Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140656 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Belinda Agustya Pawidya Putri
"Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa perceraian orangtua mempengaruhi rendahnya self-esteem anak meskipun ditemukan adanya kontroversi hasil temuan bahwa anak yang orangtuanya bercerai memiliki selfesteem yang tinggi dan tidak berbeda dengan anak yang orangtuanya tidak bercerai. Penelitian dengan desain ex post facto field study ini, bertujuan untuk mengukur perbedaan self-esteem anak usia middle childhood yang orangtuanya bercerai dan yang tidak bercerai. 80 anak sekolah dasar berpartisipasi dalam penelitian ini, 40 anak yang orangtuanya bercerai dan 40 anak yang orangtuanya tidak bercerai, Self-esteem anak diukur dengan Self-Esteem Inventory (SEI) dari Coopersmith (1967) yang telah divalidasi ulang oleh peneliti. Perbedaan selfkedua kelompok diukur dengan teknik statistik independent sample t-test. Self-esteem dapat diukur sebagai satu keseluruhan atau dianalisis berdasarkan aspeknya yaitu personal, akademis (sekolah), sosial (teman sebaya), dan keluarga (orangtua). Hasil analisis menunjukkan rendahnya self-esteem pada anak yang orangtuanya bercerai, baik secara menyeluruh atau pada tiap aspeknya Pada dua kelompok ditemukan bahwa anak perempuan memiliki self-esteem yang tinggi dibandingkan anak laki-laki. Self-esteem akademis pada kelompok orangtua bercerai tidak berbeda antara anak laki-laki dan perempuan.

Research have found that parental affects low self-esteem of children. This research, an ex psot facto field study , examined the difference of self-esteem between middle chilhood children of divorced and not divorced parents. The sample comparised of 80 children from elementary schools, 40 children with divorced and non-divorced parents. Self-esteem is measured with self-esteem inventory of Coopersmith (1967) which has been revaliadated by the researcher. The diggerenceof self-esteem level from those two groups are measured by independent sample t-test. Selft esteem could be measured as an whole or analyzed based on the aspects which are personal, academisc, social (peers) and family (parents). The result found that children of divorced parents show lower self-esteem, as awhole as in each aspect. Regarding the differencebetween boys and girls, regardless of their parental marital status, ingeneral girls have higher srlf-esteem than boys. Nevertheless, there is no significance difference between academic self-esteem of girls and boy with divorce parents."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3645
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nyiayu Winda Latifah
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2491
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sally Carolina,
"Self-esteem merupakan salah satu penentu dari perkembangan konsep diri seseorang yang dimulai pada masa anak-anak. Orang tua sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan self-esteem anak memiliki berbagai gagasan mengenai pola asuh yang salah satunya dipengaruhi oleh budaya. Tesis ini membahas bagaimana pengaruh dari parental beliefs orang tua dengan suku Batak Toba yang dilihat dari dimensi child-rearing beliefs, attributes of intelligence, dan educational objectives terhadap self-esteem anak. Jenis penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif dan noneksperimen. Alat ukur yang digunakan adalah Parental Belief Questionnaire dan Rosenberg Self-Esteem Scale. Jumlah partisipan yang diikutkan dalam penelitian ini adalah sebanyak 80 partisipan yang terdiri atas orang tua dan anak yang berada pada kelas 3, 4, dan 5 SD. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda antara dimensi yang ada pada parental beliefs terhadap self-esteem. Hasil didapatkan terlihat tidak adanya pengaruh yang signifikan pada parental beliefs terhadap self-esteem. Akan tetapi, pada saat dilakukan analisis berdasarkan jenis kelamin anak, didapatkan adanya pengaruh yang signifikan.

Self-esteem is one factor that determine the self-concept development that began in childhood. Parents as one of the factors that can influence the development of children`s self-esteem have various ideas about parenting, one of which is influenced by culture. This research discusses the influence of parents parental beliefs with Toba Batak tribes to children`s self-esteem. The parental beliefs in this research consists of three dimensions, that is child rearing beliefs, attribution of intelligence, and educational objectives. The study was conducted in Toba-Samosir District, North Sumatra. The type of research conducted is quantitative and non-experimental. The instruments of this research are Parental Belief Questionnaire and Rosenberg Self-Esteem Scale. Number of participants are 80 participants, which is consist of parents with their children who are in grades 3, 4 and 5 of elementary school. The analysis used is multiple regression analysis between dimensions that exist in parental beliefs against self-esteem. The results show no significant effect on parental beliefs to self-esteem. However, at the time of analysis based on the sex of the child, there was a significant influence."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T53422
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wenny Aidina
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai efektivitas penerapan prinsip-prinsip Child-Parent Relationship Therapy (CPRT) dalam meningkatkan selfesteem pada anak usia sekolah. Penelitian ini berbentuk single-case design yang melibatkan seorang anak perempuan berusia 7 tahun 6 bulan dengan tingkat self-esteem yang rendah dan ibunya. Intervensi ini mengajarkan ibu untuk memperbaiki hubungannya dengan anak sehingga dapat meningkatkan self-esteem anak. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan Porter Parental Acceptance Scale (PPAS) serta hasil observasi terhadap interaksi ibu dan anak melalui Measurement of Empathy in Adult-Child Interaction (MEACI). Keberhasilan Child-Parent Relationship Therapy (CPRT) terlihat dari perubahan skor pada Behavior Checklist Borba-Self Esteem Tally (B-SET) dan penurunan skor masalah anak pada Child Behavior Checklist (CBCL). Hasil penelitian menunjukkan penerapan CPRT efektif meningkatkan self-esteem anak usia sekolah pada seluruh komponennya.

This study was conducted to get an overview of the implementation principles of ChildParent Relationship Therapy (CPRT) in improving self-esteem in a school-aged child. This study is a single-case design involving a 7-year-6-month-old girl with low selfesteem level and her mother. This intervention teaches the mother to improve her relationship with her child to enhance her child's self-esteem. Measurement of this study conducted by Porter Parental Acceptance Scale (PPAS) and observation result of mother and child interactions through Measurement of Empathy in Adult-Child Interaction (MEACI). In addition, Successful intervention with Child-Parent Relationship Therapy (CPRT) can be seen from the changes in the Behavior Checklist of Borba-Self Esteem Tally (B-SET) and decrease on child's problem scores in Child Behavior Checklist (CBCL). The results show that the application of CPRT effectively increases the selfesteem of school-aged child in all its components."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T49051
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kellyana Irawati
"Harga diri rendah kronik adalah suatu evaluasi diri negatif dimana mereka merasa tidak berarti, malu, dan tidak mampu melihat hal positif yang dimilikinya. Dibutuhkan intervensi keperawatan untuk membantu meningkatkan harga diri klien. Tujuan penulisan Karya Ilmiah Akhir ini menggambarkan hasil manajemen kasus spesialis pada klien harga diri rendah kronik dengan pendekatan teori transpersonal caring: Jean Watson. Klien yang diambil dalam penulisan ini sebanyak 31 klien harga diri rendah kronis, dengan 16 klien diberikan terapi kognitif dan 15 klien diberikan terapi perilaku kognitif.
Hasil: terjadi penurunan tanda dan gejala harga diri rendah kronis dan peningkatan kemampuan klien dengan harga diri rendah kronis.
Kesimpulan: pemberian terapi kognitif dan terapi perilaku kognitif dapat membantu meningkatkan harga diri klien. Saran: diperlukan penelitian lebih lanjut tentang faktor yang mempengaruhi peningkatan harga diri klien.

Chronic low self esteem is a negative self evaluation in which they feel meaningless, shame, and unable to evaluate the positive side of them self. Nursing interventions are required for enhancing client s self esteem. The purpose of this Final Scientific Paper is to describe the results of a specialist case management in client with chronic low self esteem using the approach of transpersonal caring theory of Jean Watson. Clients were taken for this paper were 31 clients with chronic low self esteem, with 16 clients were intervered by cognitive therapy and 15 clients were given cognitive behavioral therapy.
Results: The signs and symptoms of chronic low self esteem were decrease and the clients ability was increase with chronic low self esteem. Conclusion The intervention of cognitive therapy and cognitive behavioral therapy can help increasing the level of self esteem on clients. Suggestion It is needed to conduct more research on the affecting factor of clients self esteem enhancement.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Esti Budi Hapsari
"Pada umumya prestasi yang diperoleh siswa dalam satu kelas tertentu, akan sangat bervariasi dan tidak jarang terjadi perbedaan yang besar antara nilai yang tertinggi dan yang terendah. Keadaan tersebut dapat terjadi akibat kelas yang heterogen atau terdiri dari siswa yang pandai dan tidak pandai. Keadaan kelas yang demikian juga dapat menyulitkan guru dalam mengajar, karena harus mengulang instruksi apabila ada siswa yang belum paham pada materi yang diajarkan (Slavin, 1994).
Berdasarkan hal tersebut, maka ada beberapa sekolah yang menerapkan suatu kebiijasanaan untuk mengelompokan siswa berdasarkan kecerdasan/ ability grouping (Hobson, 1969 dalam Reschly & Kicklighter, 1988) ataupun prestasi belajar siswa/achievement grouping (Marshall, 1935 dalam Reschly & Kicklighter, 1988). Dengan pengelompokan ini akan ditemukan adanya kelas unggulan dan non unggulan. Pengelompokan siswa seperti ini umum dilakukan pada tingkat sekolah menengah (Slavin, 1994). Oleh karena itu penelitian ini mengambil sampel siswa SMP. Dari beberapa sekolah di Jakarta yang berhasil diketahui, sistem yang dipakai adalah achievement grouping.
Pengelompokan siswa ini bertujuan untuk mengurangi rentang nilai yang terlalu besar dalam suatu kelas serta meningkatkan efisiensi dan mutu pendidikan (Lindgren, 1962). Para gurupun dapat menyesuaikan metode pengajaran dengan keadaan siswanya, sehingga siswa diharapkan dapat mencapai prestasi yang optimal.
Meskipun demikian, pengelompokan tersebut dapat menimbulkan masalah, baik berupa efek sosial dari keadaan itu, atau akibat dari cara mengajar guru yang berbeda pada masing-masing kelas. Masalah tersebut antara lain, siswa kelas unggulan yang mempunyai keyakinan bahwa keberadaan bersama teman yang juga pandai akan menghalangi untuk menjadi yang terbaik di kelasnya. Meskipun demikian, menurut Beck dan Austin (1970 dalam Worell & Stiwell, 1981), orang yang prestasinya tinggi, biasanya mempunyai keyakinan bahwa usaha serta kemampuannyalah yang akan menentukan tinggi atau redahnya prestasi yang diperoleh. Pengatribusian tanggung jawab terhadap kesuksesan atau kegagalan pada faktor internal atan eksternal disebut locus of control. Sedangkan masalah lain yang dapat timbul adalah siswa non unggulan yang merasa rendah diri dan menilai dirinya negatif karena memperoleh prestasi yang rendah dan ditempatkan di kelas non unggulan tersebut. Penilaian serta perasaan yang timbul dari persepsi seseorang tentang harga dirinya disebut self esteem.
Jika didasarkan pada konsep di atas, maka pada siswa kelas unggulan dan non unggulan akan terdapat perbedaan locus of control dan self esteem, dimana locus of control siswa kelas unggulan lebih internal, dan self esteem siswa kelas unggulan akan lebih tinggi dari siswa kelas non unggulan.
Untuk mengetahui perbedaan antara dua variabel (locus of control dan self esteem) pada ke dua kelas tersebut, digunakan alat Intellectual Achievement Responsibility (JAR) untuk mengukur locus of control dan Culture Free Self Esteem lnventory for Children dari Battle untuk mengukur self esteem, dimana sebelumnya terlebih dahulu diberikan tes Standard Progressive Matrices (SPM) untuk mengontrol faktor kecerdasan. Data yang diperoleh diolah dengan teknik Analysis of Covariance (ANCOVA), dangan kecerdasan sebagai kovariabel.
Dari pengolahan data itu diperoleh hasil yang tidak signifikan untuk perbedaan locus of control dan self esteem pada siswa kelas unggulan dan non unggulan. Untuk keseluruhan subyek, locus of control cenderung ke arah internal dan self esteem cenderung tinggi. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem achievement grouping ternyata cukup baik untuk diterapkan dan tidak menimbulkan masalah pada kedua variabel yang diteliti, meskipun mungkin tidak demikian adanya untuk variabel lain.
Berdasarkan hasil penelitian, saran terutama ditujukan pada alat yang digunakan, yaitu dalam teknik jawaban, yang sebaiknya menggunakan skala Likert, kemudian juga meminimalkan efek social desirability pada item serta dilakukannya uji coba sebelum penelitian, agar dapat mengganti item yang tidak baik."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Aisha
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas penerapan Cognitive Behavior Therapy CBT untuk meningkatkan self esteem Partisipan dalam penelitian ini adalah anak laki laki usia 10 tahun yang memiliki self esteem rendah Self esteem diukur dengan menggunakan skala Self Perception Profile for Children dari Susan Harter 2012 dan didukung dari hasil wawancara dengan orang tua Intervensi Cognitive Behavior Therapy CBT yang diberikan untuk meningkatkan self esteem yang rendah terdiri dari empat tahapan Tahap pertama yaitu pra intervensi dilakukan sebanyak dua sesi Tahap kedua yang berisipsikoedukasi kepada orang tua terkait dengan peran orang tua dalam mendukung intervensi CBT dilakukansebanyak dua sesi Tahap ketiga yaitu tahap intervensi terdiri dari 12 sesi Tahap keempat yaitu post intervensi diberikan sebanyak dua sesi Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan self esteem terutama pada domain kemampuan sosial kemampuan atletik penampilan fisik dan self esteem secara keseluruhan Peran orang tua yang mampu menerapkan teknik SUPPORT Show Understand Patient Prompt Observe Reward Talk diduga turut mendukung keberhasilan intervensi yang sudah dilakukan pada anak

The aim of this study was to know the effectiveness of Cognitive Behavior Therapy CBT to increase self esteem The participant of this study is a 10 years old boy who has low self esteem Self esteem was measured by Self Perception Profile for Children from Susan Harter 2012 and supported by interviewing with parents Cognitive Behavior Therapy CBT that wasdoneconsisted of four stages Stage one that was pre intervention consisted of two sessions Stage two that includedpsychoeducation to parents about their roles to support CBT to their child consisted of two sessions Stage three was the intervention to the child that consisted of 12 sessions Stage four that was post intervention consisted of two sessions The result of this study showed thatCBTcould increase self esteem especially insocial competence athletic competence physical appearance and global self esteem Parent rsquo s role to apply SUPPORT technique Show Understand Patient Observe Reward Talk was predicted supportingthe success of this intervention "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T38918
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lawrence, Anne
Montreux: Minerve Press, 1996
649.7 LAW s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Linggawati Haryanto
"Self-esteem berperan banyak dalam perkembangan mental yang sehat dari seorang anak. Dengan memiliki rasa penghargaan diri yang positif, seorang anak akan bisa meraih kondisi optimal dari perkembangan mentalnya dan mencapai kebahagiaan hidup. Sebagaimana anak yang normal, seorang anak tuna grahita ringan juga membutuhkan self-esteem yang positif untuk perkembangan yang optimal dalam keterbatasan yang dimiliki. Untuk bisa memiliki self-esteem yang positif, seorang anak tuna grahita sangat membutuhkan dukungan yang positif pula dari ibunya.
Walaupun harapan akan dukungan ibu dalam pembentukan self-esteem yang positif pada anak tuna grahita ringan sangat dibutuhkan, ternyata kondisi kelainan pada anak dapat menimbulkan sikap yang negatif dari ibu. Hal ini disebabkan kondisi anak tuna grahita tidak sesuai dengan harapannya akan anak yang ideal. Padahal teori mengatakan bahwa sikap ibu akan mempengaruhi perlakuan ibu terhadap anak dan hubungan di antara mereka. Karena itu maka dirasa perlu untuk meneliti hubungan antara sikap ibu terhadap anaknya yang menyandang tuna grahita dan dukungan ibu dalam pembentukan self-esteem yang positif dari anaknya tersebut.
Pencarian data dalam penelitian ini dilakukan dengan pemberian kuesioner kepada ibu-ibu yang anaknya bersekolah di SLB-C. Kuesioner yang diberikan ada dua buah yaitu kuesioner sikap ibu dan kuesioner dukungan ibu dalam bentuk skala Likert. Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan teknik koefisien Alpha Cronbach. Dari analisa reliabilitas terhadap kedua kuesioner didapat nilai alpha sebesar 0,7124 untuk kuesioner sikap ibu dan alpha 0,8471 untuk kuesioner dukungan ibu.
Hasil dari pengumpulan data menunjukkan rata-rata skor kelompok yang cukup tinggi pada kedua skala yaitu skala sikap ibu dan skala dukungan ibu. Perhitungan korelasi antara dua variabel yaitu variabel sikap dan dukungan menunjukkan indeks korelasi sebesar 0,538 yang signifikan pada LOS 0,01. Dengan demikian dapat dinyatakan adanya hubungan antara sikap ibu terhadap anaknya yang menyandang tuna grahita ringan dan dukungan ibu dalam pembentukan self-esteem yang positif dari anaknya tersebut. Untuk penelitian yang akan datang disarankan untuk melihat adanya social desirability pada kuesioner terutama untuk kuesioner yang membahas hal-hal yang sensitif seperti masalah sikap dan pengasuhan ibu."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3004
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardine Az-Zhahrani Athaya Putri
"Semakin tinggi tingkatan perkuliahan, semakin kompleks tuntutan akademiknya. Termasuk pengerjaan skripsi sebagai syarat kelulusan mahasiswa. Tekanan selama prosesnya memengaruhi keyakinan evaluatif individu terhadap gambaran diri secara keseluruhan atau harga diri individu. Gambaran kapasitas keyakinan dan kepercayaan diri individu dalam memegang nilai juga bisa dijelaskan oleh virtue (kebajikan) manusia yang disebut sebagai intellectual humility. Melalui pemaknaan konsep harga diri dan virtue intellectual humility di atas walaupun terlihat berkaitan namun masih jarang penelitian yang membahas kedua variabel yaitu intellectual humility dan harga diri. Hasil penelitiannya juga masih inkonsisten. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk menguji korelasi antara intellectual humility dan harga diri mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi di Indonesia. Partisipan terdiri dari 121 mahasiswa berusia 20 – 24 tahun. Intellectual humility diukur menggunakan Comprehensive Intellectual Humility Scale dan harga diri diukur dengan Rosenberg Self-Esteem Scale. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara intellectual humility dan harga diri. Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk intervensi bagi mahasiswa tingkat akhir dalam mewujudkan keberadaan intellectual humility dan tingkat harga diri yang sehat.

Semakin tinggi tingkatan perkuliahan, semakin kompleks tuntutan akademiknya. Termasuk pengerjaan skripsi sebagai syarat kelulusan mahasiswa. Tekanan selama prosesnya memengaruhi keyakinan evaluatif individu terhadap gambaran diri secara keseluruhan atau harga diri individu. Gambaran kapasitas keyakinan dan kepercayaan diri individu dalam memegang nilai juga bisa dijelaskan oleh virtue (kebajikan) manusia yang disebut sebagai intellectual humility. Melalui pemaknaan konsep harga diri dan virtue intellectual humility di atas walaupun terlihat berkaitan namun masih jarang penelitian yang membahas kedua variabel yaitu intellectual humility dan harga diri. Hasil penelitiannya juga masih inkonsisten. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk menguji korelasi antara intellectual humility dan harga diri mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi di Indonesia. Partisipan terdiri dari 121 mahasiswa berusia 20 – 24 tahun. Intellectual humility diukur menggunakan Comprehensive Intellectual Humility Scale dan harga diri diukur dengan Rosenberg Self-Esteem Scale. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara intellectual humility dan harga diri. Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk intervensi bagi mahasiswa tingkat akhir dalam mewujudkan keberadaan intellectual humility dan tingkat harga diri yang sehat."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>