Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 210852 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
S6995
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Fahmi Irawan
"Musik rock disebut sebagai bentuk dari budaya popular yang mengglobal,yang diidentikkan dan diperuntul-:kan bagi anak muda. Bahkan sekarang musik rock telah rnenjadi sebuah bagian dari identitas dan gaya hidup yang tak terpisahkan dari anak muda (pnda generasi atau zamannya) yang diterima dan eksis di belahan bumi mana pun. Fenomena tersebut muncul seiiring dengan berkembangnya aliran musik rock n roll kurang iebih 50 tahun yang lalu. Fenomena tentang musik rock sebagai musiknya anak muda hingga kini masih terus dipahami keterkaitannya dan melekat satu sama lain. Oleh karena itu daiam penelitian ini, dengan melihat kaitannya dengan kehadiran media rnassa, perrnasalahan yang muncul dan akan dijawab adalah bagaimana musik rock direpresentasikan oleh media cetak di Indoensia dalam icurun waktu 1977 - 2002.
Adapun tujuan yang ingin dicapai daiam penelitian ini, setelah melihat bagaimana media massa mewacanakan pemberitaan tentang musik rock dan budaya anak muda, adalah juga berupaya untuk menguak ideologi apa yang berada di balik musik rock yang dari tahun 1950-an hingga kini masih digandrungi, digemari, dan bahkan menjadi identitas bagi anak muda.
Kerangka pemikiran yang melandasi penelitian ini adalah dengan menggunakan dua pendekatan atau perspektif yaitu cultural studies, berasal dari Birmingham School dan critical studies, berasal dari Frarzlgurt School, yang sama-sama berakar dari aliran Marxian. Dua pendekatan itu akan mengkaji dan menganalisis musik rock sebagai sebuah bentuk dari praktik budaya popular, budaya massal dan budaya industri yang telah mengglobal. Praktik-praktik budaya tersebut haruslah dihubungkan dengan hadimya media massa, yang dalam kacamata cuirurai studies dan crirical studies, ikut beroran mengkonstruksi pemaknaan musik rock dan budaya anak muda lewat konsep ideologi, hegemoni, dan wacana.
Paradigrna penelitian yang digunakan adalah paradigma kritis yang bersifat kualitatif dengan metode analisisnya critical discourse analyisis, yang melakukan texr anaivsis dan multi-level analysis secara inrertextuol. Adapun theoretical framework yang digunakan adalah berdasarkan pemikiran-pemikiran Raymond Williams, Theodore W. Adamo, Louis Althusser, Antonio Gramsei, dan Stuart Hall. Sedangkan analythical framework yang dipergunakan mengacu pada critical discourse analysis-nya Norman Fairclough yang terbagi menjadi tiga dimensi yaitu, makro-struktur (sociocullurai pracrice), meso-struktur (discourse practice) dan mikro-struktur.
Kesimpulannya bahwa musik rock dalam pemberitaannya pada media cetak di Indonesia dalam kurun Waktu 1977 - 2002 selalu dikonstruksi dan direpesesentasikan ke dalam makna sebagai sesuatu yang dinamis, penuh dengan jiwa perlawanan, pemberontakan dan sebagai bentuk dari gerakan anti~kemapanan atau counrer-cuirure. Media cetak dalam kurun waktu tersebut disimpulkan telah berhasil melanggengkan hubungan yang identik antara musik rock dan anak muda secara sistematis dan terstruktur. Musik rock yang tumbuh dan berkembang di Indonesia, oleh media cetak di Indonesia dalam kurun waktu 1977 - 2002, dipandang sebagai bentuk dari perlawanau ideologis yaitu perlawanan terhadap penguasa politik. Pada akhirnya, ideologi yang bisa direpresentasikan oleh pemberitaan media cetak tersebuf adalah ideologi perlawanan terhadap "kekuasaan"."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T3271
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rezky Biancahya Oktavianto
"Penelitian yang berjudul Giant Step dan Musik Rock Progresif di Indonesia 1970-1985 berusaha mengkaji sejarah perkembangan musik rock progresif di Indonesia pada tahun 1970 hingga 1985 yang ditandai dengan hadirnya grup musik Giant Step. Penelitian tersebut dikembangkan dengan metode sejarah. Tahap pertama yang dilakukan adalah heuristik kemudian verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Aliran musik rock progresif mulai populer di Indonesia pada periode 1970-an. Kepopuleran aliran musik progresif rock mulai pudar pada periode 1980-an seiring berakhirnnya grup musik Giant Step. Grup musik Giant Step merupakan salah satu pelopor yang memberikan pengaruh terhadap dunia musik Indonesia. Hasil dari penelitian ini adalah penulis mengangkat perjalanan grup musik Giant Step yang memperkenalkan sekaligus mempopulerkan aliran rock progresif di dalam perjalanan sejarah dunia musik Indonesia.

This research is using historical method Giant Step and Rock Progressive Musik in Indonesai 1970 1985 is try to review the progress of progressif rock music in Indonesia history in 1970 to 1985 era which is marked by the exsistence of a music group called Giant Step. This research is develop using historical method. The progressive rock genre became popular in the 1970 rsquo s era. Unfortunately, this popularity come to an end along with the end of the Giant Step group. The Giant Step is one of the breakthroughs artist in the progressive rock genre and very influential in Indonesia music history. The result of this research is the Giant Step as one of the artist progressive rock is success to introduce and popularized the progressive rock genre in the Indonesia music history. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Sarma Ramalo
"[Studi ini memberikan pemahaman bagaimana perempuan melakukan adaptasi di dalam subkultur musik cadas sebagai ranah maskulin. Penelitian ini juga memberikan pemahaman mengenai alasan di balik adaptasi yang dilakukan oleh penggemar perempuan tersebut. Penelitian mengenai adaptasi perempuan di dalam ranah maskulin dilakukan terutama karena adanya kuasa laki-laki sebagai bentuk hegemoni maskulinitas di dalam ranah-ranah tertentu yang membuat identitas mereka menjadi norma. Subkultur musik cadas di Indonesia menggambarkan adanya kuasa laki-laki tersebut, baik sebagai musisi maupun sebagai penggemar. Padahal, subkultur ada sebagai ruang perjuangan melawan nilai-nilai dominan, namun kenyataannya subkultur justru melanggengkan patriarki sebagai budaya dominan. Dalam menganalisis mengenai adaptasi perempuan terhadap maskulinitas, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif serta menggunakan teknik wawancara mendalam dan observasi partisipan. Penelitian kritis ini berhasil membuktikan bahwa perempuan di dalam subkultur musik cadas mengakui, mengizinkan, dan justru turut melanggengkan dominasi laki-laki sebagai bentuk hegemoni maskulinitas. Maskulinitas kemudian menjadi norma dalam hierarki identitas. Perempuan di dalam subkultur musik cadas pun melakukan adaptasi perilaku dan gaya berpakaian agar menyesuaikan dengan penggemar laki-laki di dalam subkultur musik cadas.;This study provides an understanding on how women adapt in a rock
subculture as a masculine terrain. This study also sheds an understanding about
the reason behind the said adaptation done by female fans. The discourse on
women?s adaptation in a masculine terrain is conducted particularly due to men?s
power as a hegemonic masculinity in some particular terrains that renders their
identity as a norm. Indonesian rock subculture helps delineate male power, as a
musician and a fan. Ironically, subcultures are established as a form of struggle against dominant cultures, but really subcultures even perpetuate patriarchy as adominant culture.
In analyzing women?s adaptation to masculinity, this study employs
qualitative approach as well as in-depth interviews and participant observation
methods. This critical inquiry manages to prove that women inside rock
subculture acknowledge, permit, and even help perpetuate male?s domination as a
form of hegemonic masculinity. Masculinity then becomes the norm in a
hierarchy of identity. Women inside rock subculture then mimic men?s behaviors and clothing style in order to appropriate themselves with men inside the rock subculture., This study provides an understanding on how women adapt in a rock
subculture as a masculine terrain. This study also sheds an understanding about
the reason behind the said adaptation done by female fans. The discourse on
women’s adaptation in a masculine terrain is conducted particularly due to men’s
power as a hegemonic masculinity in some particular terrains that renders their
identity as a norm. Indonesian rock subculture helps delineate male power, as a
musician and a fan. Ironically, subcultures are established as a form of struggle against dominant cultures, but really subcultures even perpetuate patriarchy as adominant culture.
In analyzing women’s adaptation to masculinity, this study employs
qualitative approach as well as in-depth interviews and participant observation
methods. This critical inquiry manages to prove that women inside rock
subculture acknowledge, permit, and even help perpetuate male’s domination as a
form of hegemonic masculinity. Masculinity then becomes the norm in a
hierarchy of identity. Women inside rock subculture then mimic men’s behaviors and clothing style in order to appropriate themselves with men inside the rock subculture.]"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S59318
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regev, Motti
Cambridge: UK Polity, 2013
782.421 REG p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hendy Kristyanto
"Musik dapat memodulasi emosi melalui pengeluaran neurohormon. Modulasi ini berakibat pada perubahan masukan dan penggunaan energi sehingga berpengaruh terhadap berat badan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh pajanan musik rock terhadap berat badan tikus galur Wistar. Kelompok variabel diberi pajanan musik rock selama empat jam dalam 15 hari. Tiap tiga hari berat badan tikus ditimbang. Data tersebut dianalisis menggunakan uji t tidak berpasangan. Didapatkan bahwa pajanan musik rock secara signifikan meningkatkan berat badan tikus (P=0,028). Pajanan musik rock selama empat jam dalam 15 hari meningkatkan berat badan tikus galur Wistar.

Music can modulate emotion through neurohormones secretion. This modulation affects energy input and output, and thus body weight. This research aimed to know whether rock music influenced rats’ body weight. The variable group was exposed to rock music for four hours in 15 consecutive days. Every three days, rats’ body weight was measured. The data were analyzed using unpaired-t test. This study resulted in that rock music significantly increase rats’ body weight (P=0.028). Rock music exposure to Wistar-strained rats for four hours in 15 consecutive days resulted in the increase of their body weight."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Suraya
"Musik dapat mempengaruhi emosi dan beberapa fungsi tubuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh pajanan musik rock terhadap nafsu makan pada tikus galur Wistar jantan dengan metode eksperimental. Selama 15 hari, tikus diberi pajanan musik rock selama empat jam per hari, dan diukur jumlah makanan yang dikonsumsi tiap tiga hari. Data dianalisis menggunakan uji t tidak berpasangan dan didapatkan bahwa pajanan musik rock secara signifikan berhubungan dengan perubahan nafsu makan pada tikus galur Wistar; nilai p = 0,007. Kesimpulannya, Pajanan musik rock selama empat jam dalam waktu 15 hari berpengaruh terhadap peningkatan nafsu makan tikus galur Wistar.

Music affects emotion and some body functions. The aim of this research is to know whether rock music exposed to Wistar-strained rats is linked to their appetite using experimental method. Each rat was exposed to rock music four hours a day in 15 consecutive days and measured for their food consumption every three day. The data were analyzed statistically with independent-t test. In conclusion, rock music was significantly linked to the change of appetite on Wistar-strained rats; p value: 0.007. Rock music exposure to Wistar-strained rats for four hours in 15 consecutive days resulted in the increase of their appetite."
2009
S09046fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Narita Gianini Apsari
"Skripsi ini merupakan penelitian deskriptif-analitik yang menggunakan pendekatan kualitatif Tujuannya jalan menggambarkan dan menganalisa bagaimana produsen sebuah radio seperti HRFM 87,6 Jakarta memproduksi isi siarannya, dilihat dari segi ideologi produsen, kultur dan khalayak, serta kekuatan politik dan ekonomi yang melingkupinya saat ini. Radio dianggap memiliki kodrat yang unik untuk mempengaruhi khalayak, bahkan claim menggeser-geser nilai, gaya hidup dan tingkat keterlibatan terhadap medium radio itu sendiri. Dengan sifat ubiquitous (keberadaan dimana-mana), tidak berlebihan jika radio dijuluki sebagai the mover of participation, public opinion, political movement, mass action, capital market and social transformation. Karena radio siaran pertama-tama harus bersifat lokal, informasi yang didistribusikan juga sifatnya harus lokal, artinya, meskipun bermuatan internasional dan nasional tetapi memang dibutuhkan oleh khalayak lokal. Program harus dirancang agar khalayak yang tersebar di suatu kawasan teritorial tertentu dapat benar-benar mengalami kehadiran stasiun radio secara tepat guna, tidak merasa asing bahkan merasakan ikut memiliki serta berkepentingan. Penelitian ini menggunakan metode discourse, dengan melihat produksi isi pesan berdasarkan pada teks atau suara. Selain itu teks dan suara dianalisa berdasarkan semiotik, dimana yang dilihat adalah proses produksi media yang dipengaruhi oleh kultur audiensnya, ideologi institusinya, serta kekuasaan (power) yang terbangun. Hasil penelitian didukung dengan pengamatan terhadap obyek penelitian dan program siaran. Hard Rock FM sebagai radio yang mewakili subkultur young adult, memproduksi pesannya dengan cara-cara tertentu yang disesuaikan dengan karakteristik audiens dan berdasarkan ideologi yang mereka anut. Melihat pemakaian bahasa sebagai implikasi praktek sosial, bahasa disituasikan dalam relasi yang dialektik. Dialektik disini, maksudnya bahasa dibentuk secara sosial, namun bahasa juga membentuk secara sosial. Makna-makna yang diproduksi oleh radio dibentuk secara sosial, karena dari interaksi sehari-hari antara produser acara, marketing, dan penyiar dengan lingkungan kantor mereka sendiri dan kondisi sosial yang mereka alami, mereka dapat mengetahui hal-hal apa yang menjadi concern audiensnya, faktor-faktor apa yang menarik bagi audiensnya, dan cara berkomunikasi yang bagaimana yang dapat memenangkan perhatian mereka dan dapat ditangkap dengan tingkat salah interpretasi yang terminin. Interaksi antar agen manusia (pekerja media dan audiens) terus menghasilkan struktur, sehingga perubahan sosial menghasilkan interaksi simbolik antara media dengan audiensnya. Dari sini, media tidak hanya memenuhi dan men-supply kebutuhan akan informasi, kebaruan maupun hiburan, namun media juga menciptakan kebutuhan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
S4213
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teresia Lintang Gitomartoyo
"Glam rock adalah sebuah era musik yang fenomenal di Inggris sekitar tahun 1970-1975, ketika Inggris sedang mengalami depresi di bidang ekonomi, politik, dan sosial. Salah satu hal yang fenomenal mengenai glom rock adalah seksualitas yang ditawarkannya. Skripsi ini bertujuan mencari tabu seksualitas seperti apa yang ditawarkan oleh glam rock dan apa implikasi idelogis dan seksualitas ini. Teori utama yang akan dipakai adalah teori semiologi, dibantu dengan teori representasi, ideologi, tubuh, dan seksualitas. Sumber data berasal dari buku kumpulan foto Blood and Glitter karya Mick Rock. Saya membagi analisis menjadi dua bagian, yaitu kode fashion dan kode tubuh, dengan dua foto untuk masing-masing kode. Kedua kode ini adalah elemen-elemen yang mendukung seksualitas. Setelah menganalisa foto secara semiologis, terlihat bahwa seksualitas yang ditawarkan glam rock bersifat androgini. Androginitas ini digunakan sebagai alat untuk menentang norma masyarakat Inggris pada saat itu. Penentangan ini merupakan implikasi ideologis dari seksualitas yang dimiliki glam rock. Dengan begitu, mereka telah membangun sub-kultur baru di tengah masyarakat Inggris pada tahun 1970-an."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S13965
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Greene, Graham
London : Everyman's Library, 1993
823.9 GRE b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>