Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 87411 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S48106
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Yuni Thiodora
"Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit degenerarif pada sistem metabolisme ditandai kenaikan kadar gula darah. Penanganan pasien DM tipe 2 dilakukan dengan 5 pilar, antara lain: edukasi, diet, obat DM, latihan jasmani, monitoring gula darah. Keberhasilan terapi untuk pasien DM dipengaruhi oleh pengetahuan pasien tentang penyakit DM dan latar belakang pendidikan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien tentang manajemen DM di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. Metode penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Jumlah sampel yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 100 responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan didapatkan selama 2 minggu.
Hasil analisa dengan univariat berdasarkan tingkat pengetahuan manajemen DM tentang diet, latihan jasmani dinilai sedang, dan monitoring gula darah, obat ? obat DM dinilai rendah. Kesimpulan bahwa pengetahuan tentang manajemen DM di rumah sakit tersebut belum optimal sehingga perlu dikembangkan edukasi manajemen DM yang berkelanjutan dalam pelayanan kesehatan.

Diabetes Mellitus (DM) is a degenerarif metabolic disease characterized on the system increases blood sugar levels. Treatment of type 2 DM patients carried out with 5 pillars, among others: education, diet, diabetes drug, physical exercise, monitoring blood sugar. The success of therapy for patients affected by patient knowledge about the disease and educational backgrounds.
The purpose of this study to determine the level of patient knowledge about diabetes management Gatot Subroto Army Hospital in Jakarta. Descriptive research method with cross sectional design. Number of samples involved in this study of 100 respondents. Data collection using questionnaires and obtained for 2 weeks.
The results of the univariate analysis based on the knowledge level of the diet was obtained (49%), physical exercise, with values being (49%), monitoring blood sugar d with a low value (46%), diabetes drugs with a low value (49%), and level of knowledge of diabetic patients with a low value (47%). Recommendations for further research are expected to research on sustainable education in health care.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43834
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Wijaya
"Latar Belakang: Sindrom renal-retinal diabetes (SRRD) merupakan koinsidensi nefropati dan retinopati diabetik yang menimbulkan komplikasi serius berupa penurunan kualitas hidup dan peningkatan mortalitas dengan risiko kardiovaskular sebesar 4,15 kali lipat. Sementara itu, angka deteksi dini retinopati dan nefropati masih rendah dan faktor-faktor yang berhubungan dengan SRRD pada penyandang DMT2 di Indonesia belum diketahui.
Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan sindrom renal-retinal diabetes pada DMT2 di RSCM.
Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional potong lintang yang dilakukan pada 157 subjek DMT2 berusia > 18 tahun. Data karakteristik subjek didapat dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan foto fundus retina, dan pengambilan sampel darah dan urin. Hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan SRRD dianalisis secara bivariat dengan chi square dan multivariat dengan regresi logistik menggunakan Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) versi 21.0.
Hasil: Sebanyak 157 pasien terlibat dalam penelitian ini. Prevalensi SRRD adalah 28,7%, dengan rerata usia 56 (27-76) tahun, rerata IMT 25,7 (21,3-33,8) kg/m, median durasi DM 12 (1-25) tahun dengan HbA1c 8,6 (4,8-15,8) %, prevalensi hipertensi 86,7%, prevalensi dislipidemia 91%, 76,4% pasien tidak merokok, 33,3% pasien albuminuria derajat A2 dan 66,7% derajat A3. Pada SRRD, prevalensi derajat nefropati berdasarkan klasifikasi adalah 0% risiko rendah, 13,3% risiko sedang, 20% risiko tinggi, dan 66,7% risiko sangat tinggi dan prevalensi derajat retinopati diabetik adalah 42,2% NPDR, 55,6% PDR, 24,2% DME, dengan angka deteksi dini retinopati dan nefropati adalah sebesar 20% dan 17,8%. Analisis bivariat dan multivariat menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara durasi DM (p=0,001) dan albuminuria (p=0,008) dengan kejadian SRRD.
Simpulan: Proporsi SRRD pada penyandang DMT2 cukup tinggi (28,7%) dan pada studi ini, faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian SRRD pada DMT2 adalah durasi DM dan albuminuria.

Backgrounds: Diabetic renal-retinal syndrome (DRRS) is a coincidence of diabetic nephropathy and retinopathy that cause serious complications as decreased quality of life and increased mortality with cardiovascular event risk 4,15 times higher. Meanwhile, early detection rate of retinopathy and nephropathy are still low and associated factors of DRRS among Indonesian type 2 diabetes mellitus (T2DM) patients has not been known.
Objective: To obtain the factors related to DRRS among T2DM patients in Cipto Mangunkusumo hospital.
Methods: This was a cross-sectional study involving 157 T2DM subjects aged 18 characteristics were obtained from anamnesis, physical examination, retinal fundus, and blood and urine sample. Bivariate and multivariate analysis using statistical package for the social sciences (SPSS) version 21.0 was used to analyze the factors related to DRRS.
Results: 157 patients were included in this study. The prevalence of DRRS was 28,7% with median age was 56 (27-76) year old, mean BMI was 25,7 (21,3-33,8) kg/m2, median duration of DM was 12 (1-25) year old and HbA1c 8,6% (4,8-15,8%), prevalence of hypertension was 86,7%, prevalence of dyslipidemia was 91%, 76,4% patients were not smoker, 33,3% patients with albuminuria grade A2 and 66,7% patients with grade A3. In DRRS, the prevalence of nephropathy was classified as 0% low risk, 13,3% moderate risk, 20% high risk, and 66,7% very high risk and the the prevalence of diabetic retinopathy was 42,2% NPDR, 55,6% PDR, 24,2% DME with early detection rate of retinopathy and nephropathy were 20% and 17,8%. Bivariate and multivariate analysis showed significant correlation with duration of DM (p=0,001) and albuminuria (p=0,008) with DRRS.
Conclusions: DRRS proportion in T2DM was high (28,7%) and this study showed that duration of DM and albuminuria were correlated with DRRS.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58926
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Handono Fatkhur Rahman
"Efikasi diri dan kepatuhan merupakan faktor yang penting dalam meningkatkan kualitas hidup pasien DM tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat efikasi diri dan kepatuhan dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2 yang menjalani rawat jalan di Rumah Sakit di Jakarta.
Desain dalam penelitian ini adalah cross sectional, dengan jumlah sampel 125 pasien DM tipe 2. Alat ukur yang digunakan adalah Diabetes Management Self-Efficacy (DMSES), the Diabetes Activities Questionare (TDAQ), dan Diabetes Quality Of Life (DQOL).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efikasi diri (0,0005), dan kepatuhan (0,0005) berhubungan secara signifikan dengan kualitas hidup dengan variabel yang paling dominan adalah kepatuhan.
Hasil uji multivariat menunjukkan bahwa variabel efikasi diri, kepatuhan, tingkat pendidikan, dan depresi menentukan kualitas hidup pasien DM. Perlunya dikembangkan pengkajian dan intervensi keperawatan yang berfokus pada efikasi diri dan kepatuhan pasien DM tipe 2.

Self-efficacy and adherence are important factor in improving the quality of life of patients with type 2 diabetes. This study aimed to determine the relationship between self-efficacy and adherence to the quality of life of patients with type 2 diabetes mellitus in an outpatient unit of a Hospital in Jakarta.
This study was a cross-sectional, with sample of 125 patients with type 2 diabetes mellitus. The Diabetes Management Self- Efficacy (DMSES), the Diabetes Activities Questionare (TDAQ), and the Diabetes Quality of Life (DQOL) were employed as instruments.
The results showed that selfefficacy (0.0005), and adherence (0.0005) were significantly associated with quality of life and the most dominant variable is adherence.
Multivariate test results indicate that the variable self-efficacy, adherence, education level, and depression determines quality of life of diabetic patients. This study suggestsis the need fornursing assessment and interventions that focus on the self-efficacy and adherence diabetes mellitus patient.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42400
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aini Yusra
"Dukungan keluarga diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup pada pasien DM tipe 2. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara dukungan keluarga ditinjau dari empat dimensi (emosional, penghargaan, instrumental dan informasi) dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2 di RSUP Fatmawati Jakarta.
Desain dalam penelitian ini analitik cross sectional dengan jumlah sampel 120 pasien DM tipe 2. Analisa data menggunakan koefesien korelasi Pearson, uji t- independen dan regresi linier berganda.
Hasil penelitian didapatkan variabel yang berhubungan dengan kualitas hidup yaitu umur (p value 0.034; α 0.05), pendidikan (p value 0.001; α 0.05) dan komplikasi (p value 0.001; α 0.05). Terdapat hubungan antara dukungan keluarga ditinjau dari empat dimensi dengan kualitas hidup (p value 0.001, α: 0.05). Peningkatan satu satuan dukungan keluarga, akan meningkatkan kualitas hidupnya sebesar 35 % setelah dikontrol oleh pendidikan dan komplikasi DM.
Perawat dapat meningkatkan dukungan keluarga dengan pendidikan kesehatan terstruktur, memfasilitasi pemberian dukungan keluarga serta supervisi dan monitoring terkait penerapan pemberdayaan keluarga dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien DM tipe 2.

Family support is needed to improve quality of life in patients with type 2 DM. This study aimed to identify the relationship between family support from perspective of four dimensions (emotional, appraisal, instrumental and information) and the quality of life of patients with type 2 DM in Fatmawati Hospital Jakarta.
The design of descriptive analytical with cross sectional approach, 120 patients with type 2 DM was participated in the study. Statistical analysis used for this study was Pearson correlation coefficient, independent t-test and multiple linear regression.
The results showed that the variables are associated with quality of life, consist of the age (p value 0034; α 0.05), education (p value 0.001; α 0.05) and complications (p value 0.001; α 0.05). There is a relationship between family support in terms of four dimensions and quality of life (p value 0.001, α: 0.05). The increase of one unit family support, will improve the quality of life by 35% when controlled by education and complications of DM.
Recommendation from the research nurses can improve support for families with a structured education programmes, facilitated family support and improve, monitoring related to the implementation of the family empowerment in providing nursing care to patients with type 2 DM."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ayudhia Kartika
"Pola penyakit di negara berkembang, termasuk Indonesia mengalami pergeseran, prevalensi diabetes melitus tipe 2 mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini disebabkan oleh oleh peningkatan taraf sosioekonomi dan perubahan gaya hidup terutama di kota besar. Penyakit diabetes melitus tidak hanya dipengaruhi faktor lingkungan, seperti gaya hidup namun juga terdapat interaksi dengan faktor genetik. Untuk itu dilakukan penelitian mengenai prevalensi diabetes melitus tipe 2 dan hubungannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi.
Penelitian ini dilakukan dengan studi potong lintang menggunakan data sekunder dari rekam medik pasien unit rawat jalan RSCM pada tahun 2010. Analisis data dilakukan untuk menghitung prevalensi diabetes melitus tipe 2, kemudian dilakukan analisis statistik untuk mendapatkan faktor yang berhubungan.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa prevalensi diabetes melitus tipe 2 sebesar 6,7%. Berdasarkan uji hipotesis,didapatkan faktor yang berhubungan adalah variabel usia (p<0,001), berat badan (p<0,001), pekerjaan (p<0,001), asuransi pembiayaan (p=0,003) dan riwayat penyakit sebelumnya (p=0,008). Sedangkan variabel lain yaitu tinggi badan (p=0,189), jenis kelamin (p=0,343), status pernikahan (p=0,126), tingkat pendidikan (p=0,356), status gizi (p=0,648), gaya hidup (p=0,674), tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna secara statistik.

Disease pattern in developing countries, including Indonesia is changed, type 2 diabetes mellitus prevalence is increased every year. This change of disease pattern is affected by the increase of socioeconomic level and the change of lifestyle especially in metropolis. Diabetes mellitus disease is not only affected by environment factor, such as lifestyle but also there is an interaction of the genetic factor. Because of that, we did research about type 2 diabetes mellitus prevalence and its relation with the related factors.
The method of this research is crosssectional study by taking secondary data from the medical record of outpatients RSCM in 2010. Data analysis is done to count the prevalence of type 2 diabetes mellitus, then hypothesis test is done on each variable.
Based on the result, the prevalence of type 2 diabetes mellitus is 6.7%. Based on the hypothesis test, factors that have a significant value are age variable (p<0,001), weight (p<0,001), occupation (p<0,001), cost assurance (p=0,003), and disease history (p=0,008). The other factors, height (p=0,189), gender (p=0,343), marriage status (p=0,126), education level (p=0,356), nutrient status (p=0,648), lifestyle (p=0,674) did not have significant value statistically.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Maulidina Sari
"Prevalensi Diabetes Mellitus tipe 2 cenderung meningkat setiap tahunnya serta menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi di Indonesia. Kontrol glikemik harus dilaksanakan oleh penderita DM untuk menghindari timbulnya komplikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan keberhasilan kontrol glikemik pada pasien DM. Studi cross ndash; sectional dilakukan pada 57 pasien DM yang berobat di Rumah Sakit Husada Jakarta pada tahun 2015. Penelitian ini menunjukkan bahwa pasien DM dengan kontrol glikemik yang buruk banyak ditemukan pada kelompok pasien usia 50-64 tahun, perempuan, durasi penyakit.

Prevalence of Diabetes Mellitus Type 2 tends to increase every year and causing high morbidity and mortality in Indonesia. Glycemic control should be carried out by people with diabetes to avoid the onset of complications. This study aims to determine the factors that related to the success of glycemic control in T2DM patients. A cross sectional study conducted on 57 patients with T2DM who seek treatment at Husada Hospital Jakarta in 2015. This study showed that T2DM patients with poor glycemic control are found in the group of patients aged 50 64 years, women, disease duration."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tjandra Yoga Aditama
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui profil pimpinan rumah sakit di DKI Jakarta. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik, yang dilakukan dengan cara cross sectional di mana analisa data dilakukan secara kuantitatif yang kemudian didukung analisa lebih lanjut secara kualitatif.
Penelitian dilakukan pada 17 orang pimpinan rumah sakit di DKI Jakarta, terdiri dari 9 rumah sakit pemerintah (termasuk ABRI) dan 8 rumah sakit swasta. Dari analisa identitas responden didapatkan 15 orang pria (88,82%) dan 2 orang wanita (11,8%), dengan umur rata-rata 50,94 tahun ± 7,6 dan lama rata-rata menjadi direktur adalah 4,14 tahun ± 3,15. Sebelas responden (64,7%) adalah dokter spesialis dan 8 responden (47,05%) telah memiliki latar belakang pendidikan manajemen kendati baru 5 responden (29,41%) yang memiliki pendidikan manajemen rumah sakit. Tiga belas orang responden (76,5%) telah mempunyai pengalaman pekerjaan baik fungsional, struktural maupun anggota direksi sebelum diangkat menjadi pimpinan kali ini, dan 35,3% responden berasal dari rumah sakit yang sama dengan rumah sakit yang kini dipimpinnya. Sebelas orang responden (64,7%) menapunyai gradasi sedang dan agak kurang dalam orientasi kepemimpinan yang cenderung ke arah customer dan 8 responden (47,05%) tergolong dalam gradasi sedang dan agak kurang dalam orientasi kepemimpinan ke arah pengharapan standar tinggi. Sementara itu, 8 responden (47,1%) ternyata sangat berorieritasi memberdayakan karyawannya dan 14 responden (82,35%) tergolong dalam gradasi sedang dan agak kurang pada penilaian orientasi kepemimpinan ke arah eksperimental. Mereka yang dengan pengalaman sebagai pejabat struktural dan atau anggota direksi mempunyai orientasi yang lebih ke customer, demikian juga dengan pimpinan rumah sakit swasta.
Seluruh responden merasa perlu untuk selalu mendapat masukan tentang apa yang terjadi di rumah sakitnya, 11 responden (64,7%) scat ini telah memiliki dokumen tertulis untuk mengukur kepuasan pasien dan 6 (35,29%) responden yang lainnya akan segera membuatnya._ Enam responden (35,29%) merasa bahwa kendati sumber daya terbatas prestasi kerja yang excellence masih mungkin dapat dicapai dengan meningkatkan kreativitas dan motivasi. Semua responden merasa senang jika bawahan dapat memecahkan masalah sendiri dan bekerja sendiri secara baik pula, kendati hanya 8 responden (47,65%) yang sepenuhnya setuju bawahannya melakukan tindakan kreatif tidak memenuhi aturan untuk kepuasan pelanggan. Enam belas responden (94,11%) merasa exited dengan pekerjaannya dan sejumlah sama juga sering melakukan hal yang baru dalam pekerjaannya.
Diajukan saran untuk mengintervensi orientasi kepemimpinan para responden agar lebih mengarah ke customer, serta menggunakannya indikator kepuasan konsumen sebagai kriteria keberhasilan tugas. Juga disarankan agar dilakukan penelitian lebih mendalam tentang hubungan profil pimpinan dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya yang akan membantu dalam penentuan kriteria pimpinan rumah sakit secara lebih baik.
Daftar pustaka: 60 buah (1983-1998)

ABSTRACT
The Profiles of Hospital Directors in JakartaA survey was conducted to get information on the profiles of hospital directors in Jakarta. This is a cross sectional descriptive-analytic survey, in which the data was analyzed quantitatively and qualitatively. The Survey was done to 17 hospital directors in Jakarta, consist of 9 government and 8 private hospitals. There were 15 male (88.82%) and 2 female (11.8%), mean of age was 50.93 years with s.d 7.6 years. Eleven participants (64.7%) of this survey were specialists, 8 of them (47.05%) have a management education background, and only 5 among them (76.5%) who has a degree in hospital administration. Thirteen participants (76.5%) had an experience working as a functional as well as administrative staff within hospital, including member board of director, and 35.3% of participant were working in the same hospital before they were promoted as a director in that particular hospital.
In terms of customer orientation dimension of leadership, I I participants (64.7%) were in a categories of middle and middle-low scales. In terms of orientation to high standard dimension, 8 participants (47_05%) were also in a category of middle and middle-low scales. Meanwhile, 8 participants (47.05%) were highly oriented to empowered their employees and 14 participants (82.35%) were in a category of middle and middle-low in their orientation to experimental dimension of leadership. Those who have experience working as an administrative staff and/or board of director, and those who were working in private hospitals were more oriented to customer than provider.
Eleven participants (643%) have standard written patient satisfaction document/questionnaire in their hospitals. Six participants (35.24%) felt that their hospital could achieves excellence status even though there were a lack of resources, by improving motivation and creativity among employees. All participants allowed their staff to solve their own problem, even though only 8 participants (47.65%) will allow their staff to perform creative activities which do not follow the rule to satisfied customers. Sixteen participants (94.11%) feel exited in their job.
This study recommends that government or other responsible bodies should encourage hospital directors to be more oriented to their customers and use customer satisfaction as one of a performance appraisal index for a director. It is also proposed that further survey should be conducted to elaborate the profile of hospital directors and other related factors.
Bibliography : 60 (1983 -1998)
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rajiv Hidhayatullah
"ABSTRAK
Indonesia merupakan negara dengan beban ganda pada penyakit menular dan tidak menular. Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang memiliki prevalensi cukup tinggi dengan Indonesia berperingkat dua dari seluruh negara dalam hal jumlah pasien tuberculosis, diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang memiliki prevalensi cukup tinggi juga. Konvergensi keduanya menimbulkan implikasi serius terhadap morbiditas dan mortalitas dari masing-masing penyakit tersebut, pada tuberkulosis dengan adanya komorbiditas ini meningkatkan resiko munculnya kavitas; kavitas inilah yang memiliki implikasi untuk memperlambat konversi. Dengan menggunakan metode cross-sectional serta analisisi chi-square pada pasien tuberkulosis dengan komorbiditas diabetes mellitus diteliti. Hasilnya tidak ditemukan adanya hubungan yang jelas pada subjek yang memiliki lesi kavitas dan tidak terutama pada konversi pasca 2 bulan pengobatan. Sehingga terdapat perbedaan antara pasien dengan komorbid diabetes mellitus dan tuberkulosis pada umumnya. Perlu dilakukan studi lebih lanjut dengan desain kohort prospektif dengan menghitung kontrol gula darah pada diabetesnya

ABSTRACT
Indonesia is a country with a double burden of both transmissible and intransmissible disease. Tuberculosis is one of the transmissible disease that is quite prevalent in Indonesia and currently Indonesia is second in number of tuberculosis patient, meanwhile one of the leading chronic disease in number in Indonesia is diabetes Mellitus. The convergence of both disease could lead to serious implication in both the morbidity and mortality of each, from tuberculosis standpoint it could lead to delays in elongated duration in treatment; also cavitary lesion is shown to be more common in diabetes mellitus patient, and in general tuberculosis patient it can result in delay of conversion. So, using chi-square analysis the relationship between cavitary lesion and conversion in patient with tuberculosis comorbidity diabetes mellitus is studied. The result is inconclusive (p=0.906) with the realiton between cavitary lesion and conversion in tuberculosis patient with diabetes mellitus after 2 month intensive treatment. Thus this study should be reassessed by using prospective study design and with the control of glucose level to be respected
"
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusniawati
"Self care diabetes merupakan hal penting dalam pengelolaan DM tipe 2. Faktor yang berkontribusi terhadap self care diabetes yaitu usia, jenis kelamin, sosial ekonomi, lama menderita DM, aspek emosional, motivasi/dorongan internal untuk melakukan self care diabetes, keyakinan terhadap efektifitas penatalaksanaan diabetes dan komunikasi petugas kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor yang berkontribusi terhadap self care diabetes pada klien DM tipe 2 di RSU Tangerang. Desain penelitian cross sectional, jumlah sampel 100 responden, dengan teknik purposive sampling, pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis statistik menggunakan koefisien korelasi Pearson, uji t independen dan regresi linier ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dorongan internal untuk melakukan self care diabetes berkontribusi terhadap self care diabetes (p=0,001;α=0,05), keyakinan terhadap efektifitas penatalaksanaan diabetes berkontribusi terhadap self care diabetes (p=0,014;α=0,05) dan komunikasi petugas kesehatan berkontribusi terhadap self care diabetes (p=0,001;α=0,05). Faktor paling dominan berkontribusi terhadap self care diabetes adalah komunikasi petugas kesehatan. Perlu dikembangkan edukasi diabetes yang terprogram dan peningkatan kompetensi perawat terkait dengan self care diabetes.

Diabetes self care was essential in the management of type 2 diabetes. Factors that contribute to diabetes self care were age, gender, socioeconomic, duration of diabetes, emotional aspect, motivation/internal drive to perform diabetes self care, belief in the effectiveness of diabetes management and health care provider communication. This study aimed to identify factors that contribute to self care of diabetes in type 2 diabetes client in Tangerang hospital. Research design was cross sectional, sample size of 100 respondent with purposive sampling technique, data collection used questionnaire. Statistical analysis used for this study was Pearson correlation coefficient, independent t test and multiple linear regression.
The result showed that internal drive to perform diabetes self care was contribute to diabetes self care (p=0,001; α=0,05), belief in the effectiveness of diabetes management was contribute to diabetes self care (p=0,014; α=0,05) and health care provider communication was contribute to diabetes self care (p=0,001; α=0,05). Health care provider communication was the most dominant factor contribute to diabetes self care. It was needed to develop health education programmed and nurse competence associated with diabetes self care.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>