Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147476 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Evans Tofano Bobian
"Tujuan utama dari terapi asma adalah asma yang terkontrol yang mungkin dipengaruhi hal seperti derajat berat asma. Pada penelitian sebelumnya dari luar negeri mengenai hubungan antara derajat herat asma dengan tingkat kontrol asma, ditemukan bahwa semakin berat derajat asma, semakin rendah tingkat kontrolnya. Dari jumlah total subjek penelitian, kelompok dengan asma ringan sebanyak 64 orang (59,8%), asma sedang sebanyak 27 orang (25,2%), dan asma berat sebanyak 16 orang (15%). Didapatkan hubungan yang bermakna antara derajat berat asma dengan tingkat kontrol asma (p = 0,003) pada pasien Poliklinik Asma Rumah Sakit Persahabatan.

The main goal of asthma therapy is to achieve complete control over the disease, which may be determined by the severity of the asthma. In previous studies, it was concluded that more severe asthma is associated with less control over it. Among all the subjects of the study, there are 64 patients with mild asthma (59,8%), 27 patients with moderate asthma (25,2%), and 16 patients with severe asthma A significant association between asthma severity with asthma control level was found (P=O,003) in asthma patients in Asthma Clinic of Persahabatan Hospital."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S70305
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christin Sandy Natalia H.
"Penelitian ini dilakukan pada resep rawat jalan dewasa di Poliklinik Paru RSUP Persahabatan. Resep – resep tersebut mengandung obat – obatan seperti : Rifampisin ( R ), Isoniazid ( H ), Pirazinamid ( Z ), Etambutol ( E ) dan Streptomisin ( S ). Tujuan dari studi peresepan ini adalah untuk mengetahui data demografi penderita tuberkulosis ( umur, jenis kelamin, wilayah tempat tinggal dan sebagainya ), kesesuaian peresepan obat antituberkulosis ( OAT ) dengan standar yang ada di RSUP Persahabatan dan mengetahui jumlah penderita tuberkulosis yang patuh dalam melaksanakan atau mengikuti pengobatan lengkap.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya kesesuaian peresepan terhadap Formularium OAT Oral di RSUP Persahabatan Edisi tahun 2006, Standar Pelayanan Medis SMF Paru tahun 2004, Pedoman Nasional Penanggulangan TB Paru DepKes dan Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia ( PPTI ), yang diperoleh penggunaan OAT pada penderita kategori I fase intensif ( BTA ( + ) dan rontgen ( + ) ) sebesar 76,32% dan kategori I fase lanjutan sebesar 23,68%. Persentase jumlah penderita yang dinyatakan sembuh ( BTA ( - ) dan rontgen ( - ) ) dan mengikuti pengobatan lengkap ( BTA ( - ) atau rontgen ( - ) ) sebesar 84,21 %. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa jika angka persentase yang diperoleh tinggi, dengan demikian angka persentase penderita yang sembuh dan mengikuti pengobatan lengkap juga tinggi.

The research had been carried out to the prescription of tuberculosis patients at Policlinic RSUP Persahabatan. The prescription was contained drugs, such as : Rifampicin ( R ), Isoniazid / INH ( H ), Pyrazinamid ( Z ), Ethambutol ( E ) and Streptomycin ( S ). The aim of the study was : to know the data of demografi patients ( age, sex, addres, etc ), the conformity of tuberculosis prescription with standard RSUP Persahabatan and amount of obedient patient who has done complete medication.
The result of the research showed, the conformity of tuberculosis oral prescription with standard of RSUP Persahabatan, such as : Formulation of RSUP Persahabatan hospital, Standarization of Medication Service Procedur, PPTI and DepKes Program amount 76,32% from category type I intensif ( BTA ( + ) and rontgen ( + ) ) and 23,68% from category type I continues. The precentation from amount of the tuberculosis patient that showed patient was has been cured ( BTA ( - ) and rontgen ( - ) ) and complete medication ( BTA ( - ) or rontgen ( - ) ) is 84,21%. From these results of the research knowed that if the rate precentation is high, it’s mean that the precentation of patient who has been cured and complete medication is high too."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2008
S33019
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lily Amirullah A.S
"

Pendahuluan: Tujuan jangka panjang penatalaksanaan asma adalah mencapai status kontrol yang baik, mempertahankan aktivitas secara normal, mengurangi risiko eksaserbasi, mempertahankan fungsi paru mencapai normal atau mendekati normal dan menghindari efek samping obat. Penatalaksanaan secara farmakoterapi dan non farmakoterapi saling berkaitan. Salah satu penatalaksanaan non farmakologi yaitu menilai kepatuhan penggunaan obat pengontrol serta pendekatan kepada pasien terhadap penilaian pengetahuan dan sikap pasien mengenai penyakit asma

Tujuan: Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap mengenai asma dengan kepatuhan penggunaan obat pengontrol pada asma tidak terkontrol di poli asma Rumah Sakit Pusat Rujukan Respirasi Nasional Persahabatan Jakarta

Metode: Desain penelitian menggunakan metode desain potong lintang pada 96 subjek dengan status asma tidak terkontrol dan terkontrol sebagian yang berobat di poli asma RSUP Persahabatan Jakarta mulai Juli hingga Agustus 2019. Analisis deskriptif pada data menggunakan SPSS versi 20 dan uji Chi square untuk menilai kemaknaan (dikatakan bermakna bila p<0,05).

Hasil: Subjek perempuan, usia dewasa, tingkat pendidikan sedang, tidak bekerja dan IMT lebih merupakan karakteristik subjek yang terbanyak pada penelitian ini. Sebanyak 80 subjek memiliki tingkat kepatuhan yang baik terhadap penggunaan obat pengontrol. 80 subjek memiliki tingkat pengetahuan yang baik, 11 subjek memiliki tingkat pengetahuan yang sangat baik, 5 subjek memiliki tingkat pengetahuan sedang. Sebanyak 84 subjek memiliki sikap yang baik mengenai asma. Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan obat pengontrol (p=0,765) dan juga tidak terdapat hubungan antara sikap dengan kepatuhan penggunaan obat pengontrol (p=0,408).

Kesimpulan: Hubungan tingkat pengetahuan subjek dan sikap subjek mengenai asma tidak bermakna secara statistik terhadap kepatuhan penggunaan obat pengontrol. Walaupun demikian, tingkat pengetahuan asma yang sangat baik dan sikap yang baik mengenai asma menunjukkan proporsi kepatuhan penggunaan obat pengontrol yang lebih baik dibandingkan kategori lainnya.

 

Kata Kunci: Pengetahuan, sikap, kepatuhan, obat pengontrol, status 


Introduction:The long-term goals asthma management are achieve symptom control, maintain normal activity, risk reduction, maintain normal lung function and avoid medication side effect. Pharmacology and non-pharmacology management are related each other. Non-pharmacology management are asses the adherence controller medication and approach to the patient in evaluating the knowledge and attitude about asthma.

Aim:Asses the association of knowledge and attitude about asthma with controller medication adherence of uncontrolled asthma patients in asthma clinic Persahabatan Hospital Jakarta.

Method:Cross sectional study of 96 adults with uncontrolled and partial controlled asthma attending asthma clinic at Persahabatan hospital Jakarta in July until August 2019. Descriptive analysis method with SPSS version 20 and Chi square test to asses significancy (p<0,05).

Result:Woman, adult, moderate educational level, non job and higher body mass index are the most characteristic subject in this study. 80 subjects have good adherence with controller medication. 80 subjects have good knowledge, 11 subjects have very good knowledge, 5 subjects have moderate knowledge. Asthma can be cured/controlled and adjust dose of the medications according to patients symptoms/cost are the most attitude found in this study. There is no association between knowledge and controller medication adherence (p=0,765) and no association between attitude and controller medication adherence (p=0,408).

Conclusion: The association between knowledge and attitude about asthma with controller medication adherence have no significancy in statistical analysis. Eventhough, excellent knowledge and good adherence show better proportion in controller medication adherence than other category

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wartonah
"Penyakit asma merupakan penyakit kronis yang bersifat fluktuasi dan sewaktu-waktu dapat kambuh kembali. Banyak faktor yang dapat menjadi pencetus terjadinya kekambuhan asma yang perlu di teliti seperti faktor lingkungan, aktivitas dan psikologis. Oleh karena itu dilakukan suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui faktor manakah yang mernpunyai pengaruh yang paling besar terhadap kekambuhan penyakit asma. Semua hal tersebut melatarbelakangi peneliti untuk melihat lebih jauh faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap kekambuhan asma.
Penelitian ini menggunakan metoda deskriptif sederhana, dimana peneliti hanya menggunakan analisis tendensi sentral. Dari hasil penelitian pada 30 responden, pasien dengan asma yang dilakukan di poliklinik asma RSUP Persahabatan Jakarta pada tanggal 31 Mei 2002 diperoleh gambaran bahwa faktor lingkungan menempati urutan pertama dengan nilai rata-rata 19,7 kemudian faktor psikologis dengan nilai rata-rata 13, 25 dan selanjutnya faktor aktivitas dengan nilai rata-rata 10,75."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5192
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shintia Nirmalasari
"Obat golongan anti inflamasi non steroid (AINS) digunakan secara luas sebagai analgesik dan anti inflamasi. Obat golongan anti inflamasi non steroid sangat umum diresepkan, terutama pada pasien usia lanjut. Resiko mengalami efek yang tidak diinginkan dari penggunaan AINS umumnya terjadi pada pasien usia lanjut. Secara teori toksisitas AINS kemungkinan dapat meningkat dengan adanya pemakaian bersama sehingga menimbulkan interaksi obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran peresepan dan masalah interaksi obat AINS di Rumah Sakit Prikasih Jakarta Selatan. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei yang bersifat deskriptif-analitis dan retrospektif. Data diambil dari 156 resep obat AINS pada pasien rawat jalan selama bulan Juni-Agustus 2006. Dari sejumlah resep tersebut ditemukan adanya 58 resep yang mengalami interaksi obat, dimana 38 resep memiliki sedikit interaksi obat, 18 resep kategori sedang dan 4 resep memiliki banyak potensi interaksi obat. Dengan menggunakan uji Kai Kuadrat diketahui hubungan yang bermakna antara jumlah obat dalam satu resep yang mengandung AINS dengan jumlah interaksi obat yang teridentifikasi.
Nonsteroidal anti inflammatory drugs (NSAIDs) are widely used for their analgesic and anti-inflammatory effects. Nonsteroidal anti inflammatory drugs (NSAIDs) are very commonly prescribed, especially in the geriatric patients who have emerged as one of the most striking risk factors commonly associated with NSAIDs therapy. From a theoretical point of view the toxicity of NSAIDs may be increased by coadministration with interacting drugs. The objectives of this study were to identify prescription and the prevalence of drug interaction of NSAIDs at the hospital Prikasih in South Jakarta. The method of this study was survey method in analytical-descriptive retrospective. Data were collected from 156 outpatient recipes of NSAIDs admitted during the study period of Juni- Agustus 2006. From the recipes were identified 58 recipes have potency of drug interaction where 36 recipes have a few potency of drug interaction, 18 recipes in medium category, and 4 recipes have many potency of drug interaction. By using Chi Square test it was concluded that were a significant correlation between the number of drugs on the recipes content NSAIDs and the number of interaction were identified."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S32862
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masbimoro Waliyy Edisworo
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi tingkat kontrol asma tidak terkontrol pada pasien asma di Poliklinik Asma Rumah Sakit Persahabatan yang diukur dengan Asthma Control Test dan hubungan antara tingkat pengetahuan umum asma pasien dengan tingkat kontrol asma. Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang (cross sectional). Prevalensi asma tidak terkontrol pada pasien asma di Poliklinik Asma Rumah Sakit Persahabatan yang diukur dengan Asthma Control Test adalah 75,7%. Tidak didapatkan hubungan yang bermaksa antara tingkat pengetahuan umum asma dengan tingkat kontrol asma (p > 0,05) pasien Poliklinik Asma Rumah Sakit Persahabatan.

This research is made to discover the level of uncontrolled asthma in the Asthma Polyclinic of Persahabatan Hospital with the ACT as the tool of measurement and to figure out whether there is an association between the level of patient education regarding asthma. The design used for this particular research is cross-sectional. The prevalence of uncontrolled asthma turned out to be 75,7 %. This research concludes that there are no significant association (p > 0,05) between the level of asthma general knowledge with their level of control of their illness of patients in the Asthma Polyclinic of Persahabatan Hospital."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S70442
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Arif
"Pasien rawat jalan di RSUP Persahabatan Jakarta banyak menerima pengobatan antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan antibakteri pada pasien rawat jalan dan hubungannya dengan sensitivitas kuman. Penelitian ini dilakukan melalui metode survei yang bersifat deskriptif analitis dan pengumpulan data secara retrospektif terhadap data resep-resep pasien rawat jalan dan profil sensitivitas kuman terhadap antibakteri dari laboratorium mikrobiologi RSUP Persahabatan periode Januari - Juni 2006. Variabel penelitian adalah kuantitas penggunaan antibakteri (DDD/rph) sebagai variabel bebas dan sensitivitas kuman sebagai variabel terikat.
Hasil penelitian menunjukkan total penggunaan antibakteri adalah 51,056 DDD/rph. Lima antibakteri yang paling banyak digunakan dari 35 macam antibakteri adalah amoksisilin, rifampisin, siprofloksasin, levofloksasin dan streptomisin. Berdasarkan analisis data korelasi Pearson diketahui bahwa tidak ada hubungan antara kuantitas penggunaan antibakteri dengan sensitivitas kuman pada pasien rawat jalan.
Outpatients in Persahabatan Hospital Jakarta have frequently used antibacteria for treatment. The objectives of this study were to know the pattern of antibacterial use by outpatient and relation of antibacterial use to sensitivity of bacteria. The method of this study was survey method in retrospective analytical description. The data were collected from outpatient prescriptions and sensitivity of bacteria from microbiology laboratory result in Persahabatan Hospital in January - June 2006. Variable of this study were quantities of antibacterial use (DDD/tpd) as independence variable and sensitivity of bacteria as dependence variable.
The result of this study were 51,056 DDD/tpd total antibacterial use and the five of 35 antibacteria mostly used were amoxicillin, rifampicin, ciprofloxacin, levofloxacin and streptomycin. Based on Pearson’s correlation, there was no correlation between quantities of antibacterial use with sensitivity of bacteria.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S32665
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wulansari Rumanda
"Latar Belakang : Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas dengan fungsi bersihan mukosilier yang menurun, maka itu bentuk matur dari spora Aspergillus fumigatus bisa tumbuh dan membuat sensitisasi Aspergillus yang merupakan kondisi awal aspergillosis paru pada asma dan dapat berkembang menjadi Allergic Bronchopulmonary Aspergillosis (ABPA). Penegakkan diagnosis aspergillosis paru didapatkan jika reaksi hipersensitisasi terhadap antigen A.fumigatus positif.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode potong lintang pada 86 pasien asma yang berobat ke RSUP Persahabatan dengan nilai Asthma Control Test (ACT) ≤ 24. Subjek penelitian dibagi 2 kelompok berdasarkan sensitisasi Aspergillus. Penilaian aspergillosis paru menggunakan pemeriksaan Imunoglobulin E (IgE) spesifik A.fumigatus. Kriteria diagnosis ABPA yang digunakan pada penelitian ini menggunakan kriteria International Society of Human and Animal Mycology (ISHAM) yaitu dua kriteria obligatory (IgE spesifik A.fumigatus dan IgE total) serta 3 kriteria tambahan (IgG spesifik A.fumigatus, eosinofil total, gambaran foto toraks). Pemeriksaan fungsi paru dilakukan pada penelitian ini termasuk spirometri, kapasitas difusi paru karbon monoksida (DLCO) dan nitrit oksida udara ekspirasi (FeNO).
Hasil : Proporsi pasien asma tidak terkontrol yang memiliki aspergillosis paru didapatkan 3,5% (3/86) sedangkan proporsi ABPA didapatkan 1,1% (1/86). Terdapat faktor-faktor yang memengaruhi aspergillosis paru pada asma tidak terkontrol, diantaranya adalah nilai IMT (p=0,77), riwayat merokok (p=0,86) dan riwayat TB paru (p=0,03).. Karakteristik imunologi didapatkan nilai median IgE total pada subjek dengan aspergillosis paru 465(22-1690) IU/ml dan nilai median hitung total eosinofil 380 (0-770) sel/µl. Dari penilaian spirometri pada subjek aspergillosis paru didapatkan nilai median KVP 1630(950-2150) ml, nilai rerata KVP%prediksi 70±33,71%, nilai VEP1 1150(470-1240) ml, nilai median VEP1% prediksi 54(24-76)%, nilai rerata VEP1/KVP 59,33±14,57)% serta nilai rerata DLCO 84,67±24,66%. Nilai median FeNO pada asma tidak terkontrol dengan aspergillosis paru pada penelitian ini didapatkan 32 (12-45) ppb.
Kesimpulan : Penegakkan diagnosis aspergillosis paru pada pasien asma tidak terkontrol harus dilakukan sejak awal, terutama pada pasien dengan riwayat TB  paru. Hal tersebut dapat mencegah aspergillosis paru pada asma tidak terkontrol berkembang menjadi penyakit ABPA serta kerusakan paru yang permanen.

Background: Asthma is a chronic airway inflammation with decrease of mucocilliary clearance. The mature form of Aspergillus fumigatus spores could grow in this condition and caused an Aspergillus sensitization as an early progression to allergic bronchopulmonary aspergillosis (ABPA). Pulmonary aspergillosis could be diagnosed from a hypersensitivity reaction to the A. fumigatus antigen.
Methods : This cross-sectional study included 86 asthma patients with Asthma Control Test ACT score ≤ 24 and treated at Persahabatan Hospital Jakarta, Indonesia. Pulmonary aspergillosis was examined using specific immunoglobulin E (IgE) assay of A. fumigatus. The ABPA diagnostic in this study used the International Society of Human and Animal Mycology (ISHAM) criteria, which included two obligatory criteria (A. fumigatus-specific IgE and total IgE) and three additional criteria (A. fumigatus-specific IgG, blood eosinophil count, and thoracic x-ray). Lung function were examined using spirometry, diffusing capacity for carbon monoxide (DLCO), and fraction of exhaled nitric oxide (FeNO).
Results: Uncontrolled asthma patients who had pulmonary aspergillosis was 3.5% (3/86) while the proportion of ABPA was 1.1% (1/86).  A history of prior pulmonary tuberculosis (TB) was correlated with aspergillosis in uncontrolled asthma patients (p=0.03). The median value of total IgE and blood eosinophil count in pulmonary aspergillosis subjects was 465 (22-1690) IU/mL and 380 (0-770) cells/µL, respectively. Spirometry results of pulmonary aspergillosis subjects were median FVC 1630 (950-2150) ml, mean predicted FVC% predicted value 70±33.71%, mean FEV1 1150 (470-1240) ml, median predicted FEV1% 54 (24-24)%, mean FEV1/FVC 59.33±14.57%, and mean DLCO 84.67±24.66%. The median FeNO in uncontrolled asthma with pulmonary aspergillosis in this study was 32 (12-45) ppb.
Conclusion: Diagnosis of pulmonary aspergillosis in patients with uncontrolled asthma should be carried out early, especially in patients with a history of pulmonary TB. This would prevent pulmonary aspergillosis in uncontrolled asthma from developing into ABPA disease and permanent lung damage.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fersia Iranita Liza
"
Metode : Penelitian ini adalah penelitian potong lintang yang bersifat deksriptif analitik untuk mengetahui proporsi rinitis alergi pada pasien asma periode Agustus sampai Oktober 2014. Pasien asma yang datang ke poliklinik Asma dinilai derajat asma dan derajat kontrol asma dengan menggunakan Asthma Control Test (ACT). Jika terdapat minimal 2 gejala rinitis alergi maka dilakukan pemeriksaan nasoendoskopi dan uji cukit kulit. Dari uji cukit kulit, apabila terdapat jenis alergen positif maka didapatkan proporsi rinitis alergi.
Hasil. Dari 185 pasien asma yang memiliki dua atau lebih gejala rinitis alergi dan dilanjutkan dengan pemeriksaan nasoendoskopi serta uji cukit kulit adalah 67 orang. Didapatkan proporsi rinitis alergi pada pasien asma 54 orang (29,2%). Data karakteristik pasien asma meliputi jenis kelamin perempuan 77,3% lebih banyak dibandingkan laki-laki 22,7% dengan median usia 52 tahun. Hampir semua pasien menggunakan pembayaran BPJS 94,1% dengan riwayat alergi sebanyak 44,9%. Proporsi derajat asma stabil terbanyak persisten sedang 101 orang (54,6%) dan derajat asma terkontrol adalah terkontrol sebagian 47,0%. Dari sebaran gejala rinitis alergi yang terbanyak adalah bersin 46,5%, rinore 28,6%, dan hidung tersumbat 26,5%. Pada pemeriksaan nasoendoskopi, terdapat kelainan 28,6% dengan terbanyak septum deviasi 56,6%, konka pucat 50,9% dan konka edema 22,6%. Pemeriksaan uji cukit kulit 67 orang, didapatkan 54 orang positif dengan jenis alergen terbanyak positif adalah tungau debu rumah 38,8%. Proporsi derajat rinitis alergi sesuai kriteria ARIA terbanyak intermiten ringan dan persisten ringan 46,3%. Terdapat hubungan yang bermakna antara derajat rinitis alergi dengan derajat asma (p = 0,035). Hubungan antara derajat rinitis alergi dengan derajat kontrol asma juga bermakna (p = 0,006).
Kesimpulan. Proporsi rinitis alergi pada pasien asma adalah 29,2% dengan jenis alergen terbanyak berdasarkan uji cukit kulit adalah tungau debu rumah. Terdapat hubungan bermakna antara derajat rinitis alergi dengan derajat asma dan derajat kontrol asma.

Introduction : Asthma and rhinitis are two different entities are anatomical, physiological and clinical management but located in one airway. United Airway Disease (UAD) have hypothesized that inflammation of the upper and lower respiratory tract both a manifestation of a process of inflammation in the airways and this hypothesis is supported by evidence arising from the systemic relationship of the upper and lower respiratory tract. World Health Organization (WHO) issued a guidance entitled Allergic Rhinitis and it's Impact on Asthma (ARIA) 2001 which provides a comprehensive overview of the pathophysiology, diagnosis and treatment of allergic rhinitis in asthma patients. This study aims to knowthe allergic rhinitis proportion on those patients and related factors at Persahabatan Hospital.
Methods : This is a cross-sectional study based on the descriptive and analytical to find out the allergic rhinitis proportion in asthma patients at the period August to October 2014. Those who came to asthma clinic evaluated for the degree of asthma control test (ACT). If there are at least two allergic rhinitis symptoms, nasoendoscopy examination and skin prick test should be done and if there is type of positive from skin prick test, the allergic rhinis proportion obtained.
Results : From 185 asthma patients who participate, have two or more allergic rhinitis symptoms and have joined nasoendoscopy examination and skin prick test are 67 person. It is found that the allergic rhinitis proportion in asthma patients are 54 (29,2%) the characteristics data of asthma patients include female (77,3%) and more than male (22,7%) with a median age of 52 years. Almost all patients use BPJS payment (94,1%) with the allergic history (44,9%).. The proportion of the highest degree persistent stable asthma are 101 person (54,6%) and the degree of asthma control which is partially controlled is 47,0%. From the distribution of the most allergic rhinitis symptoms are sneezing (46,5%), rhinorrhea (28,6%) and nasal congestion (26,5%). In the nasoendoscopy examination, there are abnormalities (28,6%) with septum deviation (56,6%), pale turbinate (50,9%) and concha edema (22,6%). Examination of the skin prick test from 67 person, 54 person are positive with the most type of allergen caused by house dust mites (38,8%). The proportion of the allergic rhinitis degree based on ARIA criteria, mild intermittent and mild persistent (46,3%). There is a significant correlation between the degree of allergic rhinitis with the asthma degree (p = 0,035). The corellation between the degree of allergic rhinitis with the degree of asthma control was also significant (p = 0,006).
Conclusion : The allergic rhinitis proportion in asthma patients is 29,2% and based on the skin prick test, the most type of allergensare the house dust mites. There is a significant association between the degree of allergic rhinitis with the asthma degree and the degree of asthma control."
2014
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tresnasari Satya Putri
"Pada tahun 2011, 235 juta orang di dunia menderita asma (WHO, 2011). Di Indonesia, prevalensi asma terus mengalami peningkatan yaitu sekitar 4,0% (Kemenkes, 2008). Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan biaya perawatan pasien asma di RSUP Persahabatan. Desain penelitian adalah potong lintang (cross sectional). Sumber data primer didapatkan dari catatan rekam medik pasien. Sampel pada penelitian berjumlah 41 orang. Penelitian ini melibatkan 41 pasien terdiri dari 29 orang (70,7%) perempuan dan 12 (29,3%), 58,5% pasien tidak bekerja, 53% pasien menggunakan askes. Sebanyak 31,7% pasien asma menderita penyakit penyerta non TB dimana 36,6% pasien dirawat di kelas 1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan total biaya perawatan pasien asma di RSUP Persahabatan adalah cara pembayaran, kelas perawatan, dan lama hari rawat.

In 2011, as many as 235 million people worldwide suffer from asthma (WHO, 2011). In Indonesia, the prevalence of asthma is increasing at about 4.0% (Ministry of Health, 2008).The general objective of this study was to analyze the factors associated with patient care costs of asthma in the department of Friendship.The study design was cross-sectional (cross-sectional). Sources of primary data obtained from the patient medical record. The samples in this study amounted to only 41 people. The study involved 41 patients, including 29 men (70.7%) women and 12 (29.3%) of men who had an average age of 43.60 years. 58.5% of patients did not work, 53% of patients using the health insurance payment. A total of 31.7% of patients with asthma suffer from comorbidities non TB where 36.6% of patients admitted to class 1. Factors associated with the total cost of patient care in the department of Friendship asthma among other means of payment, classroom maintenance, and long day care.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35662
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>