Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179552 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dodi Setyono
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1988
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yufiarti
"Penelitian ini berawal dari pemikiran tentang evaluasi perkembangan pelaksanaan Bimbingan dan Konseling yang pada umumnya dilakukan secara global. Siswa sebagai subyek yang diberikan bimbingan itu sendiri jarang diteliti secara lebih mendalam. Seperti dikemukakan oleh Rochman Natawidjadja (1985), pribadi siswa sangat memegang peranan penting dalam keberhasilan pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Sebenarnya tujuan Bimbingan di sekolah pada umumnya adalah memberikan bantuan kepada siswa agar dapat berkembang seoptimal mungkin. Namun sangat disayangkan masih saja terdapat siswa yang belum merasa yakin, atau bersikap lain terhadap bimbingan yang mereka terima, dan bahkan ada yang kurang berniat untuk memanfaatkannya. Hal ini terjadi tidak hanya pada siswa yang berprestasi melainkan juga pada siswa yang prestasinya masih di bawah kemampuan yang sebenarnya (underachiever). Siswa underachiever ini merupakan siswa yang bermasalah yang seharusnya mereka sangat membutuhkan layanan bimbingan.
Tujuan penelitian dipusatkan untuk melihat perbedaan keyakinan,sikap dan intensi menggunakan layanan bimbingan di sekolah antara siswa yang berprestasi dengan siswa yang berprestasi di bawah kemampuan (underachiever).
Seteiah dibahas kajian teori mengenai konsep Bimbingan dan Konseling di Sekolah meliputi tujuan,macam layanan, kegiatan-kegiatan pokok, dan personil bimbingan, juga dibahas mengenai konsep siswa underachiever serta hubungan antara konsep keyakinan, sikap dan intensi yang dikaitkan dengan Bimbingan di Sekolah. Maka diajukan 6 hipotesis. Hipotesis ini dibuktikan pada 202 siswa SMAN 5 di Kota Madya Bandar Lampung. Dengan menggunakan perhitungan analisis varians dan korelasi tunggal, hasil penelitian adalah sebagai berikut.
1. Hipotesis 1 yang berbunyi, "ada perbedaan signifikan keyakinan siswa tentang bimbingan di sekolah antara siswa yang berprestasi dengan yang berprestasi di bawah kemampuan", ditolak atau tidak terbukti.
2. Hipotesis 2 yang mengatakan, "ada perbedaan yang signifikan sikap siswa terhadap bimbingan di sekolah antara siswa yang berprestasi dengan yang berprestasi di bawah kemampuan", ditolak atau tidak terbukti.
3. Hipotesis 3 yang berbunyi, "ada perbedaan yang signifikan intensi menggunakan bimbingan di sekolah, antara siswa yang berprestasi dengan yang berprestasi di bawah kemampuan", diterima atau terbukti.
4. Hipotesis 4 yang berbunyi, "terdapat hubungan yang signifikan antara keyakinan dengan sikap siswa terhadap bimbingan di sekolah?, diterima atau terbukti.
5. Hipotesis 5 yang berbunyi, "terdapat hubungan yang signifikan antara keyakinan siswa tentang bimbingan di sekolah dengan intensi menggunakan layanan bimbingan," diterima atau terbukti.
6. Hipotesis 6 yang berbunyi, "terdapat hubungan yang signifikan antara sikap siswa terhadap bimbingan dengan intensi menggunakan layanan bimbingan, " diterima atau terbukti.
Setelah hasil penelitian didiskusikan, tesis ini ditutup dengan saran-saran praktis bagi pengembangan program Bimbingan dan Konseling maupun kepada peneliti lain yang berminat meneruskan penelitian sejenis ini. Penemuan terpenting dari hasil penelitian ini adalah kebanyakan siswa yakin akan kegunaan pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Tetapi rupanya praktek pelayanan tersebut menimbulkan sikap ragu-ragu pada siswa, dan terlebih parah lagi memperkecil intensi siswa yang berprestasi rendah untuk menggunakan layanan Bimbingan dan Konseling tersebut, tidak terbatas pada underachiever saja."
Depok: Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajrian Rizki
"Perkelahian antar pelajar sepertinya memang menjadi persoalan klasik, namunperkembangannya menjadi perkelahian duel gladiator yang telah memakan korbanyaitu Hillarius Christian Even raharjo menjadikan fenomena tren kenakalanremaja ini tidak bisa di sepelekan lagi, Hillarius Christian Even Raharjomerupakan salah satu di antara banyak pelajar yang menjadi korban trenaktualisasi diri dari budaya kekerasan pelajar sekarang ini, dimana adanya istilah ldquo;pentolan rdquo; pada suatu sekolah menjadikan dasar terciptanya budaya baru ini.Dalam penelitian ini penulis bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapanstrategi pemolisian dalam mencegah fenomena duel gladiator di kalangan pelajarSMA Kota Bogor; studi kasus kekerasan yang menewaskan siswa SMA BudiMulia Hillarius Christian Even Raharjo sehingga ke depannya dapat menjadiacuan dan pedoman dalam mencegah terjadinya budaya kekerasan yang terjadi dikalangan pelajar Kota Bogor. Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukanpenulis adalah melalui pendekatan kualitatif melalui pengumpulan data yangberasal dari naskah wawancara dan dokumen resmi. Teknik analisis datadilakukan dengan cara pengumpulan data, reduksi data, dan display data.Penelitian ini diketahui bahwa karakteristik dalam konflik perkelahian pelajaran ldquo;bomboman rdquo; yang dilakukan oleh SMA Budimulia dan SMA Mardiyuanatermasuk di dalam pola delikuensi sistematik yaitu di lakukan secara sistematiskarena ada norma, aturan, dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti setiap siswayang terlibat perkelahian. Faktor-faktor penyebabnya adalah pengaruh diri sendiri,pengaruh keluarga, pengaruh sekolah, dan pengaruh lingkungan sosial. PolrestaBogor Kota dalam penerapan program Pre-emtif kepolisian, dengan melakukanpendidikan masyarakat atau pembinaan penyuluhan yang ditujukan langsungkepada sekolah ndash; sekolah yang dapat menimbulkan konflik perkelahian di luarjam pelajaran sekolah.

Student fights seem to be a classic problem, but its development into a gladiator fight that has been sacrificed victim is Hillarius Christian Even raharjo make thephenomenon of juvenile delinquency trends this cannot be in funny moment,Hillarius Christian Even Raharjo is one of many students who become victims thetrend of self actualization of the current student violence culture, where the term frontman in a school makes the basis for the creation of this new culture. In thisstudy the authors aim to know how the implementation of policing strategies inpreventing gladiator duel phenomenon among high school students Bogor City acase study of violence that killed high school students Budi Mulia HillariusChristian Even Raharjo so that in the future can be a reference and guidance inpreventing the occurrence of culture of violence that occurred among studentsBogor City. In this research, the writer approach is through qualitative approachby collecting data from interview script and official document. Data analysistechniques performed by data collection, data reduction, and display data. Thisresearch is known that the characteristic in conflict of bomboman battle lessonconducted by high school Budimulia and high school Mardiyuana is included inpattern of systematic deliquency that is done systematically because there arecertain norms, rules and habits to be followed by every student involved infighting. The causal factors are self influence, family influences, schoolinfluences, and the influence of the social environment. Bogor Kota Police in theimplementation of Pre emtive Police program, by conducting communityeducation or counseling counsel directed directly to schools that can lead toconflict fighting outside school hours.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2018
T52205
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Loretta, Abigail
"Salah satu tugas perkembangan remaja adalah mereka harus mulai memilih dan mempersiapkan diri dalam pekerjaan tertentu. Oleh karena itulah, penetapan orientasi masa depan merupakan suatu periode yang penting dan kritis bagi remaja karena cara remaja memandang masa depannya merupakan suatu bagian penting dalam pembentukan identitasnya.
Orientasi masa depan pada dasarnya mengacu pada cara seseorang memandang masa depan, yang di dalamnya tercakup harapan, tujuan, standar, perencanan, dan strategi. Orientasi masa depan penting bagi seseorang karena menyangkut kesiapan seseorang menghadapi masa depan. Bentuk orientasi masa depan ini dapat sederhana atau juga kompleks, realistik arau tidak realistik dan jelas atau belum jelas.
Remaja - remaja di Aceh merupakan salah satu populasi yang kurang beruntung karena harus mengalami banyak peristiwa yang mempengaruhi pandangannya akan masa depan. Konflik yang berkepanjangan antara GAM - Indonesia serta musibah tsunami yang tcljadi tahun 2004 lalu membuat remaja - remaja di sana kerapkali harus menghentikan kegiatan belajar mengajarnya. Hal ini mengakibatkan pandangan masa depan para remaja di Aceh menjadi tidak jelas. Oleh karena im, bimbingan untuk menetapkan orientasi masa depan, tentunya sangat dibutuhkan bagi remaja di sana.
Siswa SMK adalah salah satu remaja yang membutuhkan bimbingan untuk menetapkan orientasi masa depan. Hal ini disebabkan karena para lulusan siswa SMK umumnya langsung bekerja / terjun ke dunia usaha. Hal ini menuntut para siswa SMK sehamsnya sudah mulai memiliki orientasi masa depan yang jelas dari sejak ia duduk di sekolah. Namun, sayangnya banyak dari siswa SMK ini belum memiliki orientasi masa depan yang jelas, perencanaan yang terarah, dan sikap yang positif dalam melaksanakan rencananya Hal ini disebabkan karena sebagian besar siswa SMK memilih untuk masuk ke sekolah ini bukan disebabkan oleh minat / pilihan pribadinya, melainkan karena masalah biaya, tidak berhasil masuk ke SMA, dan disuruh orangtua.
Pelatihan menetapkan orientasi masa depan ini bertujuan agar membantu siswa SMK di Aceh yang menjadi peserta pelatihan untuk menetapkan orientasi masa depan yang jelas dan positif. Hal ini ditandai dengan adanya penetapan tujuan yang jelas / Spesifik yang ingin dicapai, pembuatan rencana untuk mencapai tujuan, dan mengembangkan sikap positif dalam melaksanakan rencananya.
Program pelatihan ini disusun berdasarkan analisa kebutuhan yang telah dilakukan penulis kepada 60 orang siswa SMKN 3 Banda Aceh yang sedang melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Bandung. Data dikumpulkan melalui pembagian kuesioner (Likerz type dan open ended question) serta wawancara singkat kepada pemilik perusahaan tempat subyek melaksanakan PKL dan beberapa subyek itu sendiri. Setelah mendapatkan data hasil analisa kebutuhan, penulis mulai menyusun tujuan dan sasaran program serta isi modul setiap session pelatihan untuk mencapai tujuan pelatihan. Selain itu, selama penyusunan modul, penulis juga berkonsultasi dengan dosen Psikologi UI bagian pendidikan dan relawan-relawan yang bertugas di Aceh guna mendapatkan isi modul yang relevan dengan kondisi dan kebutuhan siswa SMK di Aceh saat ini.
Kekurangan utama program ini adalah belum pernah diujicobakan pada siswa SMK di Aceh ilu sendiri. Dengan demikian, belum diketahui apakah materi serta cara penyajian yang digunakan benar - benar efektif untuk membantu mereka menetapkan orientasi masa depan yang jelas dan positif Analisa kebutuhan yang digunakan sebagai dasar penyusunan program juga masih belum representatif menggambarkan kebutuhan siswa SMK di Aceh secara keseluruhan. Selain ilu, alat yang digunakan dalam analisa kebutuhan juga belum teruji validitas dan reliabilitasnya. Hal ini menyebabkan materi program belum menyentuh karakteristik siswa SMK di Aceh secara keseluruhan.
Berkaitan dengan kekurangan tersebut, penulis menyarankan agar pengguna program ini terlebih dahulu melakukan analisa kebutuhan dengan menggunakan sampel yang lebih representatif dan membuat alat Training Need Analysis yang lebih teruji validitas dan reliabilitasnya. Dengan demikian dapat dilakukan modifikasi program jika memang dibutuhkan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T16823
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Topo Santoso
"Masalah tawuran pelajar yang sering terjadi di Jakarta sangat panting untuk diketahui penyebabnya serta cara-cara penanggulangannya. Upaya yang dilakukan dalam menghadapi kasus-kasus tawuran pelajar antara lain dengan tindakan pencegahan, pengawasan dan tindakan. Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana penyelesaian kasus tawuran pelajar di Jakarta, dari sudut pandang pelajar, guru-guru dan penegak hukum.
Pertanyaan utama yang hendak dijawab adalah bagaimana penyelesaian kasus tawuran pelajar melalui sistem peradilan pidana serta dampaknya dan bagaimana penyelesaian kasus tawuran pelajar melalui cara atau alternatif lain di luar sistem peradilan pidana. Dari hasil penelitian didapati bahwa penyelesaian melalui sistem peradilan pidana, misalnya oleh kepolisian atau pengadilan masih menjadi cara yang diterima, terutama dilakukan terhadap siswa yang keterlibatannya dalam tawuran sudah berat, seperti menganiaya atau membunuh. Namun demikian. terungkap juga bahwa penanganan melalui sistem ini harus pula hati-hati dan tetap memperhatikan kepentingan serta masa depan pelajar yang terlibat itu.
Penelitian ini juga mengungkap bahwa sebenarnya upaya preventif lebih dikehendaki. Peran serta berupa perhatian, pengawasan, dan kasih sayang dari orang tua, guru-guru, masyarakat serta pemerintah sangat besar perannya dalam mencegah tawuran pelajar. Di samping itu, penyediaan berbagai sarana penunjang, kegiatan ekstra kurikuler, peningkatan bimbingan agama, serta komunikasi antar sekolah juga perlu ditingkatkan dalam mencegah tawuran pelajar."
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1998
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Handayani
"Perkelahian pelajar yang terjadi di Jakarta merupakan fenomena klasik yang telah berlangsung cukup lama. Begitu memprihatinkannya aksi yang dilakukan siswa sekolah menengah ini, sehingga para ahli yang peduli terns melakukan penelitian terhadap kasus ini. Salah satunya adalah penelitian Moesono dkk. (1996) yang menemukan gambaran karakteristik para pelaku perkelahian pelajar. Dari karakteristik yang ada temyata banyak yang sesuai dengan konsep kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional adalah sekelompok keterampilan yang sangat dibutuhkan untuk berlaku efektif dan sukses di kehidupan (Goleman, 1995). Berdasarkanhal tersebut, penelitian ini mencoba untuk melihat dan membandingkan gambaran kecerdasan emosional yang dimiliki oleh sekelompok siswa yang sering dan tidak pemah terlibat dalam perkelahian pelajar.
Penelitian ini menggunakan siswa dan 4 SMU di Jakarta Selatan yang tercatal sebagai sekolah rawan perkelahian pelajar. Dari data Kanwil Depdikbud, 1998-1999, Jakarta Selatan tercatat sebagai daerah yang memiliki paling banyak SMU yang siswanya sering terlibat perkelahian pelajar. Proses pengambilan sampel dilakukan secara purposive, dimana tidak semua subyek dalam populasi dapat dijadikan sebagai subyek penelitian, lianya mereka yang memenuhi karakteristik tertentu yang telah direncanakan. Subyek digolongkan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok siswa yang sering (ftekuensi keterlibatan >10 kali) dan yang tidak pemah (frekuensi keterlibatan=0) terlibat dalam perkelahian pelajar Subyek terpilih akan mengisi kuesioner kecerdasan emosional yang pembuatannya didasarkan pada teori kecerdasan emosional dari Goleman (1995) yang tneliputi pengukuran pada lima ranah keterampilan, yaku self awareness (kemampuan untuk menyadari emosi diri yang sedang dirasakan). self control (kemampuan untuk mengontrol emosi yang muncul). self motivation (kemampuan memotivasi diri, membuat diri lebih bersemangat imtuk meraih yang diharapkan). empathy (kemampuan untuk mengetahui dan memahami emosi orang lain), dan social skill (kemampuan untuk bersahabat dan membina hubungan baik dengan orang lain).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara kelompok siswa yang sering Han yang tidak pemah terlibat dalam perkelahian pelajar secara umum tidak ditemukan perbedaan yang signiflkan pada gambaran kecerdasan emosional mereka. Kelompok siswa yang tidak pemah terlibat perkelahian pelajar memiliki kemampuan empathy yang tinggi. Kemudian berturut-turut diikuti oleh kemampuan social skill, self awarenees. self motivation, dan self control ATelompok siswa yang sering terlibat perkelahian pelajar juga memiliki kemampuan tertinggi pada ranah empathy dan terendah pada ranah social skill Perbedaan yang ada tampak pada ranah self awareness dan self motivation, dimana kelompok ini memiliki kemampuan self motivation yang lebih tinggi dibandingkan kemampuan selfawareness.
Perbedaan yang signiflkan diperlihatkan oleh ketiga ranah keterampilan, yaitu ranah self control, empathy, dan social skill Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan frekuensi keterlibatan pada perkelahian pelajar yang tampak pada kedua kelompok subyek, apabila dihubungkan dengan gambaran kecerdasan emosional, dipengaruhi oleh kemampuan mereka dalam ranah self control empathy, dan social skill, dimana kelompok subyek yang sering terlibat perkelahian pelajar memiliki kemampuan self control yang lebih rendah, tetapi mereka memiliki kemampuan yang lebih tinggi pada empathy dan social skill bila dibandingkan dengan kelompok yang tidak pemah terlibat perkelahian pelajar.
Walaupun penelitian ini berhasil memperlihatkan gambaran kecerdasan emosional pada kedua kelompok subyek dalam kaitannya dengan keterlibatan mereka pada perkelahian pelajar, tetapi penting untuk diingat bahwa alat ukur yang digunakan hanya mengalami satu kali tryout dan hanya memiliki 78 item untuk mengukur kelima ranah kecerdasan emosional tersebut, sehingga sulit untuk menggambarkan kecerdasan emosional ini secara lebih jelas dan lebih akurat. Dengan demikian apabila dalam penelitian selanjutnya hendak menggunakan alat ukur ini. sebaiknya kembali dilakukan tryout-tryout lain dengan memakai subyek yang lebih beragam."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2891
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carla Lucia Wantania
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pendidikan lingkungan dengan sikap siswa SLIP terhadap Pelestarian Lingkungan di kotamadya Jakarta Barat , DKI Jakarta. Masalah lingkungan hidup sangat kompleks karena menyangkut dimensi ruang dan waktu serta dampaknya bersifat lokal, wilayah tertentu, daerah, negara bahkan global. Karenanya diperlukan penanganan dengan pendekatan terpadu dan komprehensif antar disiplin ilmu, pihak-pihak terkait serta partisipasi masyarakat.
Untuk mendukung pengelolaan lingkungan hidup ini perlu ditanamkan pemahaman tentang lingkungan hidup sejak dini mulai dari masa prasekolah, SD, SLTP dan SMU sampai perguruan tinggi. Inilah yang menjadi dasar pijak penelitian kami.
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan siswa SLTP mengenai materi lingkungan hidup sebagai hasil belajar pendidikan lingkungan hidup.
2. Mengetahui bagaimana sikap siswa SLTP terhadap pelestarian lingkungan sebagai hasil pengajaran pendidikan lingkungan hidup.
3. Mengetahui hubungan antara pendidikan lingkungan hidup dengan sikap siswa SLTP di Jakarta terhadap pelestarian lingkungan.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
"Terdapat hubungan yang berarti antara pemahaman materi pendidikan lingkungan dengan sikap siswa SLTP DKI Jakarta terhadap pelestarian lingkungan".
Penelitian ini dilakukan secara ekspos fakto di SLTP Negeri Jakarta Barat dengan jumlah sampel sebanyak 320 siswa kelas III dari 8 SLTPN Sanggar yang diambil secara acak sistematik juga dilakukan wawancara pada sejumlah guru dan Kepala Sekolah.
Data yang digunakan adalah data yang diperoleh dari hasil tes tingkat pengetahuan materi pendidikan lingkungan dan kuesioner sikap yang disusun sesuai dengan skala Likert untuk mengukur sikap siswa terhadap pelestarian lingkungan.
Untuk menguji hipotesis dilakukan dengan menerapkan teknik korelasi Pearson Product Moment yang dikuntkan dengan Uji T. tes. Sedangkan untuk melihat bentuk hubungan antara variabel bebas (tingkat pengetahuan materi pendidikan lingkungan) dengan variabel terikat (sikap siswa terhadap pelestarian lingkungan) digunakan analisis regresi linear sederhana dengan menggunakan petunjuk pengujian hipotesis dari Putrawan (1990).
Hasil Penelitian menunjukkan :
1. Tingkat pengetahuan materi pendidikan lingkungan hidup siswa SLTP rata rata cukup (skor rata-rata 23,4625 dari maksimum skor 36,0000).
2. Sikap siswa SLTP terhadap pelestarian lingkungan umumnya baik (rata-rata skor 83,1844 dari maksimum skor 100,0000).
3. Ada hubungan yang cukup bermakna antara tingkat pengetahuan materi pendidikan lingkungan hidup dengan sikap siswa terhadap pelestarian lingkungan (r= 0,3680; r tabel = 0,118)
4. Model regresi antara tingkat pengetahuan materi pendidikan lingkungan hidup (variabel x) dan sikap siswa terhadap pelestarian lingkungan (variabel y) adalah linear dengan rumus Y^ = 71,01 + 0,523
Kesimpulan yang dapat diambil adalah ada kontribusi positif dari tingkat pengetahuan materi pendidikan lingkungan hidup siswa SLTP kepada sikap siswa terhadap pelestarian lingkungan sebesar 13,54%.

ABSTRACT
This thesis was undertaken to know the correlation between environmental education and Junior High School Students' attitude towards environmental conservation in Jakarta. Environmental problems are very complex because it involved the dimensions of time and space and the impact could be locally, a certain area, a region, national, even global in nature.
Therefore, it is necessary to manage this living environment in an integrated and comprehensive manner, based on many disciplines, many parties concerned and also community participation. To support the management of this living environment, it is necessary to introduce environmental concepts early commencing since preschool, elementary school, junior high school and secondary high school up to tertiary education. That then is the basic idea of this research.
The objectives of this research are to :
1. Determine the level of Junior High School Student's knowledge on living environment.
2. Determine the student's -attitude towards environmental conservation as the result of environmental education.
3. Know the con-elation between the level of student's knowledge on the living environment and their attitude towards environmental conservation. The hypothesis formulated in this study is as follows : "There is a significant correlation between the level of student's knowledge on the subject of environmental education and their attitude towards environmental conservation".
The research had been conducted at the Public Junior High School in the municipality of West Jakarta. Samples were taken using the systematic random sampling technique numbering 320 students of the third grade from 8 (eight) workshop schools.
In addition, to complete the data, a number of headmasters and teachers were interviewed.
The data used in this research were gathered from assessment of environmental knowledge's test and questionaires that was used conform with the Liked Scale method to measure student's attitude towards environmental conservation.
To assess the correlation between the environmental knowledge (X-variable) and student's attitude (Y-variable) the Correlation Coefficient of Pearson Product Moment and the 1-test was used.
To seek out the regression model between the independent variable and dependent variable, a simple linear regression was used with the test-guideline of Putrawan (1990).
The research results showed that
1. The level of environmental knowledge of the student's average score was 23.4625 out of 36.0000.
2. The student's average score of attitude using Likert Scale was 83.1844 out of 100.0000. There was a significant correlation between environmental knowledge's level and the student's attitude towards environmental conservation 0-0,3680 ; r table = 0,118).
3. Regression model between indicator of the independent variable and dependent variable is shown as : YA =71,01+0,52X.
The conclusion that can be drawn is : "there is a positive contribution (13,54%) of the environmental knowledge's level towards junior high school student's attitude on environmental conservation".
Number of References : 41 (1982-1997).
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Istika
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5654
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Absharina Izzaty
"Being a teacher in SLB facing major challenges in teaching and learning. Mindfulness on teacher help make closer in interpersonal relationship of teacher and student. Good interpersonal relationships can help the process of school adjustmen students with special needs. Therefore this research was conducted to get an idea of ??the relationship between teacher mindfulness and school adjustment of students with special needs through the perception of teachers in schools SLB . Measurements school adjustment using the Short Form Teacher Rating Scale of School adjustment SFTRSSA developed by Bitch and Ladd 2007 through the perception of teachers and measurements of mindfulness using a measuring instrument Mindfull Attention Awareness Scale MAAS developed by Brown and Ryan 2003 . Participants in this study were 75 teachers who teach grade one, two and three elementary schools in the School SLB are located in Jakarta and Depok with a number of students were rated as 325 students. The results showed that teachers mindfulness have a positive relationship with the school adjustment of students with special needs with the value of r = 0.21, P."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S66171
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>