Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 121085 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Leona Hutriasari
"Interaksi sosial merupakan tingkah laku sosial timbal balik yang muncul sebagai hasil dari rangkaian inisiasi dan respon (Kamps et al., 1992). Anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD) menunjukkan keterlambatan dalam hal kualitas, frekuensi, tipe interaksi dan hubungan sosial dengan individu lain (McConnell, 2002). Salah satu intervensi untuk meningkatkan sosialisasi dan komunikasi anak dengan ASD adalah Pivotal Response Treatment (PRT). PRT menekankan pentingnya peran dan keterlibatan orangtua dalam proses pelaksanaan intervensi. Studi ini meneliti tentang efektivitas pelatihan PRT terhadap orangtua untuk meningkatkan interaksi sosial anak usia prasekolah dengan ASD.
Hasil penelitian menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan pada kemampuan interaksi sosial anak, terutama dalam respon sosial. Namun demikian, hasil ini tidak bermakna signifikan secara klinis. Kemungkinan hal ini berkaitan dengan tingkat penguasaan orangtua terhadap teknik PRT yang berada di bawah kriteria keberhasilan, periode pelatihan yang relatif singkat, keterampilan dan penguasaan pelaksana intervensi dalam penerapan PRT dan lainnya.

Social interaction is defined as reciprocal social behavior that occured as a result of an initiation-response sequence (Kamps et al., 1992). Children with Autism Spectrum Disorder (ASD) demonstrate some delays, deficits, or atypical characteristics in the frequency, type and quality of social interactions and social relationships with other individuals (McConnell, 2002). Pivotal Response Treatment (PRT) is one of the intervention that has been used to enhance socialization and communication skills in children with ASD. It focuses on the importance of parents role and engagement. This study examined the effecftiveness of parent training using the principles of PRT to increase social interaction of a preschool child with ASD.
The result indicated the increased in the participant's social interaction skills, especially in the participant ability to respond socially. However, the overall improvement in the participant social interaction is not clinically meaningful. This may happen due to several factors; the level of parent implementation of PRT techniques was fall below the mastery level; short duration of training, the interventionist knowledge, and skills in implemented the PRT, etc.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30408
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rolla Apnoza
"ABSTRAK
Joint attention adalah kapasitas yang dimiliki individu dalam mengkoordinasikan atensi untuk berbagi ketertarikan suatu objek atau kejadian/peristiwa yang ada disekelilingnya dengan sosial partner dalam suatu interaksi (Mundy, Sigman, Ungerer & Sherman. 1986; Mundy & Thorp, 2007), dan merupakan perkembangan awal kompetensi sosial-kognisi (Bakeman & Adamson, 1984; Hecke dkk, 2007). Pada anak dengan ASD, perkembangan joint attention mengalami keterhambatan dan hal tersebut merupakan karakteristik dan ciri khas mereka (Mundy & Crowson, 1997). Intervensi yang dapat meningkatkan kemampuan joint attention pada anak dengan ASD adalah pivotal response training (PRT). Peran ibu sebagai terapis sangat penting dalam menerapkan komponen-komponen PRT. Penelitian ini melihat keefektifan penerapan PRT oleh ibu untuk meningkatkan kemampuan joint attention anak dengan ASD. Hasil menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan joint attention pada anak dengan ASD setelah diberikan intervensi PRT oleh ibu.

ABSTRACT
Joint attention is the capacity of an individual to coordinate attention to shared interests of objects or events around with the social partners in an interaction (Mundy, Sigman, Ungerer & Sherman. 1986; Mundy & Thorp, 2007), and an early development social cognitive competence (Bakeman & Adamson, 1984; Hecke et al, 2007). In children with ASD, the development of joint attention experienced obstacle. It is a characteristic and their special character (Mundy & Crowson, 1997). Interventions that can improve the ability of joint attention in children with ASD is Pivotal Response Training (PRT). The role of the mothers as therapists, is very important in applying components of PRT. This study sees the effectiveness of applying PRT by mothers to increase joint attention skills of children with ASD. Results showed an increase in joint attention skills in children with ASD after given intervention PRT by mothers."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35739
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriany Juhari
"Joint attention (JA) merupakan salah satu defisit pada anak dengan autism spectrum disorder (ASD), padahal, para peneliti telah menemukan bahwa keterampilan JA memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak. JA berhubungan dengan perkembangan bahasa dan interaksi sosial anak, baik anak normal maupun anak ASD. Oleh karena itu, para ahli menyarankan agar joint attention menjadi salah satu target utama dalam penerapan intervensi untuk anak autism. Pada penelitian ini, JA dilatihkan pada anak ASD melalui teknik intervensi gabungan discrete trial training (DTT) dan pivotal response training (PRT) yang merupakan bagian dari pendekatan behavioristik. Pada intervensi ini, dua jenis JA, yaitu response to joint attention (RJA) dan melakukan initiation to joint attention dilatihkan pada anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan teknik intervensi gabungan DTT dan PRT dapat meningkatkan keterampilan JA, baik RJA maupun IJA, pada anak ASD.

Deficit in joint attention is one of characteristic children with autism spectrum disorder (ASD). Since joint attention have important role for language dan social development, researchers suggested joint attention skill as pivotal target in any intervention for autism. In this study, child with ASD were taught to response joint attention bids and initiate joint attention independently. Both of type joint attention were taught to the child with ASD using discret trial training (DTT) and pivotal response training (PRT) technique. Result show that implementation of both DTT and PRT can improve joint attention skill in child with ASD."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T45171
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danar Tri Kusuma Ramdani
"Berbagai literatur mengemukakan bahwa joint attention merupakan defisit yang khas dialami anak dengan autism spectrum disorders (ASD). Joint attention merupakan dasar utama dari perkembangan sosial-komunikasi anak, dan anak dengan ASD umumnya mengalami masalah dalam hal ini (Volkmar, 2007). Pivotal response training (PRT) merupakan salah satu bentuk intervensi yang dapat diterapkan untuk membantu anak dengan ASD meningkatkan kemampuan joint attention. Penelitian ini menggunakan desain single-subject untuk melihat apakah penerapan PRT secara efektif dapat meningkatkan kemampuan joint attention pada anak dengan ASD. Penerapan teknik PRT akan dilakukan oleh ibu. Hasil menunjukkan bahwa terdapat peningkatan perilaku joint attention setelah diterapkannya intervensi PRT oleh ibu.

Various literatures have been explaining that joint attention deficiency is unique to children with autism spectrum disorders (ASD). Joint attention is the main fundamental for social-communication development of children, and children with ASD usually have problem with this skill (Volkmar, 2007). Pivotal response training (PRT) is one of the interventions that can be used to increase joint attention skill. This current study used single-subject design to find whether PRT is effective to increase joint attention skill for child with ASD. PRT intervention is used by the mother. Results indicated the increase of joint attention after PRT intervention have been used.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T32955
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mayang Gita Mardian
"Anak-anak dengan autism spectrum disorder (ASD) mengalami hambatan dalam komunikasi dan interaksi sosial. Salah satu defisit yang tampak adalah kurangnya joint attention, padahal kemampuan tersebut penting bagi anak untuk membangun komunikasi serta interaksi timbal balik dengan orang lain. Developmental, Individual Differences, Relationship-Based (DIR)/Floortime merupakan salah satu intervensi bagi anak-anak dengan masalah perkembangan seperti ASD dalam mengembangkan JA dalam interaksi sosial, sebagai hasil dari keterlibatan dan hubungan yang terjalin antara pengasuh dan anak.
Maka dari itu, penelitian ini bermaksud untuk mengevaluasi penerapan prinsip-prinsip DIR/Floortime untuk meningkatkan JA dalam interaksi sosial anak laki-laki berusia 7 tahun 4 bulan dengan ASD (level 1), dengan melibatkan nenek sebagai pengasuh utama. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa penerapan prinsip-prinsip DIR / Floortime mampu meningkatkan JA dalam interaksi sosial anak dengan ASD yang terukur dari peningkatan frekuensi dan kualitas JA, jumlah siklus komunikasi, serta peningkatan skor pada alat ukur FEAS.

Children with autism spectrum disorder (ASD) encounter difficulties in social communicating and interacting. One of deficits that is seen is the deficient of joint attention (JA), whereas JA is important for children for developing communication and reciprocal interaction with other people. Developmental, Individual Differences, and Relationship-Based (DIR)/Floortime is one of the interventions which can help children with developmental problem such as ASD in developing JA, as a result of engagement and relationship of child and responsive caregiver.
Thus, this study is interested in evaluating the application of DIR/Floortime principles to improve JA in social interaction of a seven-year-old Indonesian boy with ASD (level 1), by involving his grandmother as his primary caregiver. This results showed that the application of DIR / Floortime principles is able in improving JA in social interaction of a child with ASD, as reflected in the enhancement on frequency and quality of JA, number of circle of communication, and the scoring enhancement of FEAS instrument.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T45349
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paskalia Marlina Lumban Batu
"Kemampuan untuk melakukan komunikasi dua arah merupakan masalah utama anak dengan autisme. Pendekatan DIR/Floortime merupakan pendekatan multi disiplin yang fokus meningkatkan kualitas komunikasi dan interaksi antara caregiver dan anak. Penelitian ini menggunakan desain penelitian single case design (N=1), yang bertujuan untuk melihat efektivitas penerapan prinsip DIR/Floortime untuk meningkatkan kualitas komunikasi dua arah antara ibu dan anak dengan autisme. Peningkatan kualitas komunikasi dua arah diukur melalui peningkatan frekuensi Circle of Communication (CoC) dan skor Functional Emotional Assesment Scale (FEAS) ibu dan anak. Penelitian ini juga menggunakan alat ukur penunjang untuk mengetahui profil biologis ibu dan anak, yaitu Sensory Processing Motor Planning Questionnaire (SPMPQ) dan Observe Child's Behavior Challenge (OCBC).

Two-way communications is the core deficit of child with autism. DIR/Floortime is a multidiscipline approach that focus to improve the quality of communication and interaction between caregiver and child. This research is a single case design (N=1), that aimed to determine the effectiveness of the application of DIR/Floortime approach to increase the quality of two-way communications between mother and child with Autism Spectrum Disorder (ASD). The improvement of the two-way communication is measured from the increase of circle of communication's frequency and child and caregiver's functional emotional assessment scale's scores. This research also used supporting tools that used to know about child and caregiver's biological profile, such as Sensory Processing Motor Planning Questionnaire (SPMPQ) dan Observe Child?s Behavior Challenge (OCBC).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T43063
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Carolina Hendarko
"Salah satu ciri anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah kesulitan untuk berkomunikasi fungsional dalam menyampaikan permintaan sehingga menimbulkan perilaku tantrum dan agresif yang mengganggu kehidupan sosial anak dan lingkungannya. Oleh karena itu perlu intervensi dengan metode yang tepat, salah satunya adalah menggunakan prinsip behaviorisme pada Picture Exchange Communication System (PECS). Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa PECS yang dimodifikasi bentuk kartunya sesuai dengan kebutuhan anak dapat meningkatkan keterampilan komunikasi fungsional untuk meminta pada anak dengan ASD berusia empat tahun yang belum bisa berbicara dan setiap hari dititipkan di penitipan anak karena keterbatasan waktu orangtuanya.
Intervensi dilakukan dalam 15 sesi bersama dengan peneliti dengan melibatkan orangtua dan pengasuh di tempat penitipan anak. Instrumen penelitian ini adalah form keterampilan ibu dan anak dalam menerapkan PECS pada fase 1-3B dan form observasi keterampilan dalam menyampaikan permintaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PECS dapat meningkatkan keterampilan komunikasi fungsional dalam menyampaikan permintaan. Dampak dari peningkatan keterampilan komunikasi pada anak adalah menurunnya perilaku tantrum dan agresif. Selain itu kosa kata pada anak meningkat. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk memperhatikan kebutuhan dan kemampuan anak.

One of the characteristics of children with Autism Spectrum Disorder (ASD) is deficit in functional communication to requesting that give rise to tantrum and aggressive behavior and impacts in social life. Therefore it is necessary to intervention with the right methods. One of effective intervention is behaviorism principles using Picture Exchange Communication System (PECS). This study aims to prove that card-modified PECS according to the needs of the child can improve functional communication skills to requesting in a four years old non-verbally child with ASD who live in daycare because of limited time to interact with her parent.
Intervention was conducted in 15 sessions involving researcher, parent, and caregivers in daycare. The instruments of this research are the form of mother and child skills in applying phase 1-3B PECS and the observation form of requesting skills. This study show that PECS can improve functional communication skills to requesting. The impact of increasing communication skills in partisipan is a decrease in tantrum and aggressive behavior. Besides that vocabulary in child has increased. For further research it is recommended to pay attention to the needs and abilities of children.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T52533
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmine Nur Edwina
"ABSTRAK
Dengan menggunakan desain penelitian mixed-method, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara interaksi ibu-anak dan kemampuan joint attention (JA) pada anak dengan autism spectrum disorder (ASD), khususnya anak dengan ASD usia sekolah yang memiliki kemampuan verbal minim. Metode observasi terstruktur adalah metode pengambilan data utama yang digunakan dalam penelitian. Alat ukur Marschak Interaction Method Rating System (MIMRS) digunakan untuk mengukur kualitas interaksi ibu-anak, sedangkan alat ukur Early Social Communication Scale digunakan untuk mengukur kemampuan JA. Tujuh pasang partisipan ibu dan anak dengan ASD usia sekolah yang memiliki kemampuan verbal minim ikut serta dalam penelitian. Berdasarkan hasil analisis data secara kuantitatif dan kualitatif, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hasil yang tidak sejalan terkait hubungan antara interaksi ibu-anak dan kemampuan JA pada anak dengan ASD usia sekolah yang memiliki kemampuan verbal minim. Berdasarkan hasil analisis kuantitatif dengan menggunakan uji non-parametrik Korelasi Spearman, diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara interaksi ibu-anak dan kedua kemampuan JA, yaitu kemampuan responding joint attention (RJA), rs = -.060, dan kemampuan initiating joint attention (IJA), rs = .082 (seluruh p > 0.5) pada anak dengan ASD usia sekolah yang memiliki kemampuan verbal minim. Sementara itu, hasil analisis data secara kualitatif menunjukkan bahwa perilaku dan afek dari dimensi engagement terlihat dapat memunculkan kemampuan RJA dan IJA pada anak ASD usia sekolah yang memiliki kemampuan verbal minim.

ABSTRACT
Using a mixed method research design, this study aims to explore the correlation between mother-child interaction and joint attention skill in children with autism spectrum disorder (ASD), specifically minimally verbal school-aged children with ASD. This study used structured observation method in collecting the data. The Marschak Interaction Method Rating System (MIMRS) is used to measure quality of mother-child interaction, as The Early Social Communication Scale is used to quantify joint attention skill. Seven couples of mothers and children with ASD participated in this study. The result shows there is a differences between the quantitative and qualitative analysis of correlation of mother-child interaction and joint attention skill in minimally verbal school-aged children with ASD. Based on quantitative analysis, using a non-parametric Spearman Correlation, result shows that there is no significant correlation between mother-child interaction and both of types of JA, which is responding joint attention (RJA) and initiating joint attention (IJA), rs = .082 (seluruh p > 0.5), in minimally verbal school-aged children with ASD. Meanwhile, result from content analysis shows that mother's affect and behaviors in engagement dimension are able to elicit RJA dan IJA in minimally verbal school-aged children with ASD."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T52614
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imtiaz Amrinusantara Surapaty
"

Kelainan kemampuan bicara dan interaksi sosial merupakan gejala yang sering timbul pada anak-anak Autism Spectrum Disorder.  Akupunktur sebagai terapi tambahan diketahui dapat membantu memperbaiki kemampuan bicara dan interaksi sosial pada anak Autism Spectrum Disorder.  Salah satu modalitas akupunktur dengan efek samping minimal dan aman untuk anak-anak adalah laserpunktur.  Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh laserpunktur terhadap kemampuan bicara dan interaksi sosial pada pasien Autism Spectrum Disorder.  Desain penelitian ini adalah uji klinis acak tersamar ganda dengan kontrol.  Melibatkan 46 pasien Autism Spectrum Disorder yang dibagi menjadi dua kelompok.  Tidak terdapat subyek penelitian yang dinyatakan gugur (drop out).  Kelompok perlakuan sebanyak 23 pasien mendapatkan terapi sensori integrasi dan laserpunktur, kelompok kontrol sebanyak 23 pasien mendapatkan terapi sensori integrasi dan laserpunktur plasebo, kemudian pada kedua kelompok dilakukan penilaian kemampuan bicara dan interaksi sosial menggunakan kuisioner WeeFIM dan penilaian laporan orang tua menggunakan sensori profile sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan.  Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbaikan nilai kemampuan bicara, interaksi sosial yang lebih baik sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok laserpunktur dibandingkan laserpunktur plasebo.  Skala pemahaman (p<0,001), OR: 18,8, 95%IK: 4,09-87,17.  Ekspresi (p<0,001), OR:  50,2, 95%IK: 5,61-450,2 dan interaksi sosial (p=0,005), OR:7,2, 95%IK: 1,68-31,42 dan nilai laporan orang tua (p=0,765).  Dapat disimpulkan bahwa laserpunktur terbukti efektif terhadap perbaikan nilai kemampuan bicara dan interaksi sosial yang lebih baik dibandingkan laserpunktur plasebo pada anak Autism Spectrum Disorder


Disorder of speech ability and social interaction are the most common symptom in children autism spectrum disorder.  Acupuncture as an adjunctive therapy is knowm to help repair speech ability and social interaction in children autism spectrum disorder.  One of the acupuncture modalities with minimal side effects and safe for children is laser acupuncture or laserpuncture.  This study aims is to determine the laserpuncture effects to speech ability and social interaction in autism spectrum disorder.  The study design is a randomized double-blinded clinical trial, involving 46 patients divided into two groups.  There is no respondent who did not qualify (drop out).  The treatment group (23 patients) received sensory integration and laserpuncture therapy, and the control group (23 patients) received sensory integration and  laserpuncture placebo.  Both of groups evaluated for speech ability and social interaction using WeeFIM questionare and parental report using sensory profile before and after treatment.  The result showed an Improvement of speech ability and social interaction on laserpuncture group better than placebo group before and after treatmet.  Perception score (p<0,001), OR: 18,8, 95%CI: 4,09-87,17. Ekspresion score (p<0,001), OR:  50,2, 95%CI: 5,61-450,2, social interaction score (p=0,005), OR:7,2, 95%CI: 1,68-31,42, and parental report score (p=0,765).  In can be concluded that laserpuncture therapy more better effectively improve speech ability and social interaction score in autism spectrum disorder compared to laserpuncture placebo.

 

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T55587
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Tri Nurachma
"Autism spectrum disorder ASD adalah gangguan neurologis yang menghambat kemampuan komunikasi sosial. Pada individu dengan ASD, mereka mengalami hambatan kognitif sehingga kesulitan dalam mengelola informasi yang ditangkap dari lingkungan, hambatan dalam tata bahasa syntax dan pemahaman bahasa semantic, serta rendah dalam theory of mind. Kondisi ini lebih parah ketika ASD komorbid dengan intellectual disability ID.
Pelatihan sentential complements diketahui dapat meningkatkan kemampuan bahasa dan theory of mind yang penting dalam proses komunikasi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas Pelatihan sentential complements terhadap peningkatan kemampuan bahasa dan theory of mind pada anak dengan ASD komorbid dengan ID.
Desain penelitian yang digunakan adalah single-subject. Data diperoleh dari hasil inspeksi visual pada grafik hasil tugas sentential complements dan tugas false belief serta perbandingan hasil pre-post tes pada alat ukur Vineland Adaptive Behavior Scale ranah komunikasi.
Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pada kemampuan syntax dan semantic sebesar 87.5 dan peningkatan ini stabil selama periode pelatihan. Kemampuan komunikasi reseptif dan ekspresif juga meningkat sebesar 12 dan 16.5. Di samping itu, terdapat peningkatan pada kemampuan theory of mind sebesar 52, namun tidak stabil selama periode pelatihan.
Dapat disimpulkan bahwa pelatihan sentential complements mampu meningkatkan kemampuan bahasa pada anak dengan ASD komorbid dengan ID. Adapun peningkatkan kemampuan theory of mind yang belum stabil membutuhkan tidak hanya pengembangan kemampuan bahasa, tapi juga kemampuan lainnya yang berkaitan dengan theory of mind, seperti kemampuan kognitif, sosial, dan emosional.

Autism spectrum disorder ASD is a neurological disorder that inhibits social communication skills. Individual with ASD experience cognitive disruption resulting difficulties in managing information captured from the environment, language grammatical syntax and language comprehension semantic, and low in theory of mind. This condition is more severe when ASD is comorbid with intellectual disability ID.
Sentential complements training is known to improve language skills and theory of mind that are important in the communication process. This study aims to see the effectiveness of sentential complements training on enhancing language skills and theory of mind in a child with ASD comorbid with ID.
This study is single subject A B B1 B2 design. Data were obtained from visual inspection result of sentential complements task graph and false belief task graph and than comparison between pre post test of Vineland Adaptive Behavior Scale communication domain.
The results show that there is an increase in syntax and semantic skills score of 87.5 and this increasing is stable over training period. Receptive and expressive communication skills are increasing in 12 and 16.5 . Besides that, there is an 52 of increas in theory of mind skills score, but this increasing was not stable over training periods.
It conclud that sentential complements training can improve language skills in child with ASD comorbid with ID. The unstable increasing in theory of mind requires not only language skills, but also other abilities related to theory of mind, such as cognitive, social, and emotional abilities."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T49095
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>