Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119710 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Sorayya
"Ada beberapa peran yang terdapat dalam perilaku bullying, yaitu sebagai pelaku, korban dan saksi. Salah satu peran yang memiliki pengaruh untuk menghentikan terjadinya bullying adalah sebagai saksi yang biasanya disebut dengan bystander. Penelitian ini ingin melihat pengaruh dari self-esteem seseorang terhadap respon sebagai bystander yang ditunjukkan. Respon yang ingin dilihat terdiri dari tiga kategori yaitu defender, follower, dan outsider.
Partisipan dalam penelitian ini adalah 200 orang siswa tingkat Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan di Kota Depok. Alat ukur yang digunakan untuk pengumpulan data adalah Rosenberg Self-Esteem Scale (RSE) untuk mengukur self-esteem dan alat ukur modifikasi dari Gini, Pozolli, Borghi, dan Franzoni (2008) untuk mengukur respon sebagai bystander.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari self-esteem terhadap respon bystander baik sebagai defender, follower, maupun outsider. Penelitian berikutnya disarankan untuk mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mungkin berpengaruh dan terkait baik dengan self-esteem maupun respon bystander.

There are several roles in bullying behavior, as bullies, victims and bystander. One of the roles that have influence to stop bullying is usually called as a bystander. This study wanted to see the effect of a person's self-esteem as a bystander response indicated. Who want to see the response consists of three categories: defender, follower, and outsider.
Participants in this study were 200 high school-level students and vocational school in Depok. Measuring instruments used for data collection is the Rosenberg Self-Esteem Scale (RSE) to measure self-esteem and measuring instrument modification of the Gini, Pozolli, Borghi, and Franzoni (2008) to measure the response as a bystander.
The results obtained indicate that there is no significant influence of the self-esteem of the bystander response either as a defender, follower, or outsider. Subsequent research suggested to consider other factors that may influence and related well with selfesteem or bystander response.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56807
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eri Devras
"Salah satu isu kesejahteraan anak yang sedang tumbuh keprihatinan nasional adalah masalah tingkat harga diri (self-confidence) anak jalanan. Fenomena luas anak jalanan dengan tingkat rendah harga diri di Jakarta adalah masalah yang kompleks. Mengahadapi hal tersebut pemerintah harus responsif terhadap fenomena meningkatnya jumlah anak jalanan. Usaha-usaha yang telah dilakukan untuk meningkatkan tingkat harga diri anak jalanan masih belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari perilaku yang cenderung negatif seperti kekerasan, masalah penyalahgunaan obat, pelecehan seksual, prostitusi, masalah penyakit menular seksual (PMS/HIV/AIDS) dan lain-lain. Upaya untuk meningkatkan harga diri anak jalanan membutuhkan upaya ekstra dari pemerintahan DKI antra lain dengan mentoring, konseling, pendidikan, menyediakan pekerjaan dan sebagainya.
"
[Place of publication not identified]: Aspirasi: Jurnal Masalah-masalah Sosial, 2013
AJMS 4:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Aisha
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas penerapan Cognitive Behavior Therapy CBT untuk meningkatkan self esteem Partisipan dalam penelitian ini adalah anak laki laki usia 10 tahun yang memiliki self esteem rendah Self esteem diukur dengan menggunakan skala Self Perception Profile for Children dari Susan Harter 2012 dan didukung dari hasil wawancara dengan orang tua Intervensi Cognitive Behavior Therapy CBT yang diberikan untuk meningkatkan self esteem yang rendah terdiri dari empat tahapan Tahap pertama yaitu pra intervensi dilakukan sebanyak dua sesi Tahap kedua yang berisipsikoedukasi kepada orang tua terkait dengan peran orang tua dalam mendukung intervensi CBT dilakukansebanyak dua sesi Tahap ketiga yaitu tahap intervensi terdiri dari 12 sesi Tahap keempat yaitu post intervensi diberikan sebanyak dua sesi Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan self esteem terutama pada domain kemampuan sosial kemampuan atletik penampilan fisik dan self esteem secara keseluruhan Peran orang tua yang mampu menerapkan teknik SUPPORT Show Understand Patient Prompt Observe Reward Talk diduga turut mendukung keberhasilan intervensi yang sudah dilakukan pada anak

The aim of this study was to know the effectiveness of Cognitive Behavior Therapy CBT to increase self esteem The participant of this study is a 10 years old boy who has low self esteem Self esteem was measured by Self Perception Profile for Children from Susan Harter 2012 and supported by interviewing with parents Cognitive Behavior Therapy CBT that wasdoneconsisted of four stages Stage one that was pre intervention consisted of two sessions Stage two that includedpsychoeducation to parents about their roles to support CBT to their child consisted of two sessions Stage three was the intervention to the child that consisted of 12 sessions Stage four that was post intervention consisted of two sessions The result of this study showed thatCBTcould increase self esteem especially insocial competence athletic competence physical appearance and global self esteem Parent rsquo s role to apply SUPPORT technique Show Understand Patient Observe Reward Talk was predicted supportingthe success of this intervention "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T38918
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fariska Aryani
"Penelitian ini didasari oleh fenomena penggunaan telepon genggam secara berlebihan sehingga mengganggu kehidupan pribadi maupun profesional penggunanya. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan apakah self-esteem dan loneliness memiliki hubungan dengan mobile phone addiction. Pengukuran selfesteem menggunakan Rosenberg's Self-esteem Scale, pengukuran loneliness menggunakan UCLA Loneliness Scale sedangkan mobile phone addiction diukur menggunakan Mobile Phone Addiction Index. Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah dewasa muda dengan rentang usia 20-40 tahun yang memiliki telepon genggam dengan akses internet. Jumlah responden yang didapatkan sebanyak 296 orang dengan menggunakan teknik accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis null ditolak (r = 0.157, p < 0.05) dan nilai determinasi sebesar 0.025 (r2 = 0.025), yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara self-esteem dan loneliness terhadap mobile phone addiction. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat mobile phone addiction seseorang dapat diprediksi berdasarkan tingkat loneliness dan tingkat self-esteemnya sebesar 2,5% dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain. Implikasi dari penelitian ini adalah diharapkan bahwa masyarakat dapat mengidentifikasi penyebab dari kecanduan telepon genggam dan segera melakukan intervensi.

This study is based on excessive use phenomenon of mobile phones that interferes one's personal and professional life. This research aims to explain the relationship between self-esteem and loneliness towards mobile phone addiction. Self-esteem is measured by using Rosenberg's Self-esteem Scale while loneliness is measured by using UCLA Loneliness Scale. Lastly, mobile phone addiction is measured by using Mobile Phone Addiction Index. Respondent counts 296 young adults between 20-40 who own a mobile phone with internet access. The results show that the null hypothesis is rejected (r = 0.157, p < 0.05) and determination value 0.021 (r2 = 0.025), which means there is a significant relationship between selfesteem and loneliness towards mobile phone addiction. The implications of this research are expected to enable the society to identify causes of mobile phone addiction and immediately start an intervention.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59227
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mellisa Tara Nursalim
"Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi dampak self-esteem terhadap perilaku kemalasan sosial. Penelitian ini menggunakan design 2x2 independent group antara dua kondisi tugas (koaktif x kolektif) dan dua tingkat kesulitan tugas (mudah x sulit). Partisipan di dalam grup kondisi koaktif menyelesaikan tugas secara individu sedangkan partisipan di dalam group kondisi kolektif menyelesaikan tugas secara berkelompok. Partisipan di dalam group tugas mudah diminta untung menghafal 15 nama buah dan hewan sedangkan partisipan di dalam group tugas sulit diminta untuk menghafal 15 istilah ilmiah. Setelah itu partisipan diminta untuk mengisi kuesioner untuk mengukur self-esteem mereka. Tugas tersebut diberikan kepada 60 mahasiswa dengan jumlah yang seimbang untuk setiap group.
Hasil analisis menunjukan bahwa partisipan yang berada dalam grup tugas mudah mengerahkan usaha yang lebih besar dalam mengerjakan tugas ketika bekerja sendiri dibandingkan dengan ketika bekerja bersama-sama. Namun prestasi partisipan yang berada di dalam group tugas sulit tidak berbeda. Partisipan di dalam grup tugas sulit mempunyai self-esteem lebih tinggi dibandingkan dengan partisipan di dalam group tugas mudah. Di dalam grup kondisi koaktif, self-esteem yang rendah mengarah kepada kompensasi sosial sedangkan di dalam group kolektif hal tersebut mengarah kepada kemalasan sosial. Partisipan dengan self-esteem yang tinggi cenderung mengerahkan usaha yang lebih besar di dalam group kolektif. Kesimpulannya, penelitian ini menunjukan bahwa self-esteem mempengaruhi kemalasan sosial. Kinerja sebuah group dapat ditingkatkan dengan memfokuskan persepsi anggota kelompok tentang kesulitan tugas yang dilakukan.

This research aimed to investigate the effect of self-esteem in social loafing. 2x2 independent group analysis was conducted between task condition (coactive x collective) and task difficulty (easy x difficult). Participants in the coactive task condition complete the task individually whereas participants in the collective task condition complete the task as a group. Participants in the easy task condition were asked to memorize 15 fruit and animal name whereas participants in the difficult task condition were asked to memorize 15 scientific terms. Afterward, the participants were asked to complete questionnaire to measure their self-esteem. The task was given to 60 university students with equal amount for each group.
As expected, the results show that participants in easy task condition exert more effort when working coactively compared to working collectively. However, the performances do not differ in the difficult task condition. Participants in the difficult condition have higher selfesteem than participants in the easy condition. In coactive condition, low self-esteem lead to social compensation whereas in collective condition, it leads to social loafing behavior. On the other hand, people with high self-esteem incline to exert more effort for group performance. In conclusion, this research suggests that self-esteem affects social loafing. We can increase group performance by focusing on group members perceptions of the task difficulty.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Anandiza Syafris
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara tingkat self-esteem dan perilaku cyberbullying atau rundungan siber pada remaja. Penelitian dilakukan berdasarkan hasil penelitian-penelitian terdahulu yang menunjukkan hasil yang tidak konsisten mengenai hubungan antara tingkat self-esteem dan perilaku rundungan siber. Dalam pelaksanaannya, penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel 195 orang siswa Sekolah Menengah Atas di Jakarta yang usianya berkisar antara 15-17 tahun.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat self-esteem dan perilaku rundungan siber r=0,095 dan p=0,185. Hasil lainnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku rundungan siber dan jenis sekolah, di mana perilaku rundungan siber siswa sekolah swasta lebih tinggi dibandingkan dengan siswa sekolah negeri.

This reserach aims to find the relationship between self esteem and cyberbullying offending in adolescence. This research was conducted based on the knowledge that prior studies about cyberbullying perpetrators and self esteem showed inconsistent results. This research involved 195 high school students in Jakarta aged 15 to 17 as participants.
The result shows that there is no significant relationship between self esteem and cyberbullying offending behavior in adolescence r 0,095, p 0,185, and there is a significant relationship between the levels of cyberbullying offending behavior and the type of schools where a higher level of cyberbullying is found in private highschool students.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67149
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Larasati
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui korelasi antara self-esteem dan identifikasi pada avatar dengan adiksi game online jenis MMORPG. Penelitian ini menggunakan alat ukur Rosenberg Self-esteem Scale (RSES) yang telah diadaptasi ke bahasa Indonesia (Cassandra, 2010) untuk mengukur self-esteem, alat ukur Player-Avatar Identification Scale (PAIS) untuk mengukur identifikasi pemain terhadap avatar (Dong Li, Liau, & Khoo, 2013) dan Indonesian Online Game Addiction Questionnaire untuk mengukur tingkat adiksi (Jap, Tiatri, Jaya, & Suteja, 2013). Jumlah responden sebanyak 129 orang, berada pada tahap perkembangan remaja dan bermain MMORPG selama enam bulan terakhir. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah adanya hubungan signifikan negatif antara self-esteem dan adiksi game online MMORPG, dan adanya hubungan signifikan positif antara identifikasi pada avatar dan adiksi game online.

This research is conducted to find out the correlation between self-esteem, avatar identification, and online game addiction in MMORPG players. This research used Indonesian version of Rosenberg Self-esteem Scale (RSES) by Cassandra (2010), Player-Avatar Identification Scale (PAIS) (Dong Li, Liau, & Khoo, 2013), and Indonesian Online Game Addiction Questionnaire (Jap, Tiatri, Jaya, & Suteja, 2013). The participants of this research are 129 MMORPG gamers (who at least played for the past six months) and is currently in adolescent age range. The results show that there is significant negative correlation between self-esteem and online game addiction. There is also significant positive correlation between avatar identification and online game addiction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47715
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karin Carolina
"Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk melihat bagaimana kontribusi dari father attachment
dan self esteem terhadap peer victimization pada remaja. Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan analisis multiple regression pada program microsoft excel dan program SPSS
25. Sampel pada penelitian total berjumlah 129 remaja laki-laki dan perempuan yang berusia
antara 12 sampai 14 tahun di kota Depok dan Jakarta. Sampel penelitian ini diperoleh dengan
cara menyebarkan tautan kuesioner secara daring. Data diperoleh melalui kuesioner
Multidimensional Peer Victimization Scale (MPVS) untuk mengukur variabel peer
victimization, Inventory Parent and Peer Attachment (IPPA) untuk mengukur variabel father
attachment dan Rosenberg Self Esteem Scale (RSES) untuk mengukur self esteem. Hasil
penelitian menunjukkan adanya kontribusi dari variabel father attachment dan variabel self
esteem secara bersama-sama sebesar 22.4% terhadap variasi variabel peer victimization pada
remaja yang menjadi partisipan dalam penelitian ini. Evaluasi teknik pengumpulan data dan
uji variabel lain dipertimbangkan untuk penelitian selanjutnya.

The aim of this study is to examine the contribution of variables father attachment and self
esteem on peer victimization. Data were collected online using Multidimensional Peer
Victimization Scale (MPVS) to measure peer victimization on adolescent, Inventory of Parent
and Peer Attachment (IPPA) to measure father attachment, and Rosenberg Self Esteem Scale
(RSES) to measure self esteem. The sample of this research consisted of 129 participants, age
ranged from 12 to 14 years old in Depok and Jakarta. Data were analyzed using multiple
regression with Microsoft Excel and SPSS 25 program by IBM. The result of this study
indicate that there was moderate contribution of father attachment and self esteem on peer
victimization with the degree of determination at 0.224, whih are means that 22.4% of
variation in peer victimization were contribute by father attachment and self esteem. Data
collection technique, and additionally variables to examine are considered for future research
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linggawati Haryanto
"Self-esteem berperan banyak dalam perkembangan mental yang sehat dari seorang anak. Dengan memiliki rasa penghargaan diri yang positif, seorang anak akan bisa meraih kondisi optimal dari perkembangan mentalnya dan mencapai kebahagiaan hidup. Sebagaimana anak yang normal, seorang anak tuna grahita ringan juga membutuhkan self-esteem yang positif untuk perkembangan yang optimal dalam keterbatasan yang dimiliki. Untuk bisa memiliki self-esteem yang positif, seorang anak tuna grahita sangat membutuhkan dukungan yang positif pula dari ibunya.
Walaupun harapan akan dukungan ibu dalam pembentukan self-esteem yang positif pada anak tuna grahita ringan sangat dibutuhkan, ternyata kondisi kelainan pada anak dapat menimbulkan sikap yang negatif dari ibu. Hal ini disebabkan kondisi anak tuna grahita tidak sesuai dengan harapannya akan anak yang ideal. Padahal teori mengatakan bahwa sikap ibu akan mempengaruhi perlakuan ibu terhadap anak dan hubungan di antara mereka. Karena itu maka dirasa perlu untuk meneliti hubungan antara sikap ibu terhadap anaknya yang menyandang tuna grahita dan dukungan ibu dalam pembentukan self-esteem yang positif dari anaknya tersebut.
Pencarian data dalam penelitian ini dilakukan dengan pemberian kuesioner kepada ibu-ibu yang anaknya bersekolah di SLB-C. Kuesioner yang diberikan ada dua buah yaitu kuesioner sikap ibu dan kuesioner dukungan ibu dalam bentuk skala Likert. Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan teknik koefisien Alpha Cronbach. Dari analisa reliabilitas terhadap kedua kuesioner didapat nilai alpha sebesar 0,7124 untuk kuesioner sikap ibu dan alpha 0,8471 untuk kuesioner dukungan ibu.
Hasil dari pengumpulan data menunjukkan rata-rata skor kelompok yang cukup tinggi pada kedua skala yaitu skala sikap ibu dan skala dukungan ibu. Perhitungan korelasi antara dua variabel yaitu variabel sikap dan dukungan menunjukkan indeks korelasi sebesar 0,538 yang signifikan pada LOS 0,01. Dengan demikian dapat dinyatakan adanya hubungan antara sikap ibu terhadap anaknya yang menyandang tuna grahita ringan dan dukungan ibu dalam pembentukan self-esteem yang positif dari anaknya tersebut. Untuk penelitian yang akan datang disarankan untuk melihat adanya social desirability pada kuesioner terutama untuk kuesioner yang membahas hal-hal yang sensitif seperti masalah sikap dan pengasuhan ibu."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3004
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>