Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113335 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alma Rahima
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran utuh pengalaman remaja Jakarta sebagai biseksual dengan tipe penelitian fenomenologis. Pengumpulan data pun dilakukan dengan wawancara fenomenologis mendalam. Sebagai remaja biseksual yang tinggal di Jakarta, kedua partisipan mengalami kebingungan, perasaan takut dan berdosa akibat sisi homoseksual dan memiliki kecenderungan untuk lebih tertarik pada satu jenis kelamin. Selain itu keduanya juga memiliki keinginan untuk mengakhiri salah satu ketertarikan seksual dan mengalami kesepian. Sebagai remaja biseksual di kota Jakarta, kedua partisipan juga mengalami berbagai macam masalah, seperti masalah keluarga, masalah isolasi, masalah hubungan romantis dan masalah identitas seksual yang belum terselesaikan. Gaya hidup kedua partisipan sebagai remaja biseksual yang tinggal di Jakarta ternyata memiliki peran dalam pengalaman biseksualitas pada kedua remaja tersebut.

This research aims to get the full description of adolescents in Jakarta as Bisexual with phenomenology type research. Data collection was done with phenomenology-depth interview. The result of this research is as bisexual adolescents who live in Jakarta, they feel confuse, fear and sinful because their homosexual side as bisexual. They also tend to more interest with one sex. Both of them want to end their attraction to one sex or to choose one sex to be loved and they also feel loneliness. As bisexual in Jakarta, they experience many problems such as family problem, isolation, romantic relationship problem and sexual identity problem that has not been resolved yet. Researcher also found that their lifestyle as Jakarta adolescents has a role in their experience as Bisexual."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S3533
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arlianti
"Masa remaja dimulai pada sekitar usia 12 atau 13 tahun sampai sekitar usia 20-an dan merupakan masa peralihan yang ditandai dengan perubahan-perubahan dalam diri individu, baik perubahan fisik maupun perubahan psikologis dari anakanak menuju dewasa. Masa peralihan tersebut menyebabkan remaja mudah terkena atau menimbulkan masalah. Salah satu hal yang dapat memicu timbulnya masalah pada remaja adalah emosi marah yang tidak dikendalikan dan diekspresikan secara tepat. Intensitas pengalaman emosi, termasuk emosi marah, menurut Frijda dipengaruhi oleh interaksi sejumlah faktor, yaitu : kepedulian kejadian, penilaian, action repertoire, regulasi dan mood. Penelitian ini ingin melihat gambaran penilaian konteks pada pengalaman emosi marah dengan intensitas tinggi dan rendah pada siswa/i kelas 1 SMUN 38, Jakarta. Penilaian konteks yang diteliti meliputi 24 dimensi, yaitu : valensi, kemudahan mencapai tujuan/ keterhambatan, kesejahteraan orang lain, keadilan, ketertarikan, kebaruan/sudah dikenal atau belum, ketiba-tibaan, harapan akan akhir, kejelasan tentang akhir, kemungkinan diubah atau finalitas, dapat/tidak dapat dihindarkan, tanggung jawab sendiri, tanggung jawab orang lain, keterkendalian, harga diri, penghargaan orang lain, kejelasan, antisipasi usaha, dapt diatasi/ ditangguung, dapat diharapkan, dapat diharapkan oleh orang lain, kepentingan, kesesuaian dengan norma menurut diri sendiri dan kesesuaian dengan norma menurut orang lain.
Untuk mendapatkan data yang diperlukan, dilakukan pengambilan data dengan menggunakan kuesioner emosi dan kuesioner penilaian Frijda & Markam (1992). Kuesioner diberikan kepada 45 siswa/i kelas 1 SMUN 38, Jakarta. Dari hasil perhitungan data, didapatkan bahwa dimensi penilaian yang paling menonjol pada pengalaman emosi marah dengan intensitas tinggi adalah dimensi valensi, kemudahan mencapai tujuan, ketiba-tibaan dan dapat diharapkan.Sedangkan pada pengalaman emosi marah dengan intensitas rendah dimensi penilaian yang paling menonjol adalah dimensi ketidak adilan, ketertarikan, keterkendalian dan dapat diharapkan. Selain itu juga didapatkan adanya perbedaan yang signifikan antara dimensi kesejahteraan orang lain , kebaruan, ketiba-tibaan, keterkendalian, antisipasi usaha, dapat diatasi/ditanggung dan kepentingan pada pengalaman emosi marah dengan intenistas tinggi dan pengalaman emosi marah dengan intensitas rendah yang dialami siswa-siswi kelas 1 SMUN 38 Jakarta.
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal untuk lebih memahami pengalaman emosi marah yang dialami oleh remaja, terutama siswa-siswi kelas 1 SMU. Namun masih banyak kekurangan pada penelitian ini sehingga sebaiknya dilanjutkan dengan penelitian lain yang meneliti tentang anteseden, kesiapan aksi dan regulasi dari pengalaman emosi marah sehingga didapatkan data yang lebih kaya dan lengkap. Selain itu juga sebaiknya penelitian dilakukan dengan menggunakan metode pengambilan data berupa kuesioner ditambah dengan metode wawancara sehingga data yang didapat lebih lengkap dan mendalam."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3047
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joshua Ananggadipa Haryono
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hal yang dilakukan oleh seorang biseksual setelah melewati terjadinya proses coming out kepada lingkungan sekitarnya. Penelitian ini berangkat dari konsep agensi yang dikemukakan oleh Archer yang mengartikan agensi sebagai refleksi bagi seseorang untuk bisa mengembangkan dirinya. Konsep agensi yang digunakan adalah transformative agency yang diartikan sebagai adanya pertemuan antara agensi dan struktur, di mana agensi ini mempunyai kemampuan untuk berstrategi menghadapi struktur yang ada setelah adanya interaksi sosial dengan agen lainnya. Penelitian ini beragumen bahwa setelah melakukan proses coming out, agensi ini menghadapi konsekuensi yang ada karena struktur heteronormatif, sehingga individu-individu biseksual ini ada keinginan untuk bisa menegosiasi struktur heteronormatif dalam menghadapi penolakan, stigma, dan menjalani identitas sebagai biseksual. Temuan penelitian ini membuktikan bahwa seorang biseksual belum bisa menggunakan kemampuan sepenuhnya sebagai transformative agency untuk mengubah struktur heteronormatif yang ada. Penelitian ini menggunakan studi kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam.

This study aims to explain what a bisexual person is going to do after they coming out to the people around them. This study is based on the concept of agency by Archer who describe agency as a reflection of a person to develop themselves. The concept of agency that used in this study is transformative agency, when agency and structure meets and develop a capability to make a strategy to confront the structure in some environment after the social interaction is happening with another agents. This study argues that after the process of coming out, the agency of bisexual people is going to dealt with some consequences because of the existence of heteronormative structure in their everyday life. Therefore, a bisexual person have a power to negotiate the heteronormative structure when they dealt with rejection, facing some stigma about bisexual people and also build their bisexual identity. This study confirms that a bisexual person can not use their full potential as a transformative agency to negotiate or change the heteronormative structure. This study used qualitative approaches with in depth interview method."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roma Tao Toba Muara Ria
"Tujuan penelitian mendapatkan gambaran pengalaman ibu merawat anak autistik dalam memasuki masa remaja di Jakarta menggunakan fenomenologi deskriptif. Partisipan adalah enam ibu diperoleh melalui purposive sampling. Hasil rekaman wawancara dan catatan lapangan yang dianalisis menggunakan teknik Collaizi. Hasil penelitian adalah 9 tema: menolak/berduka dan menerima, peran informal ibu, upaya perawatan anak autistik, perubahan perilaku anak autistik memasuki masa remaja dimulai pada usia 7-10 tahun, sumber dukungan yang digunakan ibu, sumber hambatan, bentuk sikap dan tindakan ibu, serta kemandirian dalam kehidupan. Perawat komunitas diharapkan memanfaatkan hasil dengan pemberian konseling pada klien dan keluarga dengan anak autistik sesuai dengan tumbuh kembang keluarga.

This study aims to explore mothers? experience in caring autistic child in entering the puberty. Descriptive phenomenological design was applied. Participants were six mothers selected through purposive sampling. The recorded interviews and field notes analyzed using Collaizi technique. The revealed nine themes: response of refused/grieving and accepting, informal roles of mother, efforts of caring, changing behavior when the autistic children reach puberty period starting around 7 to 10 years old, source of support, obstacles of care, mother's attitude and reaction, child independence. Nurses are expected to able in providing counseling to families with autistic children in accordance to family development."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Seperti telah disebutkan pada awal karangan penelitian yang dilakukan adalah penelitian mengenai penyalahgunaan narkotika di kalangan remaja dengan mengambil lima orang remaja sebagai informan pokok, guna memperoleh keterangan mendalam mengenai latar belakang keterlibatan mereka."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1979
S12774
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S7629
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luh Putu Sri Mahayani
"ABSTRAK
Masa remaja merupakan suatu masa yang penting dalam periode
perkembangan manusia. Pada masa ini, remaja mengalami suatu periode peralihan
{transition) dari masa kanak-kanak, yang ditandai dengan adanya kebutuhan
untuk bergantung pada orang lain {dependent), menuju masa kedewasaan yang
ditandai dengan adanya keinginan untuk bebas dari campur tangan orang lain
{independent).
Periode peralihan ini juga ditandai dengan adanya perubahan-perubahan
baik secara fisik, kognitif, maupun psikologis. Perubahan psikologis yang paling
menonjol ditandai dengan perubahan emosi, baik emosi positif maupun emosi
negatif, ketika menghadapi berbagai persoalan baik yang datangnya dari
lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, maupun lingkungan sekolah.
Pada masa ini peran keluarga sangat penting, karena keluarga memiliki
pengaruh terhadap pengalaman emosi remaja. Kesadaran emosi pada masa remaja
membantu remaja untuk tumbuh dan berkembang menjadi individu yang sehat
secara fisik dan psikologis. Keluarga harus bisa menyediakan lingkungan yang
postif, yang baik bagi kesehatan mental remaja. Untuk itu keluarga harus bisa
menciptakan keseimbangan dalam komunikasi, kohesivitas atau kedekatan dan
fleksibilitas dalam keluarga.
Dari fenomena diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui, apakah remaja
yang keluarganya memiliki keseimbangan yang bagus dalam hal komunikasi,
kohesivitas, dan fleksibilitas, memiliki pengalaman emosi positif. Sebaliknya,
apakah remaja yang keluarganya tidak memiliki keseimbangan dalam tiga hal
tersebut, memiliki pengalaman emosi negatif. Kemudian bagaimana perbandingan
kesiapan aksi antara pengalaman emosi positif dan negatif, yang ditimbulkan oleh
peristiwa-peristiwa dalam keluarga.
Untuk mendukung penelitian ini, peneliti memilih murid SMU kelas 1
sebagai subjek penelitian. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling (bertujuan). Penelitian ini menggunakan
empat buah alat pen^uran, yaitu Family Assessment dari Herbert Lingren untuk
melihat gambaran sistem keluarga subjek. Alat kedua digunakan untuk
memancing perasaan subjek berkaitan dengan hubungan dalam keluarganya. Pada
alat ketiga, subjek diminta untuk menceritkan peristiwa keluarga, baik yang
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Terakhir adalah kuesioner
emosi untuk memperoleh gambaran tentang pengalaman emosi yang berkaitan
dengan peristiwa keluarga dan kesiapan aksi.
Basil yang didapat dari alat pertama adalah keadaan keluarga subjek
sebagian besar dapat digolongkan sebagai keluarga yang memiliki komunikasi,
kohesivitas dan fleksibilitas yang cukup baik, namun masih diperlukan usahausaha
lebih lanjut untuk bisa mempertahankan kebersamaan dalam keluarga.
Dari hasil perhitimgan korelasi, didapat bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara sistem keluarga (komunikasi, kohesivitas dan fleksibilitas)
dengan pengalaman emosi baik yang positif maupun yang negatif. Tidak adanya
hubungan antar keduanya kemungkinan disebabkan karena subjek memiliki
kecenderungan untuk menampilkan apa yang seharusnya dimiliki oleh sebuah
keluarga dan bukan berdasarkan apa yang sebenamya dimiliki oleh keluarga
subjek. Selain itu kesulitan dalam memahami istilah-istilah emosi juga dapat
mempersulit penelitian emosi.
Dengan menggunakan perhitungan t-test, terlihat adanya perbedaan
kesiapan aksi pengalaman emosi positif dan emosi negatif, yang dimunculkan
oleh peristiwa dalam keluarga dalam hal: keinginan untuk menghindar, keinginan
untuk menghapus atau menghilangkan peristiwa, keinginan untuk melakukan atau
mengatakan sesuatu yang menyakitkan, keinginan untuk merusak sesuatu,
keinginan untuk menangis, perasaan santai atau tenang, perasaan tak berdaya,
keinginan untuk melawan, keinginan untuk dapat meluruskan masalah, keinginan
untuk menghilang, keinginan melarutkan diri dalam kesedihan.
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengalaman emosi,
tetapi tentu saja dengan menggunakan alat yang lebih sederhana dan tidak ambigu
agar dapat lebih mudah dipahamai dan dimengerti oleh subjek. Kemudian hasil
dari penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan untuk memberdayakan para
remaja, orang tua dengan anak remaja, dan juga dapat memberikan sumbangan
bagi ilmu psikologi, terutama untuk memperbanyak konseling untuk remaja."
2001
S2857
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3253
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Sari Hardiani
"Eklampsi adalah penyebab kedua tingginya Angka Kematian Ibu di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman dan persepsi ibu yang pernah mengalami eklampsi. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengambilan partisipan dengan purposive sampling, sebanyak 7 partisipan yaitu ibu dengan riwayat persalinan dengan eklampsi berpartisipasi dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan catatan lapangan (fieldnote). Analisis data dengan menggunakan langkah-langkah dari Colaizzi.
Pada penelitian ini teridentifikasi 9 tema utama, yaitu: gejala fisik sesaat sebelum eklampsi, keluhan yang dirasakan saat serangan awal eklampsi, keluhan yang dirasakan setelah eklampsi, sumber dukungan sosial yang diterima, bentuk dukungan sosial yang diterima, makna kejadian eklampsi bagi ibu, pelayanan petugas pasca eklampsi, harapan terhadap pelayanan kesehatan, harapan terhadap kehidupan kedepan.
Hasil penelitian menyarankan pengidentifikasian kebutuhan ibu sedini mungkin diharapkan dapat mengurangi kendala, mengatasi resiko kekambuhan, dan meminimalkan dampak dari eklampsi yang dialami oleh ibu, terutama dampak psikologis.

Eclampsia is the second cause of maternal mortality in Indonesia. The aim of this study is to gain a thorough understanding the experiences and perceptions of mothers who had suffered from eclampsia at RSUP Fatmawati Jakarta. This research is a qualitative phenomenological study. Participants were selected with purposive sampling, use in-depth interviews and observation techniques (fieldnote). Seventh women who had experienced eclampsia at RSUP Fatmawati were interviewed. Data were analyzed using the steps of Colaizzi.
There is nine themes that identified in this research, including: physical complaint before eclampsia, complaints that is felt when the initial attack of eclampsia, a complaints that is felt after eclampsia, the sources of social support, the form of social support, the meaning of eclampsia for mothers, the service of health care provider in the post-eclampsia period, mother's expectations on health services, mother's expectations on the future life.
The results suggest that early identification of mother's needs can reduce the barriers, to prevent the risk of eclampsia recurrence, and minimizing the impact of eclampsia to mothers, especially the psychological impact.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T28433
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>