Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 197674 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pasaribu, Merry Juliana
"Penyakit HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit menular dan berbahaya. Jumlah penderita HIV/AIDS setiap tahun bertambah. Kurangnya kesadaran pelaksanaan standar pencegahan umum menyebabkan resiko penularan HIV/AIDS pada perawat. Perawat masih ada yang menunjukkan sikap diskriminasi terhadap pasien HIV/AIDS. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap perawat terhadap pasien HIV/AIDS.
Metodologi penelitian ini adalah deskriptif sederhana, menggunakan teknik proporsional sampling terhadap 106 responden. Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner yang telah melewati tahap uji validitas dan reliabilitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 66% responden memiliki pengetahuan sedang; 30,2% tinggi dan 3,8% rendah. Sementara hasil sikap perawat terhadap HIV/AIDS 52,8 % responden menunjukkan sikap kurang baik dan 47,2% bersikap baik.

HIV/AIDS is one of contagious and dangerous diseases nowdays. The number of people with HIV/AIDS has increased every year. Lack of awareness of the implamentation of standard precaution lead to the risk of transmission of HIV/AIDS on nurses. Patient with HIV/AIDS were still receiving discrimination from health worker. The purpose of this study was to describe the knowledge and attitude of nurses towards patients with HIV/AIDS.
The methodology of this study is descriptive, by using proportional sampling on 106 respondents. The instument of this study used questionnaires that has passed validity and reliability test.
The results showed that 66% of respondents had moderete knowledge; 30, 2% had high and 3.8 % had low. Where the result of nurses attitude toward patient with HIV/AIDS showed 52,8% respondent had unfavorable attitude and 47,2% respondent showed favorable attitude.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43437
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Lisna Yuliawati
"Perilaku caring merupakan bentuk dukungan emosional perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang merupakan komitmen moral untuk melindungi, meningkatkan martabat manusia, dan merupakan inti dari keperawatan yang membedakan perawat dengan profesi lain. Penelitian kuantitatif ini menggunakan metode survey deskriptif, yang bertujuan untuk melihat sejauh mana perilaku caring perawat di Ruang Rawat Inap Umum RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor berdasarkan penilaian dari pasien. Sampel sebanyak 108 pasien yang sedang menjalani perawatan yang diambil dengan cara stratified random sampling. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah CBA (Caring Behaviour Assessment) yang telah dimodifikasi oleh peneliti. Hasil Penelitian menunjukan 98,1% responden menilai perilaku caring perawat sudah baik. Peningkatan pengetahuan dan menciptakan iklim motivasi untuk menerapkan perilaku caring menjadi rekomendasi dari penelitian ini.

Caring is an emotional support in providing nursing care to protect patiens, enhance human dignity, and it was the core which made a difference from other professions. This is quantitative study that used descriptive survey methods. The purpose of this study was to know behavior of nursing care in non psychiatric ward Marzoeki Mahdi Hospital, based on patient valuation. Samples used in this study were 108 patients being treated, taken by stratified random sampling. The instrument of this study used CBA (Caring Behavior Assessment Tool) which has been modified by researchers. The results showed 98.1% of respondents high nurse caring behavior. Increase of knowledge and creating the motivation that support nurses to apply the nurse caring behavior, that had recommendations of this study."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43435
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Amira Bin Seh Abubakar
"Perubahan status RSMM menjadi Badan Layanan Umum membawa dampak pada semua bidang termasuk profesi keperawatan. Pada bulan Januari 2008, terjadi mutasi perawat dan hal ini beresiko untuk terjadinya konflik sehingga dirasakan perlu untuk melakukan pelatihan tentang manajemen konflik pada kepala ruangan dan dilihat pengaruhnya pada kinerja perawat pelaksana. Metode penelitian ini adalah quasieksperimental dengan desain Pre and Post Test Without Control Group. Perawat pelaksana yang menjadi responden sebanyak 104 orang yang dipilih dengan simple random sampling dan tersebar pada 18 ruangan. Kepala ruangan mendapatkan pelatihan tentang manajemen konflik dan dibimbing dengan frekuensi yang berbeda (6 kali, 3 kali, dan tanpa bimbingan), kemudian kepala ruangan menerapkan kemampuan manajemen konflik dengan membimbing perawat pelaksana untuk meningkatkan kinerjanya. Karakteristik perawat pelaksana dianalisa dengan uji statistik deskriptif sedangkan kinerja perawat pelaksana dianalisa dengan uji t-dependen untuk melihat perbedaan kinerja perawat pelaksana sebelum dan sesudah dibimbing kepala ruangan dan uji Anova untuk melihat perbedaan kinerja perawat pelaksana dengan frekuensi bimbingan yang berbeda pada kepala ruangan. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan yang bermakna pada kinerja perawat pelaksana sesudah dibimbing kepala ruangan yang telah dilatih dan dibimbing (p Value < 0,05). Peningkatan kinerja perawat pelaksana yang kepala ruangannya dibimbing 6 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang kepala ruangannya tidak dibimbing, demikian juga degan kinerja perawat pelaksana yang kepala ruangannya dibimbing 3 kali. Sementara kinerja perawat pelaksana yang kepala ruangannya dibimbing 6 kali tidak berbeda secara bermakna dengan yang kepala ruangannya dibimbing 3 kali. Perawat pelaksana yang belum menikah lebih tinggi kinerjanya dibandingkan dengan yang telah menikah. Dari hasil penelitian ini disarankan agar calon kepala ruangan diberikan pelatihan manajemen konflik dan dibimbing sebanyak 3 kali.

The status change of RSMM to independent public health service had impact to all disciplines, including nursing profession. In January 2008, rotation of nurse was conducted and potentially resulted conflicts. This condition was considered to be anticipated with providing training of conflict management for nurse managers, and then evaluated its effect on nurse performance. This study used quasi- experimental design with Pre and Post Test Without Control Group. Sample size of this study was 104 nurses of 214 nurses who were selected randomly in 18 patient ward. The training and coaching was performed in different frequency of sessions (6 sessions, 3 sessions, and session without coaching) for nurse managers who then demonstrated their skill of conflict management with guiding nurses in improving their performance. Descriptive statistical test was applied for nurse characteristic and t-dependent test was applied for nurse performance with differentiating nurse performance before and after the guidance provided by nurse manager. Anova test was applied to predict the difference of nurse performance with various frequency of coaching provided for nurse manager. The result of this study showed increasing nurse performance after being guided by nurse managers who were trained and coached (pValue < 0,05). The increasing of nurse performance with nurse managers who were coached in 3 sessions and 6 sessions was higher than nurse performance with nurse manager who were not provided with coaching. Nurse performance with nurse manager who were coached 3 times and 6 times was not significantly different. The performance of unmarried nurse was higher than married nurse. It was recommended that candidates of nurse managers should be trained about conflict management with 3 sessions of coaching.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T24816
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Risza Farah Ramadhina
"Gangguan jiwa merupakan kondisi di mana terjadi perubahan cara berpikir, emosi atau perilaku, atau gangguan kombinasi emosi dan perilaku. Salah satu gangguan jiwa berat adalah skizofrenia yang menyebabkan gangguan pada proses berpikir, merasakan, dan berperilaku seseorang. Pada orang yang didiagnosis skizofrenia, sekitar setengahnya mengalami waham. Salah satu jenis waham yang paling umum adalah waham kebesaran. Perawat perlu memberikan asuhan keperawatan pada masalah waham kepada pasien, keluarga, maupun kepada kelompok. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran terkait penerapan orientasi realita pada pasien dengan waham kebesaran. Penerapan tindakan generalis orientasi realita diharapkan dapat menurunkan intensitas waham pasien.

Mental disorder is a condition in which changes in ways of thinking, emotions or behavior, or a combination of emotional and behavioral disorders. One of the severe mental disorders is schizophrenia which causes disruption in the process of thinking, feeling, and behaving a person. In people diagnosed with schizophrenia, about half experience a delusions. One of the most common types of delusions is grandiose delusions. Nurses need to provide nursing care to the patients, families, and to groups with delusions. The purpose of writing this paper is to provide an overview related to the application of reality orientation to patients with greatness. The application of generalist reality orientation is expected to reduce the delusions intensity of patient. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cilik Ratnaningrum
"Stres pada perawat disebabkan karena merawat pasien, konflik dengan rekan kerja, atasan dan rumah sakit tempatnya bekerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat stres perawat di ruang psikiatri intensif Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Sampel sebanyak 30 orang perawat yang bertugas di ruang psikiatri intensif pria dan wanita. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perawat di ruang psikiatri intensif mayoritas (66,6%) mengalami tingkat stres rendah. Tingkat Stres rendah yang dialami oleh perawat di ruang psikiatri intensif disebabkan karena peran atasan serta hubungan interpersonal yang baik antara sesama perawat maupun dengan tim kesehatan lain. Perlunya hubungan yang baik antar sesama perawat, tim kesehatan lain dan atasan dalam suatu ruang rawat merupakan rekomendasi dari penelitian ini.

Stress in nurses due to caring for patients, conflicts with colleagues, superiors and the hospital where she works. The purpose of this study is determine the stress level nurses in the psychiatric intensive ward in Dr. H. Mahdi Marzoeki Hospital Bogor. Sample of 30 nurses who served in the psychiatric intensive ward, men and women. The results of this study indicate that nurses in the psychiatric intensive ward majority (66.6%) had low level of stress. The low level of stress experienced by nurses in psychiatric intensive ward due to the role of supervisor, and a fairly good interpersonal relationships among nurses, other health team. The need for good relations among nurses, other health team, and tops in a ward is a recommendation of this study."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S42326
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Anshofa
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26415
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jusnimar
"Perawat di unit perawatan intensif memiliki beban kerja yang tinggi, yang dapat menjadi sumber stres kerja bagi perawat ICU. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat stres kerja yang dialami perawat di ICU RS. Kanker Dharmais. Sampel pada penelitian ini adalah total populasi yaitu sebanyak 33 responden. Penelitian ini menunjukkan bahwa 22 orang (66.7%) perawat di ruang ICU mengalami tingkat stres kerja sedang. Peneliti merekomendasikan untuk dilakukan penelitian lanjutan tentang faktor-faktor stres kerja atau hubungan karakteristik responden dengan tingkat stres kerja. Penelitian ini bermanfaat sebagai sumber masukan untuk strategi menurunkan stres kerja atau manajemen stres pada perawat di ICU.

Nurses in the intensive care unit have a high workload, which can lead a work stress for them. This descriptive study aims to identify the level of work stress of nurses in ICU Dharmais Cancer Hospital. Data were collected from total sampling of 33 nurses. Study showed that 22 (66.7%) nurses in the ICU had moderate work stress levels. Some recommendation of this study were proposed that future research could be identify factors related to work stress level. The result of this study would be beneficial to develop the stress management among ICU nurses."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43387
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Yoen Aulina
"Program pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan dua karakteristik kompetensi yaitu pengetahuan dan ketrampilan. Untuk dapat mengetahui jenis pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan perawat klinik di ruang rawat map dan poll RSIA Tambak maka terlebih dahulu harus diketahui gambaran kompetensi perawat.
Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran kompetensi pada populasi perawat klinik di ruang rawat imp dan poli RSIA Tambak dan menganalisis hubungannya dengan faktor karakteristik perawat yaitu Pendidikan, Pengalaman dan pelatihan. Data mengenai gambaran kompetensi didapat melalui pengukuran dengan menggunakan instrument yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Sampel yang digunakan adalah total populasi.
Uji statistik dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi perawat berdasarkan karakteristik, gambaran kompetensi berdasarkan pendidikan,pengalaman dan pelatihan. Sedangkan hubungan antara tingkat kompetensi dengan faktor karakteristik perawat diuji dengan menggunakan uji statistic koefisien korelasi Phi. Pada penelitian ini juga dilakukan uji t sample bebas (Independent sample t test) yang dilakukan untuk melihat adakah perbedaan nilai rata-rata kompetensi intelektual, kompetensi tekhnikal dan komunikasi interpersonal pada kelompok SPK dengan kelompok D3, Kelompok Tidak berpegalaman dengan Kelompok Berpengalaman serta Kelompok yang tidak mendapat pelatihan dengan kelompok yang mendapat pelatihan. Sebelum dilakukan uji t, terlebih dulu dilakukan uji normalistas data dan hasil menunjukkan data kompetensi berdistribusi normal.
Dari hasil penelitian gambaran karakteristik perawat adalah sebagai berikut : 40% perawat berpendidikan SPK dan 60% lainnya D3: 60% perawat termasuk kelompok berpengalaman dan 40% belum berpengalaman serta 30 % perawat belum mendapat pelatihan sedangkan 70% lainnya sudah mendapatkan pelatihan. Pelatihan yang diterima adalah Pemeriksaan EKG, Universal Precaution, service excellent, dengan gambaran kompetensi sebagai berikut; 65% perawat termasuk kategori kompeten untuk kompetensi intelektual, 55 % kompeten untuk kompetensi tekhnikal dan 55% kompeten untuk komunikasi interpersonal.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa nilai rata-rata kompetensi tekhnikal dan komunikasi interpersonal pada kelompok yang berpengalaman dan kelompok yang mendapat pelatihan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang belum berpengalaman dan kelompok yang tidak mendapat pelatihan, sementara untuk kompetensi intelektual kelompok yang belum berpengalaman dan kelompok yang belum mendapat pelatihan nilai rata-rata kompetensi nya lebih tinggi, tetapi secara statistik perbedaan tersebut tidak bermakna. Untuk kelompok berdasarkan pendidikan nilai rata-rata kompetensi intelektual kelompok D3 lebih tinggi dari kelompok SPK, tetapi nilai rata-rata kompetensi tekhnikal dan komunikasi interpersonal lebih tinggi pada kelompok SPK lebih tinggi dari kelompok D3, hal tersebut lebih mungkin disebabkan karena faktor pengalaman dimana dari 8 orang yang berpendidikan SPK, 7 diantaranya termasuk kelompok berpengalaman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor Pendidikan tidak mempunyai hubungan dengan kompetensi . Hubungan yang signifikan hanya diperlihatkan pada faktor pengalaman terhadap kompetensi tekhnikal dan komunikasi interpersonal, serta hubungan antara pelatihan dengan kompetensi tekhnikal.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan dan ketrampilan dapat dilakukan dengan pelatihan, sekalipun terdapat perbedaan latar belakang pendidikan dan pengalaman.

The Education and training program is one of effort which may be performed in order to improve two characteristic of competencies, namely knowledge and skill, In order to identify the type of training which is appropriate to the need on clinical nurses at the ordinary ward and policlinic of RSIA Tambak, first, we should identify the description on the competence of nursing.
This study is aimed at identifying the description of competency at the population of nurses at ordinary ward and policlinic of RSIA Tambak and to analyze its correlation with the characteristic factors of nurses, namely education, experience and Training. Data of the description on the competencies are obtained through measurement by using the instrument that has been tested for its validity and reliability. Sample used in this study is total population.
Statistical test is performed in order to obtain the description on the distribution of nurses on their characteristic, description of competencies based on their education, experience and training. While, the correlation between the levels of competence with the characteristic factors of nurses, tested by applying the Phi Coefficient Correlation test. In this study, the independent sample t test is also performed in order to identify the difference of average score for the intellectual competence, technical competence and interpersonal communication between SPK group and the D3 group, between inexperience group and the Experience group, as well as the untrained group and trained group. Prior to implementation of t-test, normality test is performed for the data of competence and the results indicate the distribution is normal.
The result of study reveal the description of the characteristic of nurses as follows: 40% of nurses have the educational background of SPK, and another 60% has the educational background of Diploma of nursing; 60% of nurses belong the experienced group and another 40% is inexperienced, while 30% of nurses are untrained and another 70% are trained. The training provided to the nurses are ECG examination, Universal precaution, service excellent, with the description of competence as follows : 65% of nurses belong to competent for intellectual competence and 55% s competent for Technical competence and another 55% is competent for interpersonal communication.
Results of study also indicate that the average score for technical competence and interpersonal communication of the experienced group and trained group are higher than the inexperienced group and untrained group. While, for the intellectual competence the inexperienced group and untrained group obtain the higher average for their competencies. Statistically, however, this difference is not significant. For the groups categorized on their level of education the average score for intellectual competence of D3 group is higher than SPK group; however, the average score for technical competence and interpersonal competence is higher at the SPK group than D3 group. It is more possible due to the factor of experience, in which seven among eight nurses having educational background of SPK belong to the experienced group.
The results of study also indicate that the factor of education has no correlation with the competence. The significant correlation is only shown between the factor of experience with the technical competence and interpersonal communication as well as between training and technical competence.
Based on the results of this study, it can be concluded that the competence of knowledge and skill be improved through training, despite the different educational background and experience.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19345
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusmiati
"Kinerja perawat pelaksana merupakan serangkaian kegiatan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien. Kinerja perawat mencakup penerapan jaminan mutu, pendidikan, penilaian kinerja, kesejawatan, etik, kolaborasi, riset, dan pemanfaatan sumber-sumber. Kinerja yang baik merupakan cerminan mutu pelayanan keperawatan yang diberikan. Kinerja diprediksi dapat dipengaruhi oleh umur, pendidikan, jenis kelamin, status perkawinan, lama kerja, dan lingkungan organisasi (struktur organisasi, dan desain pekerjaan) di rumah sakit yang disebut sebagai variabel independen. Dalam proses pelayanan keperawatan variabel independen tersebut secara bersama-sarrna mempunyai kontribusi terhadap kinerja perawat pelaksana.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif korelasi yang bertujuan untuk menguji hubungan antara lingkungan organisasi dan karakteristik perawat dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUP Persahabatan Jakarta. Penelitian menggunakan total populasi yang telah memenuhi kriteria inklusi, yaitu sebanyak 156 perawat pelaksana yang bertugas di ruang rawat inap. Penelitian ini menggambarkan bahwa perawat pelaksana sebagian besar mempunyai kinerja yang kurang baik (50,6%). Pengujian ada atau tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen digunakan Pew-son's Product Moment, hasil analisis dikategorikan menjadi kurang atau baik berdasarkan nilai median sebagai cut off point.
Hasil analisis dengan alpha < 0,05 menunjukkan bahwa umur, jenis kelamin, pendidikan, status kawin, lama kerja, pembidangan pekerjaan, tingkat hirarki, dan kesatuan perintah tidak ada hubungan yang bermakna terhadap kinerja perawat pelaksana. Sub variabel dari struktur organisasi yaitu: perumusan masalah, pembagian tugas, pendelegasian dan wewenang, koordinasi, rentang kendali, cakupan pekerjaan, kedalaman pekerjaan, dan hubungan pekerjaan secara bermakna ada hubungan dengan kinerja. Untuk mengetahui variable yang dominan terhadap kinerja perawat pelaksana digunakan uji regresi logistik ganda, basil penelitian menunjukkan ada dua variabel yaitu koordinasi nilai p wald 0,001 dan kedalaman pekerjaan nilai p wald 0,004. Hasil ini menunjukkan bahwa koordinasi paling dominan terhadap kinerja. Implikasi dari penelitian ini adalah perlunya pengernbangan dalam bidang keperawatan yang berorientasi pada lingkungan organisasi internal.

The performance of nurse provider is a set of activities of the nurse in providing nursing care to the client. The nurse's performance is included the implementation of quality assurance, education, performance appraisal, peer, ethics, collaboration, research and the utilization of resources. The best performance is reflected through the quality of nursing care. The performance is predicted to be contributed by the age, education, gender, marital status, length of work organizational environment (organization structure and work design) in the hospital are considered as the independent variables.
This study used the quantitative with correlation descriptive design with the purpose to examine the relationship between organizational environment and nurse characteristics with the performance of nurse providers working in nursing ward of RSUP Persahabatan, Jakarta. This research used the total population meeting the inclusive criteria with the total of 156 nurse providers working in nursing ward This study revealed that most of the nurses did not perform as expected or not well performed (50.6°%). To analyze the relationships among variables, the Pearson Product Moment Correlation was utilized the median value was used as a cut off point to categorize the poor and good performance.
The result of this statistical analysis with the alpha < 0.05 revealed that the age, gender, education, marital status, length of work field of work, hierarchy level, and similar/united order of work had no significant relationship with the performance of nurse providers. Sub variables of problem formulation, task distribution, delegation and authority, coordination, control, scope of work detail, and work correlation had significant relationship with performance. Based on multiple logistic regression, the result of this study shown that coordination with p wald 0,001 and work detail with p wald 0,004. It means that coordination was the most determinant factor to nurse's performance. The implication of this study to nursing that there was a need to have development in nursing management of care focusing on the internal organizational environment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
T18057
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samrotul Fuadah Al-Ansoriyani
"Pendekatan perawatan peri operatif Enhanced Recovery After Surgery (ERAS) bertujuan mempercepat stabilitas kondisi klinis pasien dan mempercepat pemulihan pasca operasi termasuk di ICU. Salah satu intervensi yang diterapkan adalah mobilisasi dini karena telah terbukti mempercepat proses pemulihan pasca operasi. Mobilisasi dini dimungkinkan dan harus dilaksanakan oleh perawat sebagai anggota tim yang pertama kali melakukan mobilisasi. Studi akan menganalisis hubungan karakteristik perawat dengan perilaku perawat dalam pemenuhan mobilisasi dini di ICU. Studi cross-sectional dilakukan terhadap 75 perawat dengan menggunakan kuesioner yang valid dan reliabel. Hasil uji chi-square bahwa tidak ada hubungan antara karakteristik perawat dengan perilaku perawat dalam pemenuhan mobilisasi dini, namun pada domain perilaku ditemukan bahwa usia dan jenis kelamin memiliki hubungan bermakna dengan pengetahuan dan praktik mobilisasi dini (p < 0,005), Keberhasilan pemenuhan mobilisasi dini di ICU terletak pada perawat yang memiliki pengetahuan yang baik, sikap dan perilaku positif dalam pemenuhan mobilisasi dini di ICU. Oleh karena itu, perawat harus memiliki keterampilan berpikir kritis dan kompetensi dalam hal clinical decision making. Keterampilan berpikir kritis perawat dapat ditingkatkan melalui kegiatan supervisi klinis, supervisi berjenjang, coaching, journal reading, ataupun clinical meeting terkait pemenuhan mobilisasi dini di ICU.  

The perioperative Enhanced Recovery After Surgery (ERAS) approach aims to expedite the clinical stability of patients and accelerate postoperative recovery, including in the Intensive Care Unit (ICU). One implemented intervention is early mobilization, proven to hasten the postoperative recovery process. Early mobilization is feasible and should be executed by nurses as members of the team initiating mobilization. This study seeks to analyze the relationship between nurse characteristics and their behavior in facilitating early mobilization in the ICU. A cross-sectional study involving 75 nurses was conducted using a valid and reliable questionnaire. Chi-square test results indicated no association between nurse characteristics and their behavior in facilitating early mobilization. However, within the behavioral domain, it was found that age and gender significantly correlated with knowledge and practices of early mobilization (p < 0.005). The success of early mobilization in the ICU is contingent on nurses possessing good knowledge, positive attitudes, and behaviors in facilitating early mobilization. Therefore, nurses should possess critical thinking skills and competencies in clinical decision-making. Enhancement of nurses' critical thinking skills can be achieved through clinical supervision, tiered supervision, coaching, journal reading, or clinical meetings pertaining to the facilitation of early mobilization in the ICU. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>