Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 195250 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S7657
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Harkati Anggraheni
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3213
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Aan
"Merawat penderita stroke kerap memunculkan stres dan pengalaman emosional negatif yang menjadi beban psikologis bagi anggota keluarga yang menjadi caregiver. Pemahaman yang kurang mengenai penyakit seringkali memunculkan asumsi keliru terhadap situasi yang dihadapi oleh caregiver selama merawat yang kemudian berkontribusi dalam peningkatan stres caregiver. Jika tidak ditangani, beban caregiver dapat menurunkan kualitas hidup caregiver sekaligus mempengaruhi kualitas perawatan yang diterima penderita stroke. Psikoedukasi merupakan program yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan dan membangun keterampilan yang dibutuhkan caregiver dalam menjalankan tugas perawatan.
Penelitian ini menggunakan one group before after pretest - posttest design, dengan memberikan psikoedukasi kepada 3 orang anggota keluarga penderita stroke yang menjadi caregiver sebagai partisipan. Analisis dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran pretest dan posttest. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa psikoedukasi berhasil membantu mengurangi beban caregiver pada 2 partisipan yang ditunjukkan oleh penurunan skor ZBI dan GHQ dan perubahan positif yang dirasakan caregiver.

Caring for patients with stroke often has stress and negative emotional experiences as its consequences and become a psychological burden for family members who become caregivers. Knowledge deficits often contribute to false assumptions which inadvertently exacerbate stress levels in caregivers If left untreated, caregiver burden will decrease caregiver 39 s quality of life as well affects the quality of care received by stroke patients. Psychoeducation is a program aimed to improve knowledge and build the skills needed by caregiver in caregiving tasks.
This study used a one group before after pretest posttest design, by providing psychoeducation to 3 family caregivers who became participants. The analysis was done by comparing the measurement results of pretest and posttest. The results showed that psychoeducation helped reducing caregiver burden of 2 participants, indicated by the decrease in ZBI and GHQ scores and perceived positive changes by the caregivers.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T47386
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nur Fatimah
"Tujuan: (1) mengetahui perubahan status protein dalam 5 hari pasca serangan stroke; (2) mengetahui faktor risiko, status gizi dan asupan energi dan protein selama dirawat; (3) mengetahui hubungan antara perubahan status protein dengan faktor risiko, status gizi dan asupan energi dan protein.
Tempat: Ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo.
Metodologi: Sebanyak 77 pasien diambil dengan diagnosis stroke iskemik dan hemoragik yang memenuhi kriteria perterimaan. Dilakukan pengukuran antropometri yaitu berar badan dan tinggi badan. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan yaitu kadar albumin plasma pada hari kel dan ke 5, NUU dan kleatinin urin dari urin tampttng 24 jam pada hari ke 1, 3 dart 5. Data asupan energi dan protein melalui oral, enteral dan parenteral selama 24 jam pada hari ke 1, 3 dan 5, hasil dianalisis dengan program Food Processor II. Imbang nitrogen diperoleh dengan menghitung asupan nitrogen dan NUU 24 jam. Hubungan antara parameter Status protein dengan faktor risiko diuji dengan uji One Way ANOVA/uji Kruskal Wallis. Hubungan antara parameter status protein dengan status gizi diuji dengan uji t berpasangan/uji Man Whitney U. Korelasi antara parameter status protein dengan asupan energi dan protein diuji dengan uji korelasi Spearman Rank.
Hasil: Hasil penelitian diperoleh 67,5% stroke iskemik dan 32,5% stroke hemomgik Faktor risiko yang didapat adalah hipertensi, diabetes melitus, kelainan jantung dan dislipidemia, faktor risiko dibagi menjadi faktor risiko terkontrol, tidak terkontrol dan belum ditemukan Fktor risiko. Median asupan energi dan protein masih dibawah kebutuhan. Terdapat penurunan bermakna Radar albumin hari ke 5 dan peningkatan NUU hari ke 3, tidak ada perbedaan bermakna kadar kreatinin urin. Imbang nitrogen negatif selama penelitian. Terdapat perbedaan bermakna kadar albumin antara kelompok pasien stroke iskemik dan stroke hemoragik. Tidak ada perbedaan bermakna parameter status protein antara ke 3 kelompok faktor risiko. Terdapat perbedaan bermakna kadar albumin hari ke 1 dan 5 serta kadar kreatinin urin hari ke 3 dan 5 antara kelompok pasien dengan status gizi normal dan berat badan lebih,.Terdapat korelasi lemah antara parameter status protein dengan asupan energi dan protein. Korelasi lemah sampai sedang terdapat antara imbang nitrogen dengan asupan energi dan protein.
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan terdapat penurunan status protein pada pasien stroke. Terdapat penurunan bermakna kadar albumin, hari ke 5, peningkatan nilai NUU hari ke 3, tidak ada perubahan kadar kreatinin urin, imbang nitrogen negatif selama penelitian.

Objective: (1) to investigate the changes of protein slams within 5 days alter stroke, (2) to observe the risk factors, nutritional status, energy and protein intake, and analyze the correlation with protein indicators, (3) to analyze the correlation between protein indicators with energy and protein intake.
Location: Ci ptolvlangunkusumo General Hospital, Jakarta.
Subject and Methods: Seventy seven patients with acute stroke were recruit as the subjects of the study. Anthropometry assessments i.e body weight and height were assmsed in the 1st day of admission. Laboratory assessment i.e albumin were assessed in the 1' and 5?? day. Urinary urea nitrogen (UUN) and urinary creatinine were assessed in the 1st, 3rd and 5th day using 24-hour urine collection. Energy and protein intake from parenteral, enter-al and oral route were calculated in the 1st, 3rd and 5th day and analyzed by Food Processor ll program. Nitrogen balanced was calculated by substracting nitrogen intake with urinary nitrogen. The correlation between protein indicators with risk factors was tsted using One Way ANOVA/Kruskal Wallis test. The correlation between protein indicators with nutritional status was tested using t test/Man Whitney U test. The correlation between protein indicators with energy and protein intake was tested using Spearman Rank Correlation.
Results: The type of stroke determined by clinical diagnosis were; ischemic stroke 615% and hemorrhagic stroke 32,5%. Risk factors found ofthe subjects were: hypertension, diabetes mellitus, cardiac disease, hypercholesterolemia and unknown risk lilctors. The risk factors were grouped into 3 categories; controlled risk factors, uncontrolled risk factors and unknown risk factors. The median intake of energy and protein were below the requirement There were significant decrease in serum albumin in the 5th day and increase in UUN in the 3rd day, and no significant difference in urinary creatinine. During the study, there were negative nitrogen balance. No significant difference in protein indicators between risk factors group. There were significant difference in protein indicators between ischemic and hemorrhagic stroke, and significant difference in serum albumin and urinary creatinine between normal weight and overweight There was no correlation significant between protein indicators and energy and protein intake using Spearman Rank correlation The correlation between protein indicators and nitrogen balance was significant.
Conclusions: The current study indicates that there was decreases of protein status in stroke patients. There were significant decrease in serum albumin in the 5th day and increase in UUN in the 3rd day, and there were negative nitrogen balance during the study."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T10960
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Hariani
"Tujuan : (1) mengetahui perubahan kadar gala darah dalam 5 hari pasca serangan stroke; (2) rengetahui faktor risiko, status gizi, asupan energi dan karbohidrat serta pemberian insulin selama dirawat; (3) mengetahui hubungan antara perubahan kadar gula darah dengan faktor risiko, indeks massa tubuh, asupan energi dan karbohidrat serta pemberian insulin pada pasien hiperglikemia.
Tempat : Ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo.
Metodologi : Sebanyak 103 pasien diambil dengan diagnosa stroke iskemik dan hemoragik yang memenuhi kriteria penerimaan. Dilakukan pengukuran antropometri yaitu berat badan dan tinggi badan. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan yaitu kadar gula darah sewaktu hari 1 dan kadar gula darah puasa hari 2 - 5. HbA1. diperiksa pada pasien hiperglikemia. Data asupan energi dan karbohidrat melalui oral, enteral dan parenteral selama 24 jam pads hari I diambil secara recall dan hari 2 -- 5 secara record, hasil dianalisis dengan program food processor II. Perubahan kadar gula darah di uji dengan uji Friedman I uji Wilcoxon. Hubungan antara perubahan kadar gula darah dengan faktor risiko diuji dengan uji Mann Whitney. Hubungan antara perubahan kadar gula darah dengan indeks massa tubuh diuji dengan uji Kruskal Wallis. Korelasi antara perubahan kadar gula darah dengan asupan energi dan karbohidrat di uji dengan korelasi Spearman rank.
Hasil : Hasil penelitian yang diperoleh 51,5% stroke iskernik dan 49,5% stroke hemoragik. Faktor risiko yang di dapat adalah hipertensi, DM, kelainan jantung dan dislipidernia. Faktor risiko dibagi menjadi DM dan non DM. Median asupan energi dan karbohidrat masih dibawah kebutuhan. Pada stroke non DM kadar gula darah puasa tertinggi hari 2, terjadi penurunan bermakna hari 3, dan stabil hari 4 dan 5 sedangkan pads DM tidak ada perbedaan bermakna. Terdapat perbedaan bermakna kadar gula darah antara kelompok stroke iskemik dan hemoragik pads stroke non DM dan tidak bermakna pads DM. Terdapat perbedaan bermakna kadar gula darah puasa antara penderita stroke dengan DM dan non DM. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kadar gula darah puasa dengan indeks massa tubuh.,Terdapat korelasi lemah sampai sedang negatif antara kadar gula darah dengan asupan energi dan karbohidrat pada penderita non DM dan korelasi lemah sampai sedang positif pada DM. Pemberian insulin sesuai dengan pedoman dapat menurunkan kadar gula darah pada beberapa pasien stroke dengan DM.
Kesimpulan Penelitian ini menunjukkan terdapat perubahan kadar gula darah pads pasien stroke. Kadar gula darah puasa tertinggi hari 2 menurun bermakna hari 3 dan stabil hari 4 dan 5. Tidak ada perbedaan bermakna antara kadar gula darah dengan indeks massa tubuh. Terdapat korelasi lemah sampai sedang negatif antara kadar gula darah dengan asupan energi dan karbohidrat pada pasien stroke non DM.

The Changes Of Fasting Glucose And Associated Factors In Stroke Patiens In Ciptomangunkusumo General Hospital 2002Objective : (1) to investigate the changes of blood glucose within 5 days after stroke, (2) to observe the risk factors, body mass index, energy and carbohydrate intake (3) to analyze the correlation between blood glucose with the risk factors, body mass index, energy and carbohydrate intakes and insulin to hyperglycemia patients.
Location: Cipto Mangunkusumo General Hospital, Jakarta.
Subject and methods : One hundred and three patients with acute stroke were recruited as the subjects of the study. Antropometric assessments i.e. body weight and height were assessed in the 1 0 day of admission. Laboratory assessment i.e. blood glucose at the time in the 1 °' day and fasting blood glucose in the 2nd - 5th days, HbAic to patients with hyperglycemia. Energy and carbohydrate intakes from parenteral, enteral and oral route were calculated in the 10 day by recall and 2"d - 5th day by record and analyzed by food processor II program. The changes of fasting blood glucose was tested using Friedman I Wilcoxon test The correlation between changes of blood glucose with risk factors was tested using Mann Whitney U test The correlation between changes of blood glucose with body mass index was tested using Kruskal Wallis test. The correlation between change of blood glucose with energy and carbohydrate intake was tested using Spearman rank correlation.
Results : The type of stroke determined by clinical diagnosis and CT scan were ischemic stroke 51,5% and hemorrhagic stroke 48,5%. Risk factors found were : hypertension, diabetes mellitus, cardiac disease, dislipidemia and unknown risk factors. The risk factors were grouped into 2 categories : DM and non. DM. The median intake of energy and carbohydrate were below the requirement. Fasting blood glucose higher in the 2nd day, significant decrease in the 3`d day, and constant in the 4t- 5th day in non DM patient whereas in DM not significant There were significant difference in changes of fasting blood glucose between ischemic and hemorrhagic stroke in non DM patient whereas DM no significant There were no significant difference between changes of fasting blood glucose with body mass index. There was weak to moderate negative correlation between of fasting blood glucose and energy and carbohydrate intake using Spearman rank correlation in non DM patient. Insulin to decrease blood glucose for several DM stroke patients.
Conclusions : the current study indicates that there was changes of blood glucose in the stroke patients. There were higher in the 2"' day significant decrease in the 3`d day and constant in the 4d' - 5d' day. There was no significant difference in the changes of blood glucose fasting with body mass index. There was weak to moderate negative correlation between fasting blood glucose and energy and carbohydrate intake in non DM stroke patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T11312
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manik, Djohar
"Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran tentang proses pencarian makna hidup pada penderita stroke. Penelitian ini didasarkan pada semakin meningkatnya penderita stroke sekarang ini. Penyakit stroke tidak saja menyerang orang yng berusia 40 tahun ke atas, tetapi juga mulai menyerang kaum muda (40 tahun ke bawah). Kenyataan bahwa penyakit stroke adalah penyakit pembunuh nomer tiga di Indonesia, membuat penyakit ini perlu diwaspadai. Penyakit stroke menyebabkan penderitanya mengalami defisiensi, antara lain yaitu cacat fisik, kehilangan memori, dan tidak mampu bicara. Hal ini akan mengakibatkan timbulnya ketidakbermaknaan dalam hidupnya. Oleh karena itu penelitian ini mencoba untuk melihat bagaimana akhirnya penderita stroke dapat meraih makna hidupnya.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam sebagai metode pengumpulan data utama. Penelitian ini didasarkan pada teori-teori tentang Logoterapi dari Victor Frankl (1985) dan beberapa ahli lain termasuk H.D Bastaman (1996) yang dilakukan pada empat orang penderita stroke pria berusia dewasa menengah. Selain menggunakan metode wawancara, penelitian ini juga menggunakan metode observasi sebagai metode pelengkap.
Hasil secara umum menunjukkan bahwa keempat subyek saat ini telah menemukan makna dari penyakit stroke yang dideritanya. Semua subyek juga dapat dikatakan mempunyai semua komponen keberhasilan penemuan makna hidup yaitu Komponen Personal, Komponen Sosial, Komponen Nilai dan Komponen Spiritual.
Untuk kategori proses penemuan makna hidup, tiga subyek pernah mengalami tahap meaningless sedangkan satu subyek tidak mengalaminya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan ini adalah keimanan. Secara umum semua subyek mengalami semua tahap penemuan makna hidup yakni Tahap Derita, Tahap Penerimaan Diri, Tahap Penerimaan Makna Hidup, Tahap Realisasi Makna dan Tahap Kehidupan Bermakna. Tiga subyek menunjukkan urutan yang persis sama sedangkan satu subyek berbeda."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3346
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S7682
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiji Lestari
"Pengaruh suplementasi Astaxamin terhadap kadar Malondialdehida plasma dan skor National Institute of health Stroke Scale (NU-ISS) pada penderila stroke iskemik. Mengetahui efek pcmberian suplementasi Astaxantin selama tujuh hari terhadap kadar malondialdehida plasma dan skor NIHSS pada penderita stroke iskemik Penelitian ini merupakan uji klinis pamlel, acak, tcrsamar ganda antara kelompok yang znendapat suplementasi astaxantin (P) dengan kelompok yang mendapat plasebo (K), Sebanyak 24 orang pasien stroke iskemik akut dengan onset < 48 jam di RSUPNCM Jakarta memenuhi kriteria dan diikutkan dalam penelitian, dilakukan alokasi random menggunakan randomini blok untuk menemukan kelompok perlakuan dan kontrol. Kelompok perlakuan mendapatkan suplementasi Astaxantin 2 x 8mg/had peroml selama tujuh hari, sementara kelompok kontrol mendapat plascbo. Data yang dikumpulkan meliputi data demografi (usia, jenis kelamin, tingkat pcndidikan, tingkat penghasilan), onset serangan, faktor risiko, IMT, analisis asupan zat gizi, kadar malondialdehida plasma, serta skor NIHSS. Analisis dam menggunakan uji 1 tidak berpasangan atau uji Man Whitney dengan batas kemaknaan p < 0,05. Rerata usia subjek penelitian ini adalah 56,0l=i:6,44 tahun. Sebagian besar subyek berjenis kelamin laki-laki, berpendidikan rendah dan tingkat penghasilan di bawah garis kemiskinan. Faktor risiko stroke yang paling banyak dimiliki subyek penelitian adalah hipertensi, diikuti kebiasaan merokok, dislipidemia, obesitas, diabetes mellitus, dan penyakit jantung. Selama perlakuan, asupan energi dan protein subyek penelitian tergolong cukup, asupan lemak tergolong lebih, asupan vitamin C tergolong cukup, sedangkan asupan vitamin E dan beuz kanaten tagolong kurang pada kedua kelompok. Terdapat penurunan kadar MDA plasma dan skor NIHSS pada kedua kelompok selama perlakuan. Rerata penurunan kadar MDA plasma pada kelompok perlakuan adalah -0,3l6i0,l8 normal dan secara bermakna lebih bcsar dibandingkan kelompok kontrol yaitu -0,1241 0,I08 nmol/mL (p<0,05). Penurunan skor NIHSS pada kelompok perlakuan sebesar -5,67=|=l,37 secara bermakna lebih besar dibandingkan kelompok kontrol yaitu ~3,‘25:&0,87 (p <0,0S). Suplcmentasi aataxantin sebanyak 2 x 8 mg solama 7 hari sccara bermakna dapal menurunkan kadar MDA plasma dan skor NIHSS penderila stroke iskemik. Astaxantin, antioksidan, malondialdehida plasma, skor Nll-ISS, stroke iskemik.

Bilects of Astaxantin suplcmentation on malondialdehyde plasma level and National Institute of health Stroke Scale (NIHSS) score of ischemic stroke patients To investigate the effects of Astaxantin supplementation during seven days on Malondialdchida plasma level and NIHSS score of ischemic strokc patients. This is a parallel randomized double-blind clinical study between interventional group which has astaxantin supplementation (P) and control group which has placebo (K). Twenty-four acute ischemic stroke patients with onset < 48 hours in RSUPNCM Jakarta had fullilled the criteria and recruited in the research. Subjects were random allocated by block randomimtion into intervention and control group. Intervention group treated by Astaxnntin 2 x Sing,/day supplementation orally during 7 days, while control group treated by placebo. Data collection includes demographic characteristic (nge, sex, educational level, income level), stroke onset, risk factors, body mass index (BMI), daily nutrient analysis, malondialdchida plasma level, and Nil-lSS score. Statistical analysis is using unpaired t test or Mann Whitney test with significant level at p < 0,05. The mean age of subjects were 56,0li6,44 years old. Majoritics of suljects were male, low educational level and below poverty level income. The most liequent stroke risk factors in subjects were hypertension, followed by smoking habit. dyslipidemia, obesity, diabetes mellitus, and heart diseases. During intervention, energy and proteins intake were adequate, fat intake tends to be excess, vitamin C intake was adequate, whiie vitamin E and beta kamten tends to be low in both two groups. 'lhere was decreasing in MDA plasma level and NI]-ISS score in both two groups during intervention. The mean decreasing of MDA plasma in interventional group was -0,3lG.k0,l8 nmol/mL which significantly greater than control group -0,1242 0,108 nmol/mL (p<0,05). The mean decreasing ofNlHSS score in interventional group was -5,67=el,37 which significantly greater than control group -3,25i0,87 (p <0,05). Astaxantin supplementation 2 x 8 mg during 'l days is signiiicant on decreasing MDA plasma level and NH-ISS score in ischemic stroke patients. Astaxantin, antioxidant, rnalondialdehicla plasma, NIHSS score, ischemic stroke. "
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T33924
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sunaryo
"Stroke merupakan salah satu penyakit akut yang paling besar menimbulkan ketidakmampuan (disabling) (Guccione dkk; dalam Sarafino, 1998). Ketidakmampuan (disabling) yang terjadi adalah adanya hambatan (handicap) dan kehilangan kemampuan untuk berbuat sesuatu yang seharusnya bisa dilakukan orang yang sehat seperti: tidak bisa jalan, menelan, dan melihat akibat pengaruh stroke (Misbach, 1999). Sutrisna (2001) mengatakan bahwa banyak penderita stroke menjadi cacat, invalid, tidak mampu lagi mencari nafkah seperti sedia kala, menjadi tergantung pada orang lain, dan tidak jarang menjadi beban bagi keluarganya. Beban ini dapat berupa beban tenaga, beban perasaan, dan beban ekonomi. Anggrahaeni (2003) mengatakan secara lebih gamblang bahwa perubahan yang teijadi akibat stroke juga mempengaruhi anggota keluarga yang lain. Mereka mengalami stress karena hidup mereka secara keseluruhan berubah. Mereka diharuskan menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan keadaan yang baru. Di samping itu, mereka juga masih harus dihadapkan dengan adanya tambahan tanggung jawab. Tanggung jawab itu tidak hanya sebatas mengurus dan melatih si penderita untuk kembali pulih, namun juga tanggung jawab atas pekeijaanpekeijaan yang tidak dapat dilakukan lagi oleh penderita. Seorang istri yang suaminya menderita stroke misalnya, bisa jadi terpaksa bekeija mencari tambahan penghasilan untuk menghidupi keluarga dan biaya pengobatan (Anggrahaeni, 2003). Oleh karenanya, kehidupan rumah tangga dengan salah satu pasangan menderita penyakit akut, seperti stroke, adalah kenyataan hidup yang pada dasarnya tidak diinginkan oleh setiap pasangan suami istri manapun. Kondisi ini tentunya akan berpotensi menimbulkan masalah dan juga mempengaruhi hubungan atau interaksi pasangan suami istri. Hal ini karena stroke tidak hanya berdampak bagi si penderitanya saja melainkan juga bagi lingkungan terdekatnya yaitu pasangan serta keluarganya (Walerby & Forsberg et al, 1999). Penyakit stroke yang diderita oleh salah satu anggota keluarga dapat mempengaruhi kesejahteraan emosional (emolional well-being) anggota keluarga lainnya. Anggola keluarga dari pasien stroke, biasanya akan mengalami kekacauan emosional (emotional turmoil) (Walerby & Forsberg et al, 1999). Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan gambaran secara mendalam mengenai kesejahteraan psikologis (psychological well-bing) pada istri yang memiliki suami penderita stroke. Secara lebih spesifik penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran keenam dimensi kesejahteraan psikologis yang mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Ryff (1995) yaitu: dimensi penerimaan diri, dimensi hubungan positif dengan orang lain, dimensi otonomi, dimensi penguasaan lingkungan, dimensi tujuan hidup, dan dimensi pertumbuhan pribadi. Penelitian dilakukan terhadap 4 orang istri yang memiliki pasangan terserang stroke. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang lebih dapat menggambarkan proses yang kompleks dan menyeluruh dibandingkan penelitian lain. Jenis penelitian kualitatif yang digunakan adalah studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam karena peneliti ingin mengetahui pengalaman subyektif subyek. Untuk melengkapi data hasil wawancara, dilakukan observasi terhadap subyek selama proses berlangsungnya wawancara. Kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian ini adalah bahwa kesejahteraan psikologis pada istri yang memiliki pasangan terserang stroke pada penelitian ini tampaknya menunjukkan keragaman kondisi. Secara umum dengan karakteristik demografis yang berbeda, gambaran seluruh dimensi kesejahteraan psikologis 3 subyek menunjukkan kondisi yang relatif sama baiknya. Sedangkan 1 subyek lainnya berbeda dengan ke 3 subyek lainnya pada dimensi hubungan positif dengan orang lain, otonomi, dan pertumbuhan peribadi. Namun secara umum terlihat kecenderungan bahwa situasi stroke beserta dampak-dampaknya pada awalnya (beberapa minggu setelah kejadian) memberikan tekanan-tekanan psikologis sehingga mereka perlu berproses untuk mendapatkan kesejahteraan psikologis yang saat ini dirasakannya. Para subyek akhirnya menilai pengalaman menjalani kehidupan dengan suami yang terserang stroke dengan suatu pandangan yang positif. Faktor demografis dan klasifikasi sosial ternyata tidak berpengaruh dalam pembentukan kondisi kesejahteraan psikologis para subyek melainkan faktor: karakteristik pribadi, religiusitas (keberagamaan) (Koenig, Kvale, & Ferrel dalam Mardhianto, 1997), dukungan sosial (Robinson 1991), dan evaluasi terhadap pengalaman hidup (Ryff 1995) adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan kondisi kesejahteraan psikologis para subyek. Sehubungan dengan hasil penelitian ini disarankan kepada para istri yang bersuami terkena stroke sebagai orang terdekat penderita untuk dapat mencapai kesejahteraan psikologis yang baik, memaknai peristiwa tersebut dengan penilaian yang positif, dan lebih memberikan dukungan psikologis untuk pemulihan suami yang komprehensif.
Stroke is one of the most severe acute diseases that causes disability (Guccione et al; in Sarafino, 1998). The disability that occurs is the presence of handicap and loss of ability to do something that healthy people should be able to do such as: not being able to walk, swallow, and see due to the effects of stroke (Misbach, 1999). Sutrisna (2001) said that many stroke sufferers become disabled, invalid, no longer able to earn a living as before, become dependent on others, and often become a burden for their families. This burden can be in the form of physical burden, emotional burden, and economic burden. Anggrahaeni (2003) said more clearly that the changes that occur due to stroke also affect other family members. They experience stress because their lives as a whole change. They are required to adjust to the demands of new circumstances. In addition, they also still have to face additional responsibilities. The responsibility is not only limited to taking care of and training the patient to recover, but also the responsibility for the jobs that the patient can no longer do. A wife whose husband has a stroke, for example, may be forced to work to find additional income to support the family and medical expenses (Anggrahaeni, 2003). Therefore, household life with one partner suffering from an acute illness, such as a stroke, is a fact of life that is basically not desired by any married couple. This condition will certainly have the potential to cause problems and also affect the relationship or interaction of the husband and wife. This is because stroke not only affects the sufferer but also the closest environment, namely the partner and family (Walerby & Forsberg et al, 1999). Stroke suffered by one family member can affect the emotional well-being of other family members. Family members of stroke patients usually experience emotional turmoil (Walerby & Forsberg et al, 1999). The purpose of this study was to obtain an in-depth description of psychological well-being in wives whose husbands had strokes. More specifically, this study aims to see the description of the six dimensions of psychological well-being that refer to the theory proposed by Ryff (1995), namely: the dimension of self-acceptance, the dimension of positive relationships with others, the dimension of autonomy, the dimension of environmental mastery, the dimension of life goals, and the dimension of personal growth. The study was conducted on 4 wives who had partners who had strokes. This study used a qualitative approach that could better describe complex and comprehensive processes compared to other studies. The type of qualitative research used was a case study. The data collection technique used was in-depth interviews because the researcher wanted to know the subjective experiences of the subjects. To complete the interview data, observations were made of the subjects during the interview process. The conclusion obtained from the results of this study is that the psychological well-being of wives who had partners who had strokes in this study seemed to show a variety of conditions. In general, with different demographic characteristics, the description of all dimensions of psychological well-being of the 3 subjects showed relatively equally good conditions. While 1 other subject was different from the other 3 subjects in the dimensions of positive relationships with others, autonomy, and personal growth. However, in general, there is a tendency that the stroke situation and its impacts initially (several weeks after the incident) provide psychological pressures so that they need to process to obtain the psychological well-being that they currently feel. The subjects finally assessed the experience of living with a husband who had a stroke with a positive view. Demographic factors and social classification turned out to have no effect on the formation of the psychological well-being of the subjects, but factors: personal characteristics, religiosity (religiousness) (Koenig, Kvale, & Ferrel in Mardhianto, 1997), social support (Robinson 1991), and evaluation of life experiences (Ryff 1995) are factors that influence the formation of the psychological well-being of the subjects. In connection with the results of this study, it is suggested that wives whose husbands have had a stroke as the closest people to the sufferer can achieve good psychological well-being, interpret the event with a positive assessment, and provide more psychological support for their husbands' comprehensive recovery."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3423
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
C. Hirania Wiryasti
"Stroke adalah penyakit kronis yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan penderitanya. Sebagai akibatnya penderita stroke akan mengalami sties. Untuk dapat menangani stresnya, penderita stroke membutuhkan dukungan sosial. Efektifitas dukungan sosial dalam membantu penanganan stres penderita stroke dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu persepsi terhadap tipe dukungan sosial dan kepuasan terhadap sumber dukungan sosial.
Penelitian dilakukan untuk menemukan hubungan antara persepsi terhadap tipe dukungan sosial dan kepuasan terhadap sumber dukungan sosial dengan stres pada penderita stroke (N=39). Ada tujuh tipe dukungan, yaitu: Keterikatan. Integrasi Sosial, Penghargaan. Hubungan yang Dapat Diandalkan, Bimbingan, Kesempatan Untuk Mengasuh, dan Instrumental. Selanjutnya, ada tiga kategori sumber dukungan: Pasangan Hidup, Keluarga, dan Non-Keluarga. Untuk mendapat gambaran yang lebih mendalam, maka hendak diketahui pula hubungan antara persepsi terhadap tiap tipe dukungan dan kepuasan terhadap tiap kategori sumber dukungan dengan stres pada penderita stroke.
Pengambilan data dilakukan dengan Kuesioner Stres Pada Penderita Stroke* Modifikasi Social Provisions Scale, dan Kuesioner Kepuasan Terhadap Sumber Dukungan Sosial. Proses face validity dilakukan terhadap ketiga alat tersebut dengan menggunakan experl judgment. Selanjutnya, terhadap dua alat pertama juga telah dilakukan uji reliabilitas dengan metode koefisien alpha Cronbach pada program SPSS 10.01.
Uji signifikansi dilakukan dengan metode korelasi producl-inomenl Pearson pada program SPSS 10.01. Hasil perhitungan menunjukkan, hipotesa adanya hubungan antara persepsi terhadap tipe dukungan sosial dengan stres pada penderita stroke diterima, dan hipotesa adanya hubungan antara kepuasan terhadap sumber dukungan sosial dengan stres pada penderita stroke tidak diterima. Selanjutnya, persepsi terhadap tipe dukungan yang berhubungan dengan stres pada penderita stroke adalah Integrasi Sosial, Kesempatan Untuk Mengasuh, dan Bimbingan. Sedangkan, kepuasan terhadap tiap kategori sumber dukungan tidak ada yang berhubungan dengan stres pada penderita stroke.
Kesimpulannya, tidak semua tipe dukungan dapat membantu penanganan stres penderita stroke. Hal ini tergantung pada kebutuhan masing-masing penderita. Selanjutnya, merasa puas terhadap sumber dukungan ternyata tidak mempengaruhi tingkat stres yang dirasakan oleh penderita stroke. Peneliti menyarankan, agar lingkungan sosial memahami dengan baik kebutuhan dari penderita stroke yang menerima dukungan darinya. Terakhir, untuk penelitian selanjutnya disarankan agar dilakukan perbaikan alat dan metodologi penelitian."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3143
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>