Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160275 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ani Widyasari Soeyitno
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3173
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Ferdayanti
"Stres merupakan kondisi yang timbul karena adanya tuntutan situasi di luar kemampuan seseorang. Waria termasuk dalam kategori transeksual, dimana transeksual termasuk dalam gender identity disorder (Nevid, Rathus, Greene, 2000). Penyimpangan identitas gender adalah persepsi individu yanmg tidak konsisten terhadap anatomi biologisnya sebagai wanita atau pria (Kelly,2001). Jadi waria termasuk kondisi abnormal, sehingga orang disekitamya menuntut agar dia menjadi normal. Hal tersebut menyebabkan timbulnya stres pada waria. Pada penelitian meneliti sumber-sumber stres pada waria. Menurut Sarafino (2002) sumber stres ada tiga macam, yaitu sumber stres yang berasal dari diri sendiri, keluarga, dan komunitas serta masyarakat. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan menggunakan teknik incidental-purposive sampling. Peneliti menggunakan kuesioner sebagai alat ukur, yang berupa skala sumber stres, kuesioner tersebut dibuat oleh peneliti sebab belum ada alat ukur sumber stres, berdasarkan teori sumber stres Sarafino (2002). Subyek dalam penelitian ini adalah waria yang tinggal di Jabotabek, usia antara 22-40 tahun, dan lama menjadi waria minimal 2 tahun. Untuk menjawab hasil penelitian, pengolahan data menggunakan perhitungan mean item dan f-test dengan program SPSS 11.5 dan urutan/ranking. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa urutan pertama adalah sumber stres yang berasal dari komunitas dan masyarakat, urutan kedua sumber stres yang berasal dari keluarga, dan urutan terakhir adalah sumber stres yang berasal dari diri sendiri. Secara keseluruhan sumber stres tertinggi adalah dikejar atau ditangkap kamtib atau polisi. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3358
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Olivia Musdalifah
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3064
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lovell Sahat Thona
"Faktor terbesar sebagai penyebab kecelakaan pesawat udara adalah kesalahan manusia (Human Error) dimana pilot airline merupakan salah satu komponennya. Stres merupakan salah satu penyebab kesalahan yang banyak dilakukan oleh pilot dalam misi penerbangan. Agar dapat mengantisipasi dan mengatasi stres yang dialami oleh pilot airline maka diperlukan usaha untuk mengetahui dan memahami sumber-sumber penyebabnya terlebih dahulu.
Tujuan penelitian ini ialah untuk menemukan apa saja yang dinilai sebagai stresor oleh pilot airline khususnya yang bekerja di PT. Garuda Indonesia. Seluruh sumber stres tersebut dikelompokkan menurut penggolongan sumber stres pekerja dari Cooper (dalam Rice,1992) yaitu aspek kondisi kerja, aspek pengembangan karir, aspek organisasi, aspek fisik lingkungan kerja, aspek interpersonal dalam tugas dan aspek keluarga. Selanjutnya akan dilihat bagaimana peringkat stresor-stresor tersebut secara keseluruhan serta melihat perbedaannya diantara captain-piIot dan first- officer. Tipe penelitian ini adalah ex-post facto field study dimana pendekatannya bersifat kuantitatif dengan penggunaan alat ukur berupa kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek keluarga adalah sumber stres pilot airline yang paling utama dimana anak sakit adalah sumber stres peringkat I dan orangtua atau istri yang sakit adalah peringkat ke-Il. Stresor-stresor yang bersifat teknis merupakan sumber stres selanjutnya sedangkan stresor yang berkaitan dengan pengembangan karir seperti profifency-check merupakan sumber stres paling ringan. Hasil perhitungan t-test setiap aspek stresor antara captain-pilot dan first-officer memperlihatkan bahwa seluruh sumber stres yang berlaku untuk captain-pilot juga berlaku untuk first-officer.
Penelitian lanjutan diperlukan untuk mendalami proses timbulnya stres, khususnya mengapa kondisi-kondisi tertentu dinilai sebagai stresor dan kondisi-kondisi lain tidak. Untuk itu, sebaiknya dilakukan penelitian dengan metode pengambilan data berupa wawancara mendalam atau penelitian yang bersifat kualitatif. Selain itu mungkin diperlukan pengukuran dalam bentuk ranking berdasarkan penilaian subyektif pilot sendiri agar diperoleh gambaran tentang perbedaan ranking aspek-aspek sumber stres yang lebih akurat."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2713
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yayuk Handayani
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
S2438
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rivolinggo Pamudji
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2172
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3172
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feera Agustina Handiyani
"ABSTRAK
Sampai saat ini kontradiksi mengenai status pernikahan dan kaitannya
dengan stres kerja masih berlanjut. Begitu banyak penelitian yang menyatakan
bahwa mereka yang telah menikah dinilai lebih baik secara fisik maupun
psikologis, namun begitu banyak pula penelitian yang menyakana bahwa mereka
yang telah menikah cenderung mengalami beberapa keadaan yang malah dapat
memacu timbulnya stres kerja. Sementara itu penelitian mengenai individu yang
masih melajang juga mengalami kontradiksi. Contohnya Hurlock (1980) yang
menyatakan bahwa mereka yang melajang cenderung lebih konsentrasi terhadap
pekerjaan dan berhasil dalam jenjang karir. Sementara kontradiksi datang dari
beberapa peneliti diantaranya Newman & Newman (1990) yang menyatakan
bahwa mereka yang melajang kurang sukses dibandingkan mereka yang telah
menikah dan Gove (dalam Cooper & Payne, 1981) yang mengatakan bahwa
mereka yang melajang memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk
mengalami gangguan mental. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran stres keija pada
anggota Sat I / Gegana, dengan cara melihat sumber-sumber stres keija,
penghayatan, dan skor stres keija pada anggota yang sudah menikah dan anggota
yang belum menikah. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif.
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara incidental
sampling. Subyek penelitian ini adalah para anggota Sat I / Gegana yang bertugas
di markas Kelapa-Dua Depok dan berada di sana pada saat penelitian
berlangsung, serta tercatat aktif dalam menjalankan tugas di lapangan.
Subyek penelitian dibagi ke dalam dua kelompok yaitu menikah dan
belum menikah. Untuk pengambilan data dilakukan dengan pemberian kuesioner
berskala 1-6. Penyusunan item kuesioner didasarkan pada teori Abelson (dalam
Everly, Dusek, & Girdano, 1993).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak semua sub stressor dalam
dimensi stressor organisasi dialami atau dianggap sebagai sumber stres oleh para
anggota Sat I / Gegana. Sementara itu dalam penghayatannya, terdapat perbedaan
skor yang signifikan pada stressor organisasi. Penelitian juga menunjukkan
adanya perbedaan skor stres keija yang signifikan pada kedua kelompok subyek.
Penelitian ini masih memerlukan penelitian lanjutan dengan memperbaiki
alat ukur, yaitu menambah jumlah item kuesioner sehingga jumlah item pada tiap
dimensi stressor seimbang. Selain itu akan lebih baik bila jumlah subyek
penelitian diperbanyak dan dilakukan wawancara kepada beberapa subyek
penelitian untuk memperoleh data kualitatif yang cukup mendalam dan
mendukung hasil penelitian yang lebih baik."
2003
S3312
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Maura Saputra
"Telah diketahui bahwa stres merupakan salah satu faktor risiko terjadinya Temporomandilbular Disorders (TMD). Namun selama ini belum ada studi pada individu dengan stres kerja tinggi (misalnya akuntan).
Tujuan: Penelitian bertujuan untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan antara intensitas dan frekuensi stres kerja dengan terjadinya TMD pada usia produktif.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode potong lintang yang dilakukan pada 116 akuntan berusia 21-50 tahun di Jakarta. Subjek diminta mengisi dua jenis kuesioneir, yang pertama adalah Kuesioner Job Stress Survey (JSS) untuk mendiagnosis tingkat intensitas dan frekuensi stres kerja, yang kedua adalah Indeks Diagnostik TMD untuk mendiagnosis TMD. Kemudian dilakukan tabulasi silang antara tingkat intensitas dan tingkat frekuensi stres kerja dengan terjadinya TMD.
Hasil penelitian: Hasil uji Fisher’s Exact menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara intensitas stres kerja dengan terjadinya TMD pada usia produktif (p = 0,003). Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara frekuensi stres kerja dengan terjadinya TMD pada usia produktif (p = 0,032).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara intensitas stres kerja dan frekuensi stres kerja dengan terjadinya TMD pada usia produktif.

It is known that stress is one of the risk factor for Temporomandibular Disorders (TMD). But study on person with high level of job stress (for example accountants) has not been done.
Objectives: The aim of this study was to know the relationship between intensity and frequency of job stress and the occurrence of TMD in productive age.
Methods: A cross sectional study was performed towards 116 accountants aged 21-50 in Jakarta. The subjects were asked to fill two kinds of questionnaire, the first was Job Stress Survey questionnaire (JSS) to examine the intensity and frequency level of job stress, the other was TMD Diagnostic Index to assess the TMD. A cross tabulation was done between the intensity level and also the frequency level of job stress and the TMD occurrence.
Results: Fisher’s Exact test result showed that there was relationship between intensity of job stress and the occurrence of TMD in productive age (p = 0,003). Chi square test result showed that there was relationship between frequency of job stress and the occurrence of TMD in productive age (p = 0,032).
Conclusion: There is relationship between intensity and frequency of job stress and the occurrence of TMD in productive age.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krisma Adiwibawa
"ABSTRAK
Pilot merupakan pekerjaan dengan tingkat stres yang tinggi. Sebagai orang yang
memiliki tanggung jawab besar terhadap keselamatan penerbangan usaha untuk
mengurangi stres pada pilot perlu dilakukan karena dapat mengganggu kinerja
pilot. Psychological capital (PsyCap), yang terdiri dari self-efficacy, hope,
resiliency, dan optimism ditemukan berhubungan negatif dengan stres kerja
(Avey, Luthans, & Jensen, 2009). Di sisi lain, Cavanaugh, Boswell, Roehling, dan
Boudreau (2000) menemukan ada dua jenis stres kerja, yaitu stres kerja akibat
sumber stres yang menantang (challenge stressor) dan stres kerja akibat sumber
stres yang menghambat (hindrance stressor) yang disebut stres kerja dua dimensi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dan arah hubungan antara
PsyCap dan kedua dimensi dari stres kerja tersebut. Hasil penelitian ini
mendapatkan tidak ada hubungan yang signifikan antara PsyCap dan kedua
dimensi stres kerja. Meskipun demikian, komponen resiliency dari PsyCap
ditemukan memiliki hubungan negatif yang signifikan pada dimensi challenge
dan dimensi hindrance hindrance dari stres kerja

ABSTRACT
Pilot is a job with high stress level. As a personnel who has great responsibility
towards aviation safety, effort to reduce pilots’ stress needs to be done because
it can interfere with the pilots’ performance. Psychological capital (PsyCap),
which consists of self-efficacy, hope, esiliency, and optimism was found
negatively related to job stress (Avey, Luthans, & Jensen, 2009). On the other
hand, Cavanaugh, Boswell, Roehling, and Boudreau (2000) found there are two
types of job stress, stress caused by challenging stressors and stress caused
hindrance stressors, which is called two-dimensional job stress. This study
aimed to investigate the relationship and the direction of the relationship
between PsyCap and two dimensions of the job stress. The results of this study
showed that the relationship between PsyCap and both dimensions of job stress
was non-significant. However, resiliency as one component of PsyCap was
found to have a significant negative relationship with both dimension of job
stress."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57454
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>