Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 68064 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyuningtyas Tri Mahanani
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S2776
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johanna Nathalia D.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3084
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilia Patriani
"Adanya stereotipi yang menggambarkan bahwa manajer yang efektif sesuai dengan stereotipi maskulin merupakan penghalang bagi perempuan untuk memasuki posisi kepemimpinan. Hal tersebut menyebabkan perempuan enggan untuk memberanikan dirinya tampil agresif yang sebenarnya merupakan faktor yang berkaitan dengan efektivitas seorang pemimpin. Keengganan ini ditimbulkan oleh adanya keadaan fear of success. Fear of success adalah suatu karakteristik kepribadian stabil yang berkembang pada masa awal kehidupan sebagai hasil dari pembelajaran peran jenis kelamin. Perempuaan akan mempelajari peran jenis kelaminnya sesuai dengan standar yang terdapat dalam masyarakat. Gambaran tersebut akhirnya menyebabkan seorang perempuan akhirnya membatasi diri terhadap hal-hal yang dianggap dunia kaum pria, dan ketika menikah lebih berperan sebagai istri yang cakap mengurus rumah tangga dan melayani suami demi menyesuaikan diri terhadap harapan masyarakat.
Hal ini terjadi pula pada perempuan Batak yang hidup di dalam budaya Batak yang patrilineal dimana suatu kelompok kekerabatan dihitung berdasarkan satu ayah, satu kakek atau satu nenek moyang. Perempuan Batak sejak kecil diajarkan untuk sebaiknya aktif di dapur serta tidak punya andil dalam pengambilan keputusan karena tingginya pengakuan akan dominasi pria. Kepemimpinan dalam masyarakat Batak, baik di bidang adat, pemerintahan dan keagamaan di pegang oleh kaum pria. Pengaruh sosialisasi dan pemahaman tersebut, selanjutnya akan sangat berpengaruh bagi perkembangan pribadi perempuan Batak. Mereka cenderung tidak mengembangkan kemampuannya secara optimal demi menyesuaikan diri dengan harapan masyarakat. Akhirnya perempuan pun akan mengalami kesulitan pada saat ditempatkan pada posisi kepemimpinan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara fear of success dengan efektivitas kepemimpinan perempuan berlatar belakang budaya Batak. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik non-probability sampling dengan tipe Occidental sampling. Subyek penelitian adalah para pemimpin perempuan dengan batasan seseorang yang memiliki pengaruh terhadap orang lain atau kelompok, membantu seseorang yang memiliki pengaruh terhadap orang lain atau kelompok, membantu bawahan atau pengikutnya menetapkan tujuan bersama dan mencapai tujuan tersebut. Subyek penelitian adalah sebanyak 30 pemimpin, dimana setiap pemimpin akan dinilai oleh 3 orang pengikut atau bawahannya untuk menilai efektivitas kepemimpinannya. Pendidikan terakhir subyek minimal SLTA dan sebagai kontrol budaya dalam penelitian maka kedua orangtua subyek berasal dari suku Batak dan subyek masih menguasai bahasa daerah serta tinggal di kota Medan. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan skala 1-6 untuk alat ukur fear of success dan 1-4 untuk alat ukur efektivitas kepemimpinan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara fear of success dengan efektivitas kepemimpinan perempuan berlatar belakang budaya Batak. Hal yang sama juga terlihat pada dimensidimensi fear of success, kecuali pada dimensi social rejection. Ini berarti, semakin tinggi social rejection atau ketakutan akan penolakan sosial maka semakin tinggi efektivitas kepemimpinan perempuan berlatar belakang budaya Batak. Hal ini dapat teijadi karena penerimaan secara sosial adalah hal yang dianggap penting baginya sehingga munculnya ketakutan akan penolakan sosial selanjutnya dapat berpengaruh pada efektivitas kepemimpinannya. Penelitian ini masih membutuhkan penelitian lanjutan dengan sampel yang lebih besar dan spesifik, perbaikan pada alat ukur efektivitas kepemimpinan dan kontrol budaya yang lebih tepat."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
S3104
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Lumbang Tobing, Febry M.
"Kepemimpinan merupakan suatu proses di mana seseorang dalam kelompok mempengaruhi anggota kelompok lain yang diarahkan untuk mencapai tujuan kelompok yang spesifik (Yukl; dalam Baron & Byme, 1997). Bass (1990) mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan fenomena universal yang dihadapi oleh berbagai makhluk hidup. Pada kenyataannya, kesempatan perempuan untuk bisa menduduki posisi pemimpin lebih kecil dibandingkan dengan pria. Sekarang ini semakin bertambah jumlah kepala rumah tangga perempuan dengan penyebab yan bermacam-macam. Dengan menjadi kepala rumah tangga, maka perempuan harus dapat menjadi sumber nafkah utama, dan tanggung jawab lainnya sebagai kepala rumah tangga. Adanya kondisi seperti ini menyadarkan bahwa dibutuhkan usaha dan keija keras bagi pada perempuan dalam rumah tangga mereka masing-masing untuk menjalankan kehidupan rumah tangganya dengan baik. Dengan melihat kondisi bahwa perempuan tidak mendapatkan kesempatan untuk memjadi pemimpin sebanding dengan pria, maka dibutuhkan pengetahuan tentang kepemimpinan perempuan, yang dimulai dari lingkungan rumah tangga.
Permasalahan penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran karakteristik kepemimpinan perempuan dalam rumah tangga. Landasan teori yang digunakan adalah teori tentang kepemimpinan. Karakteristik kepemimpinan mencakup konsep tentang kepemimpinan, gaya kepemimpinan, efektivitas kepemimpinan. Khusus untuk teori gaya kepemimpinan, penelitian ini menggunakan teori gaya kepemimpinan transformasional yang merupakan gaya kepemimpinan yang biasa digunakan oleh perempuan (Rosener, 1990). Dalam proses transformasional, ada 3 cara yang dilakukan yaitu (1) meningkatkan level of awareness, (2) mengubah self-interest menjadi kepentingan untuk kelompok, dan (3) mengubah tingkat kebutuhan pada hierarki Maslow. Selain itu ada juga faktor-faktor transformasional yaitu karisma, intellectual stimulation, dan individualized consideration. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan metode pengambilan data wawancara dan observasi. Responden penelitian adalah perempuan kepala rumah tangga, yang diperoleh dengen cara mazimum varialion sampling berpatokan pada penggolongan kepala rumah tangga perempuan yang terdiri dari masing-masing 2 golongan pada golongan de jure dan de facto. Jumlah responden beijumlah 7 orang, dengan komposisi 1 orang berstatus cerai-mati, 1 orang yang tidak menikah, 2 orang status cerai-hidup, 2 orang suami migran, dan 1 orang dengan suami yang tidak berfungsi sebagai kepala rumah tangga.
Hasil penelitian ini adalah bahwa secara umum karakteristik kepemimpinan perempuan dalam rumah tangga adalah mengutamakan anak-anak. Hal utama yang termasuk di dalamnya adalah pentingnya pendidikan bagi anakanak, mengusahakan agar anak-anak dapat berkembang lebih baik, dan membina hubungan baik dengan anak-anak yaitu dengan menjadi teman bagi anak-anak. Gaya kepemimpinan perempuan dalam rumah tangga adalah transformasional walaupun ada juga yang menjalankan gaya kepemimpinan yang tidak sepenuhnya transformasional. Gaya transformasional yang dijalankan adalah menyadari bahwa pendidikan dan perkembangan bagi anak-anak merupakan hal yang penting, dan mengusahakan cara-cara untuk mencapai hal tersebut. Seorang kepala rumah tangga perempuan tidak bisa mengikuti keinginannya sendiri, tetapi harus menjadikan keinginannya sendiri menjadi kepentingan untuk anak-anak atau anggota rumah tangga yang lain, dan untuk rumah tangga secara keseluruhan. Gaya kepemimpinan lainnya yang dijalankan adalah memberikan semangat dan dukungan bagi anak-anak dalam menjalankan pendidikan, pekeijaan, dan kehidupan mereka, dan memperlihatkan diri mereka yang berwibawa. Selain itu kepala rumah tangga perempuan harus dapat menjadi sumber informasi bagi anak-anaknya atas pengetahuan yang mereka butuhkan. Hal-hal yang menjadi diskusi dan saran dari penelitian ini berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh adalah penelitian berikut tentang makna bekerja bagi kepala rumah tangga perempuan, dan hal-hal yang dapat mempengaruhi kepemimpinan dalam rumah tangga. Hendaknya jika akan dilakukan penelitian yang serupa pengambilan data dilakukan dengan lebih teliti dengan menyertakan observer selain interviewer."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3112
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yekti Mahardini
"Setiap organisasi dituntut untuk dapat menampilkan kinerja yang efektif dalam menghadapi persaingan di dunia keija. untuk mencapai organisasi yang efektif maka organisasi seringkah membutuhkan suatu implementasi akan perubahan (Robbins, 1990). Dalam hal ini, manusia adalah komponen penting dalam organisasi, yang berarti menjadi pelaksana keberlangsungan organisasi itu sendiri (Wood dalam Purwaningsiwi, 2002). Ketika dihadapkan dengan perubahan, masing-masing individu akan menampilkan berbagai macam respon yang berbeda, pemimpin menjadi faktor penting untuk menjadi figur yang dapat berperan sebagai model, penasehat dan pengawas (Hofstede dalam Ratulangie, 2002) dalam perubahan yang terjadi, kepemimpinan yang dapat memainkan peranan penting dalam mengkomunikasikan bagaimana perubahan dapat membawa individu kepada performa yang lebih baik adalah kepemimpinan transformasional.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran hubungan antara gaya kepemimpinan transformasional dengan sikap terhadap perubahan organisasi. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan untuk melihat gambaran penyebab sikap pegawai terhadap perubahan organisasi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif.
Penelitian dilakukan dengan tehnik pengambilan sampel purposive sampling. Subyek penelitian ini adalah pegawai dari PT. X dan PT. Y yang berjumlah 81 orang dengan kriteria: latar belakang pendidikan terakhir adalah SLTA dan telah bekerja minimal 2 tahun. Alat ukur yang digunakan untuk penelitian ini adalah kuesioner MLQform 5X untuk mengukur gaya kepemimpinan transformasional yang di adaptasi dari Bemard M. Bass dan Bruce J. Avolio (1991) serta kuesioner sikap terhadap perubahan organisasi yang dibuat berdasarkan teori Judson (2000), Hultman (1999) dan Galpin (1996). Gaya kepemimpinan transformasional mempunyai lima aspek, yaitu attributed charisma dan idealized influence, inspirational leadership, intelleclual stimulation dan individualized consideration. Tiap aspek ini akan dilihat hubungannya dengan sikap terhadap perubahan organisasi. Dari gambaran penyebab sikap pegawai yang terdiri dari penyebab tahu, penyebab mampu dan penyebab mau, akan dilihat hubungannya dengan sikap terhadap perubahan organisasi.
Dari perhitungan korelasi antar aspek gaya kepemimpinan transformasional, diperoleh hasil bahwa aspek-aspek tersebut saling berkorelasi secara signifikan dan dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek tersebut mengukur hal yang hampir sama. Oleh karena itu, peneliti hanya melakukan penghitungan pada gaya kepemimpinan transformasional secara keseluruhan saja. Hasil penelitian ini secara umum menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara gaya kepemimpinan transformasional dengan sikap terhadap perubahan organisasi. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi seorang atasan menunjukkan aspek-aspek kepemimpinan transformasional, tidak berarti akan menyebabkan semakin menerimanya seseorang (bawahan) dalam sikapnya terhadap perubahan organisasi. Secara khusus dari penelitian diperoleh bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara gaya kepemimpinan transformasional dengan sikap terhadap perubahan organisasi, berdasarkan masa keija lebih dari 10 tahun. Sehingga dapat dijelaskan bahwa semakin sering atasan menampilkan gaya kepemimpinan transformasional maka semakin tinggi penerimaan pada kelompok subyek dengan masa kerja lebih dari 10 tahun, terhadap perubahan organisasi.
Penelitian ini masih memerlukan penelitian lanjutan lainnya dengan memperbanyak subyek penelitian dan perbaikan pada adaptasi alat ukur MLQ form 5X, juga perbaikan pada kuesioner sikap terhadap perubahan organisasi. Selain itu masih diperlukan perbaikan dalam hal pengambilan data. Hal ini diharapkan dapat menunjang hasil penelitian yang lebih baik. Selain itu juga perlu dilihat faktor-faktor lain yang berhubungan dengan sikap terhadap perubahan organisasi."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
S3245
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Frieda Maryam Mangunsong
"Penelitian ini adalah mengenai efektivitas kepemimpinan perempuan pengusaha pada empat kelompok etnis di Indonesia yang diteliti melalui faktor intrapersonal, interpersonal dan kultural. Penelitian ini perlu dilakukan karena dengan mengetahui dan membuktikan faktor-faktor yang mendukung efektivitas kepemimpinan perempuan dapat dilakukan upaya?upaya peningkatan dan pengembangan perempuan pengusaha yang memimpin di dunia usaha. Subyek penelitian ini adalah pemimpin perempuan pengusaha yang berasal dari etnis Bali di Bali, Jawa di Jawa Tengah, Minangkabau di Sumatera Barat dan Batak di Sumatera Utara.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model yang diajukan sesuai (fit) untuk menjelaskan hubungan kausal antara efektivitas kepemimpinan perempuan dengan faktor intrapersonal, interpersonal dan kultural. Namun, dampak ketiga variabel laten eksogen tidak signifikan terhadap variabel laten endogen. Hasil lain menunjukkan bahwa bawahan mempersepsi pemimpin perempuan pengusaha dari empat kelompok etnis memiliki efektivitas kepemimpinan yang tinggi dan bergaya transformasional. Perlu studi lanjut dengan menggunakan parameter pengukuran yang lebih bermakna bagi efektivitas kepemimpinan perempuan, jumlah subjek lebih banyak pada tiap kelompok etnis, dan variasi dari bidang usaha yang diteliti.

This is a research about effectiveness of businesswomen leadership in four different ethnic groups in Indonesia. The effectiveness is measured in a condition where the leadership is supported by several factors, such as intrapersonal skills, interpersonal skills and culture. The subjects of this research are 216 female leaders of business units that consist of at least 10 employees, from Bali in Bali, Java in central Java, Minangkabau in West Sumatra and Batak tribes (Karo, Angkola, Mandailing) in North Sumatra.
The result of this research shows that the examination of hypotheses using the theoretical model consisting of intrapersonal factors (leadership intelligence, sex roles, educational background), interpersonal factors (assertiveness, leadership style and leadership behaviour), and culture (family, business environment, and cultural environment) can be used to explain leadership effectiveness, although the influence of the three factors above are not significant. Almost all business women have a transformational leadership style. A more meaningful parameter to measure female leadership effectiveness, a larger number of subjects in each ethnic group, and variations of business fields are suggested.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rayfienta Khairannisa Gummay
"Perempuan umumnya masih kurang terwakili dalam berbagai posisi dan bidang kepemimpinan. Fenomena mengenai terhambatnya perempuan dalam kepemimpinan biasa dikenal dengan istilah-istilah seperti glass ceiling, glass walls, atau labirin. Studistudi terdahulu telah menemukan bahwa perempuan masih menghadapi berbagai kendala dalam bidang pekerjaan yang bersifat strategis, salah satunya di bidang politik. Penelitian ini berusaha untuk memahami bagaimana perempuan mempersepsi peran dantanggung jawab pemimpin, nilai-nilai penting bagi pemimpin, serta bagaimana perempuan mengevaluasi diri dan menjelaskan kesediaannya menjadi pemimpin secara umum maupun di bidang politik. Melalui wawancara mendalam yang didukung dengan kuesioner Short Schwartz's Value Survey (SSVS), penelitian ini melibatkan 10 partisipan mahasiswi program sarjana yang memiliki pengalaman sebagai pemimpin level manajemen menengah di organisasi kemahasiswaan heterogen. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa partisipan mempersepsi peran pemimpin sebagai sosok yang membimbing para anggotanya untuk mencapai tujuan. Idealnya, pemimpin dianggap perlu untuk mementingkan orientasi tugas maupun orientasi hubungan, berkomunikasi secara terbuka dengan orang lain, menggunakan kekuasaan dengan bijaksana, serta memiliki citra yang baik. Para partisipan menyepakati nilai Benevolence dan Arah Diri sebagai nilai-nilai yang perlu menjadi prioritas utama bagi sosok pemimpin. Mereka cenderung memiliki penilaian diri yang positif dan meyakini bahwa gender perempuan bukan penghalang untuk menjadi pemimpin yang baik. Seluruh partisipan berminat dan bersedia untuk menjadi pemimpin di masa depan.Tetapi, mereka enggan untuk terlibat dalam kepemimpinan politik, yang dianggap telah menyimpang dari nilai-nilai yang mereka yakini. Bagi para partisipan, politikmerupakan bidang yang kotor dan tidak jujur. Penelitian ini turut menyarankan beberapa cara untuk mendukung partisipasi perempuan dalam kepemimpinan.

Women are generally still under-represented in various leadership positions and fields. This phenomenon is often associated with terms such as glass ceiling, glass walls, or labyrinth. Previous studies have found that women still had to encounter various obstacles within strategic fields, such as in politics. This research seeks to understand how women define the roles and responsibilities of leaders, the important values for leaders, and how they evaluate themselves and explain their willingness to become a leader in general and in politics. Through in-depth interviews supported by the Short Schwartz's Value Survey (SSVS) questionnaire, this research involved 10 female undergraduate students with previous experience as middle-management leaders in heterogeneous student organizations. From the results, we found that participants perceive the role of the leader as a person who guides its members to achieve their goals. Ideally, leaders are expected to consider the importance of task orientation and relationship orientation in their leadership, communicate openly with others, use their power wisely, and have a good public image. Participants also agreed on Benevolence and Self-Direction as top priority values for a leader. They tend to have a positive self- evaluation and believe that their gender as a female is not a barrier to become a good leader. All participants are interested and willing to become leaders in the future.However, they are reluctant to be involved in political leadership, which is consideredto have deviated from the values they believe in. Participants perceive the political field as dirty and dishonest. This research suggests several ways to support women's participation in leadership."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Nur Nafisah
"Saat ini, angka keterwakilan perempuan dalam kontestasi Pilkada terdapat kenaikan dari tahun ke tahun meski perlahan namun cukup signifikan. Hal tersbeutn membuktikkan bahwa saat ini masyarakat semakin terbuka dan menerima bahwa posisi perempuan juga memiliki hak politik yang sama dengan laki-laki. Representasi perempuan tersebut diharapkan bisa menyampaikan aspirasi dan merumuskan kebijakan yang dapat berpihak kepada perempuan dengan tetap mengutamakan payung kesetaraan. Perempuan yang maju dalam ranah Pilkada akhirnya menjadi acuan apakah mereka bisa mendorong kepentingan perempuan yang dilihat dari segi visi-misi hingga nantinya ketika mereka terpilih. Melihat fenomena tersebut maka tesis ini memfokuskan untuk meneliti dan menganalisis sosok Dewanti Rumpoko sebagai Wali Kota perempuan pertama di Kota Batu periode 2017-2022 dalam mendorong kepentingan perempuan di daerahnya. Dalam mengungkap dan menjawab data dari penelitian ini, peneliti menggunakan teori Glass Cliff untuk memahami bagaimana Dewanti harus berhadapan dengan tebing kaca yang menghambat untuk mendorong kepentingan perempuan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara mendalam dan observasi. Peneliti melihat bahwa Dewanti berhasil menyuarakan dan memperjuangkan kepentingan perempuan yang tidak hanya sekedar formalitas. Upaya keberpihakan yang digagas Dewanti banyak yang menuntungkan perempuan. Namun upaya Dewanti dalam mendorong kepentingan perempuan tidak sepenuhnya berhasil, dibuktikkan dengan tidak adanya produk kebijakan yang lahir di periode kepemimpinannya, terutama mengenai tiga permasalahan utama perempuan di Kota Batu. Hambatan yang menjadi tebing kaca bagi Dewanti dalam mendorong kepentingan perempuan tersebut ialah karena faktor pengaruh gaya kepemimpinannya yang berbeda dengan suaminya dan pengaruh kekuasaan dari suaminya yang masih melekat di kepemimpinan Dewanti. 

At present, the number of women's representation in Pilkada contests has increased from year to year, although slowly but quite significantly. This proves that nowadays society is more open and accepting that women also have the same political rights as men. The women's representation is expected to be able to convey aspirations and formulate policies that can side with women while still prioritizing the umbrella of equality. Women who advance in the Pilkada realm eventually become a reference for whether they can promote women's interests from the point of view of vision and mission until later when they are elected. Seeing this phenomenon, this thesis focuses on researching and analyzing the figure of Dewanti Rumpoko as the first female mayor in Batu City for the 2017-2022 period in promoting the interests of women in her area. In disclosing and answering the data from this study, the researcher used the Glass Cliff theory to understand how Dewanti had to deal with glass cliffs that prevented women from promoting women's interests. This study uses qualitative methods with in-depth interviews and observation techniques. Researchers see that Dewanti succeeded in voicing and fighting for women's interests that were not just a formality. Many of the efforts to take sides initiated by Dewanti favor women. However, Dewanti's efforts to encourage women's interests were not entirely successful, as evidenced by the absence of policy products produced during her leadership period, especially regarding the three main issues of women in Batu City. The obstacle that became a glass cliff for Dewanti in promoting women's interests was due to the influence of her leadership style which was different from that of her husband and the influence of her husband's power which still lingered in Dewanti's leadership."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Puspita Ayu Setiyaviani
"Penelitian ini membahas lingkungan pengendalian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Pesanggrahan yang dipimpin oleh seorang perempuan. Lingkungan pengendalian berperan penting dalam pembentukan nilai, etika, dan kompetensi, dengan Kepala Kantor sebagai pemimpin utama dan Unit Kepatuhan Internal sebagai pengawas. Penelitian ini juga mengeksplorasi peran Unit Kepatuhan Internal dan gaya kepemimpinan perempuan yang diterapkan oleh Kepala Kantor. Karena keterbatasan jumlahnya, penelitian ini penting untuk dikembangkan mengingat hanya 16,45% perempuan yang menduduki jabatan Eselon III di Direktorat Jenderal Pajak pada tahun 2021. Dalam penelitian ini, Peneliti menganalisis kondisi lingkungan pengendalian, peran Unit Kepatuhan Internal, dan gaya kepemimpinan perempuan. Metode penelitian yang digunakan adalah wawancara semi-terstruktur terhadap 20 informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Pesanggrahan telah memenuhi prinsip keempat lingkungan pengendalian, sementara Unit Kepatuhan Internal berperan optimal dalam prinsip ketiga dan kelima, tetapi masih perlu perbaikan pada prinsip lainnya. Gaya kepemimpinan Kepala Kantor cenderung mirip dengan kepemimpinan transformasional, yang mampu menciptakan lingkungan pengendalian yang kondusif. Kepala Kantor berperan baik dalam prinsip kedua, keempat, dan kelima lingkungan pengendalian, tetapi masih perlu perbaikan pada prinsip lainnya.

This research discusses the control environment at the Jakarta Pesanggrahan Tax Office, which a woman leads. The control environment shapes values, ethics, and competencies, with the Head of Office as the primary leader and the Internal Compliance Unit as the supervisor. This research also explores the role of the Internal Compliance Unit, and the female leadership style the Head of Office applies. Due to limited numbers, this research is vital to develop, considering that only 16.45% of women held Echelon III positions at the Directorate General of Taxes in 2021. In this study, researchers analyzed the condition of the control environment, the role of the Internal Compliance Unit, and women's leadership style. The research method used was semi-structured interviews with 20 informants. The results showed that the Jakarta Pesanggrahan Tax Office had fulfilled the fourth principle of the control environment. At the same time, the Internal Compliance Unit plays an optimal role in the third and fifth principles but still needs improvement in other principles. The leadership style of the Head of Office tends to be similar to transformational leadership, which can create a conducive control environment. The Head of Office plays a good role in the second, fourth, and fifth principles of the control environment but still needs improvement in other principles."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>