Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 92292 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Audi Muttaqien
"Dalam persaingan industri kesehatan yang semakin global, kompetitif dan penuh tantangan dewasa ini, setiap pelaku bisnis yang ingin memenangkan kompetisi harus memberikan perhatian penuh kepada pelanggan dengan cara meningkatkan proses bisnisnya kearah yang lebih baik. Namun belakangan ini, banyak komplain yang diajukan pelanggan terhadap kualitas pelayanan Klinik Mata X. Hal ini merupakan sesuatu yang menjadi pusat kekhawatiran pihak manajemen akhirakhir ini. Agar perusahaan dapat meningkatkan kualitas produk dan proses pelayanannya, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pelanggan, Lean Sigma dapat menjadi sebuah metodologi yang tepat.
Lean Sigma merupakan sebuah metodologi perbaikan dan peningkatan proses yang berorientasi pada peningkatan kualitas produk/proses, dan reduksi biaya melalui transformasi waste menjadi nilai tambah sesuai dengan perspektif konsumen dengan metode pemecahan masalah yang sistematis dan berdasarkan data.
Metode Lean Sigma digunakan pada skripsi ini dalam menelaah penyebab terjadinya ketidakpuasan pelanggan. Langkah-langkah peningkatan kualitas ini dilakukan dengan langkah Six Sigma, DMAIC serta menggunakan tools-tools yang merupakan kombinasi antara Lean dan Six Sigma.
Tulisan ini memuat ulasan setiap langkah, mulai dari pemilihan proyek dan pendefinisian permasalahan, dilanjutkan dengan pengumpulan data serta analisa akar penyebab masalah sehingga didapatkan usulan solusi untuk diimplementasikan.
Hasil dari penelitian ini adalah berupa usulan solusi yang diharapkan dapat menghilangkan akar penyebab masalah yang diidentifikasi beserta perancangan metode kontrolnya.

Currently, healthcare industries are facing a more global, competitive and challenging competition. In order to survive, every company has to give full attention for their customers by improving their business process. Up till now, eye clinic X is facing many complaints from their customers regarding their service quality level. This issue is one of the most worrying topics for the management lately. In order to improve the quality of a product or services, so that the customer requirements can be fulfilled, Lean Sigma could be the right method.
Lean Sigma is a process improvement methodology whose orientation is in improvement of the product/process quality and reduction of cost through the transformation of waste into a value adding process/product characteristic as it perceived by the customers perspective with a systematic, fact based problem solving approach.
Lean Sigma method is applied in this research to investigate the root cause of the customer?s complaints. The phases of this quality improvement project are based on the DMAIC Six Sigma methodology and the tools applied are the combination of Lean Management and Six Sigma.
This thesis comprises the detail of each phase, its starts with the project selection and problem definition agreement. Continued with data gathering and root cause analysis so that the solution to counter the root cause can be created and implemented.
The outcomes of this research are recommended solutions to eliminate the identified root cause and provide them with the proposed control method.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49325
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iffa Nurafiati Hardiono
"Seiring dengan semakin menjamurnya klinik mata dan jasa kesehatan mata sejenis, marketing Klinik Mata XYZ harus meningkatkan performanya untuk dapat memenuhi target peraihan pasien yang ditetapkan manajemen. Oleh karena itu pengukuran pada aktivitas marketing perlu dilakukan untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas sebuah program marketing. Selain itu, proses marketing yang ada sekarang juga perlu ditelaah sehingga dapat diketahui akar masalah-masalah, serta diajukan usulan-usulan solusi yang akan membuat performa marketing menjadi lebih baik lagi.
Penelitian ini menggunakan metode Lean Six Sigma dalam menelaah penyelenggaraan sebuah aktivitas marketing Klinik Mata XYZ, yaitu rangkaian seminar LASIK. Penerapan Lean Six Sigma diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan seminar, atau dengan kata lain menghilangkan aktivitas-aktivitas Non Value Added di rangkaian kegiatan seminar dengan tetap mencapai jumlah peserta dan conversion rate yang diinginkan. Seminar LASIK dianggap baik apabila berpeserta lebih dari 120 orang dan setidaknya 35% dari total peserta tersebut terkonversi menjadi pasien LASIK.
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan, ternyata rangkaian seminar LASIK pada tahun 2006 baru mencapai tingkat 1.36 sigma; atau 555.555,55 DPMO. Dari data-data yang ada dilakukanlah analisis dan didapatkan beberapa akar masalah dari kurang efisien dan efektifnya sebuah penyelenggaraan seminar. Lalu diajukan usulan-usulan solusi yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas seminar LASIK.

Along with the greater presence of eye clinics and eye health services of a kind, marketing division of XYZ Eye Clinic must improve its performance in order to be able to accomplish the specified management target of patients. Therefore measurement in marketing activities requires to be done to know the efficiency and effectiveness of a marketing program. Moreover, current marketing process also needs to be analyzed with the aim of finding the root causes and recommend solution ideas that will make marketing performance better.
At this research, Lean Six Sigma method is used in improving implementation of LASIK seminar which is expected that LASIK seminar will be more efficient and effective, or in other words reducing non value added activities but still accomplishing the target of audience and conversion rate. LASIK seminar considered as good seminar when it has more than 120 audiences and at least 35% from them converted into LASIK patients.
Based on the measurement, the baseline performance of 2006 LASIK seminar only positioned at 1.36 sigma; or 555.555,55 DPMO. From the existing data, analysis is conducted then the root causes of less efficient and effective seminar found. Next, the solution recommendations are proposed to improve the efficiency and effectiveness of LASIK Seminar.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S50370
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jaka Utama
"Peningkatan kualitas secara berkesinambungan adalah hal yang mutlak diperlukan untuk memenangkan persaingan industri. Asuransi sebagai industri jasa harus memberikan kualitas pelayanan yang baik dalam proses klaim kepada klien. Dengan menggunakan metode Lean Six Sigma yang merupakan kombinasi antara metodologi Lean Management dan Six Sigma, proses yang tidak menambah nilai di mata konsumen dapat teridentifikasi, serta variasi dari proses dapat diminimalisasi sehingga mengurangi cacat yang terdapat pada produk yang sampai kepada konsumen, dan biaya karena kualitas yang buruk dapat dikurangi.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode Lean Six Sigma untuk meningkatkan kualitas proses klaim pada Perusahaan Asuransi PT.X. Sesuai dengan Customer Critical To Quality (CTQ), kecepatan proses merupakan kebutuhan yang paling penting dari proses klaim. Dari data yang telah dikumpulkan atas indikator kinerja proses, penulis beserta tim Six Sigma menganalisa atas akar permasalahan dengan menggunakan alat-alat statistik.
Akar permasalahan yang teridentifikasi sebagai permasalahan yang paling signifikan adalah jumlah staf klaim yang kurang, tidak adanya pihak yang mengingatkan bengkel untuk segera menerbitkan invoice atas jasa perbaikan, serta staf klaim yang tidak mudah untuk memantau status klaim. Usulan perbaikan yang diajukan berdasarkan analisa tersebut antara lain: penambahan jumlah staf klaim, pembuatan aplikasi berbasis web yang dapat memungkinkan staf klaim memantau status klaim secara rinci, serta monitor secara berkala terhadap proses yang dilakukan oleh bengkel rekanan.

Continuous quality improvement is absolutely required to win in the recent industry competition. Insurance industry as a service industry has to deliver good service quality in claim processing to the insured customers. Using Lean Six Sigma Methodology, which came from the combination of Lean Management and Six Sigma method, Non-Value Adding process can be identified, and the variation of process can be minimized. Therefore, the defect delivered to the customer can be minimized and the cost of poor quality could be reduced.
In this research, the author uses the Lean Six Sigma method to improve the claim process quality in PT X insurance company. Based on Customer Critical To Quality (CTQ), the short duration of processing is the most important need required. And by the data gathered based on the performance indicator, the author and Six Sigma team analyzed the root causes using statistical tools.
The root causes identified as significant causes of long time claim processing are inadequate claim staff quantity, no reminder function for invoice issuance, and the difficulty of claim staff to view the claim?s status. The recommendations proposed based on the analysis are the addition of claim staff, building an web-based application which enables claim department to view the detail of all claims status easily, and the last is monitoring and control periodically to the process done by the repairing shop partner.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S50321
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Labbaika Nurmadani
"Pelayanan resep obat non racik via telemedicine merupakan serangkaian proses penerimaan resep, entri resep, penyiapan resep dan pengiriman obat. Pelayanan ini mulai dikembangkan pada saat terjadi Pandemi COVID-19 sebagai upaya menyediakan layanan farmasi yang tetap terjangkau bagi masyarakat dengan tetap mencegah penyebaran virus COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan usulan perbaikan yang tepat dengan menggunakan metode Lean Six Sigma sebagai upaya peningkatan efektivitas dan efisiensi pelayanan obat non racik via telemedicine. Desain penelitian merupakan penelitian kualitatif dengan melakukan observasi, telaah dokumen dan wawancara mendalam. Hasil pengamatan menunjukkan bahawa rata-rata waktu pelayanan obat non racik via telemedicine selama 1 jam 37 menit 11 detik dengan kegiatan value add selama 32 menit 39 detik (33,6%) dan non value add selama 1 jam 4 menit 32 detik (66,4%). Waste yang ditemukan yaitu overprocessing, waiting, motion dan defect sehingga usulan perbaikan yang diberikan menggunakan standarisasi kerja, perbaikan diagram alur, 5S, dan Kaizen.

Non-compounding drug service via telemedicine is a series of processes for receiving prescriptions, entering prescriptions, preparing prescriptions and delivering drugs. This service was developed during the COVID-19 pandemic as an effort to provide affordable pharmaceutical services for the community while preventing the spread of the COVID-19 virus. This study aims to find the right improvement suggestion using the Lean Six Sigma method as an effort to increase the effectiveness and efficiency of non-compounding drug services via telemedicine. The research design is a quantitative and qualitative research by conducting observations, reviewing documents and in-depth interviews. The results showed that the average service time for non-compounding drugs services via telemedicine was 1 hour 37 minutes 11 seconds with value add activities of 32 minutes 39 seconds (33.6%) and non value add for 1 hour 4 minutes 32 seconds (66, 4%). The wastes found are overprocessing, waiting, motion and defects so the suggested improvements are given using work standardization, flow chart improvement, 5S, and Kaizen."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kenny Tiaksa
"Tulisan ini merupakan penjabaran tentang metodologi yang mengkombinasikan antara Lean dan Six Sigma, metodologi ini digunakan untuk merampingkan proses dan meningkatkan kualitas dalam jasa pembuatan polis asuransi pada bagian underwriting di sebuah organisasi asuransi XYZ. Penulisan ini berdasarkan sebuah project yang dilakukan di suatu organisasi asuransi.
Penulisan ini mengulas bagaimana cara untuk meningkatkan nilai sigma, dalam tulisan ini dibahas bagaimana cara untuk meningkatkan nilai sigma dari 1,60 menjadi 4,00 dengan metode Lean Six Sigma Penulisan ini diulas secara bertahap dengan langkah Six Sigma, DMAIC. Tools-tools yang digunakan merupakan kombinasi antara Lean dan Six Sigma yang digunakan sesuai kebutuhan, di mana tools-tools yang digunakan disesuaikan dengan setiap fasenya. Tulisan ini mengulas setiap langkahnya dengan jelas, mulai dari pemilihan project dilanjutkan pendefinisian dalam pelaksanaan project kemudian bagaimana cara untuk mengumpulkan dan mengolah data yang dibutuhkan untuk dilakukan analisa mencari akar permasalahan dan mencari proses yang tidak memberi nilai tambah untuk konsumen sehingga bisa didapat solusi alternatif untuk diimplementasikan dan bagian terakhir adalah cara untuk mengontrol perbaikan yang telah dilakukan Analisa dibuat dengan menggunakan kombinasi tools antara Lean dan Six Sigma untuk mendapat hasil alternatif solusi yang terbaik untuk memperbaiki akar pemasalahan yang berhasil diidentifikasi pada tahap analisa tersebut.

This research is to illuminate about methodology that combining between Lean and Six Sigma, these methodologies used to shape the process and quality improvement on creating insurance policy in XYZ insurance at underwriting division. This research based on a project that held in insurance organization. This research explain how to raise sigma value, from the project is about to increase sigma value from 1,60 to 4,00 using Lean Six Sigma method.
This research describes into some phase which each phase using Six Sigma step, DMAIC. Tools that used are combination between Lean and Six Sigma that used appropriate, where the tools that used suited to each phase. This research explain each phase clearly, start from selecting the project continue with defining the project then how to collect and calculate the data which are needed as a based for analyze to find the root causes and find the process that non-value-added for customer so that the result is alternative solution for implementing and the last phase is how to control the improvement that have been made. Analyze created using combination tools between Lean and Six Sigma to get the best alternative solution to improve from the root causes that had been identified in analyze phase.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S50278
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elina Waiman
"Rumah sakit perlu menjaga mutu layanan yang diberikan kepada pasien. Waktu tunggu rawat jalan merupakan salah satu indikator mutu yang diukur oleh rumah sakit. Rerata waktu tunggu di Klinik Penyakit Dalam Charitas Hospital Palembang yang mencapai target hanya sebesar 54%. Penelitian ini merupakan penelitian operasional eksperimental untuk melihat bagaimana upaya perbaikan dengan penerapan Metode Lean Six Sigma (LSS) dapat mereduksi waktu tunggu pasien rawat jalan. Upaya perbaikan berupa penerapan sistem perjanjian dan simplifikasi alur pasien rawat jalan sesuai future state map dilakukan rumah sakit pada April 2021 sampai dengan Januari 2022. Data waktu tunggu pasien rawat jalan sebelum upaya perbaikan diambil dari sistem informasi dan manajemen rumah sakit (SIMRS) pada Maret 2021, sedangkan data sesudah upaya perbaikan diambil dari Februari sampai Maret 2022, dengan 222 subjek pada masing-masing kelompok. Terdapat reduksi waktu tunggu pasien rawat jalan sesudah upaya perbaikan, yaitu secara keseluruhan subjek sebesar 11% dari 79 menit menjadi 69 menit meskipun tidak bermakna secara statistik (p=0,110). Pada subjek tanpa pemeriksaan penunjang terdapat reduksi waktu tunggu pasien rawat jalan sebesar 16% dari 77 menit menjadi 65 menit (p=0,016), pada subjek dengan pemeriksaan laboratorium dari 151 menit menjadi 124 menit (p=0,176), dan pada subjek dengan pemeriksaan radiologi dari 120 menit menit menjadi 90 menit. Terdapat reduksi waktu tunggu rawat jalan berdasarkan definisi SPM sebesar 29%, yaitu dari 58 menit menjadi 41 menit (p=0,002). Terdapat 26% subjek dengan sistem perjanjian yang datang terlambat. Subjek yang datang terlambat dilakukan relokasi slot, yaitu mengisi slot kosong sesuai antrian pasien yang sudah datang. Apabila dilakukan analisis terhadap subjek yang datang tepat waktu saja, didapatkan adanya reduksi median waktu tunggu pasien rawat jalan sebesar 13%, yaitu dari 79 menit menjadi 69 menit (p=0,014) dan reduksi waktu tunggu rawat jalan berdasarkan SPM sebesar 36%, yaitu dari 58 menit menjadi 37 menit (p=0,000). Khusus pada kelompok pasien dengan pemeriksaan laboratorium, terjadi pengurangan variasi alur cabang dan proporsi pasien yang menjalani alur cabang (p=0,000), serta pengurangan frekuensi kunjungan ke kasir lebih dari satu kali. Rancangan upaya perbaikan yang disusun berdasarkan metode LSS bermanfaat dalam mereduksi waktu tunggu pasien rawat jalan, mengurangi variasi alur cabang di rawat jalan, dan menurunkan defek, dengan komitmen dari pimpinan rumah sakit, dokter, staf, dan pasien. Evaluasi berkala dan perbaikan berkesinambungan perlu dilakukan agar kontinuitas reduksi waktu tunggu pasien rawat jalan dapat berlangsung.

Hospital should maintain good quality of care for its patients. Outpatient waiting time is a quality indicator measured by hospital. Only 54% of outpatient waiting time in Internal Medicine Clinic of Charitas Hospital Palembang meets the standard. An experimental study was conducted to examine how Lean Six Sigma (LSS) Methodology would reduce outpatient waiting time. Improvement project comprised of appointment system and outpatient flow simplification was conducted from April 2021 to January 2022. Pre-implementation data was taken from hospital information system on March 2021 and post- implementation data from February to March 2022, with a sample size of 222 subjects in each group. There was an 11% reduction in overall median outpatient waiting time i.e, from 79 minutes to 69 minutes eventhough statistically insignificant (p=0.110), with 16% reduction from 77 minutes to 65 minutes in subjects without ancillary examination (p=0.016), 18% reduction from 151 minutes to 124 minutes in those with laboratory examination (p=0.176), and 25% reduction from 120 minutes to 90 minutes in those with radiology examination. There was a 29% reduction from 58 minutes to 41 minutes in median outpatient waiting time as defined by government minimal standard of care (p=0.002). As many as 26% subjects with appointment system came late, which were then relocated to the available slots. Comparison was conducted between waiting time before intervention and after intervention in groups of appointment patients who came on-time and resulted in a 13% reduction of median outpatient waiting time from 79 minutes to 69 minutes (p=0,014) as well as a 36% reduction in waiting time as defined by government minimal standard of care from 58 minutes to 36 minutes (p=0,000). In subjects with laboratory examination, there was a reduction in the number of patients undergoing branch lines flow (p=0.000). Improvement project designed using LSS methodology is beneficial in reducing outpatient waiting time, variation in outpatient flow, and defect, especially when supported by commitment of hospital leaders, doctors, staffs, and patients. Regular evaluation and continuous improvement are needed to ensure sustainable reduction of outpatient waiting time."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiyana Puji Lestari
"Pada perusahaan yang telekomunikasi bergerak di bidang jasa kualitas layanan dan kepuasan pelanggan menjadi faktor penting. Untuk mencapai kualitas layanan yang lebih baik dan meningkatkan kepuasan pelanggan, perusahaan harus mengacu pada nilai harapan pelanggan. Suatu perbaikan untuk peningkatan kualitas layanan dan kepuasan pelanggan dapat dilakukan dengan mengimplementasikan metode lean six sigma dan metode quality function deployment (QFD) yang penerapannya dilakukan secara sistematis dan terstruktur yang dapat digunakan untuk memproses dan menerjemahkan suara pelanggan menjadi dimensi kualitas layanan dan dimensi penilaian kualitas pelayanan menurut pelanggan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dimensi yang paling berpengaruh terhadap penilaian kualitas layanan dan penilaian kualitas pelayanan menurut pelanggan berdasarkan nilai suara pelanggan adalah dimensi kualitas jaringan, dimensi kualitas layanan dari penilaian pelanggan, dimensi responsif, dimensi keandalan dan dimensi empati. Pada perbaikan dengan pendekatan menurut nilai gap internal perusahaan didapatkan skenario 1 dapat dipilih menjadi alternatif perbaikan dengan peningkatan kepuasan pelanggan menjadi 80% karena perbaikan tersebut sesuai dengan kebutuhan pelanggan berdasarkan suara pelanggan. Untuk perbaikan dengan pendekatan berdasarkan gap terhadap nilai kompetitor didapatkan perbaikan skenario 1 dapat dipilih menjadi alternatif perbaikan karena nilai kepuasan pelanggan meningkat menjadi 86% dan perbaikan sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

In service companies such as telecommunication providers, service quality and customer satisfaction are important factors. To achieve better service quality and increase customer satisfaction, service companies must refer to the nilai of customer expectations. An improvement for service quality and customer satisfaction can be done by implementing the lean six sigma method and the quality function deployment (QFD) method which is implemented in a systematic and structured manner that can be used to process and translate the voice of customer (VOC) into a dimension of service quality and dimensions of service quality assessment according to customers. The results of this study will indicate the most influential dimensions on service quality assessment and service quality assessment according to customers based on VOC nilais. These nilais are network quality, service quality from customer assessments, responsive, reliability and empathy dimensions. In the improvement approach based on the nilai of the companys internal gap, scenario 1 can be chosen as an alternative improvement which increases customer satisfaction to 80% because the improvement is in accordance with customer needs based on the voice of the customer. To improve the approach based on the gap to the competitors score, the improvement in scenario 1 can be chosen as an alternative improvement because the nilai of customer satisfaction increases to 86% and the improvement is in accordance with customer needs."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renaldhi Dwidinda Suharno
"Produksi kemasan plastik yang kualitas sangat penting bagi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan jika produk yang dihasilkan sesuai dengan standar yang sudah ditentukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi kerugian yang terjadi karena adanya produk cacat pada produk kemasan Agar-agar. Metode Six Sigma melalui tahapan DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control) dipakai untuk mencari solusi dan memperbaiki kualitas produk. Berdasarkan perhitungan terhadap data produk cacat, diketahui bahwa cacat Tonjolan Pinggir, cacat Keriput, dan cacat Pitch Unstd merupakan tiga jenis cacat dengan jumlah dan persentase tertinggi. Pada tahap measure didapatkan nilai DPMO (Defects Per Million Opportunities) sebesar 32707,271 unit defect dengan nilai sigma sebesar 3,34. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) digunakan untuk mengetahui risiko potensi kegagalan dari faktor yang mendapat bobot nilai tinggi.
Setelah dilakukan perbaikan, nilai DPMO turun menjadi 7272,111 unit defect dan nilai sigma naik menjadi 3,94 sigma. Perubahan nilai sigma yang terjadi sebesar 0,60. Tahap control dapat dilaksanakan dengan adanya rancangan perbaikan serta sebuah pemeriksaan setiap prosesnya agar jumlah cacat produk terus berkurang. Rancangan perbaikan pendekatan 5S berupa standar kerja check sheet maintenance pada Mesin Tandem Laminasi dan standar kerja work station di proses laminasi. Setelah dilakukan perbaikan, hasil menunjukan penurunan jumlah dan pesentase defect, dimana sebelumnya mencapai angka sebesar 5,89% menuju 1,31%.

The production of quality plastic packaging is very important for companies to gain benefits that can be obtained if the quality of the product complies with the prescribed standards. This study aims to reduce losses that occur due to the presence of defective products in Jelly packaging products. Six Sigma methods through DMAIC stages (Define, Measure, Analyze, Improve, and Control) are used to find solutions and improve product quality. Based on the calculation of defective product data, it is known that Uneven surface defects, wrinkled defects, and Pitch Unstd defects are the highest number of defects. In the measure phase, the DPMO (Defects Per Million Opportunities) value were 32707.271 defect units with a sigma value of 3.34. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) is used to determine the potential risk of failure from a factor that gets a high value.
After repairs, the DPMO value drops to 7272.111 defect units and the sigma value rises to 3.94 sigma. Changes in sigma values that occur amounted to 0.60. Control can be done with the inspection and checks in each process so that the number of defects can continue to decrease. Improvements use the 5S approach in the form of a work standards check sheet maintenance on the Tandem Lamination Machine and work standard of work station in the lamination process. After improvement, the results show a decrease in the number and percentage of defects, which previously reached a number of 5.89% towards 1.31%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Ichwan
"Penerapan konsep manajemen mutu seperti Lean Six Sigma mulai diterapkan dalam industri jasa seperti pada industri telekomunikasi. Tesis ini dilakukan untuk menganalisis penerapan konsep Lean Six Sigma pada operator telekomunikasi dengan melihat kapabilitas proses BTS melalui kinerja Call Setup Success Rate (CSSR) dan Call Drop Rate (CDR). Parameter tersebut merupakan dua parameter utama jaringan seluler. Penerapan Six Sigma pada proses perbaikan kualitas layanan seluler dilakukan agar kedua parameter tersebut dapat mencapai nilai standar yang telah ditentukan. Kinerja parameter BTS dapat dilihat berdasarkan nilai kinerja proses Ppk yang kemudian dikonversi menjadi nilai sigma. Nilai sigma terbesar yang dapat dicapai setelah dilakukan perbaikan berdasarkan penelitian ini adalah 6σ untuk parameter CSSR area Jakarta Utara. Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan implementasi Six Sigma dalam proses perbaikan kualitas jaringan seluler juga dianalisis dan didapatkan bahwa faktor kepemimpinan merupakan faktor utama keberhasilan implementasi Six Sigma menurut para responden. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa kinerja BTS dan data primer yang didapatkan dari kuesioner kepada Divisi Optimisasi.

The application of quality management concepts such as Lean Six Sigma was implemented in the service industry such as the telecommunications industry. This thesis is conducted to analyze the application of the concept of Lean Six Sigma in the telecommunications operator to see performance capability of BTS through the performance of Call Setup Success Rate (CSSR) and Call Drop Rate (CDR). These parameters are the two main parameters of the mobile cellular network. Application of Six Sigma in mobile cellular service quality improvement process is done so that these two parameters can achieve a standard value that has been determined before. Performance parameters of BTS can be seen by Ppk process performance values which then converted into a sigma value. The largest sigma value that can be achieved after improvement process by this research is 6σ for CSSR parameter in North Jakarta area. The factors that determine the success of the implementation of Six Sigma in the process of improvement of the quality of mobile networks is also analyzed and found that leadership is a key factor for the successful implementation of Six Sigma according to the respondents. This study uses secondary data such as the performance of the BTS and primary data obtained from the questionnaire to the Division of Optimization."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Maryadi Tirtana
"Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh peningkatan ketepatan waktu pelayanan jasa service delivery kepada konsumennya pada perusahaan jasa pembasmi hama.Tesis ini akan memperlihatkan aktifitas pemborosan (waste) yang menyebabkan ketidakcapainya waktu service delivery yang diberikan oleh teknisi kepada setiap segmen konsumennya terhadap waktu service delivery yang sudah ditetapkan oleh perusahaan.
Perbaikan yang dilakukan untuk tercapainya ketepatan waktu service delivery yang ditetapkan oleh perusahaan dengan teknisi lapangannya adalah menggunakan pendekatan lean service dan analisa Six Sigma yang mudah diaplikasikan yang berfungsi untuk mempermudah dalam penentuan kategori aktifitas kerja. Peningkatan ketepatan waktu ini dilakukan dengan mengklasifikasi 3 kriteria aktifitas waktu nilai tambah yaitu non value added (NVA), business value added (BVA),dan value added (VA).
Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan analisa six sigma, aktifitas yang memiliki klasifikasi aktifitas business value added dapat dikurangi waktu pekerjaannya, sehingga sisa waktu yang berlebih dapat digunakan untuk aktifitas value added (VA) yang kemudian dapat diketahui perbaikan nilai variasi dan sigma nya.

The objective of research is to obtain an improvement on pest control services punctuality based on company achievement target using an approachment in lean service and Six sigma analysis. In this tesis will be showing that waste activity is the reason why technician can not achieve in punctuality. Theanalysis method could be adopted easily and became additional value for the company and its clients.
The punctuality improvement have applied with classifying 3 criteria of work time activities, which one "Non-Value Added (NVA)", "Business Value Added (BVA)", and "Value Added (VA)".
Outcomes from he research have point out that the activity which classified as
"Business Value Added (BVA)" could have work time reduction, therefore excessive time left will be optimized for Value Added (VA) activity.
"
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42541
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>