Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21961 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wikan Putri Larasati
"Tesis ini membahas pentingnya pengembangan self-esteem yang adekuat pada masa remaja. Individu yang memiliki self-esteem tinggi cenderung memiliki pencapaian akademik yang lebih tinggi, dan mereka yang memiliki self-esteem rendah memiliki pencapaian akademik yang lebih rendah (Lui, Kaplan, & Risser dalam Rice, 1996). Selain berkaitan dengan pencapaian akademik, self-esteem juga berkaitan dengan kesehatan fisik dan mental seorang remaja (Trzesniewski dalam Simpson-Scott, 2009).
Subyek penelitian ini adalah seorang remaja perempuan berusia 13 tahun yang memiliki ciri-ciri seseorang dengan self-esteem rendah sebagaimana menurut Branden (1996) dan Guindon (2010). Intervensi yang dilakukan adalah penanganan individual pada subjek dengan menggunakan metode self-instruction.
Metode self-instruction yang digunakan menggunakan empat tahap utama yang dikemukakan oleh Meichenbaum (Martin & Pear, 2003), yaitu identifikasi keyakinan negatif; memformulasikan positive self-statement; melakukan self-instruction untuk mengarahkan perilaku; dan melakukan selfreinforcement ketika berhasil mengatasi situasi.
Desain penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah single case study A-B design.Hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi menggunakan metode self-instruction dapat meningkatkan self-esteem pada subjek.

The focus of this study is the importance of enhancing adolescent self-esteem. An adolescent with good self-esteem level tend to have better academic achievement compared to adolescent with low self-esteem (Lui, Kaplan, & Risser in Rice, 1996). Other than the academic achievement, self-esteem is also correlated with physical and mental health of adolescent (Trzesniewski in Simpson-Scott, 2009).
The subject of this research is a 13 year old teenage girl who shows characteristics of individual with low self-esteem based on Branden (1996) and Guindon (2010).
The intervention is delivered through individualized program using selfinstruction method. This method includes four major steps based on Meichenbaum (Martin & Pear, 2003), which are identifying negative beliefs, formulating positive self-statements, practicing self-instruction; and applying selfreinforcement.
The design of this research is single case study A-B design. This research proves that an intervention program using self-instruction method can enhance the self-esteem of the subject.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T31219
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Della
"Menjadi seorang mahasiswa memberikan tekanan tersendiri karena mahasiswa menghadapi tugas perkembangan maupun masalah-masalah lain yang harus diselesaikan dan seringkali tekanan ini memberikan distres psikologis bagi mahasiswa yang bersangkutan. Hal ini juga terjadi kepada mahasiswa UI dan berdasarkan penelitian sebelumnya, salah satu sumber distres psikologis pada mahasiswa UI adalah penyesuaian akademis. Meskipun mahasiswa telah dibekali berbagai macam keterampilan untuk menyesuaikan diri secara akademis, nyatanya keluhan mengenai penyesuaian akademis masih saja muncul. Hal ini menunjukkan bahwa ada masalah lain yang mendasari keluhan tersebut.
Berdasarkan beberapa penelitian maupun literatur, self esteem merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan kemampuan penyesuaian diri ini. Oleh karena itu, penting untuk membantu mahasiswa yang mengalami distres psikologis untuk meningkatkan self esteem yang dimilikinya. Metode intervensi yang digunakan untuk meningkatkan self esteem pada penelitian ini adalah metode cognitive behavior therapy. Partisipan yang terlibat sebanyak tiga orang dan ketiga partisipan tersebut mengikuti intervensi sampai sesi terakhir.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi ini efektif meningkatkan self esteem pada mahasiswa yang mengalami distres psikologis. Hal ini terlihat dari peningkatan skor self esteem dan penuruan skor distres psikologis serta refleksi partisipan yang menunjukkan adanya kemampuan dalam mendeteksi unhelpful thoughts yang muncul, penurunan emosi negatif yang dirasakan, dan perubahan perilaku dimana partisipan mengurangi perilaku menghindar.

Being a college student brings certain pressure because students are faced with developmental task and other problems that?s need to be dealt with and this can evoke psychological distress to the students. The same problem also happens to college students of University of Indonesia and based on latest research, one of the source of psychological distress among students of UI is academic adjustment. Although the students has already been thought the skill to help them adjust academically, but the complaint about the problem still persists. This suggests that there's other issue that underlie the complaint.
Based on researches and literatures, self esteem is considered as one of the factors that's related to academic adjustment. Therefore, it's important to help students increase their self esteem. The intervention method that's used to increase self esteem in this research is cognitive behavior therapy. There were three participants that were involved and they followed until the last session.
The result suggests that this intervention effectively increased self esteem for students with psychological distress. It can be seen from the increasing of self esteem's score, decreasing of psychological distress' score, and participant' reflection which indicates ability to detect unhelpful thoughts, decreasing of negative emotions, and changing of behavior in which participants reduce avoidance behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30989
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Aisha
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas penerapan Cognitive Behavior Therapy CBT untuk meningkatkan self esteem Partisipan dalam penelitian ini adalah anak laki laki usia 10 tahun yang memiliki self esteem rendah Self esteem diukur dengan menggunakan skala Self Perception Profile for Children dari Susan Harter 2012 dan didukung dari hasil wawancara dengan orang tua Intervensi Cognitive Behavior Therapy CBT yang diberikan untuk meningkatkan self esteem yang rendah terdiri dari empat tahapan Tahap pertama yaitu pra intervensi dilakukan sebanyak dua sesi Tahap kedua yang berisipsikoedukasi kepada orang tua terkait dengan peran orang tua dalam mendukung intervensi CBT dilakukansebanyak dua sesi Tahap ketiga yaitu tahap intervensi terdiri dari 12 sesi Tahap keempat yaitu post intervensi diberikan sebanyak dua sesi Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan self esteem terutama pada domain kemampuan sosial kemampuan atletik penampilan fisik dan self esteem secara keseluruhan Peran orang tua yang mampu menerapkan teknik SUPPORT Show Understand Patient Prompt Observe Reward Talk diduga turut mendukung keberhasilan intervensi yang sudah dilakukan pada anak

The aim of this study was to know the effectiveness of Cognitive Behavior Therapy CBT to increase self esteem The participant of this study is a 10 years old boy who has low self esteem Self esteem was measured by Self Perception Profile for Children from Susan Harter 2012 and supported by interviewing with parents Cognitive Behavior Therapy CBT that wasdoneconsisted of four stages Stage one that was pre intervention consisted of two sessions Stage two that includedpsychoeducation to parents about their roles to support CBT to their child consisted of two sessions Stage three was the intervention to the child that consisted of 12 sessions Stage four that was post intervention consisted of two sessions The result of this study showed thatCBTcould increase self esteem especially insocial competence athletic competence physical appearance and global self esteem Parent rsquo s role to apply SUPPORT technique Show Understand Patient Observe Reward Talk was predicted supportingthe success of this intervention "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T38918
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradipta Christy Pratiwi
"[Latar Belakang : Konflik relasi berpacaran rentan dialami oleh dewasa muda. Konflik yang tidak terselesaikan memunculkan kekerasan dalam pacaran. Kekerasan dalam pacaran mungkin terjadi dalam bentuk fisik, psikologis, seksual dan ekonomi. Riwayat pengalaman traumatis yang dialami sebelumnya oleh individu, membentuk self-esteem rendah pada individu dan membuka peluang pada individu untuk kembali terjebak pada relasi berkekerasan yang serupa, salah satunya kekerasan dalam pacaran. Self-esteem yang rendah mengakibatkan korban sulit untuk keluar dari siklus relasi berkekerasan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan intervensi untuk meningkatkan self-esteem pada dewasa muda yang mengalami kekerasan dalam pacaran. Intervensi yang telah terbukti efektif dalam menangani self-esteem yang rendah adalah cognitive behavior therapy. Metode : Penelitian ini berupa intervensi CBT pada 4 orang partisipan. Desain penelitian ini termasuk dalam one group pretest-posttest design (before and after). Analisis : Analisis dilakukan dengan cara membandingkan data kuantitatif dari hasil pre-test dan post-test pada alat ukur RSES. Analisa kualitatif dilakukan melalui wawancara dan observasi terhadap perkembangan dan perubahan yang dialami partisipan. Hasil : CBT cukup berpengaruh dalam meningkatkan self-esteem pada partisipan, namun demikian intervensi selama 6 sesi pertemuan ini dirasa belum cukup untuk mengatasi permasalahan kekerasan dalam pacaran secara menyeluruh. Partisipan mengalami perubahan aspek kognitif dan perilaku. Partisipan merasa percaya diri dan nyaman terhadap penampilan fisik maupun kemampuan yang dimiliki. Partisipan memperoleh pemikiran yang lebih realistis untuk keluar dari relasi pacaran yang tidak sehat.

Background: Conflicts in dating relationship are commonly experienced by young adults. Unfinished conflict provokes violence in dating relationship. Dating violence may occur in physical, psychological, sexual, and economic matter. Previous traumatic events, experienced by individual, conceive low self-esteem and provide more possible chance for individual to get back to the same violence based relationship, including dating violence. Low self-esteem causes the victims to withdraw themselves from the violence-based relationship. Hence, interventions are required to enhance self-esteem on young adults who experience dating violence. Cognitive behavior therapy is considered effective in enhancing self-esteem. Method: This research investigated CBT intervention on 4 participants with the research design of one group pretest-posttestdesign(before and after). Analysis: Analysis was carried out by comparing quantitative data of pre-test and post-test result acquired from RSES instrument. Qualitative analysis was carried out through interview and observation on the development and changes experienced by participants. Results: CBT is influential enough in enhancing self-esteem on participants, nevertheless 6 meetings session of intervention are considered less effective in solving dating violence entirely. Qualitative result indicated that participants experienced changes in cognitive and behavior aspects. Participants felt confident and secure either about their physical performance or their competence. Participants obtained realistic thinking to withdraw themselves from unhealthy dating relationship.;Background: Conflicts in dating relationship are commonly experienced by young adults. Unfinished conflict provokes violence in dating relationship. Dating violence may occur in physical, psychological, sexual, and economic matter. Previous traumatic events, experienced by individual, conceive low self-esteem and provide more possible chance for individual to get back to the same violence based relationship, including dating violence. Low self-esteem causes the victims to withdraw themselves from the violence-based relationship. Hence, interventions are required to enhance self-esteem on young adults who experience dating violence. Cognitive behavior therapy is considered effective in enhancing self-esteem. Method: This research investigated CBT intervention on 4 participants with the research design of one group pretest-posttestdesign(before and after). Analysis: Analysis was carried out by comparing quantitative data of pre-test and post-test result acquired from RSES instrument. Qualitative analysis was carried out through interview and observation on the development and changes experienced by participants. Results: CBT is influential enough in enhancing self-esteem on participants, nevertheless 6 meetings session of intervention are considered less effective in solving dating violence entirely. Qualitative result indicated that participants experienced changes in cognitive and behavior aspects. Participants felt confident and secure either about their physical performance or their competence. Participants obtained realistic thinking to withdraw themselves from unhealthy dating relationship., Background: Conflicts in dating relationship are commonly experienced by young adults. Unfinished conflict provokes violence in dating relationship. Dating violence may occur in physical, psychological, sexual, and economic matter. Previous traumatic events, experienced by individual, conceive low self-esteem and provide more possible chance for individual to get back to the same violence based relationship, including dating violence. Low self-esteem causes the victims to withdraw themselves from the violence-based relationship. Hence, interventions are required to enhance self-esteem on young adults who experience dating violence. Cognitive behavior therapy is considered effective in enhancing self-esteem. Method: This research investigated CBT intervention on 4 participants with the research design of one group pretest-posttestdesign(before and after). Analysis: Analysis was carried out by comparing quantitative data of pre-test and post-test result acquired from RSES instrument. Qualitative analysis was carried out through interview and observation on the development and changes experienced by participants. Results: CBT is influential enough in enhancing self-esteem on participants, nevertheless 6 meetings session of intervention are considered less effective in solving dating violence entirely. Qualitative result indicated that participants experienced changes in cognitive and behavior aspects. Participants felt confident and secure either about their physical performance or their competence. Participants obtained realistic thinking to withdraw themselves from unhealthy dating relationship.]"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T45418
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mellisa Tara Nursalim
"Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi dampak self-esteem terhadap perilaku kemalasan sosial. Penelitian ini menggunakan design 2x2 independent group antara dua kondisi tugas (koaktif x kolektif) dan dua tingkat kesulitan tugas (mudah x sulit). Partisipan di dalam grup kondisi koaktif menyelesaikan tugas secara individu sedangkan partisipan di dalam group kondisi kolektif menyelesaikan tugas secara berkelompok. Partisipan di dalam group tugas mudah diminta untung menghafal 15 nama buah dan hewan sedangkan partisipan di dalam group tugas sulit diminta untuk menghafal 15 istilah ilmiah. Setelah itu partisipan diminta untuk mengisi kuesioner untuk mengukur self-esteem mereka. Tugas tersebut diberikan kepada 60 mahasiswa dengan jumlah yang seimbang untuk setiap group.
Hasil analisis menunjukan bahwa partisipan yang berada dalam grup tugas mudah mengerahkan usaha yang lebih besar dalam mengerjakan tugas ketika bekerja sendiri dibandingkan dengan ketika bekerja bersama-sama. Namun prestasi partisipan yang berada di dalam group tugas sulit tidak berbeda. Partisipan di dalam grup tugas sulit mempunyai self-esteem lebih tinggi dibandingkan dengan partisipan di dalam group tugas mudah. Di dalam grup kondisi koaktif, self-esteem yang rendah mengarah kepada kompensasi sosial sedangkan di dalam group kolektif hal tersebut mengarah kepada kemalasan sosial. Partisipan dengan self-esteem yang tinggi cenderung mengerahkan usaha yang lebih besar di dalam group kolektif. Kesimpulannya, penelitian ini menunjukan bahwa self-esteem mempengaruhi kemalasan sosial. Kinerja sebuah group dapat ditingkatkan dengan memfokuskan persepsi anggota kelompok tentang kesulitan tugas yang dilakukan.

This research aimed to investigate the effect of self-esteem in social loafing. 2x2 independent group analysis was conducted between task condition (coactive x collective) and task difficulty (easy x difficult). Participants in the coactive task condition complete the task individually whereas participants in the collective task condition complete the task as a group. Participants in the easy task condition were asked to memorize 15 fruit and animal name whereas participants in the difficult task condition were asked to memorize 15 scientific terms. Afterward, the participants were asked to complete questionnaire to measure their self-esteem. The task was given to 60 university students with equal amount for each group.
As expected, the results show that participants in easy task condition exert more effort when working coactively compared to working collectively. However, the performances do not differ in the difficult task condition. Participants in the difficult condition have higher selfesteem than participants in the easy condition. In coactive condition, low self-esteem lead to social compensation whereas in collective condition, it leads to social loafing behavior. On the other hand, people with high self-esteem incline to exert more effort for group performance. In conclusion, this research suggests that self-esteem affects social loafing. We can increase group performance by focusing on group members perceptions of the task difficulty.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Saskia Rosita Indasari
"Self-esteem merupakan penilaian individu tentang dirinya mencakup keberhargaan diri dan kompetensi diri. Perkembangan self-esteem ini justru cenderung menurun di usia remaja sejalan dengan berkembangnya kemampuan kognitif mereka dalam memahami hubungan sebab-akibat, mempertanyakan kondisi berdasarkan nilai yang dimiliki, dan semakin menyadari pandangan diri serta orang lain terhadap mereka. Salah satu penyebab rendahnya self-esteem pada remaja ialah pikiran atau keyakinan negatif yang ia miliki tentang dirinya sendiri. Salah satu cara untuk mengatasinya ialah melalui intervensi strategi kognitif perilaku yang menyasar pemikiran distortif serta membantu remaja menemukan kualitas diri positif mereka dan mempraktikkannya di situasi nyata seharihari. Untuk membuktikan bahwa program intervensi ini mampu meningkatkan selfesteem remaja, peneliti menggunakan single-case A-B design dengan melibatkan DA (laki-laki, 17 tahun) sebagai subyek dalam penelitian ini. Program intervensi terdiri dari 7 sesi yang dilakukan selama 2,5 minggu dengan durasi 45 sampai 150 menit tiap sesinya. Berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) dan behavioral checklist sebelum dan sesudah program dijalankan, serta pencapaian tujuan di setiap sesi, terbukti bahwa program intervensi strategi kognitif perilaku dapat meningkatkan self-esteem pada remaja, dalam hal ini pada DA.

Self-esteem people's judgement about themslelves, including worthiness and selfcompetence. In the adolescence stage, self-esteem tend to decline as the growth of their cognitive ability in understanding cause-effect relationship, wondering about their life values, and being more aware of others judgement about them. Their negative thought about themselves is one of the reasons the declining of teengers sel-esteem. One method to enhance self-esteem is cognitive behaviour strategy intervention which can change teenage distort thoughts about themselves and help them to know their strengths so that they can apply it in their daily life. This research used A-B single case design (N = 1). This research participant is DA, 17 year old teenage boy. An intervention program of this research consists of 7 sessions held in 2.5 weeks with 45-150 minutes per session. To evaluate the effectiveness of the program, researcher used Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) and behavioral checklist with before-after design. The result showed that cognitive behaviour strategy intervention was effective to improve the self-esteem of teenagers, especially this research participant (DA)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T42074
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dilla Tria Febrina G.
"Self-esteem merupakan penilaian afektif terhadap konsep diri yang terdiri dari perasaan berharga dan penerimaan yang dikembangkan dan dipertahankan sebagai konsekuensi kesadaran akan kompetensi dan umpan balik dari dunia luar (Guindon, 2010). Permasalahan self-esteem yang menurun pada remaja merupakan hal yang sangat krusial untuk dilakukan penanganannya karena berdampak pada beberapa area penting dalam perkembangan remaja, seperti prestasi akademik dan fungsi hubungan sosial. Subjek penelitian ini adalah seorang remaja laki-laki berusia 12 tahun yang memiliki karakteristik self-esteem rendah. Program intervensi yang dilakukan untuk meningkatkan self-esteem subjek penelitian ini adalah teknik self-instructional training. Teknik self-instructional training dalam penelitian ini dilakukan melalui empat tahap menurut Harris (dalam Maag, 2018) yakni mengidentifikasi keyakinan diri negatif, melakukan dialog Socrates dan mempelajari positive self-talk, mempelajari langkah-langkah berperilaku dengan teknik selfinstruction, dan menentukan self-reinforcement saat berhasil mengatasi situasi. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah single-subject A-B-A design. Program intervensi terdiri dari 6 sesi intervensi dan 7 hari praktik yang dilakukan selama 2 minggu dengan durasi 1-2 jam/sesi. Berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES), observasi dan wawancara sebelum dan sesudah dilakukannya intervensi, pencapaian tujuan pada setiap sesi, menunjukkan bahwa program intervensi self-instructional training terbukti efektif meningkatkan self-esteem remaja.

Self-esteem is the affective judgments placed on the self-concept consisting of feelings of worth and acceptance which are developed and maintained as a consequence of awareness of competence and feedback from the external world (Guindon, 2010). The declining self-esteem problem in adolescents is crucial things because it affects important areas of adolescent development, such as academic achievement and social relations function. The subject of this study was a 12-years-old boy who had low self-esteem characteristics. Intervention program conducted to improve selfesteem used technique of self-instructional training. The technique of self-instructional training in this study was carried out through four stages that is identified negative self-beliefs, initiated Socrates dialogue and studied positive self-talk, studied the steps of behaving with self-instruction techniques, and determine self-reinforcement when successfully overcoming situations (Harris, in Maag, 2018). The research design used in this research is single-subject A-B-A design. The intervention program consisted of 6 intervention sessions and 7 days of practice for 2 weeks with duration of 1-2 hours/session. Based on measurements using Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES), observations and interviews before and after the intervention, achievement of objectives at each session, shows that self-instructional training have proven to be effective in improving adolescent self-esteem."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T49202
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eri Devras
"Salah satu isu kesejahteraan anak yang sedang tumbuh keprihatinan nasional adalah masalah tingkat harga diri (self-confidence) anak jalanan. Fenomena luas anak jalanan dengan tingkat rendah harga diri di Jakarta adalah masalah yang kompleks. Mengahadapi hal tersebut pemerintah harus responsif terhadap fenomena meningkatnya jumlah anak jalanan. Usaha-usaha yang telah dilakukan untuk meningkatkan tingkat harga diri anak jalanan masih belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari perilaku yang cenderung negatif seperti kekerasan, masalah penyalahgunaan obat, pelecehan seksual, prostitusi, masalah penyakit menular seksual (PMS/HIV/AIDS) dan lain-lain. Upaya untuk meningkatkan harga diri anak jalanan membutuhkan upaya ekstra dari pemerintahan DKI antra lain dengan mentoring, konseling, pendidikan, menyediakan pekerjaan dan sebagainya.
"
[Place of publication not identified]: Aspirasi: Jurnal Masalah-masalah Sosial, 2013
AJMS 4:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Larasati
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui korelasi antara self-esteem dan identifikasi pada avatar dengan adiksi game online jenis MMORPG. Penelitian ini menggunakan alat ukur Rosenberg Self-esteem Scale (RSES) yang telah diadaptasi ke bahasa Indonesia (Cassandra, 2010) untuk mengukur self-esteem, alat ukur Player-Avatar Identification Scale (PAIS) untuk mengukur identifikasi pemain terhadap avatar (Dong Li, Liau, & Khoo, 2013) dan Indonesian Online Game Addiction Questionnaire untuk mengukur tingkat adiksi (Jap, Tiatri, Jaya, & Suteja, 2013). Jumlah responden sebanyak 129 orang, berada pada tahap perkembangan remaja dan bermain MMORPG selama enam bulan terakhir. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah adanya hubungan signifikan negatif antara self-esteem dan adiksi game online MMORPG, dan adanya hubungan signifikan positif antara identifikasi pada avatar dan adiksi game online.

This research is conducted to find out the correlation between self-esteem, avatar identification, and online game addiction in MMORPG players. This research used Indonesian version of Rosenberg Self-esteem Scale (RSES) by Cassandra (2010), Player-Avatar Identification Scale (PAIS) (Dong Li, Liau, & Khoo, 2013), and Indonesian Online Game Addiction Questionnaire (Jap, Tiatri, Jaya, & Suteja, 2013). The participants of this research are 129 MMORPG gamers (who at least played for the past six months) and is currently in adolescent age range. The results show that there is significant negative correlation between self-esteem and online game addiction. There is also significant positive correlation between avatar identification and online game addiction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47715
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shauma Lannakita
"Tujuan dari studi ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh kualitas pelayanan dan nilai yang dirasakan terhadap kepuasan pasien dan dampaknya terhadap minat berprilaku pasien. Di dalam penelitian ini, pennulsi menyebarkan kuesioner kepada 155 orang responden yang pernah menjadi pasien rawat jalan di rumah sakit swasta di Jakarta. Untuk menganalisis data menggunakan metode Structural Equation Model dengan bantuan software LISREL 8.51.
Hasil penelitian mengindikasikan bahwa kualitas pelayanan dan nilai yang dirasakan mempengaruhi kepuasan pasien yang dapat menggerakkan behavioral intention. Hail lain dari penelitian ini adalah bahwa baik kualitas pelayanan dan nilai yang dirasakan pelanggan tidak berpengaruh secara langsung terhadap behavioral intention.

The objective of this study is to examine the influence off perceived service quality and perceived value toward patient satisfaction and its impact on behavioral intention.. In conducting the survey, the author distributed the questionnaire to 155 respodents who has been gone to private hospitals in Jakarta. This research use Structural Equation Modeling (SEM) as an analytical tool by LISREL 8.51.
Findings indicate that both perceived service quality and perceived value have influence satisfaction that drives behavioral intention. Interestingly, both perceived service quality and perceived value have no direct impact on behavioral intention while value assessment was influenced by perceived service quality.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>