Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 84734 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amie Firshanti
"ABSTRAK
Diabetes mellitus adalah penyakit kronis dimana tubuh tidak mampu memproduksi atau memanfaatkan hormon insulin secara optimal (Taylor, 1999), sehingga beipotensi mengakibatkan berbagai komplikasi. Ada tipe diabetes tertentu, yaitu diabetes tipe I, yang menyerang anak-anak dan remaja. Regimen penanganan diabetes tipe I intinya meliputi 3 aspek, yaitu suntikan insulin, diet (pengaturan makanan), dan olah raga. Regimen penanganan diabetes sangat rentan terhadap perilaku ketidakpatuhan, dimana pasien tidak menjalankan regimen dengan tepat atau tidak sama sekali (DiMatteo & Martin, 2002). Tingkat ketidakpatuhan tertinggi terjadi pada kelompok usia remaja karena regimen diabetes dapat bertentangan dengan tugas perkembangan remaja. Menurut Charron-Prochownik dan Becker (1998), ada 2 faktor utama yang berpengaruh positif terhadap kepatuhan remaja pengidap diabetes, yaitu faktor psikososial dan faktor kognitif. Faktor psikososial meliputi keterlibatan orang tua dalam regimen, fungsi keluarga, dan dukungan sosial. Sedangkan faktor kognitif meliputi kematangan kognitif, pengetahuan, sikap dan kepercayaan (belief) tentang kesehatan, dan self-efficacy. Karena keterbatasan waktu dan rumitnya meneliti keadaan psikososial di sekitar pengidap, maka penelitian ini akan lebih memfokuskan pada faktor-faktor kognitif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berperan dalam kepatuhan remaja pengidap diabetes tipe I. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara dan observasi terhadap 3 orang remaja berusia 10-19 tahun yang mengidap diabetes tipe I. Hasil penelitian ini adalah bahwa dukungan sosial, sikap dan kepercayaan tentang kesehatan, serta self-efficacy merupakan faktor-faktor dominan yang mempengaruhi kepatuhan remaja pengidap diabetes. Penelitian ini menunjukkan pentingnya peran keluarga dan teman-teman pengidap, perlunya pengidap mengembangkan sikap dan kepercayaan yang positif terhadap regimen dan perlunya meningkatkan self-efficacy dalam mematuhi regimen."
2004
S3376
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Evanytha
"Penelitian ini ingin melihat ada tidaknya pengaruh komponen Health Belief Modal dan dukungan social terhadap kepatuhan medis pada individu pengidap hipertensi. Komponen HBM meliputi persepsi keparaha, persepsi kerentanan, ersepsi manfaat, persepsi hambatan dan isyarat bertindak. HBM digunakan sebagai model teoritik karena merupakan model yang dianggap paling baik untuk menjelaskan kepatuhan medis.
Subyek penelitian ini adalah 52 pria dan wanita yang mengidap hipertensi minimal satu tahun, berusia 40 sampai 65 tahun, berpendidikan minimal SMA dan merupakan pasien rawat jalan di RSCM. Penelitian ini menggunakan kuesioner tertulis dan wawancara untuk memperoleh data penelitian. Ada tiga kuesioner yang digunakan, yaitu kuesioner yang mengukur komponen HBM, kuesioner dukungan sosial dan kuesioner kepatuhan medis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi hambatan dan persepsi kerentanan berpengaruh terhadap kepatuhan medis 17% varian kepatuhan medis bisa dijelaskan oleh variabel persepsi hambatan. 26% valian kepatuhan medis bisa dijelaskan oleh variabel persepsi hambatan dan persepsi kerentanan. Variabel bebas lain, yaitu persepsi keparahan. persepsi manfaat, isyarat bertindak dan dukungan sosial tidak berpengaruh terhadap kepatuhan medis.
Mengenai persepsi keparahan, sebagian besar subyek mempersepsi keseriusan dampak hipertensi terhadap kondisi fisik dan psikologis, namun tidak banyak subyek yang mempersepsi keseriusan dampak hipertensi terhadap kelancaran kegiatan sehari-hari. Mengenai perspektif kerentanan, mayoritas subyek mempersepsi dirinya rantan terhadap hipertensi yang lebih parah bila tidak minum obat hipertensi, merokok, mengkonsumsi makanan yang tinggikadar garam dan kolestarolnya serta tidak berolahraga secara teratur. Mayoritas subyek mempersepsi manfaal menja!ankan naslhat medis untuk menanggulangi hipertensi. Mengenai persepsf hambatan, hanya sebagian kecil subyek yang menyatakan terganggu dengan efek samping obat hipertensi. Faktor ekonomi tampaknya tidak menjadi kendala ulama. mungkin karena adanya program Askes. Sumber informasi utama mengenai hipertensl adalah dokter. Hanya sebagian kecil subyek yang memperoleh banyak informasi dari media massa, perawat dan seminar kesehatan. Mayoritas subyek menyatakan keluarga memperhatikan kesehatan mereka, ada orang yang dapat diajak berdiskusi mengenai hipertensi. Hanya sedikit subyek yang menjadi anggota kelompok pemerhali masalah~masalah hipertensi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan pentingnya penerapan perspektir biopsikososial dalam penanggulangan penyakit (hipertensi) dengan memahami kondisi sehat dan sakit sebagai konsekuensi dari saling keterkaitan antara faktor biologis. psikologis dan social."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Aristiani
"ABSTRAK
Gaya hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok, minum-minuman beralkohol serta mengkonsumsi makanan yang berlemak tinggi dan berserat rendah dapat memicu terjadinya kanker. Menurut perkiraan Departemen Kesehatan, jumlah penderita kanker serviks di Indonesia hingga saat ini ada sekitar 200 ribu kasus setiap tahunnya. Kanker serviks
cenderung menyerang wanita-wanita setengah baya (middle age) atau yang usianya sudah di atas 45 tahun. Penyebab terjadinya kanker serviks hingga saat ini belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhinya, dua diantaranya adalah menikah di usia muda dan memiliki banyak anak. Dampak penyakit kanker serviks dapat mempengaruhi aspek fisik dan psikologis penderitanya. Menurut Kubler-Ross ada beberapa tahap reaksi yang biasa dialami pasien-pasien penyakit terminal dalam menghadapi kematiannya. Penelitian ini dilakukan untuk mendapat gambaran mengenai reaksi penderita kanker serviks
terhadap penyakitnya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan data diperoleh melalui metode wawancara dan observasi. Hasil penelitian pada 3 orang subyek: Subyek ke-1, ibu L berusia 60 tahun, menikah pada usia 20 tahun dengan 5 orang anak, sudah menopause, bekerja sebagai pedagang. Menderita kanker serviks stadium II B dengan gejala klinis kelelahan, keputihan dan pendarahan sentuh. Hampir semua tahap reaksi Kubler-Ross telah
dialami oleh subyek ke-1, kecuali tahap penerimaan.
Subyek ke-2, ibu S berusia 40 tahun, menikah pada usia 23 tahun dengan 3 orang anak, belum menopause, ibu rumah tangga. Menderita kanker serviks stadium II A dengan gejala klinis keputihan dan pendarahan sentuh. Subyek ke-2 mengalami semua tahap reaksi Kubler-Ross, kecuali tahap penerimaan. Subyek ke-3, berusia 63 tahun, menikah pada usia 18 tahun dengan 8 orang anak, telah menopause, bekerja sebagai tukang cuci pakaian dan memasak. Belum lama ini, subyek ke-3 kehilangan suaminya yang meninggal akibat kanker prostat. Subyek ke-3 menderita kanker serviks
stadium IV A dengan gejala klinis keputihan, pendarahan spontan, nyeri di bagian pernt dan pinggang. Subyek ke-3 mengalami semua tahap reaksi Kubler-Ross. Dari penelitian ini diketahui bahwa tidak semua subyek mengalami kelima
tahap reaksi Kubler-Ross, dan umumnya semua subyek yang menderita kanker serviks memiliki lebih dari 2 orang anak, bahkan diantara mereka ada yang menikah di usia muda (18 tahun). Semua subyek mengalami gejala klinis keputihan dan pendarahan sentuh atau spontan. Saran, sebaiknya setiap wanita menghindari faktor-faktor resiko penyebab kanker serta segera lakukan pemeriksaan dini bila merasakan gejalagejala kanker. Dukungan sosial dari keluarga, teman, staf medis dan masyarakat dapat memotivasi para penderita kanker serviks untuk menghadapi penyakitnya. Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian terhadap pasien rawat inap, sebaiknya meminta izin untuk meminjam ruang khusus (jika ada), serta mempersiapkan diri sebelum melakukan proses wawancara."
2004
S3505
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liem, Andrian
"Jumlah remaja yang mencoba rokok di Indonesia semakin tinggi dan usia kali pertama mencoba juga semakin dini. Penelitian ini ingin menjawab pertanyaan “Siapa atau apakah yang menjadi pendorong utama remaja Indonesia, khususnya di Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta, untuk merokok?” menggunakan Teori Pengaruh Triadis (lingkungan budaya, situasi sosial, dan personal). Penelitian ini hanya berfokus pada pengaruh agen lingkungan budaya (media massa) dan situasi sosial (keluarga dan teman). Sebanyak 390 remaja menjadi sampel dan diambil dengan convenience sampling yang berasal dari 12 SMP di DI Yogyakarta. Rerata usia subjek adalah 14 tahun dengan komposisi putra:putri adalah 55,6%:44,4%. Data dikumpulkan melalui kuesioner anonim yang terdiri dari tujuh bagian. Analisis data dilakukan dengan statistik deskriptif, tes Chi Square, dan regresi logistik. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa teman memiliki pengaruh paling kuat terhadap perilaku merokok remaja DI Yogyakarta dibandingkan dengan media massa dan keluarga. Di antara berbagai sub-agen media massa, bukanlah televisi melainkan billboard yang lebih berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja. Pengaruh orang tua tidak lebih besar secara signifikan dibandingkan saudara kandung dan anggota keluarga lain terhadap perilaku merokok remaja. Teman sekolah tidak lebih berpengaruh secara signifikan dibandingkan teman di lingkungan rumah dan teman selain di sekolah dan lingkungan rumah terhadap perilaku merokok remaja. Berdasarkan hasil temuan tersebut, usulan intervensi yang dapat diterapkan adalah denormalisasi konsumsi rokok dan intervensi yang berdampak sistemik, seperti peningkatan harga rokok, pembatasan iklan dan promosi, serta regulasi penjualan rokok.

The number of youth who try smoking is increasing, and the onset is getting earlier. This study tries to answer “Who or what are the main reasons of smoking for Indonesian adolescents, especially in DI Yogyakarta?” through Theory of Triadic Influences (cultural environment, social situation, and biology/personality). Current studies have focused nly on cultural environment (mass media) and social situation (family and friends) influence. The sampling was conducted through convenience sampling method to 390 adolescents from 12 junior high schools in DI Yogyakarta. The average age of the subjects is 14 years old, with male to female ratio 55.6%: 44.4%. The data were collected through anonymous questionnaires consisting of seven parts. Descriptive analysis was applied to the collected data by means of Chi Square test and logistic regression. The result showed that friends’ influence was the strongest compared with mass media and family to adolescents’ smoking behavior. Among several sub-agents of mass media, it was not television but billboards that had stronger influence. Parents’ influence was not significant compared with siblings and other family members. School friends’ influence was not significant compared with friends from school and other friends. Based on the findings, the applicable proposed interventions are denormalization of cigarette consumption and systematic intervention, such as raising the tobacco price, limiting advertisement and promotion, also regulating tobacco sales."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Nurul Haq
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran tingkat stres kerja dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres kerja pada petugas pemadam kebakaran di Suku Dinas Penanggulan Kebakaran dan Penyelamatan Kecamatan Matraman. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif dengan design penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Suku Dinas Penanggulan Kebakaran dan Penyelamatan Kecamatan Matraman pada Maret – Juni 2020. Besaran sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 53 responden. Variabel dependen dari penelitian ini adalah stres kerja dan variabel independen dari penelitian ini adalah beban kerja, desain kerja, jadwal kerja, peran dalam organisasi, pengembangan karir, hubungan interpersonal, dan home-work interface. Pengambilan data primer dilakukan dengan pengisian kuesioner COPSOQ untuk faktor psikososial dan PSS untuk stres kerja dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 31 petugas pemadam (58,5%) mengalami stres sedang. Terdapat hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan stres kerja (p = 0,019), ada antara hubungan interpersonal dengan stres kerja (p = 0,004), tidak ada hubungan antara desain kerja dengan stres kerja (p = 0,070), tidak ada hubungan antara jadwal kerja dengan stres kerja (p = 0,501), tidak ada hubungan antara peran dalam organisasi dengan stres kerja (p = 0,948), tidak ada hubungan antara pengembangan karir dengan stres kerja (p = 0,983), tidak ada hubungan antara home-work interface dengan stres kerja (p = 0,683). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa beban kerja dan hubungan interpersonal merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada petugas pemadam di Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Kecamatan Matraman.

This study aimed to determine the factors related to work stress among firefighters. This study is a cross-sectional study with quantative and qualitative methods. The sample in this study were 53 firefighters. The dependent variabel is work stress and the independent variabels are workload, work design, work schedule, role in organization, career development, interpersonal relationship at work, and home-work interface. The instrument used in this study are Copenhagen Psychosocial Questionnaire III (COPSOQ III), Perceive Stress Scale (PSS) and interview. The findings revealed, 58,5% firefighters experienced moderate stress. While the variables that related to work stress are workload (p = 0,019) and interpersonal relationship at work (p = 0,004). The variables that not related to work stress are work design (p = 0,070), work schedule (p = 0,501), role in organization (p = 0,948), career development (p = 0,983), and home-work interface (p = 0,683). The study therefore concludes that workload and interpersonal relationship at work are the factors related to work stress in firefighters."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nimas Nurul Nawangwulan
"ABSTRAK
Kanker merupakan salah satu penyakit yang membahayakan karena dapat merenggut nyawa seseorang yang terkenanya. Tidak ada jawaban sederhana menyangkut apa yang sesungguhnya menyebabkan kanker. Zat-zat kimia beracun dalam radiasi, kemoterapi dan pengkonsumsian zat-zat karsinogenik penyebab kanker yang di temui dalam makanan (Sheridan dan Radmacker, 1992; Teo 2003). Faktor lain seperti lingkungan dan gaya hidup seseorang juga dapat menimbulkan kanker sekitar 90 % (Greenwald dan Sondik, 1986 dalam Sheridan dan Radmacker, 1992). Terlebih lagi, stress dapat menurunkan kekebalan tubuh kita sehingga memperbesar kemungkinan munculnya kanker (Teo, 2003). Pengobatan kanker yang terbaik adalah pengobatan yang di lakukan pada stadium dini yaitu ketika kanker belum menjalar luas di tubuh penderitanya. Oleh karena itu, pengambilan keputusan dengan kualitas baik menjadi sangat penting agar jenis pengobatan tersebut dapat di sesuaikan dengan kondisi penderita. Proses pengambilan keputusan pengobatan pada penderita kanker usia dewasa ini dianalisa berdasarkan teori Model of Emergency Decision Making (Janis dan Mann, 1979) yang di kaitkan dengan faktor-faktor lain yang berperan, seperti kontrol diri, otonomi diri, keterlibatan diri, kesempatan untuk terlibat, perolehan informasi, peranan dan pengaruh orang tua penderita kanker yang terankum dalam bagan kerangka berpikir (Bergsma, 2002; Haes dan Koedoot, 2003; Dodd dan Ahmed, 1987; Davidson, dkk., 1999; Kem, 2002). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai proses pengambilan keputusan pengobatan pada penderita kanker usia dewasa muda Mengingat masalah penelitian yang di bahas membutuhkan penghayatan individu dan tergolong sensitif, maka peneliti menggunakan metode kualitatif. Dalam penelitian ini subjek yang di gunakan sebanyak empat orang dan tidak di batasi oleh jenis kelamin penderita kanker, tingkat stadium kanker, dan jenis kanker dengan alasan perbedaan-perbedaan tersebut dapat memperkaya hasil penelitian. Dari data yang di peroleh, Bagan II yang menjelaskan Model of Emergency Decision Making yang di kaitkan dengan faktor-faktor lain yang berperan dapat sejalan dengan proses pengambilan keputusan pengobatan pada penderita kanker usia dewasa muda (subjek S dan R) meskipun mereka memiliki hambatan-hambatan yang berbeda. Pada akhirnya kedua subjek penelitian ini dapat mengatasi masalah proses pengambilan keputusan pengobatan secara efektif terlihat dari munculnya sikap kewaspadaan dalam menentukan keputusan pengobatan yang mereka jalani. Hasil penelitian ini di harapkan dapat berguna bagi penderita kanker dalam mengatasi masalah-masalah yang muncul akibat kanker, khususnya dalam proses pengambilan suatu keputusan jenis pengobatan. Berikutnya, jjenelitian ini berguna bagi orang tua penderita kanker di harapkan memperoleh gambaran mengenai dukungan yang berdampak positif dan negatif pada penderita kanker. Terlebih lagi, di harapkan orang tua mengetahui hal-hal yang secara tidak sengaja dapat di katakan tidak mendukung penderita kanker dalam menjalani kesehariannya beijuang melawan kanker. Disamping itu, penelitian ini dapat di kembangkan lebih lanjut dengan menambah responden penelitian dan mengikutsertakan dokter beserta para medis untuk di wawancara, sehingga informasi di peroleh dari tiga sudut pandang yang berbeda."
2005
S3514
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Iqbal Satria
"Studi terror management theory yang selama ini telah dilakukan terkait aktivitas ekonomi dalam meredam kecemasan terhadap kematian menunjukkan adanya pertentangan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mengumpulkan dan menyimpan banyak harta kekayaan, khususnya uang itu sendiri, dapat menurunkan kecemasan terhadap kematian. Namun di lain sisi memberikan uang kepada orang yang membutuhkan juga mampu meredam kecemasan terhadap kematian. Pertanyaan yang muncul dari sini, manakah aktivitas ekonomi yang lebih efektif dalam menurunkan kecemasan terhadap kematian, apakah menyimpan uang, dilihat dengan tingkah laku menabung, atau memberikan uang kepada orang yang membutuhkan, dilihat dengan tingkah laku donasi. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Hipotesis penelitian ini adalah bahwa ide menabung akan lebih efektif dalam menurunkan kecemasan terhadap kematian dibandingkan ide mengenai tingkah laku donasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis penelitian ditolak, dan tidak terdapat pengaruh manipulasi aktivitas ekonomi pada kecemasan terhadap kematian, F(2,100) = 2,154, p = 0,12. Tidak adanya pengaruh manipulasi aktivitas ekonomi pada kecemasan terhadap kematian dijelaskan oleh pola aktivitas ekonomi partisipan yang cenderung tinggi pada konsumsi serta religiositas.

Study of terror management theory that has been done related economy activity in reducing death anxiety indicate a contradiction. Several studies have shown that collecting and storing many assets, especially money itself, can reduce death anxiety. But on the other hand gives money to people who need also able to reduce death anxiety. The question that arises from here, Which economy activity is more effective in reducing death anxiety, whether to save money or give money to people in need. This study aims to answer this question.
The hypothesis of this study is that the idea of saving will be more effective in reducing death anxiety compared to the idea of donation behavior. The results showed that the hypothesis is rejected, and there is no effect of the manipulation of economy activity in the anxiety of death, F (2,100) = 2.154, p = 0.12. The lack of effect of the manipulation of economy activity in the death anxiety is explained by the pattern of economy activity participants are likely to be high on consumption and religiosity.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56212
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Tsania Zhuhra
"Pendahuluan: Pendidikan di fakultas kedokteran terjadi di lingkungan yang memiliki tekanan lebih tinggi dibandingkan jurusan atau fakultas lain. Mahasiswa kedokteran tahun pertama membutuhkan proses adaptasi dalam menjalani kehidupan akademik, sosial, perubahan pribadi dan emosional, serta keterikatan dengan universitas agar dapat bertahan dan melanjutkan pendidikan dengan optimal. Saat ini, mahasiswa yang berasal dari generasi Z telah memasuki fakultas kedokteran dan memiliki perbedaan karakter jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya, terutama terkait pada penggunaan teknologi dan media sosial yang tinggi. Keterbatasan publikasi mengenai adaptasi mahasiswa kedokteran dan generasi Z di Indonesia menyebabkan diperlukannya  penelitian pada topik ini sebagai salah satu pertimbangan dan pemahaman pendidik di institusi pendidikan kedokteran untuk memberikan layanan dukungan dan pendidikan terbaik, sekaligus menjadi landasan kebijakan yang dapat membantu mahasiswa bertahan serta mencapai potensi maksimal dalam keberlangsungan pendidikan mereka. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pemilihan responden penelitian dilakukan dengan metode maximum variation sampling. Sebanyak tujuh focus group discussion dan dua wawancara mendalam dengan mahasiswa dilakukan untuk mengeskplorasi proses adaptasi dan faktor yang memengaruhinya. Enam wawancara mendalam dengan dosen dan studi dokumen dilakukan untuk triangulasi data. Hasil penelitian: Hasil penelitian menunjukkan proses adaptasi kehidupan kampus mahasiswa kedokteran generasi Z di tahun pertama berlangsung dalam tiga aspek yakni akademik, sosial, dan pribadi-emosional. Adaptasi ini dipengaruhi oleh existing factors dan supporting factors. Existing factors terdiri atas karakter yang dimiliki mahasiswa berupa karakter bawaan dan karakter terkait generasi Z, kondisi mental, karakteristik demografik, pengalaman pendidikan sebelumnya, dan dukungan sosial. Supporting factors terdiri atas aplikasi teknologi, metode pembelajaran kreatif, reflektif, dan partisipasi langsung, umpan balik konstruktif, perbaikan sistem pendidikan, perbaikan fasilitas, perbaikan cara mengajar, dan students well-being. Simpulan: Proses adaptasi kehidupan kampus mahasiswa kedokteran generasi Z di tahun pertama melibatkan serangkaian faktor yang terkait dengan keunikan karakter generasinya, keterlibatan teknologi, serta tantangan budaya daerah dan budaya institusi. Hal ini membutuhkan kesiapan dari fakultas kedokteran untuk memberikan dukungan pada mahasiswa agar adaptasinya berjalan optimal dalam aspek akademik, sosial, dan pribadi-emosional.

Introduction: The pressure of medical schools environment is higher than other faculties. First year medical students need adjustment process to undergo their academic  life, social relationship, personal-emotional changes, and attachment to their university to sustain their college life and continue their optimal education. Gen Z medical students recently enter medical school with different  characters than other generations, especially the  frequent use of technology and social media. There are limited studies about college adjustment of medical students and gen Z in Indonesia. This study aims to explore college adjustment process of gen Z medical students in their first year and its contributing factors to gain faculty's understanding in making educational decisions and best educational support for students. Furthermore, faculty could use the data as one of decision basis to help gen Z medical students continue their education and achieve their maximum potentials. Method: This is a qualitative study with phenomenological approach. Maximum variation sampling method was held in respondent's selection process. Exploration of college adjustment process and its contributing factors was conducted through seven focus group discussions and two in-depth interviews. In-depth interviews with lecturers and documents study were conducted as triangulation process. Result: This study shows college adjustment process of first year gen Z medical students in three aspects: academic, social, and personal-emotional adjustment. Students' traits related to gen Z's profile and their own existing characters, mental condition, demographic characteristics, prior educational experiences, and social supports are the existing factors of college adjustment. The supporting factors consist of application of technology in learning, creative-reflective studies and hands-on learning experiences, constructive feedback, improvement of learning facilities, learning system and curriculum, teaching methods, and students’ well-being. Conclusion: College adjustment process of first year gen Z medical students involves multisets of contributing factors related to gen Z's unique characters, involvement of technology,and challenges from regional and medical faculty's  culture. The readiness of medical faculty is needed to support the students gaining their optimum adjustments in academic, social, and personal-emotional aspects."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Ranti Rachmi
"Interaksi orang tua adalah salah satu prediktor perkembangan Theory of Mind (ToM), yaitu sebuah kemampuan sosial kognitif yang penting bagi kehidupan sosial anak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran interaksi ayah, khususnya Mental State Language (MSL), terhadap perkembangan ToM pada anak usia 5 – 7 tahun. MSL diukur dengan inventori Mental State Language Ayah yang diadaptasi dari Maternal Mental State Input Inventory milik Peterson dan Slaughter (2003), dan ToM anak diukur dengan ToM Scale milik Wellman dan Liu (2004), Peterson et al., (2012), serta Perner dan Wimmer (1985). 120 pasangan ayah dan anak dari SES menengah ke atas menjadi bagian dari penelitian ini. Kontras dengan penelitian sebelumnya, studi ini menemukan bahwa MSL Ayah tidak berperan terhadap perkembangan ToM anak usia 5-7 tahun. Studi ini juga menemukan urutan perkembangan ToM yang berbeda, berupa Diverse Desire, Hidden Emotion, Sarcasm, Diverse Belief, Knowledge Access, False Belief, dan 2nd Order ToM.

Parental Interaction is one of the strong predictors of Children’s Theory of Mind Development, a social cognitive skill that affects children’s social life. This study invastigates whether father’s Mental State Language (MSL) has a role toward children’s ToM in age 5 to 7 years old. Father’s MSL measured by MSL Inventory which is adapted from Maternal Mental State Input Inventory (MMSI) (Peterson & Slaughter, 2003), and children’s ToM measured by ToM Scale (Wellman & Liu, 2004; Peterson et al., 2012; Perner & Wimmer 1985). 120 pairs of father and child from middle to high SES participated in this study. Contrast with the preliminary studies, this study suggests that fathers MSL have no role toward ToM in children 5 to 7 years old. This study also found that the childrens ToM developmental order differs from other studies, in the following order: Diverse Desire, Hidden Emotion, Sarcasm, Diverse Belief, Knowledge Access, False Belief, and 2nd Order ToM."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>