Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162313 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pandu Aditia
Depok: Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alikha Rizkya
"Fenomena partner phubbing mulai diteliti sejak penggunaan ponsel pintar dan internet terus meningkat. Partner phubbing merupakan perilaku individu yang mengabaikan pasangannya dalam komunikasi karena lebih memperhatikan ponselnya, dan perilaku ini dapat mempengaruhi berbagai hubungan antar manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara partner phubbing dan kepuasan perkawinan dengan kecerdasan emosional sebagai moderator. Penelitian dilakukan secara daring kepada 522 orang yang sudah menikah, berusia 20 - 65 tahun, dan menggunakan ponsel dalam kehidupan sehari-harinya. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan negatif antara artner phubbing dan kepuasan perkawinan, hubungan positif antara kecerdasan emosional dan kepuasan perkawinan dan hubungan negatif antara partner phubbing dan kecerdasan emosional. Namun kecerdasan emosional tidak berperan sebagai moderator pada hubungan antara partner phubbing dan kepuasan perkawinan.

The partner phubbing phenomenon has been investigated since the use of smart phones and the internet continues to increase. Partner phubbing is an individual behavior that ignores their partner in communication because they pay more attention to their cellphones, and this behavior can affect various relationships between people. This study aimed to determine the relationship between partner phubbing and marital satisfaction with emotional intelligence as a moderator. The study was conducted online on 522 people who were married, aged 20 - 65 years, and used cellphones in their daily lives. The results showed a negative relationship between partner phubbing and marital satisfaction, a positive relationship between emotional intelligence and marital satisfaction and a negative relationship between partner phubbing and emotional intelligence. But emotional intelligence did not act as a moderator in the relationship between partner phubbing and marital satisfaction.>"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusnita Chairunnisa
"ABSTRAK
Studi sebelumnya menemukan bahwa karakteristik perkawinan pada individu yang menikah terbukti berkorelasi dengan kepuasan perkawinan. Terdapat karakteristik perkawinan yang lebih dianggap penting oleh individu terhadap kepuasan perkawinannya. Penelitian ini ingin melihat hubungan antara karakteristik perkawinan dengan kepuasan perkawinan pada pernikahan berdasarkan agama (ta aruf). Partisipan pada penelitian merupakan 200 individu yang menikah melalui pernikahan berdasarkan agama (ta aruf) dengan usia perkawinan 1-5 tahun. Pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner secara daring melalui google forms. Karakteristik perkawinan diukur dengan CHARISMA dan kepuasan perkawinan diukur dengan CSI yang telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia. Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara karakteristik perkawinan dengan kepuasan perkawinan (r = 0,381, p<0.01, 2-tailed) pada individu yang menikah melalui ta aruf dengan usia perkawinan 1-5 tahun. Hasil penelitian ini memberikan temuan baru mengenai karakteristik perkawinan apa yang berhubungan dengan kepuasan perkawinan pada individu yang menikah, khususnya perkawinan melalui perjodohan (taaruf) di Indonesia.

ABSTRACT
Previous study has found that the marita characteristics has correlation with marital satisfaction. There is a characteristics of marriage which is considered more important by married individual on their marriage life. This research is aiming to see the correlation between characteristics and satisfaction of a marriage that has occurred based on religion (ta aruf). Respondents are 200 persons who have been married through an arranged based marriage process (ta aruf) with age of marriage between 1 to 5 years. Data collection was done by distributing questionnaire online with google forms. The characteristics is measured by CHARISMA and marital satisfaction with CSI which have been translated into Indonesian. The result is showing there is a significant positive correlation between marital characteristics and marital satisfaction (r=0,381, p<0.01, 2-tailed) on a person who is married through an arranged-based marriage, aged from 1 to 5 years old. This also bringing new point related to marital satisfaction on an individual that is doing marriage, especially on a marriage through an arranged-based marriage in Indonesia (ta aruf)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Endah Kinasih
"Penelitian ini membahas tentang perkawinan sirri dalam budaya hukum masyarakat Kalisat, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan Jawa Timur. Perkawinan sirri diinterpretasikan, dirasionalkan dan dilegalkan oleh para kyai, yang kemudian saya temukan dan analisis dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan ideologis dan deskriptif mengenai hukum perkawinan yang benar-benar nyata berlaku di dalam kehidupan masyarakat. Informan penelitian ini terdiri dari perangkat desa, pegawai KUA, tokoh masyarakat, tokoh agama (dalam hal ini kyai), tukang ojek dan individu-individu atau pasangan yang telah atau sedang melakukan kawin sirri. Data diperoleh dan informan dengan kegiatan observasi partisipant dan indept interview.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa kekuasaan para kyai melakukan tafsiran tentang perkawinan pada hukum agama, diadopsi oleh hukum adat berdampak terhadap perkawinan sirri. Para kyai menginterpretasikan hukum agama untuk melegitimasikan perkawinan sirri daripada melakukan perbuatan yang dilarang oleh agama. Para kyai mempunyai kepentingan (sub-budaya) sosial, budaya dan politik. Selain itu ada kelompok lain seperti tukang ojek, pemasok, wanita itu sendiri dan orang tua pihak wanita juga mempunyai kepentingan ekonomi.
Ada dua versi perkawinan sirri. Pertama, kawin sirri yang dilakukan oleh laki-laki Kalisat. Kedua, kawin sirri yang dilakukan oleh laki-laki dari luar desa Kalisat dan menunjukkan adanya indikasi bentuk trafficking in women di mana terdapat sebuah jaringan yang dimainkan oleh mereka yang berfungsi sebagai perantara.
Perkawinan sirri yang terjadi di desa Kalisat menvebabkan hubungan kekuasaan antara laki-laki (suami) tidak setara dengan wanita (istri). Wanita (istri) menempati posisi yang tersubordinasi karena masyarakat Kalisat menganut nilai-nilai patriarkhi. Demikian juga hukum agama dan hukum negara memperlihatkan adanya integrasi (sating mendukung) dalam memposisikan wanita. Wanita menjadi tereksploitasi, tersubordinasi dan termaginalisasi.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T3509
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Amelia
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan korelasi antara sikap mengenai perkawinan dengan kualitas perkawinan orang tua pada kaum muda. Studi-studi terdahulu yang membahas sikap mengenai perkawinan menemukan korelasi yang signifikan, tetapi hanya berfokus satu aspek dalam perkawinan orang tua (seperti kebahagiaan atau konflik) yang dapat memengaruhi sikap tersebut. Dengan demikian, penelitian ini hendak mengembangkan studi sebelumnya dengan menggunakan konsep kualitas perkawinan orang tua yang mencakup beberapa aspek, yaitu happiness, interaction, conflict, dan divorce proneness. Sikap mengenai perkawinan juga dianalisis, serta dilihat korelasi antara sikap tersebut dengan kualitas perkawinan orang tua berdasarkan jenis kelamin. Penelitian terdahulu menemukan kecenderungan perempuan untuk menyikapi perkawinan secara lebih positif. Namun, jika dikaitkan dengan perkawinan orang tua, sikap mengenai perkawinan pada laki-laki cenderung lebih positif yang mengindikasikan bahwa laki-laki tidak terlalu terpengaruh sikapnya. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner secara daring pada kaum muda berstatus belum menikah yang berusia 18-30 tahun, di area Jabodetabek. Selain itu, dilakukan wawancara mendalam kepada lima responden yang dipilih berdasarkan positif atau negatifnya sikap mengenai perkawinan dan tinggi atau rendahnya kualitas perkawinan orang tua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara kualitas perkawinan orang tua dan sikap kaum muda mengenai perkawinan dengan arah korelasi yang positif, tetapi dengan kekuatan korelasi yang lemah. Kemudian, ditemukan bahwa korelasi positif antara kualitas perkawinan orang tua dan sikap mengenai perkawinan lebih signifikan pada perempuan.

This research aimed to explain the correlation between parental marital quality and marital attitudes among youth. Previous studies on marital attitudes found significant correlation, yet only focused on one aspect of parents’ marriage which could affect the marital attitudes, such as happiness or interparental conflict. Thus, this study took a step further by using parental marital quality concept which encompasses multiple aspects, namely happiness, interaction, conflict, and divorce proneness. The marital attitudes and its correlation to parental marital quality were also analyzed by gender. Earlier studies found that females tend to have a more positive outlook on marriage than males. However, if marital attitudes are linked with parents’ marriage, males tend to have a more positive marital attitude, indicating that males are barely affected by it. This study used a quantitative approach through an online survey to youth aged 18-30, not yet married, and were living in Jabodetabek area. Furthermore, in-depth interviews were conducted with five respondents who were selected based on their positive or negative marital attitudes and the degree of their parental marital quality. This study found a positive correlation between parents’ marital quality and marital attitude amongst youth, but the strength of correlation between the two variables was weak. However, this study showed that the correlation between the two variables was more significant among women."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratnawati Dewi
"[ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana probabilitas perempuan dalam menentukan preferensi antara bekerja dan menikah yang dilakukan secara bersama-sama, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan menggunakan data dari Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2012. Keputusan partisipasi kerja pada seorang perempuan sangat berkaitan erat dengan keputusannya dalam status perkawinan. Status perkawinan perempuan telah diketahui akan mempengaruhi keputusan perempuan dalam berpartisipasi di pasar kerja. Metode yang digunakan adalah model sequential probit, dimana masing-masing keputusan dilakukan secara berurutan menurut model probit biner. Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan perbandingan karakteristik daerah tempat tinggal dan tingkat pendidikan, di dapatkan bahwa probabilitas terbesar seorang perempuan dalam menentukan pekerjaan dan perkawinanya adalah probabilitas perempuan bekerja dan menikah dengan pendidikan Perguruan Tinggi dan tinggal di daerah perkotaan yaitu sebesar 65.39 persen. Sedangkan probabilitas terkecil adalah probabilitas perempuan yang tidak bekerja dan tidak menikah yang tinggal didaerah perkotaan dengan pendidikan SD yaitu sebesar 0.004 persen.;

ABSTRACT
This study aims to determine how the probability of women in determining her preferences between work and married and the factors that influence it, using data from the National Socioeconomic Survey (Susenas) in 2012. Decisions on a female labor forcr participation is closely related to the decision in marital status. Marital status would influence a woman's decision to participate in the labor market. The method used is sequential probit models, where each decision made in sequence according to a binary probit model. The results showed that by comparison the characteristic of the residence and level of education, found that the greatest probability is the probability of working and married women with education Universities and live in urban areas in the amount of 65.39 percent. While the smallest probability is the probability of women who do not work and are not married who live in urban areas with primary education that is equal to 0.004 percent.;This study aims to determine how the probability of women in determining her preferences between work and married and the factors that influence it, using data from the National Socioeconomic Survey (Susenas) in 2012. Decisions on a female labor forcr participation is closely related to the decision in marital status. Marital status would influence a woman's decision to participate in the labor market. The method used is sequential probit models, where each decision made in sequence according to a binary probit model. The results showed that by comparison the characteristic of the residence and level of education, found that the greatest probability is the probability of working and married women with education Universities and live in urban areas in the amount of 65.39 percent. While the smallest probability is the probability of women who do not work and are not married who live in urban areas with primary education that is equal to 0.004 percent., This study aims to determine how the probability of women in determining her preferences between work and married and the factors that influence it, using data from the National Socioeconomic Survey (Susenas) in 2012. Decisions on a female labor forcr participation is closely related to the decision in marital status. Marital status would influence a woman's decision to participate in the labor market. The method used is sequential probit models, where each decision made in sequence according to a binary probit model. The results showed that by comparison the characteristic of the residence and level of education, found that the greatest probability is the probability of working and married women with education Universities and live in urban areas in the amount of 65.39 percent. While the smallest probability is the probability of women who do not work and are not married who live in urban areas with primary education that is equal to 0.004 percent.]"
2015
T42877
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Virda Aulia
"

Perkembangan teknologi komunikasi digital dapat memberikan dampak negatif pada hubungan antar manusia, misalnya partner phubbing, atau perilaku individu yang lebih memperhatikan ponselnya saat berinteraksi dengan pasangannya. Penelitian kuantitatif ini berfokus pada hubungan antara partner phubbing dan kepuasan pernikahan, dengan mempertimbangkan kecirian attachment. Partisipan penelitian ini 525 orang WNI, sudah menikah dan berusia 20 hingga 65 tahun. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan dan negatif antara partner phubbing dan kepuasan perkawinan serta attachment dan kepuasan perkawinan. Namun tidak ditemukan perbedaan hubungan yang signifikan antara partner phubbing dan kepuasan perkawinan ketika dianalisis per pola attachment. Penelitian ini menunjukkan bahwa penurunan kepuasan perkawinan berkaitan dengan partner phubbing dirasakan seluruh individu terlepas dari pola attachment dengan pasangan.

 


The development of digital communication technology can have a negative impact on human relations, such as partner phubbing, or the behavior of individuals who pay more attention to their cellphones when interacting with their partners. This quantitative research is focusing on the relationship between partner phubbing and marital satisfaction, taking into account the characteristics of attachment. The participants of this study were 525 Indonesian citizens, married and aged 20 to 65 years. The results show that there is a significant and negative relationship between partner phubbing and marital satisfaction, same result was found between attachment and marital satisfaction. However, no significant difference was found between partner phubbing and marital satisfaction when analyzed based on attachment pattern. This study shows that the decrease in marital satisfaction associated with partner phubbing was felt by all individuals regardless of the pattern of attachment with partner.

 

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agni Aflikhiya Sari
"Pandemi COVID-19 membawa berbagai dampak masalah psikologis kepada pasangan menikah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kebosanan, religious coping, dan traits kepribadian dengan kepuasan perkawinan selama masa pandemi COVID-19 di Indonesia. Partisipan terdiri dari 287 orang Indonesia berstatus menikah, terdiri dari 199 perempuan dan 88 laki-laki (usia 20-65 tahun). Pengukuran dilakukan dengan ENRICH Marital Satisfaction (EMS), State Boredom Measure (SBM), Iranian Religious Coping (IRCOPE), dan IPIP-BFM-25 Indonesia. Data di analisis dengan Pearson’s correlation. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi negatif antara kebosanan dan kepuasan perkawinan, ada korelasi positif antara semua traits kepribadian (emotional stability, conscientiousness, intellect, extraversion, agreeableness) dan kepuasan perkawinan, dan tidak ada korelasi antara religious coping (benevolent reappraisal, religious practice, active religious coping, passive religious coping, negative feelings toward God) dan kepuasan perkawinan. Implikasi praktis dari hasil penelitian adalah untuk memperhatikan pentingnya mengatasi kebosanan dan mengembangkan religious coping yang tepat agar dapat meningkatkan kepuasan perkawinan di masa pandemi dan selanjutnya.

COVID-19 pandemic cause psychological problems for marital couple. This study investigated the relationship between boredom, religious coping, and personality traits with marital satisfaction during the COVID-19 pandemic in Indonesia. Participants were 287 married individuals (20-65 years old), consisting 199 women and 88 men, living in Indonesia. Data were collected through online survey forms using ENRICH Marital Satisfaction (EMS), State Boredom Measure (SBM), Iran Religiousitas Coping (IRCOPE), and Personality Traits (IPIP-BFM-25 Indonesia). The results showed a negative correlation between boredom and marital satisfaction and positive correlations between personality traits (emotional stability, conscientiousness, intellect, extraversion, agreeableness) and marital satisfaction. However, there was no significant correlation between religious coping (benevolent reappraisal, religious practice, active religious coping, passive religious coping, negative feelings toward God) and marital satisfaction. The result showed the importance of overcoming boredom and develop the right religious coping to improve marital satisfaction during the COVID-19 pandemic in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lumban Tobing, Johannes Marchellino Partohap
"Komitmen perkawinan berperan untuk menjaga keutuhan dari suatu perkawinan, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti perilaku memelihara hubungan dan juga kepuasan perkawinan. Penelitian ini meneliti peran kepuasan perkawinan sebagai mediator antara perilaku memelihara hubungan terhadap komitmen perkawinan. Partisipan pada penelitian ini merupakan WNI yang sudah menikah pada pernikahan pertama, yang terdiri dari 121 perempuan dan 96 laki-laki dengan rata-rata usia 43 tahun. Partisipan diperoleh dengan menyebarkan kuesioner secara daring melalui media sosial seperti WhatsApp, Instagram, LINE, dan Twitter. Hasil analisis mediasi menggunakan PROCESS dari Hayes (2022) menunjukkan bahwa kepuasan perkawinan memediasi hubungan antara perilaku memelihara hubungan terhadap komitmen personal, memediasi hubungan antara perilaku memelihara hubungan terhadap komitmen moral, dan tidak memediasi hubungan antara perilaku memelihara hubungan terhadap komitmen struktural.

Marital commitment plays a role in maintaining the integrity of a marriage, which is influenced by several factors such as relationship maintenance behavior and marital satisfaction. This study examines the role of marital satisfaction as a mediator between relationship maintenance behavior and marital commitment. Participants in this study were Indonesian citizens who were married in their first marriage, consisting of 121 women and 96 men with an average age of 43 years. Participants were obtained by distributing online questionnaires through social media such as WhatsApp, Instagram, LINE, and Twitter. The results of the mediation analysis using PROCESS from Hayes (2022) show that marital satisfaction mediates the relationship between relationship maintenance behavior and personal commitment, mediates the relationship between relationship maintenance behavior and moral commitment, and does not mediate the relationship between relationship maintenance behavior and structural commitment."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lulu Rizqiana
"Satu tahun pernikahan merupakan masa penyesuaian yang dicirikan dengan adanya perasaan romansa yang kuat dan konflik yang tidak terlalu kompleks sehingga pernikahan akan cenderung stabil. Berbanding terbalik dengan masa setelah satu tahun yang menunjukan kerentanan pasangan mengalami perceraian. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan untuk melihat hubungan antara kepuasan pernikahan yang diukur menggunakan Couple Satisfaction Index dengan sikap terhadap perselingkuhan yang diukur menggunakan Attitudes Toward Infidelity Scale. Terdapat 457 partisipan yang diperoleh melalui convenience sampling dengan cara menyebarkan poster penelitian melalui media sosial. Karakteristik partisipan dalam penelitian ini yaitu individu dengan usia pernikahan minimal satu tahun dan tingkat pendidikan minimal SMA. Hasil penelitian terhadap hubungan kedua variabel penelitian setelah mengontrol gender, pendapatan keluarga, dan kondisi tinggal menunjukan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kepuasan pernikahan dengan sikap terhadap perselingkuhan. Semakin individu merasa puas dengan pernikahannya, semakin mereka tidak menyetujui adanya perselingkuhan

The first year of marriage is a period of adjustment characterized by a strong feeling of romance and less complex conflicts so that the marriage will tend to be stable. It is inversely proportional to the period after first year which show the vulnerability of the couple to divorce. This is a correlational study that aims to see the relationship between marital satisfaction which measured by Couple Satisfaction Index and attitude towards infidelity which measured by Attitudes Toward Infidelity Scale. There were 457 participants obtained through convenience sampling by distributing research posters through social media. The characteristics of the participants in this study were individuals who are married at least one year and a minimum high school education level. The result of the study on the relationship between the two research variables after controlling for gender, family income, and living condition shows that there is a significant negative relationship between marital satisfaction and attitude towards infidelity. The more individuals feel satisfied with their marriage, the more they disapprove of the existence of infidelity."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>