Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171791 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indah Yanti
"Dinas Kesehatan Rakyat Kolonial dibentuk pada tahun 1925 dengan dilatar belakangi belum adanya perhatian pemerintah kolonial terhadap kesehatan bumiputera. Institusi kesehatan kolonial pertama di Hindia Belanda adalah Militaire Geneeskundigde Dienst (MGD) dibentuk pada masa pemerintahan Gubernur Jendral H.W. Daendles. Institusi kesehatan tersebut hanya dikhususkan bagi anggota militer kolonial. Usaha kesehatan untuk sipil mulai diadakan satu tahun kemudian, maka dibentuklah Burgerlijke Geneeskundige Diensi (BGD). Namun BGD meripakan subordinat dari MGD, hal inilah yang menyebabkan adanya pengabaian terhadap pelayanan kesehatan masyarakat sipil (baik pribumi maupun Eropa), karena ketika itu tentara tetap menjadi obyek utama dalam pelayanan kesehatan.BGD kemudian memilki tugas untuk perbaikan tingkat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu pada tahun 1925 dibentuklah Diensi der Volksgezondheid (DVG) yang gencar melancarkan kampanye dan propaganda untuk memberantas penyakit-penyakit yang melanda rakyat baik secara endeinis maupun epidemi.s. Dalam menjalankan misinya, DVG memerlukan tenaga medis yang memadai, sehingga mendatangkan dokter-dokter dari barat. Pada tahun 1924 datanglah dokter ahli kesehatan pertama di Amerika J.L,. Hydrick di Jawa atas undangan pemerintah Hindia Belanda dan dibiayai oleh Rockefeller Foundation. Hydrick dim-Wang untuk menjalankan proyek sanitasi di Purwokerto (Banyumas), program itu kemudian lebih dikenal dengan Medisch Hygienische Propaganda. Program propaganda kesehatan di Banyumas tidak akan berjalan tanpa peran serta dari berbagai pihak seperti Dokter Pribumi, Tokoh Pribumi, para guns dan siswa serta lembaga lainnya seperti Balai Poestaka dalam menyediakan Bacaan Rakyat. Namur demikian tanpa kepercayaan bumiputera akan ilmu kesehatan barat maka program propaganda kesehatan tersebut tidak berjalan efektif. Karena upaya yang digunakan orang barat tidak bias dengan begitu saja dipakai di masyarakat Banyumas yang memiliki keadaan dan tabiat yang berbeda dengan di Barat. Masyarakat bumiputera Banyumas lebih percaya kepada dukun, adat, dan agama atau kebiasaan hidup yang telah ada sejak nenek moyang mereka. Bagi masyarakat bumiputera Banyumas mengikuti ajaran ilmu kesehatan barat berarti hares merubah kebiasaan hidup mereka sepenuhnya, Terlebih bagi bumiputera propaganda kesehatan itu hanya intermezzo belaka, karena rakyat juga dibebani dengan biaya kesehatan sendiri terlebih pada tahun 1930 ketika terjadi krisis, anggaran kesehatan hanya tinggal 1/6 dari dana yang dianggarkan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S12495
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ita Rosyanti
"Penelitian ini menunjukan bahwa upaya yang telah dilakukan DVG dalam pemberantasan wabah malaria di Sindanglaut tidak menunjukan kesuksesan. Proyek pembangunan infrastruktur penunjang perkebunan dan pabrik gula mengakibatkan menjangkitnya wabah malaria di Sindanglaut. Dalam upaya menanganinya pemerintah Sindanglaut dibantu oleh Dienst der Volksgezondheid (DVG) sebagai Dinas kesehatan Masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang terdiri dari heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Pada tahapan heuristik, penelusuran sumber meliputi kajian terhadap literatur, arsip-arsip pemerintah Hindia Belanda, serta surat kabar sezaman yang disusun menjadi satu kesatuan dalam narasi penulisan sejarah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bagaimana upaya DVG dalam menjalankan upaya- upaya pemberantasan wabah malaria di Sindanglaut tidak begitu signifikan dalam penurunan angka kematian ataupun penurunan jumlah yang terjangkit malaria. Dalam upayanya DVG melakukan tindakan-tindakan kuratif dan preventif, seperti melakukan penelitian dari sampel darah masyarakat yang terjangkit wabah, membangun layanan kesehatan hingga melakukan propaganda-propaganda kebersihan. Penelitian ini berfokus pada peranan dan upaya yang dilakukan oleh DVG dalam penanganan wabah Malaria, khususnya di wilayah perkebunan Sindanglaut pada tahun 1925—1940.

This research found that DVG efforts in eradicating malaria outbreak did not show a sign of success. Infrastructure development project to support plantation and sugar factory causes a breakout of malaria in Sindanglaut. Sindanglaut government assisted by Dienst der Volksgezondheid (DVG) is involved in it’s efforts. Methods used in this research is historical research methods including heuristic, veriffication, interpretation, and historiography. The heuristic step involves studies and literature searching, Hindia-Belanda government archives, and corresponding newspaper which is arranged into one in historical naration writing. This research found how DVG efforts in eradicating Sindanglaut malarai was not significant in it’s death toll nor infection rate. DVG did it’s currative and preventive efforts by doing blood sampling the infected, building healthcare service, and hygene propaganda. This research focuses on efforts and role of DVG in handling Malaria outbreak, specifically in Sindanglaut plantation from 1925— 1940."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rifdah Ufairotul Widaad
"Profesi perawat maternitas dan bidan memiliki beberapa persamaan terkait kewenangan asuhan pelayanan kesehatan oleh perawat maternitas dan bidan dalam penyelenggaraan proses persalinan di suatu rumah sakit. Kondisi demikian dijumpai di RSUD Banyumas. Dalam skripsi ini permasalahan utama yang diangkat adalah bagaimana perbandingan kompetensi dan kewenangan perawat maternitas dan bidan serta pengaturannya di suatu rumah sakit yang dalam hal ini adalah Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas (RSUD Banyumas). Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif dengan tipe penelitian bersifat deskriptif. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa pengaturan terkait kompetensi dan kewenangan perawat maternitas ada pada Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan dan Lampiran I Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 10 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Keperawatan Di Rumah Sakit Khusus sementara untuk bidan diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Selain itu, rumah sakit (RSUD Banyumas) bertanggung jawab dalam pengaturan terkait kewenangan klinis (clinical previlege) antara perawat maternitas dan bidan yang dianalisis berdasarkan proses kredensial dan rekredensial. Kementerian Kesehatan, RSUD Banyumas, IBI, dan PPNI seharusnya mengadakan sosialisasi terkait pengaturan kompetensi dan kewenangan perawat maternitas dan bidan di suatu rumah sakit.

Maternity nurses and midwives profession have some similarities related to the authority of maternity nurses and midwives in the delivery of health care services escpecially maternity services in a hospital. This condition was found in Banyumas General Hospital. 
The main problem in this study is about comparison of competencies and authority of maternity nurses and midwives that are analyzed based on health law and studies at the Banyumas Regional General Hospital.
This study is a normative legal study with a descriptive type of study.
The conclusion of this study is the regulation about competencies and authority of maternity nurses are regulated in Act No. 38 of 2014 about Nursing and Attachment I of the Minister of Health Regulation No. 10 of 2015 about Standard Nursing Services in Special Hospitals while for midwives regulated in Act No. 4 of 2019 about Midwifery and Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia No. 28 of 2017 about Permits and Implementation of Practices. 
In addition, hospitals (Banyumas General Hospital) have responsibilities related to clinical previlege between maternity nurses and midwives which is analyzed based on the credential and recrendential process.
The Ministry of Health, Banyumas General Hospital, IBI, and PPNI should have a socialization related to the competence and authority of maternity nurses and midwives in a hospital.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anneila Firza Kadriyanti
"Pentingnya peran media massa terhadap kegiatan politik semakin tinggi. Di satu sisi, media membutuhkan cerita yang layak dijual untuk menarik minat audiens. Dalam hal ini, berita politik selalu menjual. Meskipun persoalan politik yang pelit dapat membuat jenuh masyarakat, berita politik tetap diminati karena urusannya selalu menyangkut kepentingan publik.
Di sisi lain, politikus dan partainya pun membutuhkan media sebagai corong untuk memperkenalkan dirinya. Jika tidak ada media, maka politisi dan partai politik tidak dapat menyebarkan tujuan politiknya yang dapat mempengaruhi publik.
Dalam hal ini, Penulis mencoba menjabarkan seperti apa relasi antara politik dan penggunaan media, serta unsur-unsur apa saja yang dapat mempengaruhi relasi tersebut.

The importance of mass media's roles to politics activities is getting higher. In one side, media needs stories to sell, so they can attract people's attention. Politics news always sell. Eventhough politics problems can saturate people, it is still demanded, because politics always connect with public's interest.
In another side, politicians and their parties need media as the medium to introduce them. If there is no media, political activities can not move to spread their purpose, and they can not influence people.
In this case, I try to spell out the relation between politics and the using of media, and what elements between them that can influence the relation.
"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatius Suksmadi Sutoyo
"Ibu memiliki peran utama di dalam manajemen terhadap sakit. Peran ini berkenaan dengan mencegah dan mengatasi peyebaran penyakit, dan terlibat dalam pengobatan preventif, deteksi awal terhadap gejala, membuat keputusan untuk mencari perawatan. Dan semua upaya tersebut menjadi perilaku kesehatan ibu. Upaya ibu tersebut mempunyai variasi sesuai alternatif penanganan pencegahan dan pengobatan terhadap sakit, yaitu sistem keprofesionalan, tradisional, dan kerumahtanggaan.
Penelitian ini mengacu pada konsep Green. Dan obyek penelitiannya adalah ibu-ibu yang mempunyai anak usia bawah lima tahun. Penelitian ini menggunakan analisa statistik pada penjelasan hubungan (tabulasi silang) dan korelasi antar variabel. Namun pada tahap deskripsi variabel dilengkapi dengan data kualitatif, hasil dari wawancara dengan responden.
Temuan penelitian menyatakan bahwa hubungan antara status ekonomi responden, pendidikan responden, sikap terhadap praktisi kesehatan, keterlibatan pada kegiatan sosial, dan pengetahuan terhadap penyakit dengan pencegahan terhadap penyakit dan mencari pengobatan menunjukkan hasil yang berarti. Artinya kesemua variabel bebas tersebut mempunyai pengaruh terhadap kedua variabel tergantung .
Pencegahan terhadap penyakit yang dilakukan responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai kecenderungan baik. Namun dalam mencari pengobatan menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung memanfaatkan home treatment (pengobatan kerumah tanggaan).
Hal yang perlu ditekankan dalam temuan penelitian ini adalah: l) Ternyata sumbangan yang paling dominan adalah pendidikan (enabling factor), kemudian secara berurutan sikap terhadap praktisi kesehatan (reinforcing factor), status ekonomi (enabling factor}, pengetahuan tentang kesehatan anak (predisposing factor), dan pengaruh terkecil dari keterlibatan pada kegiatan sosial (reinforcing factor). 2) Dari ketiga sistem medis yang ada, profesional, tradisional, dan kerumahtanggaan, ternyata berjalan berdampingan. Namun responden dalam melakukan pencegahan terhadap penyakit dan mencari pengobatan masih menunjukkan kecederungan besar untuk memanfaatkan pengobatan kerumahtanggaan.
Dengan demikian penelitian ini memperlihatkan adanya pengaruh predisposing factor, enabling factor, dan reinforcing factor terhadap perilaku kesehatan (pencegahan terhadap penyakit dan mencari pengobatan)."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengkaji implementasi kebijakan publik di Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini ingin menggambarkan terhadap masalah implementasi kebijakan jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin. Isu ini penting karena merupakan jaminan asuransi yang baik bagi masyarakat untuk mempersiapkan kesehatan mereka."
320 JIPP 1:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Milda Pangestiani
"Berdasarkan studi yang dilakukan International Telecommunication Union ITU pada tahun 1990-an menyebutkan bahwa 1 kenaikan teledensity, memberikankontribusi sebesar 3 pada pertumbuhan GNP Gross National Product. Olehkarena itu, pemanfaatan spektrum frekuensi radio yang tidak efisien akan menimbulkan efek berganda pula, yang mengakibatkan 'inefisiensi' pembangunan secara keseluruhan[14]. Salah satu solusi teknologi yang memungkinkan efisiensi infrastruktur adalah dengan Radio Access Networksharing yang bersifat aktif yaitu MOCN Multi Operator Core Network yang dapat melakukan sharing terhadap perangkat dan juga frekuensi kerja antar operator.
Berdasarkan keadaan tersebut, terdapat pertentangan dalam regulasi pendayagunaan sumberdaya frekuensi, sehingga dirasa perlu adanya penyesuaian peraturan dari pemerintah agar dapat terlaksana penyelenggaraan RAN Sharing yang bersifat saling menguntungkan baik pihak operator, pelanggan, dan regulator. Analisis pemenuhan kebutuhan pelanggan LTE dan pemenuhancakupan area layanan dilakukan di daerah Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia dengan memperhitungkan nilai capex dan opex yang akan diinvestasikan. Analisis dilakukan di daerah Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia dikarenakan salah satu operator seluler indonesia menerapkan RAN sharing MORAN Multi Operator Radio Access Network di daerah tersebut. Hasil dari analisis penerapan RAN sharing MOCN dapat menghasilkan keuntungan dua kali lebih besar dibandingkan penerapan Own Build.

Studies that have been conducted by the International Telecommunication Union ITU in the 1990s mentioned that a 1 increase in teledensity, contributed 3 tothe growth of GNP Gross National Product . Therefore, the inefficient use ofradio frequency spectrum will cause multiple effects as well, which resulted in the inefficiency of overall development. One of the technology solutions that enableefficient infrastructure is an active sharing Radio Access Network, namely MOCN Multi Operator Core Network which can share towards devices and alsoworking frequency between operators.
Based on these circumstances, it is deemednecessary for adjusments of the regulations from the government in order toimplement the RAN Sharing, which will mutually beneficial for both thecustomers, operators, and regulators. Analysis of fulfilling LTE subscriber needsand area coverage carried out in Banyumas, Central Java, Indonesia with takinginto account the value of to be invested capex and opex that can be used as adriving factor to improve the government regulations on the arrangement offrequencies so RAN sharing can be applied in Indonesia. The analysis wascarried out in Banyumas, Central Java, Indonesia because one of the Indonesianmobile operator implement RAN Sharing MORAN Multi Operator Radio AccessNetwork in the area. The results of the analysis of the implementation of RANsharing MOCN can generate profits two times greater than the implementation of Own Build."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63579
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atun Raudotul Ma`rifah
"Infertilitas merupa.kan masalah yang cukup komplek dan dapat dipengaruhi banyak variabel, salah satunya adalah faktor sosial budaya Tesis ini bertujuan untuk mengembangkan konsep mengenai respon dan koping perempuan yang mengalami masalah infertilitas yang dipengaruhi oleh faktor sosial budaya Banyumas. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan grounded theory. Sepuluh partisipan dalam penelitian ini didapatkan dengan cara theoritical sampling.
Hasil penelitian ini menunjukan respon psikologis partisipan malu, sedih, stress, menerima Partisipan menggunakan mekanisme koping adaptif dan maladaptif. Faktor sosial budaya yang mempengaruhi adalah nilai dan kepercayaan masyarakat Banyumas tentang infertil serta adanya budaya nrimo ing pandum dan konco wingking. Hasil penelitian ini memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif.

Infertility was caused by many factors, one of which was socio-cultural. The aim of study was to determine the coping and responses concept of women whose infertility caused by socio-cultural of Banyumas. Research design was qualitative with grounded theory approach. Number of participants was ten people were taken with theoretical sampling.
The results showed that participants had responses of shame, sadness, stress, and accepting. Participants used adaptive and maladaptive coping mechanisms. Socio-cultural factor which influence were values and beliefs of Banyurnas society about infertility and the existence of nrimo ing pandum (whole hearted for accepting) and konco wingking (assistant) cultural. The study provides description for nurse to deliver a comprehensive nursing care.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T28426
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>