effect of supportive expressive group therapy for powerlesness and hardiness in cervical cancer patient.
The research is quasi-experimental design pre-post test with control group. The survey respondents consisted of 25 clients cervical cancer as the intervention group, and 25 clients cervical cancer as controls group in Public Hospitals Dr. Kariadi Semarang in June 2013.
The result of study showed an increase in the average scores of powerlesness 73,85% and hardiness increased by 21,92% in the intervention group. Supportive expressive group therapy can increase empowerment and hardiness in cervical cancer patient.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T36107
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Jesika
"Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh terapi kognitif dan terapi penghentian pikiran terhadap perubahan ansietas dan depresi serta kemampuan mengontrol pikiran pada klien kanker. Metode penelitian quasiexperiment pada 3 kelompok. Data diambil sebelum dan sesudah pemberian intervensi.Sampel penelitian diperoleh secara consequtive sampling, sejumlah 90 responden,masingmasing kelompok terdiri dari 30 responden. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner HADS, dan kuesioner kemampuan mengontrol pikiran negatif.
Hasil : terapi kognitif dan terapi penghentian pikiran secara bermakna menurunkan ansietas dan depresi serta meningkatkan kemampuan mengontrol pikiran negatif (p value = 0,000; α = 0,005). Terapi terapi kognitif dan terapi penghentian pikiran direkomendasikan sebagai terapi keperawatan lanjutan pada klien penyakit kronik untuk mengatasi masalah ansietas dan depresi.

The objective of this study was to investigate the effect of cognitive therapy and thought stopping therapy on anxiety, depression and the ability to control negative thought, using HADS and negative thought control questionnaire. The study methods was quasiexperiment with 90 cancer patients, divided into 2 intervention groups and 1 non intervention. Each intervention group has 30 participants. Data was collected pre and post intervention.
Result of this study shown that decreased of anxiety and depression scale and improved the ability to control negative thought (p value = 0,000; α = 0,005). This study recommended cognitive therapy, thought stopping therapy as a psychotherapy to overcome anxiety, depression in cancer patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T31060
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Silitonga, Riris Ocktryna
"Pasien HIV/AIDS mengalami kondisi depresi dan ansietas sebesar 20-40%, kondisi ini
disebabkan karena penyakit yang dideritanya sehingga mempengaruhi dalam menerima
dan menjalankan pengobatan serta perawatan. Tujuan penelitian mengetahui pengaruh
Acceptance and Commitement Therapy dan Family Psychoeducation terhadap
kemampuan menerima dan berkomitmen dalam mengatasi kondisi depresi dan ansietas
pada pasien HIV/AIDS di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Desain: Quasi Eksperimen
Pre-Post test With control Group” dengan intervensi Acceptance Commitment Therapy
(ACT) dan Family Psychoeducation (FPE) sampel 60 pasien HIV/AIDS, dengan cara
Consecutive Sampling, 30 pasien mendapat ACT dan FPE dan 30 ACT. Hasil: pasien
yang mendapat ACT dan FPE secara bermakna menurunkan kondisi depresi dan ansietas
lebih besar dibanding hanya ACT. Pasien yang mendapatkan ACT dan FPE meningkat
kemampuan menerima dan berkomitmen secara bermakna menurunkan kondisi depresi
lebih besar dibandingkan dengan hanya ACT. Rekomendasi penggunaan ACT dan FPE
sebagai psikoterapi untuk menurunkan kondisi depresi dan ansietas pasien HIV/AIDS

HIV / AIDS patients experience depression and anxiety at 20-40%, this condition
is due to her illness that affect the treatment received and the running and
maintenance. Aim determine the influence of Acceptance and commitement
Therapy and Family psychoeducation on the ability to accept and commit and
overcome depression and anxiety in patients with HIV/AIDS in Cipto
Mangunkusumo hospital. Design: Quasi Experiments With Pre-post test control
group "with the intervention Acceptance Commitment Therapy (ACT) and Family
psychoeducation (FPE) samples of 60 patients with HIV/AIDS, with Consecutive
Sampling, 30 patients received ACT & FPE and 30 received only ACT. Results:
The patients were given ACT and FPE significantly reduced depression and
anxiety conditions are also bigger than just ACT. Patients who received ACT and
FPE obtained increased ability to accept and commit significantly reduced
depression greater than the ACT. Recommended use of ACT and FPE as
psychotherapy for depression and anxiety reduce HIV/AIDS patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T36061
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Savitri Wulandari
"ABSTRAK
Latar Belakang: Pada pasien dengan HIV/AIDS seringkali ditemukan adanya psikopatologi dan mekanisme koping maladaptif yang berpengaruh terhadap perkembangan penyakitnya. Terapi Kelompok Suportif Ekspresif (TKSE) merupakan salah satu bentuk terapi kelompok yang dapat dilakukan pada pasien dengan HIV/AIDS. Terapi kelompok menunjukkan hasil dalam perbaikan gangguan mood, respon koping yang maladaptif, fobia dan rasa sakit. Selain itu terapi kelompok juga telah terbukti efektif untuk mengatasi stres, memerbaiki persepsi yang salah, mengatasi krisis pribadi, memberikan harapan yang realistis, dan menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam jumlah CD4 serta penurunan viral load HIV. Saat ini perlu dilakukan penelitian yang membuktikan bahwa TKSE yang dilakukan pada pasien dengan HIV/AIDS dapat mengubah psikopatologi dan mekanisme koping agar memerbaiki perkembangan penyakitnya.
Metode: Penelitian eksperimental secara consecutive sampling pada pasien dengan HIV/AIDS di Pokdisus HIV-AIDS RSCM Jakarta menggunakan kuesioner SCL-90 dan penilaian mekanisme koping COPE.
Hasil: Tidak terdapat perubahan nilai skor SCl-90 yang bermakna (p=1.000) dan tidak terdapat perbedaan perubahan mekanisme jenis koping (p=0.168) pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah dilakukan TKSE) namun TKSE berpeluang sebagai faktor protektif terhadap kecenderungan subjek penelitian mengalami psikopatologi jika hanya mengikuti therapy as usual (TAU). Mekanisme koping utama yang dipakai adalah Active, Acceptance dan Religious. Pemberian TKSE pada kelompok intervensi dapat mempertahankan koping positif yang sudah dipakai dibandingkan bila hanya mendapatkan TAU seperti pada kelompok kontrol. Bila penggunan koping yang bersifat Emotion lebih menonjol, psikopatologi yang dialami oleh individu akan tampak lebih jelas.
Simpulan: Pada penelitian ini tidak terdapat perubahan nilai skor psikopatologi dan mekanisme koping yang bermakna pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah dilakukan TKSE tapi terlihat TKSE dapat berpeluang sebagai faktor protekktif. Pemberian TKSE pada kelompok intervensi tampaknya dapat mempertahankan koping positif yang sudah dipakai. dibandingkan bila hanya mendapatkan TAU seperti pada kelompok kontrol. Selain itu bila penggunan koping yang bersifat Emotion lebih menonjol, psikopatologi yang dialami oleh individu akan tampak lebih jelas.

ABSTRACT
Background: Psychopathology and maladaptive coping mechanism were frequently found in HIV/AIDS patients which could influence the progression of the disease. Supportive Expressive Group Therapy (SEGT) is a form of group therapy which could be conducted on HIV/AIDS patients. Group therapy has been shown to improve mood disorders, maladaptive coping responses, phobias and pain. It was also effective in managing stress, false perception, overcome personal crisis, providing realistic expectation and significantly increasing CD4 cell count and reducing HIV viral load. A research is conducted on HIV/AIDS patients to prove that SEGT can alter psychopathology and coping mechanism in order to improve the development of the disease.
Methods: Experimental study with consecutive sampling on HIV/AIDS patients in Pokdisus HIV-AIDS RSCM Jakarta using SCL-90 questionnaire and coping mechanism assessment COPE.
Results: There were no significant change in SCL-90 score (p=1.000) and coping mechanism types (p=0.168) in the intervention group before and after SEGT but SEGT could act as a protective factor toward the tendency of research subject to have psychopathology when they only receive TAU. Three main coping mechanisms were Active, Acceptance and Religious. SEGT could maintain positive coping being used in the intervention group compare to only TAU which given to the control group. Psychopathologies were more prominent in individuals using Emotion coping mechanism.
Conclusion: In this study there was no significant difference in the change of SCL-90 scores and the types of coping mechanism in the intervention group before and after SEGT, but SEGT could act as a protective factor towards the tendency of psychopathology occurrence. SEGT could maintain positive coping being used in the intervention group. Psychopathologies were more prominent in individuals using Emotion coping mechanism.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lumban Tobing, Duma
"Masalah psikologis yang paling banyak dirasakan oleh klien kanker adalah ansietas dan depresi. Ansietas dan depresi yang dialami klien kanker bukan hanya berdampak pada kualitas hidup, juga berdampak pada pengobatan yang dilakukan, memperpanjang waktu hospitalisasi dan menimbulkan efek negatif pada prognosis serta ketahanan hidup klien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi Progressive Muscle Relaxation (PMR) dan Logoterapi terhadap ansietas dan depresi, kemampuan relaksasi dan kemampuan memaknai hidup klien kanker di RS Dharmais Jakarta.
Desain penelitian quasi eksperimental pre test-post test with control group. Sampel penelitian 90 orang klien kanker, 30 kelompok intervensi yang diberikan PMR dan Logoterapi, 30 kelompok intervensi 2 yang diberikan logoterapi dan 30 kelompok kontrol.
Hasil penelitian ditemukan penurunan ansietas dan depresi serta peningkatan kemampuan relaksasi dan kemampuan memaknai hidup klien kanker yang mendapatkan PMR dan logoterapi lebih besar dibandingkan kelompok yang mendapatkan hanya logoterapi (p value < 0,05). Terapi PMR dan logoterapi direkomendaikan sebagai terapi keperawatan lanjutan dalam merawat klien kanker dengan ansietas dan depresi.

Most psychological problems experienced by cancer clients are anxiety and depression. Anxiety and depression experienced by clients of cancer not only affects the quality of life, also made an impact on treatment, hospitalization and prolong a negative effect on prognosis and survival of the client. This study aims to obtain the effects of Progressive Muscle Relaxation Therapy (PMR) and Logotherapy to decrease anxiety and depression, increase the ability relaxation skills and life meaning ability of the client's cancer life in Dharmais Hospital Jakarta.
Quasi-experimental research design pre test-post test with control group. Sample from 90 the client's cancer, consisting of 30 intervention group 1, 30 intervention group 2 and 30 control group.
The result showed decrease the condition anxiety, depression and increase relaxation capability and life meaning ability of the client's cancer life , who get PMR and logotherapy greater than the group who received only logotherapy (p value <0.05). PMR and logotherapy recommended in the treatment of advanced nursing in cancer care for clients with anxiety and depression."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T30948
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arya Ramadia
"ABSTRAK
Klien stroke yang dirawat di rumah sakit sekitar 30-40% mengalami kondisi depresi. Depresi
disebabkan karena kondisi fisik klien yang mengalami perubahan akibat penyakit stroke.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi kognitif dan psikoedukasi terhadap
kondisi depresi, ketidakberdayaan dan kemampuan mengubah pikiran negatif pada klien
stroke di Rumah sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Desain penelitian ini quasi
experimental pre and post test with control group dengan jumlah sampel sebanyak 87 orang
yang dipilih menggunakan teknik consecutive sampling dimana 29 orang mendapat terapi
kognitif dan psikoedukasi keluarga, 29 orang hanya mendapat terapi kognitif dan 29 orang
tidak mendapatkan terapi. Uji analisis yang digunakan yaitu uji anova dan pair t-test. Hasil
penelitian menunjukkan penurunan kondisi depresi dan ketidakberdayaan serta peningkatan
kemampuan mengubah pikiran negatif pada klien stroke yang mendapat terapi kognitif dan
psikoedukasi keluarga lebih besar bermakna (Pvalue < 0,05) dibanding kelompok yang hanya
mendapat terapi kognitif dan yang tidak mendapatkan terapi. Faktor yang berkontribusi
terhadap kondisi depresi pada klien stroke adalah usia. Terapi Kognitif dan psikoedukasi
keluarga direkomendasikan pada klien stroke yang mengalami depresi dan ketidakberdayaan.
ABSTRACT
Stroke patients who were take care in the hospital 30-40% in depression
condition. Depression was cause by physical condition patients that were changed
due to stroke illness. This research aim was to determine the effect of cognitive
therapy and psycho Education for depression, helplessness, and ability to change
negative thoughts for stroke patients at Cipto Mangunkusumo Hospital in Jakarta.
This research design was quasi experimental pre and post test with control group
with a total of sample 87 person with 29 persons are given cognitive therapy and
family psychoeducation therapy, 29 persons are given only cognitive therapy and
29 persons are not given therapy. Analysis by anova test and Pair t-test. The result
of research show a decrease in depression and helplessness condition and
increase the ability to change negative thoughts of stroke clients whom received
cognitive therapy and family psychoeducation group larger than whom just only
receive cognitive therapy and the group without therapy (p value <0,05). There
was factor that contribute depression condition of stroke client is age. Cognitive
therapy and Family Psychoeducation are recommended for stroke klien who got
depression and helplessness."
2013
T36100
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Khoirul Amin
"Lansia akan mengalami penurunan dan perubahan pada berbagai aspek, dan ketika lansia mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan akan mencapai integritas diri namun bila tidak mampu menyesuaikan dapat menyebabkan keputusasaan hingga depresi. Terapi kelompok terapeutik (TKT) merupakan tindakan yang dilakukan untuk mempersiapkan tahap dan tugas perkembangan psikososial pada lansia dan psikoedukasi keluarga (FPE) merupakan terapi kepada keluarga untuk membantu dalam perawatan lansia. Tujuan karya ilmiah ini untuk mengetahui pengaruh terapi kelompok terapeutik dan psikoedukasi keluarga terhadap integritas diri dan depresi pada lansia. Desain penelitian yang digunakan yaitu operational research dengan menggunakan TKT dan FPE untuk mencapai integritas dan mencegah depresi bagi lansia. Responden dari kegiatan ini ditentukan secara purpose sampling dan sampel kegiatan ini sejumlah 34 lansia dimana 19 mendapatkan TKT dan FPE kemudian 15 lansia mendapatkan TKT. Hasilnya setelah diberikan terapi TKT dan FPE terdapat peningkatan integritas diri tidak signifikan (p value >0,05) dan penurunan tingkat depresi lansia secara signifikan (p value <0,05). Pada kelompok dengan TKT terdapat penurunan tingkat depresi secara signifikan (p value <0,05) dan peningkatan integritas diri tidak signifikan (p value >0,05). Terdapat perbedaan tidak signifikan (p value >0,05) antara kelompok yang diberikan terapi TKT dan FPE dengan kelompok yang diberikan TKT.

The elderly will experience a decline and change in various aspects, and when the elderly are able to adapt to changes they will achieve self-integrity, but if they are not able to adjust, they can lead to despair and depression. Therapeutic group therapy (TKT) is a therapy taken to prepare for the stages and tasks of psychosocial development in the elderly and family psychoeducation (FPE) is a therapy for families to assist in the care of the elderly. The purpose of this scientific work is to determine the effect of therapeutic group therapy and family psychoeducation on self-integrity and depression in the elderly. The research design used is operational research using TKT and FPE to achieve integrity and prevent depression for the elderly. Respondents from this activity were determined by purpose sampling and the sample of this activity was 34 elderly, of which 19 received TKT and FPE, then 15 elderly received TKT. The result, after being given TKT and FPE therapy, there was an insignificant increase in self-integrity (p value > 0.05) and a significant decrease in the level of depression in the elderly (p value < 0.05). In the group with TKT there was a significant decrease in the level of depression (p value <0.05) and an insignificant increase in self-integrity (p value> 0.05). There was no significant difference (p value > 0.05) between the group given TKT and FPE therapy and the group given TKT"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Limanauw, Marchellino Edmond Aprico
"Pendahuluan: Ansietas dan depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang banyak ditemukan pada pasien diabetes melitus. Ansietas dan depresi yang tidak tertangani dapat mengakibatkan kondisi penyakit semakin memburuk dan menurunkan kualitas hidup. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh tindakan keperawatan ners dan spesialis: terapi penerimaan komitmen dan psikoedukasi keluarga terhadap ansietas, depresi, kemampuan pasien dan keluarga merawat diabetes. Metode: Desain penelitian menggunakan quasy-experimental pre-postest with control group. Kelompok kontrol terdiri 29 pasien DM dan keluarga yang mendapatkan tindakan keperawatan ners saja, sedangkan kelompok intervensi terdiri dari 30 pasien DM dan keluarga yang mendapatkan tindakan keperawatan ners, terapi penerimaan komitmen dan psikoedukasi keluarga. Penelitian dilakukan di poliklinik endokrin-metabolik RSCM, di mana pemberian intervensi dilakukan secara daring dengan 5 – 8 kali pertemuan dalam 30 hari. Analisis data menggunakan uji univariat dan bivariat.  Hasil: Tindakan keperawatan ners dan spesialis dapat menurunkan ansietas dan depresi secara bermakna, meningkatkan kemampuan menerima dan berkomitmen serta kemampuan keluarga merawat pasien DM secara bermakna. Penurunan ansietas dan depresi, serta peningkatan kemampuan pasien dan keluarga pada kelompok intervensi lebih besar secara bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kesimpulan: Tindakan keperawatan ners dan spesialis dapat digunakan untuk mengatasi ansietas dan depresi pada pasien DM. Rekomendasi: Tindakan keperawatan ners dapat digunakan sebagai tindakan keperawatan oleh ners generalis untuk mengatasi ansietas dan depresi pasien DM di rumah sakit. Tindakan keperawatan jiwa spesialis: terapi penerimaan komitmen dan psikoedukasi keluarga dapat digunakan oleh ners spesialis keperawatan jiwa untuk mengatasi ansietas dan depresi pada pasien diabetes melitus di rumah sakit.

Anxiety and depression are mental health problems that are widely found in patients with diabetes mellitus. Untreated anxiety and depression can result in worsening disease conditions and reduce the quality of life. This study was conducted to see the effect of generalist and specialist nursing intervention: acceptance and commitment therapy and family psychoeducation on anxiety, depression, the ability of patients and families to treat diabetes. Methods: The study design used quasy-experimental pretest-postest with control group. The control group consisted of 29 DM patients and their families who received generalist nursing intervention only, while the intervention group consisted of 30 DM patients and their families who received generalist nursing intervention, acceptance and commitment therapy and family psychoeducation. The study was conducted at the endocrine-metabolic outpatient department of Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, where the intervention was administered online with 5-8 meetings in 30 days. Data analysis uses univariate and bivariate tests. Results: Generalist and specialist nursing intervention can significantly reduce anxiety and depression, and significantly improve the ability to accept and commit and the ability of families to care for DM patients. Decreased anxiety and depression, as well as improvements in patient and family abilities in the intervention group were significantly greater than in the control group. Conclusion: Generalist and specialist nursing intervention can be used to address anxiety and depression in DM patients. Recommendation: Generalist nursing intervention can be used as nursing intervention by nurse generalists to overcome anxiety and depression of DM patients in hospitals. Specialist nursing intervention: acceptance and commitment therapy and family psychoeducation can be used by psychiatric nurse specialist to address anxiety and depression on diabetes mellitus patients in hospital."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lidya Heryanto
"Terapi Kelompok Suportif Ekspresif adalah salah satu modalitas psikoterapi yang menggunakan kekuatan interaksi para peserta yang difasilitasi oleh terapis. Terapi ini diberikan kepada individu yang memiliki masalah serupa untuk memperbaiki pikiran dan perilaku yang dianggap maladaptif. Penelitian ini dilakukan untuk menilai apakah dengan terapi kelompok suportif ekspresif dapat memperbaiki kepatuhan pasien dengan HIV terhadap ARV (adherence). Evaluasi juga dilakukan untuk menilai apakah terdapat perbaikan kualitas hidup, peningkatan sel imun CD4 dan turunnya viral load setelah dilakukan intervensi. Pada 52 subjek dengan random alokasi terbagi menjadi kelompok intervensi terapi kelompok suportif ekspresif (TKSE) dan kelompok treatment as usual (TAU).
Subjek mendapatkan evaluasi yang sama sebelum dan sesudah terapi. Pada evaluasi awal didapatkan seluruh subjek tidak adherence, yaitu kepatuhan terapi <95%. Subjek yang mendapat terapi kelompok datang sebanyak 5 kali pertemuan. Semua subjek tetap datang untuk mendapatkan terapi seperti biasanya di pokdisus dan mendapatkan obat ARV. Setelah intervensi dilakukan evaluasi kembali. Subjek yang mendapatkan terapi kelompok suportif ekspresif (TKSE) menunjukan perbaikan dalam adherence sebanyak 13 orang (50%) dan pada kelompok TAU sebesar 1 orang (3.85%).
Peningkatan jumlah sel CD4 juga ditemukan pada kedua kelompok yaitu pada TKSE rerata peningkatan sebesar 54.69 dan pada TAU rerata sebesar 4.81. Perbaikan viral load menjadi tidak terdeteksi ditemukan pada kedua kelompok yaitu pada TKSE menurun sebanyak 4 subjek, sedangkan TAU 2 subjek. Pada kualitas hidup didapatkan peningkatan pada domain psikologis dan lingkungan, tidak ada perubahan pada domain sosial, dan penurunan pada domain fisik.

Supportive Expressive Group Therapy is a psychotherapeutic modality that uses the strength of the interaction of the participants were facilitated by therapists. This therapy is given to individuals who have similar problems to correct thoughts and behaviors that are considered maladaptive. This study was done to assess whether the supportive expressive group therapy can improve patients' adherence with ARV. The evaluation was also conducted to assess whether there were improvements in quality of life, increase in CD4 immune cells and the decrease in viral load after the intervention. In 52 subjects with random allocation is divided into intervention group supportive expressive group therapy (TKSE) and group treatment as usual (TAU).
Subjects obtain the same evaluation before and after therapy. At the initial evaluation found the whole subject is not adherence: therapy adherence <95%. Subjects who received group therapy meetings come as much as 5 times. All subjects continued to come to get treatment as usual in Pokdisus and get antiretroviral drugs. Once the intervention is re-evaluated. Subjects who received supportive expressive group therapy (TKSE) showed improvements in adherence were 13 people (50%) and the TAU group by 1 person (3.85%).
The increase in CD4 cell count were also found in both groups, the mean increase of 54.69 TKSE and the TAU mean of 4.81. Improvements in viral load to undetectable levels were found in both groups at TKSE decreased by 4 subjects, whereas TAU 2 subjects. On quality of life associated with an increase in psychological and environmental domains, there is no change in the social domain, and a decrease in the physical domain.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T59141
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>