Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182596 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kusumo wardhani N.W
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S6944
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Batara
"ABSTRAK
Salah satu sektor yang paling menderita akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan
yang melanda indonesia adalah Jasa Konstruksi. Banyak kontraktor yang tidak kuat
menghadapinYa, terpaksa menutup usahanya. Penyebabnya adalah mrnminya julTilah proyek
yang bisa dikeijakan,. yang akhirnya berakibat pula kepada likuiditas kontraktor tersebut.
Tersendatnya binis properti, industri manufaktur dan infrastxukstur berdampak
langsung kepada sektor jasa konstruksi ini.
PT. Jaya Obayashi, salah satu kontraktor besar di Indonesia yang meriipakan Joint
Venture antara PT. Pembangunan Jaya dengan Obayashi Corporation, juga mengalami
penurunan revenue / pendapatan yang cukup signifikan yang dapat mengancam likuiditas
perusahaan. Keberadaan selama 28 tahun di Indonesia, dengan pengalaman yang begitu litas
dalam membangun berbagai macam bangunan, ternyata tidak bisa menolong banyak, karena
penurunan yang ten adj mengakibatkan revenue / pendapatan banya mencapai 30-40% dan
keadan normal.
Dalam penulisan Karya Akhir ini, akan digunakan proses manajemen strategi dalam
perumusan strategi perusahaan menghadapi kondisi ini, serta persiapan mengbadapi masa
yang akan datang.
Dimulai dengan menganalisa lingkungan, baik Lingkungan Eksternal maupun
Internal, Analisa Pelanggan, Pesaing, Kineirja Perusahaan yang akhirnya dapat merumuskan
suatu strategi bersaing yang tepat bagi PT. Jaya Obayashi. Analisa persaingan Kontraktor
dilakukan di antara para Kontraktor Jepang pada proyek-proyek investasi Jepang. Hal ini
dilakukan mengingat selama beroperaSi di Indonesia mayoritas proyek PT. Jaya Obayashi
berasal dan investor Jepang dan sebagai pesaing utama adalah kontraktor kontraktor Jepang
Karena persaingan di antara kontraktor tersebut sudah sangat ketat, maka strategi
dibagi berdasarkan jangka waktu penerapannya:
- Jangka Pendek (2000 ? 2001)
- Jangka Menengah (sampai 5 tahun ke depan)
- Jangka Panjang (>5 tahun ke dcpan)
Berdasarkan analisa dan kajian yang dilakukan, maka strategi yang dipilih da1ah:
- Strategi Turn Around (untukjangka pendek)
- Perumusan Ulang Target Market
- Perbaíkan kinerja masing-masing bagian fungsional
"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T5891
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
S9194
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Poerwoko Arboetomo S.
"PT Tunas Ridean, Tbk ( TURI ). mengawali usahanya dengan nama Tunas Molor pada tahun 1967, selelah 33 tahun berkecimpung dalam bisnisnya yailu pada sektor perdagangan otomotif. banyak hal yang dikembangkan sesuai dengan core businessnya. Sebagai salah satu distributor yang ditunjuk oleh PT Astra International, dimana PT Astra melalui anak perusahaanya menjadi ATPM beberapa merk global antara lain Toyota, BMW, Daihatsu , Peugeot. Nissan Diesel dan Isuzu, maka TURI mempunyai kelerikatan yang sangat kuat dengan prinsipalnya, boleh dikatakan ketergantungan TURJ terhadap Astra sangat tinggi. Karena TURI sendiri besar karena Astra, sehingga sampai dengan perubahan kepemilikan saham di Astra pun akan mampu mempengaruhi kinerja dari TURI. Dengan terjadinya krisis yang melanda negri ini. maka Slrategi Bisnis di TURI pun mulai berubah, Manajemen TURI menyadari keterbaiasan gerak mereka, karena ketergantungan dari pihak Astra adalah merupakan sualu kendala yang besar, tetapi dibalik itu merekapun menyadari ke"luwes"an TIJRI tersebut dalam menjalankan roda businessnya sehingga dengan menonjolkan sebagai suatu usaha bidang jasa di sektor otomotf, TURI masih terus eksis sampai saat ini.
Langkah langkah strategik yang telah dilakukan TURI untuk raengembangkan bisnisnya, adalah sebagai berikut:
- Menjalin Kerja Sama dengan mitra lokal lainya, untuk menjadi distributor merk lain diluar Astra Group sebagai contoh : Opel. in
- Menjalin Aliansi Stralegik dengan pihak Asing, pada saat ini 30 % sahani TURI dipegang oleh Jardine International Motors
- Mengembangkan berbagai macam divisi sebagai diversiiikasi usaha di hidang olomotii" antara lain Used Car Centre, Ekslusive Workshop, Parts, Accesories, Financial Lease, dan yang terbaru adalah Operating Lease / Fleet Management.
- Seiring dengan tehnologi saat ini TURI juga mengembangfcan e-commerce.
Dari berbagai macam peristiwa yang terjadi di negara kita, maka langkah langkah strategik TURI sangatlah tepat sebagai contoh :
- Peraturan Pemerintah tentang dibukanya Kran Import untuk CBU, dengan menjalin dengan mitra asing, secara otomatis resources di dunia international tidak akan berkurang dan akan mengurangi ketergantungan dari Aslra sebagai ATPM.
- Serbuan Investor Asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia untuk waktu yang akan datang diramalkan akan meledak, maka unluk mengantisipasinya TURI melalui anak perusahaannya yaitu membuka divisi baru Operating Lease untuk Perusahaan perusahaan yang memikirkan efisiensinya dalam menjalankan usahanya. Divisi ini merupakan sinergi dari seluruh bisnis TURI yang ada mulai dari New Car. Workshop. Financing dan Used Car. dan dinamakan TUNAS LEASE."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T316
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S6958
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Yadi Permana
"ABSTRAK
Industri pupuk merupakan salah satu industri strategis nasional yang memperoleh perlakuan khusus dari pemerintah. Pemerintah melalui kebijakan tataniaga pupuk mengatur pola distribusi dan subsidi harga pupuk dalam rangka menjaga agar pupuk tersebut masih dapat terjangkau oleh petani kecil.
PT. XYZ adalah perusahaan yang bergerak dibidang distribusi produk pupuk dan bahan kimia. PT. XYZ merupakan anak perusahaan dari produsen pupuk yang sebagian besar sahamnya dikuasai oleh perusahaan induk melalui yayasan karyawannya. Sampai dengan tahun 2004, PT. XYZ masih mengandalkan perusahaan induknya sebagai' supher utama barang dagangannya.
Saat ini laba bersih PT. XYZ dalam tren menurun mulai dari tahun 2000 hingga tahun 2003. Pada tahun 2003, perusahaan untuk pertama kalinya mengalami kerugian. Penurunan laba perusahaan terutama disebabkan oleh menurunnya penjualan. Sedangkan kerugian perusahaan disebabkan oleh hapus buku piutang tak tertagih dari konsumennya.
Kondisi persaingan dalam industri distribusi pupuk sangat tinggi. Barriers to ent1y yang rendah menyebabkan jumlah perusahaan yang bermain di industri ini sangat banyak. Persaingan antar distributor yang tinggi sangat menguntungkan bagi konsumen pupuk, namun akibatnya bagi para distributor akan memperoleh profit margin yang tipis.
PT. XYZ yang berada pada kondisi diatas harus mengambillangkah yang tepat agar dapat tetap beroperasi secara profitable. Langkah pertama adalah melakukan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki perusahaan (SWOT). Dari analisis SWOT dilakukan pada perusahaan diketahui bahwa perusahaan memiliki posisi di kuadran satu, dengan strategi yang sesuai dengan kondisi internal dan eksternal PT. XYZ adalah strategi Concentration Growth dan Market Development.
Dari analisis persaingan usaha yang dilakukan diketahui bahwa PT. XYZ memiliki posisi relatif yang lebih lemah dil)andingkan produsen. Hal ini dikarenakan PT. XYZ hanya bergantung pada perusahaan induknya sebagai suplier produknya. PT. XYZ juga hanya mengandalkan satu bank sebagai partner usaha. Posisi PT. XYZ dibandingkan dengan konsumennya juga relatif lemah karena konsumen memiliki banyak pilihan perusahaan lain yang menawarkan produk dengan harga dan mutu yang sama, dengan kata lain switching cost bagi konsumen rendah. Dalam industri distribusi pupuk sendiri memiliki rivalitas yang tinggi dengan jumlah pesaing yang meningkat dari tahun ke tahun.
Oleh karena itu perusahaan harus mengambil langkah strategis diantaranya melakukan diversifikasi pemasok barang dengan cara bekerja sama dengan produsen yang ada pada regional lain sehingga mengurangi ketergantungan dengan perusahaan induk dan memperluas daerah pemasarannya. PT. XYZ juga harus memanfaatkan peluang sebagai importir dan distributor pupuk majemuk dari luar negeri mengingat kebutuhan dalam negen yang meningkat namun belum dapat dipenuhi oleh produsen dalam negeri. Ancaman terhadap pemain baru tidak dapat dihindari oleh PT. XYZ. Oleh karena itu PT. XYZ harus tetap menjaga kualitas produk dan layanan yang tepat waktu dan jumlah bagi konsumennya.
Untuk menjaga agar tidak terjadi piutang macet dari konsumennya, PT. XYZ hendaknya Iebih selektif dalam memihh target segmen pemasarannya dengan Iebih memperhatikan tingkat profitabilitas dan risiko dari masing-masing segmen. Dalam menghadapi kebijakan cycle yang lebih pendek, pembiayaan hutang yang rendah, beban bunga yang ringan, dan penyebaran risiko bisnis dengan Bank sebagai pengelola layanan tersebut.
Strategi pendanaan perusahaan yang mendukung strategi Concentration Growth dan Market Development memiliki alternatif. Alternatif pertama adalah pendanaan dari hutang bank. Alternatif pertama ini dapat diaplikasikan untuk kondisi optimis dan moderat. Namun seandainya terjadi kondisi pesimis dimana perusahaan mengalami kesulitan dalam pemasaran maupun tingkat efisiensi perusahaan yang rendah, perusahaan akan mengalami kesulitan dalam membayar bunga hutang dan pokok. Alternatif kedua adalah penerbitan surat hutang perusahaan yang memiliki opsi pada kuponnya. Dengan alternatif kedua ini perusahaan dapat dengan flexible menyesuaikan pengeluaran biaya bunga sesuai dengan kondisi yang dihadapi oleh perusahaan sehingga instrumen ini sesuai digunakan untuk ketiga kondisi optimis, moderat, dan pesimis. Alternatif ketiga adalah penyertaan modal dari perusahaan Modal Ventura. Seperti alternatif kedua tadi, penyertaan modal ini cukup flexibel dan menguntungkan perusahaan karena biaya bunga atau pengembalian yang diberikan kepada pemodal disesuaikan dengan keuntungan yang diperoleh perusahaan.
Setelah menentukan langkah strategis baik jangka panjang dan jangka pendek, perencanaan keuangan dilakukan dengan menggunakan tiga kondisi yaitu moderat, pesimis, dan optimis. Masing-masing kondisi disesuaikan berdasarkan asumsi kondisi internal, eksternal dan strategi yang dipilih oleh perusahaan. Dari perencanaan yang dilakukan diperoleh expected net profit margin rata-rata 0.74% dengan standar deviasi 0,60%. Dengan melihat net profit margin yang tipis dan standar deviasi tersebut, perusahaan harus berhati-hati terhadap keputusan strategis yang diambil dan kondisi eksternal yang terjadi di lingkungan industrinya. Jika kondisi moderat dan optimis yang terjadi, perusahaan harus menjalankan strategi Concentration Growth dan Market Development. Sedangkan jika yang terjadi adalah kondisi pesimis, perusahaan harus mengambil strategi tum around. baru dari perusahaan induknya PT. XYZ harus mengimplementasikan Cash Management Bank Services. CMBS adalah Jasa yang diberikan oleh bank sebagai pihak independen yang ditunjuk dan dipercaya oleh para pihak untuk melakukan monitoring cash flow dan mengeksekusi suatu transaksi setelah kondisi yang dipersyaratkan terpenuhi. Dengan mengimplementasikan Iayanan tersebut, PT. XYZ memiliki keuntungan antara lain trade
"
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noviyanti Rahardjo
"Penghapusan Multi-Fiber Arrangement yang mengatur perdagangan TPT (Tekstil dan Produk Tekstjl), termasuk pakaian jadi, secara total pada tahun 2005 nanti akan semakin membuka pasar luar negeri yang selama ini masih diproteksi. Ini akan menimbulkan peluang hagi negara eksportir pakaian jadi termasuk Indonesia. Namun di lain pihak, ini juga berarti ancarnan bagi industri pabkaian jadi Indonesia, jika tidak segera memperbaiki kinerja ekspornya yang selama tahun 1990-an cenderung menurun.
PT R merupakan produsen pakaian jadi yang telah mengekspor produknya ke berbagai negara Eropa, Amerika Serikat, Kanada, Australia, Selandia Baru dan Jepang. Selama beberapa tahun terakhir ini penjualan ekspornya terus meningkat. Karya akhir ini disusun dengan maksud untuk melengkapi perencanaan PT R dalam menyongsong perdagangan bebas tersebut.
Dari analisis lingkungan eksternal dìketahui adanya situasi ekonomi dan politik yang elama setahun terakbir ini dapat dikatakan tidak terlalu inendukung pertumbuhasi ekenotni Indonesia, akibat krisis yang melanda dan ketidakpastian politik menyusul lengser-nya Presiden Soeharto. Namun dilihat dari dukungan Pemerintah terhadap ekspor non-migas dan tren demogratis Indonesia, industri pakaian jadi masih akan terus bertumhuh. Sementara ini dalam perdagangan internasional pakaian jadi, Cina menjadi negara eksportir utama.
Secara umum peluang yang dapat dimanfaatkan oleh PT R adalah: pertumbuhan Konsumsi TPT di pasar domestic dan global; dihapuskannya MFA; adanya dukungan pemerintah terhadap peningkatan ekspor non-migas; dan perkembangan internet sebagai alat promosi dan penualan produk. Sedangkan ancaman yang ada yaitu; kenaikkan upah minimum regional (UMR), persaingan yang semakin ketat ? di pasar domestic maupun internasional; penghapusan MFA; dan adanya kecenderungan meningkatnya perdaganan pakaian jadi antar Negara dalam suatu kelompok regional.
Berdasarkan analisis internal perusahaan dapat disimpulkan bahwa PT R mempunyai cukup kekuatan untuk bersaingm yaitu: pengalaman mengembangkan perusahaan dari home industry menjadi perusahaan besar; penjualan ekspor yang terus meningkat; memiliki merek sendiri; bagian pemasaran yang baik; dan hubungan baik dengan buyer. Sedangkan kelemahan-kelemahan yang ada adalah; belum penuhnya penggunaan kapasitas produksi; rework masih berkisar 1,5 % dan masih kurangnya peran manajemen strategic dalam perencanaan jangka panjang perusahaan.
Berdasarkan matriks TOWS, beberapa alternative strategi yang dapat diambil oleh PT R adalah: (a) meningkatkan produktivitas dan keterampilan karyawan untuk mengimbangi kenaikkan proporsi harga pokok penjualan yang terus meningkat (b) meningkatkan disain dan mutu produk (c) mengembankan pemasaran ke daerah lain di pasar domestic, khususnya ke pulau Sumatera, Sulawesi maupun kawasan Indonesia Timur (d) pengembangan pasar ekspor, khussunya ke Negara non-kuota (e) meningkatkan peran manajemen strategik dengan membuat web-site perusahaan sebagai salah satu bentuk promosi (g) membentuk aliansi strategis dengan buyer yang sesuai untuk semakin memantapkan posisi PT R dalam persaingan global industry pakaian jadi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurina Aini Herminindian
"Menurunnya kualitas lingkungan yang disebabkan oleh sampah harus ditangani secara serius. Ibarat sebuah "bom waktu? masalah sampah dapat menjadi bencana besar bagi umat manusia, karena dapat meledak kapan saja. Pada tanggal 8 September 2006 pukul 00.00 WIB, telah terjadi tragedi yang menelan korban jiwa di TPA Bantar Gebang milik Pemerintah Daerah DKI Jakarta. Keadaan ini semata-mata bukanlah sekedar persoalan kelemahan teknologi, melainkan sistem pengelolaan persampahan yang tidak terpadu.
Jumlah penduduk di DKI Jakarta, berdasarkan Jakarta Dalam Angka 2003 (tidak termasuk wilayah Kepulauan Seribu) tercatat sebanyak 7.438.008 jiwa dengan tingkat kepadatan 11.244 jiwa/km2. Berdasarkan data Dinas Kebersihan DKI Jakarta diperkirakan telah menghasilkan sampah padat kurang lebih 22.265 m3 per hari atau sekitar 6.000 ton per hari. Pola pengelolaan sampah di Kota Jakarta umumnya masih menganut pola sistem kumpul-angkut-buang dari sumber hingga ke TPA. Berdasarkan data dari Dinas Kebersihan DKI Jakarta pada tahun 2001, estimasi sampah padat yang terkumpul dan diangkut kurang lebih 70% ke TPA Bantargebang, 16,5% ke lokasi-lokasi informal, dan 13% tidak terkelola (seperti dibuang ke sungai dan sepanjang pinggir jalan), TPA Bantar gebang semula direncanakan untuk ditutup pada tahun 2003. Sementara mencari altematif pengganti TPA Bantar Gebang yang lain, Pemda DKI Jakarta berusaha mencari jalan keluar, .yaitu memperpanjang usia lahan tersebut dengan melakukan pengolahan sampah 3R (reduce, reuse, recycle) sebelum sampah masuk ke TPA. Salah satu bentuk usaha lain untuk pengurangan sampah pra TPA yaitu dengan membangun Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) I Intermediate Treatment Facilities (1TF) di 4 wilayah Kota Jakarta berdasarkan hasil kajian review master plan DKI Jakarta 2005 - 2015.
Tujuan penelitian ini untuk: (1) Mendapatkan informasi mengenai kondisi eksisting sistem pengelolaan sampah di DKI Jakarta khususnya proses pengambilan keputusan tentang pemilihan teknologi pengolahan sampah terpadu 1 intermediate Treatment Facilities (ITF) dan prosedur kerjasama antara pihak Pemda dengan swasta yang telah berjalan saat ini, (2) Menentukan prioritas pilihan teknologi ITF yang dibutuhkan untuk kota Jakarta, (3) Merumuskan Strategi untuk mendukung kelancaran penerapan ITF di dalam sistem pengelolaan sampah DKI Jakarta.
Konsep pengelolaan sampah paradigma baru yaitu dengan melakukan intervensi pengolahan sampah dengan cara 3R (reduce, reuse,recycle) dari sumber hingga ke TPA. Untuk mengubah pola kebijakan pengelolaan sampah setidaknya meliputi 5 (lima) aspek yaitu: (1) aspek hukum, (2) aspek kelembagaan, (3) aspek pembiayaan, (4) aspek sosial budaya, dan (5) aspek teknis operasional/ teknologi.
Pada tahap penentuan prioritas pemilihan teknologi ITF menggunakan model Analytical Hierarchy Process (AHP) dan perumusan strategi pengelolaan sampah dipergunakan model analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threaths).
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa: (1) hingga akhir tahun 2006 rencana pembangunan intermediate Treament Facilities (ITF) belum ada yang terealisasi, baru sampai dengan tahap perjanjian kerjasama antara pihak Pemda dan Swasta. Proposal penawaran teknologi ITF yang diterima belum disertai panduan hasil kajian jenis teknologi pengolahan sampah yang sesuai dengan kondisi kota Jakarta; (2) berdasarkan kaidah kriteria pembangunan berkelanjutan, kecenderungan pemilihan teknologi pengolahan sampah berdasarkan hasil analisis AHP adalah teknologi composting & recycling 68% dibandingkan dengan incinerator 32%, dengan overall inconsistency index 0.05. Teknologi tersebut akan dapat memperpanjang usia pemakaian TPA yang telah ada, serta produk akhir berupa kompos lebih aman diserap lingkungan dan dapat digunakan sebagai tanah penutup sanitary landfill; (3) untuk mendukung penerapan ITF agar terkelola dengan baik dan mendukung fungsi pembangunan berkelanjutan, maka hasil rumusan dari analisis SWOT menjelaskan posisi daya saing Pemda DKI Jakarta berada pada posisi yang memiliki kekuatan dan menghadapi ancaman. Istilah lain pada kuadran ini adalah mobilization strategy yaitu strategi memobilisasi kekuatan yang dimiliki lembaga untuk mengatasi hambatan /ancaman. Pada posisi tersebut telah dirumuskan beberapa strategi yaitu: (i) perlu dibuat desain socio-engineering untuk mengantisipasi protes/penolakan masyarakat dengan keinginan Pemda DKI Jakarta untuk mewujudkan pengelolaan sampah terpadu, (ii) pengalokasian dana APBD untuk penanganan sampah dan socio¬engineering, dan (iii) melibatkan peran serta stakeholder sejak awal desain perencanaan pengelolaan sampah.
Disarankan untuk mendukung rencana pembangunan ITF perlu diketahui jenis dan teknologi yang benar-benar dibutuhkan bagi Kota Jakarta. Sesuai dengan rencana hasil kajian persampahan dari Bank Dunia, residu dari ITF dapat diteruskan untuk dikelola ke TPA Regional melalui Jabodetabek Waste Management Corporation, maupun ke TPA Bantar Gebang milik Pemda DKI Jakarta. Untuk penerapan ITF di salah satu wilayah Kota Jakarta, maka perlu disertakan konsep desain socio¬engineering-nya. Target socio-engineering tersebut yaitu merubah pola pikir masyarakat NIMBY (Not in My Back Yard) Syndrome menjadi "Sampahku Tanggung Jawabku". Untuk melakukan proses tender pun, kecenderungan pilihan teknologi komposting pada penelitian ini dapat memudahkan pihak Pemda-DKI Jakarta jika tertarik untuk menseleksi tawaran-tawaran proposal teknologi dari pihak swasta yang masuk untuk pengolahan sampah.
Seleksi bukan lagi antara teknologi yang tidak sejenis, tapi seleksi antara teknologi yang sejenis dari pihak yang berbeda-beda. Pemda dapat fokus untuk memilih swasta yang profesional dan berpengalaman menangani masalah sampah. Proses seleksi ini sudah diatur oleh Pemerintah Pusat di dalam Perpres No. 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam upaya Penyediaan Infrastruktur. Selain itu upaya 3R juga sudah dilakukan dari sumber, sarana dan prasarana persampahan sudah mulai dipilah-pilah sesual komposisi sampahnya. Tidak hanya dimulai dari sistem pewadahan yang terpilah namun hingga transportasi pengangkutan sampahnya pun mulai tidak bercampur lagi. Truk-truk pengangkut sampah diharapkan dalam kondisi yang layak, sehingga tidak lagi menyebabkan tetesan air lindi yang menetes disepanjang perjalanan menuju lokasi pengolahan seperti sekarang ini.

Degrading quality of the environment caused by waste should be taken seriously. Like a "time bomb" that may go off any time, the problem of waste may turn into a great disaster for people unexpectedly. On September 8, 2006, at 00.00 hours, a tragedy at Bantar Gebang garbage dump (TPA Bantar Gebang) owned by the city administration of Jakarta took place and cost many lives. The cause was not a lack of technology; rather, it was the waste management system that was not implemented in an integrated manner.
According to '2003 Jakarta in Figures' data, the capital city (Kepulauan Seribu not included) had a population of 7,438,008 with population density of 11,2441sq.km. The city's sanitary service estimates that these people produce solid waste of around 22,265 cu.m. per day or 6,000 tons daily. Garbage in Jakarta is still handled using the conservative collect-transport-dump system, from collection sites to dump sites. The sanitary service's 2001 data show that of all solid waste collected, about 70% was transported to Bantar Gebang landfill site and 16.5% was taken to unofficial locations while 13% was not properly handled (dumped to rivers and on roadsides). The city originally planned to close down TPA Bantar Gebang in 2003. While looking for alternative landfills sites, the city administration tried to find solutions to the problem - one of them was to extend the life of landfill use by handling waste using 3R (reduce, reuse, recycle) method before taking it for final processing at garbage dump sites. Another attempt made by city officials was to reduce the amount of waste going to these sites by constructing intermediate treatment facilities (ITF) in 4 areas prescribed according to the results of Jakarta's 2005-2015 master plan review.
This research aims at: (1) describing existing conditions of Jakarta's waste management system, with respect to the plan to install intermediate treatment facilities (ITFs); (2) giving recommendations as to one single technology for use in the ITF installation plan using Analytical Hierarchy Process (AHP) method; and (3) analyzing strategies devised by the city administration in connection with ITF installation plan using SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) analysis.
The new concept of waste management is to handle waste using the 3R (reduce, reuse, recycle) method. In order for the city to be able to change its current waste management policy, the following five aspects should be considered: (1) legal; (2) institutional; (3) financial; (4) socio-cultural; and (5) operational/technological.
Problems were assessed using AHP (Analytical Hierarchy Process) and SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) analysis. The AHP model was used at the technical stage in which ITF technologies were selected while the SWOT analysis method was used at the waste management strategy identification stage.
With regard to Jakarta's waste management system, research results showed the following: (1) until the end of 2006 year, the city's plan to install ITFs in support of the overall waste management system is not realization. The city needs to identify a technology appropriate for its waste management requirements; (2) Base on sustainable development principle, the AHP results with regard to appropriate waste management technologies give composting & recycling model than incineration model (with overall inconsistency index of 0.05) as the best approach for Jakarta's waste problem; (3) in order to support technologically manageable for the ITF, SWOT analysis results positioned the city administration in the strengths and threats quadrants in terms of competitive advantages. It is regarding with the mobilization strategy. It has sufficient and favorable internal strengths to mobilize these threats. The strategy are: (i) need a socio-engineering design to anticipate such threats from the society, regarding local government program of integrated solid waste management, (ii) allocate local government fund (APDB) for solid waste management and socio- engineering design, (iii) involve the stakeholder from the first design of solid waste management plan.
A suggestion to support ITF program, the Jakarta city needs to identify a technology appropriate for its waste management requirements. Based on World Bank study/examination, ITF system can be integrated with Regional Sanitary Landfill, on behalf of Jabodetabek Waste Management Corporation or TPA Banter Gebang. In order to implement of 1TF technology in Jakarta's city, it needs a socio-engineering design. Targets of socio - engineering design are changing a society mindset from "Not in My Backyard Syndrome" into "responsibility of my own waste". Concepts of waste management offered by external parties should go through strict selection procedures. A tender should be held by the administration to select offers made by private technology providers. Bidding should not be concerned with the selection of different technologies but with the selection of different providers of one type of technology. The city administration can focus on appointing a professional private company that has extensive experiences in handling waste.
The selection process itself is governed by the National Government Regulation No. 67. of 2005 on the Cooperation between the Government and Business Entities in the Provision of Infrastructures. An ideal waste management is an integrated system of collecting, sorting and processing garbage starting from the collection all through the garbage dump sites. In order to support such integrated system, waste infrastructures and facilities should be arranged differently according to types of waste. Different containers and means of transportation should be used. Garbage trucks should be properly serviceable to prevent waste water (leachate) dripping all the way to .the dump sites, a problem the city is currently struggling to deal with.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20690
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Osriman Oesman
"ABSTRAK
Sektor kelistrikan merupakan salah satu bidang usaha yang tergolong
atraktif, selain sifatnya yang dapat dikatakan vital bagi suatu negara juga termasuk
sektor ekonomi yang mendukung sektor-sektor lainnya. Bagi Indonesia sendiri
sektor ini menjadi salah satu prioritas yang harus terus dibangun, agar mampu
mengimbangl lajunya pembangunan nasional.
Dunla usaha terutama kalangan swasta mengalami terjadinya perubahan
kebijakan pemerintah dalam pengaturan masalah kelistrikan ini, momentum penting
yang terjadi adalah diijinkannya swasta menggarap proyek-proyek yang kita kenal
sebagai listrik swasta. Berbagai peraturan dan kebijakan diterbitkan pexnerintah
untuk mendorong pertumbuhan sektor ini dan menanggulangi masalah kekurangan
daya yang terjadi selama ini.
Kondisi ini merubah lingkungan usaha dan pasar yang makin terbuka
mernaksa para pelaku pasar untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap
sategi bisnisnya, agar tetap mampu bersaing dan survive.
PTSI sebuah perusahaan joint venture yang bergerak dalam industri peralatan
kelistrikan ini menjadi obyek yang dianalisa, situasi perusahaan ini yang sedang
tumbuh dan mengembangkan usahanya tidak lepas dan terpaan ketatnya
persaingan dan gejolak perubahan lingkungan usaha yang digeluti.
Analisa karya akhlr ini dimulal dan analisa lingkungan usaha/ industri,
Ingkungan internal, analisis SWOT dan anailsis pemilihan strategi balk secara
korporasi ¡naupun unit bisnis. Data-data dan informasi yang dijadikan dasar dalam
pembahasan yang dilakukan merupakan data dan informasi resmi balk dan instarisi
pemerintah ataupun swasta serta dan para nana sumber perusahaan.
Pasar Indonesia merupakan sebagian pasar regional atau pasar ASEAN, atau
pasar Asia, yang pada dekade ini dan juga untuk dekade depan diramalkan tetap
menjadi pusat gravitasi pasar dunia, karena pertumbuhaninya yang pesat jauh diatas
negara-negara industri dan negara lainnya.
Mengelola penyesuaian dalam strategi merupakan tantangan tersendiri bagi
PTSI yang merencanakan untuk menjadi salah satu perusahaan terdepan dalam
sektor kelistrikan ini di Indonesia. Pada bagian akhir tulisan ini disajilcan beberapa
kesimpulan serta saran-saran yang dapat menjadi pilihan bagi pengambilan
keputusan lebth lanjut.
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Pamiarsih
"ABSTRAK
GSM masih tercatat sebagai sistem jaringan seluler paling laris saat ini. GSM Association memperkirakan angka user jaringan GSM pada akhir 2003 nanti di dunia akan mencapai 1 miliar yang berarti 1/7 dari total seluruh penduduk bumi. Hal ini berarti bahwa 1 dari 7 orang di dunia memanfaatkan jaringan GSM.
Di Indonesia sendiri, peningkatan jumlah pelanggan ponsel berbasis GSM ini terlihat tiap tahunnya kecuali pada 1998 sebagai dampak dari krisis moneter. Hingga pada tahun 2002, operator seluler berbasis GSM menguasai 98% pangsa pasar seluler sementara AMPS hanya sekitar 2%. Kesuksesan ponsel GSM semakin terlihat pada akhir tahun 2002 ditandai dengan jumlah pelanggan fix line sebesar 8 juta pelanggan dapat dilampaui oleh pelanggan ponsel sekitar 11 juta pelanggan. Telepon seluler tumbuh rata-rata 57% per tahun, sedangkan telepon tetap berkisar 15-20% per tahun. Perkembangan jumlah pelanggan ponsel ini diperkirakan akan terus bertambah mengingat pasar yang tersedia masih banyak yang belum terlayani. Melihat angka penetrasinya yang masih rendah, yaitu hanya sekitar 5-6% dari jumlah penduduk sekitar 210 juta jiwa, diperkirakan pelanggan ponsel masih dapat mencapai sekitar 20 juta pelanggan.
PT. Indosat akan menggabungkan secara merger vertikal PT. Satelindo dan 1M3 yang akan dilakukan selama 2 tahun. Restrukturisasi ini ditargetkan untuk membantu operator seluler dalam Indosat Group merealisasikan peningkatan basis pelanggan dan daya saing. Salah satu misi dari manajemen baru Indosat adalah menjadikan Indosat sebagai penyelenggara jaringan dan jasa terpadu yang berfokus pada seluler. PT. Telkomsel sebagai market leader di bisnis seluler ini akan terns berupaya untuk mempertahankan statusnya dan terus meningkatkan jumlah pelanggannya. Saat ini pesaing terdekat adalah PT. Satelindo, meskipun dalam jumlah pelanggan, Telkomsel masih 2 kali
jumlah pelanggan Satelindo. Akan tetapi dengan rencana PT. Indosat untuk menggabungkan
Satelindo dan IM3 membuat peta persaingan antara PT. Telkomsel sebagai anak perusahaan
PT.Telkom dengan dua anak perusahaan PT. Indosat tersebut semakin meruncing. Perubahan persaingan ini membuat PT. Telkomsel perlu mengembangkan strategi pemasarannya, salah satunya strategi promosi sebagai sarana berkomunikasi kepada konsumen. Pada akhimya tujuan final yang akan dicapai . adalah mempertahankan market leader dan penguasaan terhadap pasar.
Hasil analisis diketahui bahwa brand equity produk PT. Telkomsel terlihat pada tingginya brand awareness konsumen terhadap simPATI dan kartuHALO yang merupakanproduk paling popular digunakan konsumen sebagai kanu utama. PT. Telkomsel juga memiliki asosiasi paling positif di segala aspek dibanding pesaing-pesaing lainnya, terutama menyangkut coverage area yang merupakan atribut terpenting bagi konsumen. Produk PT. Telkomsel juga menjadi brand preference utama oleh para konsumen. Pelanggan Telkomsel juga memiliki brand loyalty yang kuat terlihat pada hanya sebagian kecil dari para pelanggannya yang memilih produk kartu seluler operator lain jika berkesempatan mengganti kartu yang dipakai saat ini.
Meskipun posisi PT. Telkomsel saat ini sudah dalam keadaan terbaik dibanding para pesaingnya, namun mengingat tingkat persaingan yang semakin korripetitif, dan posisi Indosat Seluler juga semakin mendekati PT. Telkomsel, maka tidak ada kata berhenti untuk berinovasi bagi PT. Telkomsel jika ingin tetap menjadi market leader dan perusahaan dominan di bisnis seluler di Indonesia.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>