Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176371 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Silaban, D. Rismawati
"Kepuasan perkawinan ditunjukkan oleh adanya kepuasan subyekstif pasangan suami istri terhadap perkawinan mereka baik secara keseluruhan maupun terhadap aspek-aspek yang spesifik dari hubungan perkawinannya.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan perkawinan. Duvall & Miller (1985) mengelompokan faktor-faktor itu kedalam dua kelompok, yaitu faktor sebelum pernikahan dan faktor sesudah pernikahan. Salah satu dari faktor sebelum pernikahan adalah faktor usia dan kematangan. Menurut Stinnett (1984) bukan hanya usia saja yang mempengaruhi kepuasan perkawinan tapi juga termasuk kematangan emosi. Lebih lanjut Blood & Blood (1979) menyatakan bahwa mereka yang matang secara emosional memiliki kemampuan untuk menjalin dan mempertahankan hubungan personal dan hal ini mempengaruhi bagaimana pasangan saling berinteraksi satu dengan yang lain.
Disamping itu, pada faktor setelah pernikahan disebutkan pula. bahwa kematangan emosi sebagai bagian dari ciri kepribadian turut berpengaruh dalam mencapai kepuasan perkawinan. David Knox (dalam Lamanna & Riedmann, 1981) menjelaskan bahwa salah satu ciri kematangan emosi dalam perkawinan adalah adanya keinginan dan kemampuan untuk mengatasi konflik bukan untuk mengakhiri hubungan diantara pasangan suami istri.
Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana hubungan antara kematangan emosi dan kepuasan perkawinan itu sebenarnya. Karena subyek penelitian ini adalah istri bekerja dan istri tidak bekerja, maka selanjutnya ingin diteliti bagaimana kepuasan dan kematangan emosi, masing-masing, pada kelompok istri bekerja dan kelompok istri bekerja serta bagaimana pengaruh kematangan emosi dan status bekerja --bekerja & tidak bekerja-- terhadap kepuasan perkawinan. Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk memaparkan gejala yang diteliti, dalam hal ini tidak dilakukan uji hipotesa. Subyek penelitian adalah 159 orang yang terdiri dari 64 orang istri tidak bekarja dan 95 orang istri bekerja. Alat yang digunakan adalah kuesioner kepuasan perkawinan, skala kematangan emosi dan 2 alat pelengkap.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi positif yang signifikan antara kepuasan perkawinan dan kematangan emosi. Kelompok istri tidak bekerja memiliki, baik skuo rata-rata kepuasan perkawinan maupun skor rata- rata kematangan emosi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok istri bekerja. Hasil lain menunjukkan bahwa skor rata-rata pengaruh kematangan emosi adalah lebih besar dibandingkan skor rata-rata pengaruh status kerja terhadap kepuasan perkawinan.
Disimpulkan bahwa kematangan emosi memiliki hubungan yang signifikan dengan kepuasan perkawinan, artinya semakin matang emosi seseorang maka semakin puas orang tersebut dengan kehidupan perkawinannya, sebaliknya, semakin tidak matang emosi seseorang maka semakin tidak puas ia terhadap perkawinannya. Kelompok istri tidak bekerja adalah lebih matang secara emosi dan lebih puas terhadap perkawinannya jika dibandingkan dengan kelompok istri bekerja. namun demikian pengaruh status kerja terhadap kepuasan perkawinan adalah lebih kecil jika dibandingkan dengan pengaruh kematangan emosi terhadap kepuasan perkawinan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1992
S2425
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fuliawati
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1991
S2265
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Endang Sriningsih
Depok: Universitas Indonesia, 1995
S2532
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Albertus Edy Subandono
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1995
S2470
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisea Rainima
"Tujuan penelitian ini adalah untuk memeriksa korelasi antara Keketatan Budaya dan kecenderungan individu dalam melakukan Penekanan Emosi. Selain itu, penelitian ini juga memeriksa apakah religiusitas bertindak sebagai moderator dalam interaksi antara pengaruh Keketatan Budaya dan Penekanan Emosi. Keketatan budaya mengacu pada keberadaan norma sosial yang ketat dan tidak fleksibel. Religiusitas ditandai dengan keyakinan kuat terhadap adanya kuasa yang lebih tinggi. Penekanan emosi melibatkan penahanan ekspresi emosi yang dilakukan secara sengaja. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional dengan analisis korelasi dan moderasi untuk menjawab tujuan dari penelitian. Penelitian ini melibatkan 141 partisipan yang diperoleh menggunakan teknik convenience sampling melalui iklan di berbagai platform media sosial dan poster. Temuan penelitian mengkonfirmasi semua hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Ditemukan bahwa Keketatan Budaya memiliki hubungan yang signifikan dengan Penekanan Emosi. Selain itu, terdapat efek moderasi yang signifikan dan negatif dari Religiusitas pada hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Meskipun hasil moderasi yang diperoleh memiliki skor yang signifikan, namun temuan temuan ini tidak sesuai dengan asumsi awal penelitian. Hal ini dapat dijelaskan melalui pandangan bahwa kesadaran bahwa identitas sosial pada dasarnya fleksibel dan mudah beradaptasi, sehingga memungkinkan mereka untuk hidup berdampingan tanpa konflik.

The purpose of this study was to examine the correlation between Cultural Tightness and Emotion Suppression. The purpose also included examining if Religiosity acts as a moderator in the interaction between the influence of Cultural Tightness and Emotion Suppression. Cultural tightness refers to the presence of strict and inflexible social norms. Religiosity is characterised by a strong belief in a higher power. Emotion suppression involves deliberately reducing the outward display of emotions. The study employed a cross-sectional research design and utilised correlation analysis and moderation analysis to determine the study's findings. A total of 141 participants responded to the link that was distributed using convenience sampling technique, which involved utilising various social media platforms and posters for the study. The research findings confirmed all the hypotheses that were formulated for investigation. It was found that Cultural Tightness has a significant relationship with Emotion Suppression. Additionally, there was a significant and negative moderating effect of Religiosity on the relationship between the main independent variable and dependent variables. The research findings did not align with the initial assumptions of the study, despite the presence of significant moderation. This led to the realisation that social identities are inherently flexible and adaptable, enabling them to coexist without conflicts.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angelina Kuswidhiastri
"Regulasi emosi kognitif merupakan keterampilan individu untuk mengelola pikiran dan reaksi emosional dalam menghadapi situasi buruk. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan perbedaan kemampuan menggunakan strategi regulasi emosi kognitif berdasarkan jenis kelekatan dengan orang tua pada remaja akhir. Penelitian dilakukan secara cross-sectional pada 674 orang remaja akhir berusia 18-22 tahun (n perempuan = 75.2%) yang terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok kelekatan aman (46.2%), kelekatan tidak aman-menghindar (48.2%), dan kelekatan tidak aman- ambivalen (5.8%). Penelitian menggunakan analisis One-Way MANOVA untuk mengamati perbedaan kemampuan menggunakan strategi kognitif dalam masing-masing kelompok jenis kelekatan. Penelitian menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara ketiga jenis kelekatan dalam menggunakan strategi regulasi emosi kognitif (F (18, 1328) = 11.29, p < 0.01; Pillai’s V = .265, η2 = .133). Strategi kognitif yang lebih adaptif lebih mampu digunakan oleh remaja dengan kelekatan aman, sementara remaja dengan kelekatan tidak aman lebih sering menggunakan strategi kognitif yang kurang adaptif. Perbedaan penggunaan strategi kognitif juga ditemukan pada kedua jenis kelekatan tidak aman.

Cognitive emotion regulation is the ability to manage thoughts and emotional reactions when faced with bad situations. This research aims to prove the differences between in the cognitive emotion regulation strategies of late adolescents based on their parental attachment types. Cross-sectional study was conducted on a total sample of 674 late adolescents between 18-22 years (n female = 75.2%) which are divided into three groups based on parental attachment types. A set of One-Way MANOVA was used to assess the differences in the ability to use cognitive emotion regulation strategies between groups. Results showed that there are significant differences in the three types of attachment in using cognitive emotion regulation strategies (F (18, 1328) = 11.29, p < 0.01; Pillai’s V = .265, η2 = .133). Adolescents with secure attachment are more likely to use adaptive cognitive strategies, while those with insecure attachments are more likely to use less adaptive strategies. Differences in cognitive strategy use were also found in the insecureavoidant and insecure-ambivalent attachment."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tresidder, Andrew
Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2005
155.4 TRE i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S2873
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisda Kartika Gunawan
Depok: Fakultas Psikologi Unversitas Indonesia, 1998
S2606
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imas Suryani
"Pada saat ini banyak ditemukan wanita yang sudah menikah dan bekerja di luar rumah. Di sisi lain, tidak sedikit juga di antara mereka yang memilih untuk tidak bekerja. Kondisi wanita yang bekerja maupun yang tidak bekerja diduga membawa dampak positif maupun negatif bagi kehidupan perkawinan mereka dan memiliki pengaruh terhadap kepuasan perkawinan yang mereka rasakan. Kepuasan perkawinan menurut Hawkins (dalam Olson & Hamilton, 1983:164) adalah perasaan bahagia, puas, dan senang, yang dirasakan oleh pasangan suami istri secara subjektif terhadap berbagai aspek yang ada dalam perkawinan. Duvall dan Miller (1985) membagi faktor yang berpengaruh dalam kepuasan perkawinan menjadi faktor-faktor sebelum pernikahan dan faktor-faktor setelah pernikahan. Theresia (2002) mengelaborasi faktor-faktor setelah pernikahan yang disebutkan oleh Duvall dan Miller (1985) menjadi sebelas faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi, hubungan interpersonal, anak, kehidupan seksual, komunikasi, kesamaan minat, kesesuaian peran dan harapan, partisipasi keagamaan, keuangan, hubungan dengan mertua dan ipar, cara menghadapi konflik, serta kekuasaan dan sikap dalam perkawinan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kepuasan perkawinan antara wanita bekerja dan wanita tidak bekerja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Data dikumpulkan melalui kuesioner berdasarkan skala Likert. Analisis terhadap hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan uji signifikansi independent T-test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan skor kepuasan perkawinan yang signifikan pada wanita bekerja dan wanita tidak bekerja, baik dilihat secara umum maupun ditinjau dari faktor-faktornya.

Nowadays many of married women who work outside the house. On the other side, many of women decide not to work. Both conditions of working employed and unemployed women have potential to positive or negative influences to what they feel in their married life. The satisfaction of marriage pursuant to Hawkins (in Olson & Hamilton, 1983:164) is happiness, satisfaction and gladness that being felt subjectively by spouse on various aspects in marriage. Duvall and Miller (1985) divided the factors that have impacts on marriage and the factors after marriage. Theresia (2002) elaborated the factors after marriage that mentioned by Duval & Miller (1985) in eleven factors. Those factors are interpersonal relationship, children, life sexual, communication, similar interest, suitable act and hope, participation on religion, financial, relationship with parents in law and brother/sister in law, how to deal with conflict also power and attitude in marriage.
The objective of this research is to find the different between employed women and unemployment woman. This research used quantitative approach. The data was gathered via questionnaire based on the scale of Likert. The analysis of research was conducted by using T-test significant independent trial. The result of this research has shown that no significant score of satisfaction on employed woman and unemployment woman. It was also found that no significant score of satisfaction between employed woman and unemployment woman that being reviewed in other factors."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>