Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187300 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ade Nuraeni
"Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh steam inhalation terhadap usaha bernapas pada balita dengan pneumonia. Penelitian ini menggunakan desain quasi experimental dengan jenis rancangan pre-posttest non equivalent control group dengan pengambilan sampel berdasarkan consecutive sampling. Jumlah sampel 28 balita pneumonia terdiri dari 14 responden sebagai kelompok kontrol dan 14 responden sebagai kelompok intervensi. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan dan penurunan rerata frekuensi napas setelah dilakukan steam inhalation tetapi tidak bermakna (p value >0,05). Hal ini dipengaruhi karena pelaksanaan steam inhalation hanya dilakukan satu kali sedangkan dalam referensi harus dilakukan sebanyak 4 kali sehari.

The objectives of this research was to determine the effects of steam inhalation on breathing effort in children under five with pneumonia. This study used quasi experiment research design with non equivalent control group, pre-posttest design. The study used devided into consecutive sampling involving 28 sample a control group of 14 respondents and 14 respondents as a group intervention. Show that there was no significant difference in children breathing effort. The implementation of steam inhalation only once while in the reference should be made as much as 4 times a day."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T31047
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Usman Sutopo
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan karena masih rendahnya performance (prestasi kerja) tenaga pelaksana gizi Puskesmas dalam pencapaian cakupan kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga di Kabupaten Dati II Subang, Propinsi Jawa Barat.
Adanya informasi tentang hubungan faktor diferensiasi tenaga pelaksana gizi di Puskesmas dengan prestasi kerjanya dalam pencapaian cakupan kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga merupakan tujuan umum dari penelitian ini, sedangkan tujuan khusus adalah untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan kemampuan, motivasi dan persepsi peran tenaga pelaksana gizi Puskesmas dalam pencapaian cakupan kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga di Kabupaten Dati II Subang, Propinsi Jawa Barat.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan dilakukan adalah secara kualitatif dan kuantitatif. Selanjutnya dilakukan dengan analisis persentase dengan uji Chi Square, dan uji Phi.
Penelitian ini dilakukan terhadap 112 orang responden yang merupakan tenaga pelaksana program Usaha Perbaikan Gizi Keluarga pada 30 Puskesmas di 22 Kecamatan yang ada diwilayah Kabupaten Dati II Subang, Propinsi Jawa Barat.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa analisis persentase dan dengan hasil uji Chi Square serta Uji Phi telah menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara kemampuan, motivasi dan presepsi peran tenaga pelaksana gizi puskesmas dengan prestasi kerjanya dalam pencapaian cakupan kegiatan usaha perbaikan gizi Keluarga ditingkat Puskesmas.
Dengan analisis persentase dan hasil uji Chi square menunjukkan adanya hubungan bermakna antara kemampuan tenaga pelaksana gizi Puskesmas sesuai pendidikannya dengan cakupan Kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga. Dengan uji Chi Square tersebut juga ada hubungan bermakna antara motivasi tenaga pelaksana gizi Puskesmas sesuai pendidikannya dengan cakupan Kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga. Dengan uji Chi square tersebut pula menunjukkan adanya hubungan bermakna antara presepsi peran tenaga pelaksana gizi Puskesmas sesuai dengan pendidikannya dengan cakupan UPGK.
Peneliti mengemukakan beberapa saran, yaitu perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut dengan sampel dan daerah penelitian yang lebih luas. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah menambah jumlah tenaga pelaksana gizi di Puskesmas mengingat masih kurangnya tenaga khusus yang menangani kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga di Puskesmas.
Hasil penelitian ini menunjukkan luasnya wilayah kerja dan target kerja yang tinggi membutuhkan tenaga yang mencukupi disamping itu kemampuan mereka yang mempunyai kategori pendidikan non tehnis medis tersebut adalah lebih rendah dari pads tenaga yang mempunyai latar belakang pendidikan tehnis medis, sehingga perlu difikirkan adanya latihan berupa on the job training untuk menyelaraskan kemampuan petugas dalam pelaksanaan Kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga. Latihan berupa on the job training ini dimaksudkan selain untuk meningkatkan kemampuan, juga meningkatkan persepsi peran tenaga pelaksana gizi Puskesmas dalam pelaksanaan Kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga. "
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Kapitono DJ.
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1986
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dortua Lince Sidabalok
"Pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar akibat infeksi pada balita di seluruh dunia, terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Polusi udara dalam ruangan menjadi salah satu faktor risiko yang mempengaruhi kejadian pneumonia disamping faktor individu dan infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara PM2,5 dalam udara ruang rumah dengan kejadian pneumonia pada balita. Penelitian ini bersifat analitik observasional menggunakan desain studi kasus kontrol. Sampel penelitian sebanyak 78 balita dari wilayah kerja Puskesmas Citeureup yang terdiri dari 26 kasus dan 52 kontrol. Data penelitian dikumpulkan menggunakan alat mini particle counter dan kuesioner, serta dianalisis menggunakan chi square dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi (OR=12,14; 95%CI: 1,33-110,29), status imunisasi (OR=5,51; 95%CI: 1,82-16,69), ASI eksklusif (OR=3,89; 95%CI: 1,27-11,88), luas ventilasi (OR= 4,09; 95%CI: 1,43-11,75), dan kebiasaan merokok dalam rumah (OR=4,09; 95%CI: 1,51-11,12) berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita. Konsentrasi PM2,5 dalam rumah berhubungan dengan pneumonia pada balita (aOR=4,092; 95%CI: 1,08-15,45) setelah dikontrol oleh status imunisasi, ASI eksklusif, luas ventilasi dan adanya orang yang merokok di dalam rumah.

Pneumonia is the major causes of death due to infection in children under five around the world, especially in developing countries including Indonesia. Indoor air pollution is one of the risk factors that increased the incidence of pneumonia besides individual factors and infections. This study aimed to determine the relationship between indoor PM2,5 with the incidence of pneumonia in children under five. This was an analytic observational study with case control design. The sample study was 78 children under five selected from working area of Puskesmas Citeureup consisted of 26 cases and 52 controls. The data were collected by mini particle counter and a set of questionnaire, analyzed by chi square and multiple logistic regression. The results showed that nutritional status (OR=12.14; 95% CI: 1.33 to 110.29), immunization status (OR=5.51; 95% CI: 1.82 to 16.69), exclusive breastfeeding (OR=3.89; 95% CI: 1.27 to 11.88), ventilation (OR=4.09; 95% CI: 1.43 to 11.75), and smoking habits at home (OR=4.09; 95% CI: 1.51 to 11.12) associated with the incidence of pneumonia. Indoor PM2.5 were associated with pneumonia in children under five (aOR=4,092; 95%CI: 1.08 to 15.45) after being controlled by immunization status, exclusive breastfeeding, ventilation and smoking habits at home."
Depok: Fakultas Kesehatan masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harni
"Pemanfaatan penolong persalinan yang tepat merupakan mata rantai dari upaya peningkatan keamanan persalinan. Di wilayah kerja Puskesmas Pamanukansudah memiliki enam orang bidan yang memberikan pelayanan persalinan (praktek swasta), namun demikian pemanfaatan dukun sebagai penolong persalinan lebih banyak dari pada pemanfaatan bidan.
Tujuan penelitian ini ingin mendapatkan informasi tentang hubungan antara karakteristik sosio demografi (yang meliputi : ' umur, pendidikan, pendapatan, paritas), pengetahuan dan sikap ibu dengan pemanfaatan penolong persalinan, serta alasan-alasan apa yang melatarbelakangi pemanfaatan penolong persalinan tersebut.
Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode survey cross sectional dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan diskusi kelompok terfokus dan observasi. Basil analisis kualitatif dipergunakan untuk mendukung /melengkapi hasil analisis kuantitatif.
Populasi pada penelitian ini adalah ibu-ibu yang melahirkan anak terakhir pada kurun waktu bulan Januari -- Juli 1993 yang pada saat pengumpulan data masih berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Pamanukan. Jumlah populasi 377, jumlah sampel 198. Cara pengambilan sampel dengan sistimatis random sampling.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa : (1) Tidak ada hubungan antara umur ibu dengan pemanfaatan penolong persalinan. (2) Makin baik pendidikan ibu akan memanfaatkan bidan sebagai penolong persalinan. (3) Makin baik pendapatan ibu akan memanfaatkan bidan sebagai penolong persalinan. (4) Ibu yang mempunyai paritas berisiko akan memanfaatkan bidan sebagai penolong persalinan. (5) Makin baik pengetahuan ibu akan memanfaatkan bidan sebagai penolong persalinan. (6) Makin baik sikap ibu akan memanfaatkan bidan sebagai penolong persalinan. Hasil analisis kualitatif menunjukkan bahwa alasan responden memanfaatkan dukun sebagai penolong persalinan karena lebih percaya, tempatnya dekat, bayarannya murah, dapat memandu upacara adat istiadat dan dapat terjangkau dari segi sosial. Alasan responden memanfaatkan bidan sebagai penolong persalinan karena lebih percaya dan alatnya lengkap serta bidan dapat menolong bila ada kelainan.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara pengetahuan dengan pemanfaataan penolong persalinan mempunyai tingkat keeratan yang paling kuat dibandingkan dengan pendidikan, pendapatan, paritas dan sikap. Demikian juga pemanfaatan penolong persalinan juga dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi, kepercayaan atau kondisi sosial budaya yang telah mengakar pada masyarakat serta pengaruh dari suami dan orang tua.
Mengingat bahwa pengetahuan mempunyai keeratan hubungan yang paling kuat, disarankan untuk peningkatan pengetahuan ibuibu tentang persalinan dan penolong persalinan adalah penting, sehingga penyuluhan kesehatan berkenaan dengan hal tersebut perlu ditingkatkan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trimulyaningsih
"Di negara berkembang penyakit diare merupakan penyebab kematian dan kesakitan pada balita diperkirakan 1,8 juta setiap tahun. Prevalensi diare balita di Indonesia Tahun 2002-2003 terbanyak terdapat di Propinsi Sulawesi Selatan dan di Propinsi Jawa Barat. Sedangkan prevalensi diare pada batita Tahun 2005 terbanyak di Propinsi Sumatera Utara, Nangroe Aceh Darusalam dan Jawa Barat. Berdasarkan pola 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap, diare merupakan penyakit terbanyak. l3eberapa hasil penelitian menyatakan bahwa lingkungan merupakan faktor risiko terhadap kejadian diare pada batita. Faktor sanitasi lingkungan terutama sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran, sarana pembuangan sampah dan kepadatan human sangat berperan dalam kejadian diare.
Penelitian ini merupakan analisis lanjut data Survei Rumah Tangga Pelayanan Kesehatan Dasar Tahun 2005. Besar sampel sebanyak 1893 bayi di bawah tiga tahun di Propinsi Jawa Barat. Analisis data yang digunakan adalah analisis multivariabel dengan menggunakan teknik analisis regresi logistik ganda dilakukan dengan pembobotan.
Hasil penelitian memperlihatkan kejadian diare pada batita di Propinsi Jawa Barat sebesar 28,5%. Dari analisis multivariabel dengan regresi logistik ganda didapatkan batita dari keluarga dengan sarana pembuangan kotoran yang tidak memenuhi syarat kesehatan berisiko 1,5 kali menderita diare. Sedangkan batita dari keluarga dengan sarana pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan berisiko 2 kali menderita diare. Kejadian diare pada batita dari keluarga dengan status ekonomi rendah berisiko 2 kali dibandingkan batita dari keluarga status ekonomi tinggi. Batita dari ibu dengan pengetahuan rendah berisiko 2 kali dibanding batita dari ibu yang berpengetahuan tinggi. Begitu pula dengan kejadian diare pada batita dari ibu yang bersikap kurang balk berisiko 2 kali. Batita Bari ibu yang jarang mencuci tangan dengan sabun sebelum menyuapi anak dan menyediakan makanan, berisiko 2 kali menderita diare.
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan selain penyediaan sarana sanitasi lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan, masyarakat juga dapat meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat. Terutama kebiasan mencuci tangan yang merupakan cara yang paling efektif untuk mencegah penyakit diare, karena sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal oral.

In developing countries diarrhea is mortality and morbidity cause on infant estimated 1,8 million people per year. Infant diarrhea prevalence in Indonesia year 2002-2003 mostly found in South Celebes Province and West Java Province. While diarrhea prevalence on infant in 2005 mostly found in North Sumatra Province, NAD and West Java. Based on 10 diseases pattern mostly inpatient, diarrhea is the most disease. Some of research result suggested that environment is risk factor toward diarrhea in infant. Environment sanitation factor especially pure water means, waste disposal means, garbage disposal means, and resident density have a very important role in diarrhea cases.
This research was further analysis of Basic Human Services Baseline Household Survey in 2005. Samples are infants under three years in 1893 of West Java Province. Data analysis that used is multivariable analysis using multiple logistic regression.
Research result shows diarrhea cases on infant in West Java Province is 28,5%. From multivariable analysis with multiple logistic regression found infant from family with waste disposal means that not qualifying health risk is 1,5 times suffering diarrhea. While infant from family with garbage disposal means, that not qualifying health risk is 2 times suffering diarrhea. Diarrhea cases on infant from family with the lower economic status have 2 times risk compared to infant from high economic status. Diarrhea cases on infant from family with low knowledge have 2 times risk compared to infant from high knowledge mother. So also, diarrhea on infant of mother that has bad attitude got 2 times risk. Infant of mother who is rarely wash their hand with soap before feeding their children and providing food has 2 times risk of suffering diarrhea.
Based on research result, suggested besides providing environment sanitation means that qualified health requisite, public could also increasing hygiene life behavior and healthy. Especially washing hand behavior that is the most effective ways in preventing diarrhea, because most of infectious germ that cause diarrhea infecting through fecal oral line."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19061
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhasni M. N. Harun
"Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) terutama pneumonia merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi dan anak balita di negara berkembang termasuk Indonesia. Setiap tahun dari 15 juta kematian yang diperkirakan terjadi dikalangan anak dibawah usia lima tahun (balita) kira -kira 4 juta kematian (26,6%) di sebabkan oleh penyakit ISPA terutama pneumonia. Tingginya angka kematian tersebut maka WHO dan UNICEF mengembangkan suatu strategi yang disebut Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang merupakan upaya kuratif sekaligus upaya promotif dan preventif. MTBS dirancang untuk memadukan pendekatan 6 penyakit utama yaitu Pneumonia, Diare, Malaria, DBD, Campak, penyakit telinga serta malnutrisi dan anemia pada balita dengan menggunakan algoritma untuk menilai dan mengklasifikasikan balita sakit, yang prinsipnya untuk memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan pada balita sakit secara menyeluruh tidak terpisah-pisah antara satu gejala dengan gejala yang lain.
Pendekatan MTBS di Kab. Donggala di mulai tahun 1999 dengan uji coba 4 puskesmas yang hasilnya dapat meningkatkan cakupan penemuan kasus penumonia dari 69% pada tahun 1998 menjadi 86% tahun 1999 dan 109,9% pada tahun 2000. Namun keberhasilan puskesmas dengan pendekatan MTBS dalam meningkatkan kesembuhan pneumonia balita belum dapat dievaluasi terutama di tingkat pelaksanaan baik terhadap masalah petugas dan pasien pada tatalaksana standar. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh talakasana penumonia balita terhadap kesembuhan penderita di puskesmas MTBS Kabupaten Donggala Propinsi Sulawesi Tengah Tabun 2001. Studi ini menggunakan desain kohor prospektif yang mengevaluasi tatalaksana pengobatan kasus pneumonia di puskesmas MTBS dan membandingkan dengan puskesmas non MTBS selanjutnya melihat perkembangan penderita pada hari ke 6 pengobatan. dan mengadakan wawancara dengan menggunakan kuesioner pada ibu balita, Analisa data meliputi univariat, bivariat, dan multivariat.
Hasil studi menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara puskesmas MTBS dan non MTBS terhadap tingkat kesembuhan p=0,002. dan hubungan yang bermakna antara tatalaksana kasus pneumonia di puskesmas MTBS berupa pemberian dosis obat dan cara pemberian obat terhadap kesembuhan masing-masing nilai p=0,000, serta penelitian ini juga menunjukkan hubungan yang bermakna antara variabel imunisasi (p=0,001), gizi (p=0,001), pendidikan (p=0,033) dan kepatuhan (p=0,000) terhadap kesembuhan penderita penumonia dan pada akhir analisa ditemukan bahwa balita yang menderita pneumonia pada puskesmas MTBS memiliki risiko untuk sembuh sebesar 2.14 kali lebih dibandingkan dengan balita pada puskesmas non MTBS.
Dari hasil penelitian ini disarankan pendekatan MTBS perlu dipertimbangkan pada puskesmas -puskesmas ke Kab. Donggala yang belum melaksanakan, selain itu kegiatan program imunisasi dan perbaikan gizi perlu ditingkatkan melalui kegiatan di posyandu dan penyuluhan gizi pada ibu balita, pemanfaatan pekarangan, sementara program imunisasi selain diposyandu juga diupayakan melalui kegiatan sweeping imunisasi serta perlunya konseling bagi ibu balita di puskesmas khususnya puskesmas non MTBS.

Effect of Pneumonia under fives Manner to recovery patient level in Health Center with MTBS strategy approach in Donggala District of Central Sulawesi Province in 2001Acute Respiratory Infection (ARI) especially pneumonia represents main causes of Mortality and morbidity under fives in the developing country including Indonesia. Every year from 15 million under five deaths that be contribute 4 million death (26,6%) caused by Acute Respiratory Infection (ARI) especially Pneumonia. The rising of that death number so WHO and UNICEF develop a new strategy named Integrated Management of Childhoods Illness (IMCI), which represent curative expedient also, promotive expedient and preventive. IMCI designed to meet of 5 main disease among under five such as Pneumonia, Diarrhea, Dengue , Malaria, Measles, and Malnutrition using algorithm to estimate and classified the sick child, which the principle to revise the quality of medical services to the sick child with entirely way, not separated between one symptoms to another.
Strategy approach of IMCI in Donggala district starting on 1999 with testing in 4 health centers, the result can increase the Pneumonia coverage from 69% on 1998 to 86% on 1999 and 109,9% on 2000. In spite of the successful of Strategy approach of IMCI in health center in increasing the children Pneumonia under five recoveries can not evaluated yet, especially on accomplishment level even to the officer problem and patient on standard manner.
This study performed to know the effect of Pneumonia under five manners to the recovery patient level in health center with strategy approach of IMCI in Donggala district of Central Sulawesi Province on 2001. This study using Kohor prospective analytic design. Which evaluate and compare implementation of Standard case Management Of ARI (Pneumonia) between HC with IMCI approach and HC without that approach which looking the development of illness until sixth days therapy using questioner to perform deep interview the mother. The data analysis included univariat, bivariat, and multivariat.
Study result showed there are significance relation between IMCI health center and non IMCI HC the recovery level of Pneumonia p = 0.002, and significance relation between manner of Standard Case Management of pneumonia in IMCI health center in shape of doses of medicine and the way of give the medicine to the each recoveries with each score p = 0,000, along with this study shows the meaningful relation between Immunization status (p = 0,001), Nutrition status (p = 0,001), Education status (p = 0.003) and Compliance rate (p = 0,000) to the recovery of pneumonia and at the end of the analysis found that under fives children which suffer pneumonia in IMCI health center have risk to recovery than about 2.14 times compared with the child in non IMCI health center.
The result of this study suggested that strategy approach of IMCI considered in every health center in Donggala district which not performed will be implementation of IMCI approach, beside that immunization program activity and increasing nutrition status improvement through the activity in Posyandu (Integrated Health Post) and promotion of nutrition espionage to the mother, home garden using, mean while immunization program beside in posyandu also striven through immunization sweeping activity, also need of Health counseling for the mother in health center especially non-IMCI Health Center.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T2745
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Surtimanah
"Pelatihan penyuluhan untuk meningkatkan kinerja petugas telah banyak dilakukan, namun pengaruhnya terhadap kinerja petugas pengelola penyuluhan Puskesmas belum diketahui. Penelitian menggunakan disain kuasi eksperimen dengan intervensi pelatihan penyuluhan terhadap petugas pengelola penyuluhan Puskesmas di Kabupaten Indramayu dengan kontrol petugas di Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat.
Uji t kinerja kelompok intervensi sebelum dan sesudah pelatihan, menunjukkan peningkatan kinerja 49,35 dengan p = 0,000. Uji t peningkatan kinerja antara kelompok intervensi dan kontrol menunjukkan pelatihan meningkatkan kinerja lebih tinggi 37,48 dengan p = 0,000. Efektifitas pelatihan terhadap peningkatan kinerja 19,35 %. Penyesuaian rata-rata dengan anakova menghasilkan peningkatan kinerja di kelompok intervensi 48,73 dan perbedaan peningkatan 36,24.
Uji t pengetahuan kelompok intervensi sebelum dan sesudah pelatihan menunjukkan pelatihan teoritis di kelas meningkatkan rata-rata pengetahuan sebesar 5,07 dengan p = 0,000. Dalam kurun waktu 5 bulan dengan latihan lanjutan selang waktu 2,5 bulan, menunjukkan tidak terjadi penurunan pengetahuan (p = 0,096). Di kelompok kontrol tidak terjadi perubahan, namun ada kecenderungan penurunan pengetahuan. Efektifitas pelatihan terhadap peningkatan pengetahuan 32,26 %.
Kondisi bantuan, insentif, pedoman kerja dan evaluasi kerja dalam kategori kurang. lingkungan fisik dalam kategori kurang, sedangkan lingkungan sosial dalam kategori baik. Uji korelasi dan regresi di kelompok intervensi menunjukkan pedoman kerja berkontribusi terhadap kinerja (p = 0,044).
Dapat disimpulkan pelatihan penyuluhan meningkatkan pengetahuan dan kinerja dibandingkan sebelum pelatihan. Peningkatan kinerja petugas yang mendapat pelatihan lebih tinggi dibandingkan petugas yang tidak mendapat pelatihan. Pelatihan dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja dengan pengembangan pelatihan yang sesuai kebutuhan petugas. Dilaksanakannya pelatihan disertai upaya peningkatan pedoman kerja, diharapkan dapat lebih meningkatkan kinerja petugas.
Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan mengembangkan pengukuran kinerja melalui observasi proses. Selain itu penelitian efektifitas metoda pelatihan terhadap peningkatan kinerja dan studi kasus hubungan kinerja petugas pengelola penyuluhan Puskesmas dengan keberhasilan program penyuluhan kesehatan di Puskesmas.

Health Education Training to improve staff performance was frequently done, but their influence on Puskesmas Health Educators was not known. The research used quasi experimental design, with the training of Puskesmas Health Educator in Indramayu as the intervention. The control was Health Educators at the District of Cirebon.
The T-test in intervention group performance before and after the training showed an increase on performance score as high as 49.35, with p value = 0.000. The T-test for performance improvement showed that the training had improved the performance score of the intervention group 37.48 higher than the control group with p value = 0.000. The training effectivity on performance improvement was 19.35 %. Mean adjusted result using anacova test showed that performance improvement in the intervention group was 48.73, the difference with the control group was 36.24.
The T-test on health education knowledge in the intervention group before and after training showed that classroom theoretical training increased knowledge as high as 5.07 in average, with p value = 0.000. In five months, with a retraining after 2.5 months, there was no decrease in knowledge (p value= 0.096). There was no change in the control group, although there was decreasing trend in knowledge. Training effectivity on knowledge improvement was 32.26 %.
The condition of help, incentive, validity (guidelines) and work evaluation were in the bad category. The physical environment was in the bad category and the social environment was in the good category. Correlation and regression test in the intervention group showed that the contribution of guidelines on the performance was positive ( p value = 0.044).
It can be summarized that health education training had improved the staff knowledge and performance. Performance improvement among the trained staff was higher the untrained staff. The training could be used for performance improvement based on staff need. The 'training together with guidelines improvement was hoped to improved staff performance.
Continued research is needed to develop performance measurement through an observation process. Other possible researches are a research on training method effectivity on performance improvement, and case study on the correlation between Puskesmas Health Educator performance and succesfull health program at Puskesmas.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Medya Aprilia Astuti
"Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi pernapasan yang masih tinggi kejadiannya pada usia balita. Banyak faktor yang dapat memengaruhi pneumonia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui  faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 237 balita. Berdasarkan uji regresi logistik prediktif didapatkan ada 5 variabel yang berhubungan  dengan kejadian pneumonia yaitu usia, durasi pemberian ASI, riwayat imunisasi, kepadatan hunian dan status ekonomi. Adapun faktor yang paling berhubungan dengan kejadian pneumonia pada penelitian ini adalah riwayat imunisasi (OR 20,372). Program promosi kesehatan pada pelayanan kesehatan lebih ditingkatkan mengenai faktor risiko tersebut sebagai upaya preventif terjadinya pneumonia pada balita. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan metode case control.

Pneumonia is one of the respiratory infections that is still high at the age of five. Many factors can affect pneumonia. This study aims to determine the factors associated with the incidence of pneumonia in infants. The research design used was cross sectional with a total sample of 237 toddlers. Based on the predictive logistic regression test, there were 5 variables related to the incidence of pneumonia, namely age, duration of breastfeeding, immunization history, occupancy density and economic status. The factors most associated with the incidence of pneumonia in this study were immunization history (OR 20,372). Health promotion programs on health services are more improved regarding these risk factors as a preventive effort for the occurrence of pneumonia in children under five years. Future studies are expected to be able to conduct research using the case control method."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T54338
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>