Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9447 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Depkes , 1989
362.26 IND p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Natalia Widiasih Raharjanti
"Latar Belakang: Sebagian besar gangguan psikosis muncul pada masa remaja akhir dan dewasa muda awal, sehingga berdampak pada biaya yang besar, beban (burden), morbiditas dan mortalitas. DUP (duration of untreated psychotic) yang panjang berhubungan dengan keparahan gejala, respons yang lambat terhadap pengobatan, peningkatan kekambuhan dan penurunan kualitas hidup. Hal ini masih belum diteliti di Indonesia, padahal dengan DUP yang pendek, deteksi dini dan pengobatan akan memperbaiki outcome pada psikosis episode pertama.
Tujuan: untuk mengetahui lama mencari pertolongan medis psikiatrik (DUP) pasien psikosis episode pertama. Selain itu, melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan DUP dan tahapan pencarian pertolongan kesehatan jiwa.
Metoda: Penelitian ini mengunakan metode disain penelitian deskriptif potong lintang dengan sampel sebanyak 50 orang. Pengambilan sampel secara konsekutif. Instrumen yang digunakan adalah SCID-1V, PANSS,SUMD, IRAOS, Instrumen jalur menuju perawatan, PAS, PSST, GAF, Stigma Scale dan DAS. Analisis Statistik menggunakan program SPSS versi 11.50
Hasil: DUP adalah 32,53 minggu (SD 47,265) dan median 14 minggu. Dari analisis bivariat dan multivariat didapatkan hubungan bermakna antara DUP dengan variabel onset (p=0,009), gejala negatif(p=0,005), fungsi premorbid(p=0,016)dan fungsi posmorbid (p=0,10). Pada tahapan pencarian pertolongan pasien psikotik episode pertama didapatkan: hanya 10% yang langsung ke pelayanan kesehatan jiwa, jenis pertolongan pertama 38% pengobatan tradisional & 30% konsultasi dengan pemuka agama. Alasan ke pelayanan kesehatan jiwa adalah perilaku aneh (70%), menganggu lingkungan (32%) dan perilaku agresif subyek (26%). Halangan ke yankeswa : perasaan negatif terhadap yankeswa (62%) dan stigma 46% .
Simpulan: Berdasarkan penelitian didapatkan lama mencari pengobatan medis psikiatris pasien psikotik episode pertama adalah 14 minggu (median). Didapatkan hubungan bermakna antara DUP dengan onset penyakit, jenis gejala, fungsi premorbid dan fungsi postmorbid. Kurangnya pengetahuan mengenai gangguan jiwa di masyarakat. Peran pengobatan tradisional dan pemuka agama yang cukup prominen dalam penanganan pertama pasien psikotik episodik pertama. Terdapatnya citra negatif terhadap pelayanan kesehatan jiwa dimasyarakat.

Background : Most of psychotic disorder is found in late adolescence or early adult life, thus related to bigger cost, burden, morbidity and mortality. Longer DUP is related to severity of symptoms, increasing recurrence and decreasing quality of life. So far no research on DUP has been conducted in Indonesia, although shorter DUP combined with early detection and treatment will improve outcome in first episode psychosis.
Purpose : To find the average DUP in first episode psychosis, its related factors and pathways in seeking mental health service.
Methods : This was a descriptive cross sectional study with 50 respondents, using consecutive sampling method. Instruments used in this study were SCID If , PANSS, SUMD, IRAOS, Health Seeking Action Pathway Instrument, PAS, PSST, GAF, Stigma Scale and DAS Statistical analysis was performed using SPSS version 11.50
Result : Average DUP were 32,53 weeks (SD 47,265) with median 14 weeks. Bivariate & multivariate analysis found significant association between DUP and onset (p=0.009), negative symptoms (p=0.005), premorbid function (p=0.016), and post morbid function (p=0.10). First intervention was traditional treatment (38%) and counseling with religious figures (30%), and only 10% went directly to mental health service. The main reason was strange behavior (70%), social environment disturbance (32%) and aggressive behavior (26%). Negative feeling (62%) and stigma (46%) were the reason of avoiding mental health service.
Contusion : DUP of first episode psychosis are 14 weeks (median). There were significant association between DUP and onset of the disease, type of symptoms, premorbid and post morbid function. There was lack of understanding about mental illness, while traditional approach and counseling to religious figures played prominent role in the intervention of first episode psychosis. There are negative perceptions in mental health service in the society.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18164
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Guntara Hari
"Latar belakang: Ditemukannya peningkatan proporsi kasus psikiatri pada pasien dengan epilepsi dibandingkan dengan pasien yang tidak pernah mengalami serangan epilepsi. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan proporsi dan profil gambaran gejala psikosis episodik, serta rentang waktu antara awitan penyakit epilepsi dengan awitan gejala psikosis episodik pada pasien epilepsi.
Metode: Penefitian ini menggunakan rancangan potong lintang dengan subyek pasien rawat jaian di Paliklinik Syaraf. Pada setiap subyek dilakukan wawancara psikiatri terstruktur berdasarkan butir-butir kuesioner DIP versi Indonesia. Metode statistik deskriptif digunakan untuk menjabarkan data-data hasil penelitian.
Hasil: Dari ke-80 subyek terdapat total 20% subyek yang menyatakan mengalami gejala psikosis episodik, pada beberapa subyek terdapat lebih dari satu gejala, sementara pada subyek lain hanya satu gejala psikosis episodic saja. Angka rerata rentang waktu dari saat awitan sampai munculnya gejala pslkotik dari ke-16 subyek ini 9 tahun dengan standar deviasi 6,663 tahun.
Simpulan: Pada penelitian ini 20% pasien epilepsi mengalami gejala psikosis episodik."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T 18168
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ainun Fitri
"Latar Belakang: Skizofrenia ditandai dengan gangguan signifikan dalam persepsi dan perubahan perilaku. Gejala lainnya yang muncul termasuk delusi, halusinasi, pemikiran tidak teratur, perilaku tidak terarah atau agitasi yang ekstrim. Seseorang dengan skizofrenia mengalami kesulitan terus menerus dengan fungsi kognitif, namun pengobatan skizofrenia dapat dilakukan dengan patuh minum obat, psikoedukasi, intervensi keluarga, dan rehabilitasi psikososial. Gejala paling umum oleh penderita skizofrenia adalah halusinasi (persepsi yang salah tentang objek atau peristiwa yang melibatkan panca indra seperti penglihatan, suara, penciuman, sentuhan, dan rasa). Kasus: Ny. T (25 tahun) diantar suaminya karena sejak 2 minggu gelisah, sulit tidur, sering berteriak, bicara sendiri, mondar-mandir, tidak ada gairah, dan sudah tidak bisa diajak berkomunikasi. Pasien minum densol pukul 14.00 sudah di pasang NGT untuk kumbah lambung di RS Citra Insana. Pasien putus obat sejak 17 Januari 2023. Diskusi: Asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian, analisa data, perencanaan, implementasi hingga evaluasi. Seluruh proses asuhan keperawatan dilakukan selama sepuluh hari sejak 8 April-17 April 2023 di ruangan Utari Rumah Sakit Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi (RSJMM) Bogor. Intervensi yang diberikan sesuai dengan standar asuhan keperawatan generalis untuk diagnosa utama halusinasi dengan dikombinasikan terapi menggambar dan menulis sebagai alternatif untuk mendistraksi pasien dari pikiran yang terpusat pada halusinasi yang muncul pada pasien. Kesimpulan: Penerapan intervensi generalis dengan pendekatan terapi seni menggambar dan menulis terhadap pasien Ny. T dengan masalah keperawatan halusinasi dapat mengurangi tanda gejala dan meningkatkan kemampuan mengontrol halusinasi

Background: Schizophrenia is characterized by significant disturbances in perception and changes in behavior. Other symptoms include delusions, hallucinations, disorganized thinking, disorganized behavior or extreme agitation. Someone with schizophrenia experiences continuous difficulties with cognitive function, but schizophrenia treatment can be carried out by adhering to taking medication, psychoeducation, family intervention, and psychosocial rehabilitation. The most common symptom of people with schizophrenia is hallucinations (false perceptions of objects or events involving the five senses such as sight, sound, smell, touch and taste). Case: Mrs. T (25 years) brought by her husband because since 2 weeks she has been restless, has trouble sleeping, often screams, talks to herself, paces back and forth, has no passion, and is no longer able to communicate. The patient drank densol at 14.00 and had an NGT installed for gastric lavage at Citra Insana Hospital. The patient has been off medication since January 17, 2023. Discussion: Care begins with assessment, data analysis, planning, implementation and evaluation. The entire process of nursing care was carried out for ten days from 8 April to 17 April 2023 in the Utari room of the Dr. H. Marzoeki Mahdi (RSJMM) Bogor. The interventions provided are in accordance with generalist nursing care standards for the main diagnosis of hallucinations with a combination of drawing and writing therapy as an alternative to distract patients from thoughts that are forced on hallucinations that appear in patients. Conclusion: The application of generalist interventions with a drawing and writing art therapy approach to Mrs. T with hallucination nursing problems can increase patient motivation to reduce signs and symptoms and improve the ability to control hallucinations."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Inne Irawati
"Latar belakang : Salah satu masalah penting pada pengobatan pasien skizofrenia adalah stigma. Suatu alat ukur diperlukan untuk membantu klinisi mengidentifikasikan stigma. Diantara alat ukur yang ada, Stigma Items dari Schedule for Clinical Assessment in Neuro Psychiatry (SI dari SCAN) dapat menilai stigma yang dialami oleh keluarga yang merawat pasien skizofrenia.. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan instrurnen SI dari SCAN dalam bahasa Indonesia yang sahih dan mengetahui apakah SI dari SCAN tersebut stabil dan terpercaya untuk digunakan dalam penilaian stigma.
Metode: Sampel adalah keluarga yang merawat pasien skizofrenia (N = 100) dan keluarga yang merawat pasien rematoid artritis (N = 50). Pengambilan sampel dilakukan di RS Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta dengan cara cosecutive. Partisipan tersebut kemudian menjawab pertanyaan-pertanyaan SI dari SCAN yang diajukan oleh pengamat. Hasil pengisian kuesioner dianalisis secara statistik dengan alat bantu SPSS versi 13, untuk mendapatkan criterion validity, discriminant validity, construct validity, internal consistency, test retest reliability dan interrater reliability dari instrumen SI dari SCAN.
Hasil: Dari pengujian didapatkan sensitivitas =90%, spesifisitas = 98%, dan akurasi SI dan SCAN= 94%. Discriminant validity secara keseluruhan menunjukkan perbedaan yang bermakna (p= 0.021). Pada pengujian analisis faktor didapatkan koefisien korelasi antara butir dalam domain yang sama menunjukkan angka yang lebih tinggi dibanding domain yang berbeda. Pengujian reliabilitas memperlihatkan skor Cronbach alpha sebesar 0.786. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada test retest (p >0.05) dan interrater (p >0.05).
Kesimpulan: Dengan hasil-hasil diatas dapat disimpulkan bahwa SI dan SCAN dalam Bahasa Indonesia terbukti valid dan reliable. Instrumen ini dapat digunakan untuk menilai stigma yang dirasakan oleh keluarga yang rnerawat penderita skizofrenia.
Kata kunci: SI dan SCAN- Stigma - Skizofrenia

Background: Stigma is one of the biggest problems in treating schizophrenia. To help clinician to identify stigma, an instrument is needed. Stigma Items from the Schedule for Clinical Assessment in Neuro Psychiatry (SI - SCAN) is one of the instruments that has been used in developing country to assess stigma experienced by the family in caring for schizophrenia patient. The aims of this study are to obtain the instrument of Sl from SCAN in Indonesian language and to find out whether SI from SCAN in Indonesia language is stable and reliable.
Methods: Participants were caregivers of schizophrenia patient (N=100) and caregivers of rheumatoid arthritis patients (N=50). Both groups were recruited from RSCM Jakarta consecutively. All participants give their responses to the SI-SCAN questions which provided by the researchers. The data was analyzed statistically using SPSS 13 version, to obtain criterion validity, discriminate validity, construct validity, internal consistency, test retest reliability and inter-rater reliability.
Result: The sensitivity of SI-SCAN Indonesia version is 90 %, the specificity is 98 % and the accuracy is 94%. Discriminate validity as a whole showed significant difference (p-0,021). The coefficient obtained between items in the same domain showed higher figure compare with items from different domains. The reliability test showed Cronbach's alpha score 0.786. There is no significant difference in the test of retest (per 0.05) and inter-rater (p>0.05).
Conclusion: The research showed that the SI from SCAN in Indonesian language is valid and is reliable. The instrument can be used to assess the stigma experienced by family of schizophrenia patient.
Key Word: SI from SCAN-stigma -schizophrenia
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniawan Sejahtera
"S03tu studi cross - sectional terhadap gangguan skizofrenia dengan simptom negatif telah dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Jakarta, Indonesia. Telah dilakukan pemeriksaan terhadap 50 pasien yang menderita gangguan skizofrenia dengan simptom negatif, terdiri atas 34 pasien laki - laki dan 16 pasien perempuan, yang meliputi wawancara psikiatri, pengisian kuesioner-kuesioner yang berhubungan dengan fungsi kognitif ( Mini Mental State Examination ), indeks komposit PANSS ( Positive and NegatzJ Symptom Scale) dan derajat disabilitas so sial (Disability Assesment Scale I DAS). Basil pcnclitian mcnWljukkan bahwa tcrdapat korclasi yang bermakna secara statistik antara variabel pcndidikan dan fungsi kognitif dengan derajat disabilitas so sial yang berhubWlgan dengan overall behaviour, social role performance, ward behaviour and nurse's opinion. Dengan uji regresl temyata hanya fungsi kognitif yang merupakan prediktor yang kuat. Hubungan antara fungsi kognitif dengan DAS dalam hal overall behaviour ( p = 0,00081 ), social role performance ( p = 0,01012), ward behaviour ( p = 0,00004 ), dan nurse's opinion (p = 0,02895)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T59017
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Subhan Rio Pamungkas
"Skizofrenia anak merupakan salah satu gangguan jiwa berat yang membutuhkan rawat inap. Pemeriksaan gejala skizofrenia anak secara objektif diperlukan untuk melihat perbaikan yang dicapai. Positive and Negative Syndrome Scale PANSS dan Clinical Global Impression-Severity CGI-S merupakan instrumen yang dapat dipergunakan untuk memeriksa gejala skizofrenia. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan skor PANSS dan CGI-S pada skizofrenia anak saat masuk dan keluar rawat inap.
Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dan mengukur nilai PANSS dan CGI-S pasien skizofrenia anak 10-18 tahun saat masuk dan keluar rawat inap. Hasil yang didapat menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara skor total PANSS saat masuk 106,71 21,74 dan saat keluar 46,12 14,38 . Pada skor CGI-S saat masuk 5,33 1,05 dan saat keluar 2,52 1,096 juga terdapat perbedaan bermakna. Penggunaan PANSS dan CGI-S dapat disarankan sebagai instrumen untuk mengevaluasi rutin perkembangan gejala skizofrenia anak.
Child schizophrenia is one of the major mental disorders that often require hospitalization. Examination of schizophrenia symptoms in children is objectively required to observe the improvement achieved. Positive and Negative Syndrome Scale PANSS and Clinical Global Impression-Severity CGI-S are instruments that can be used to examine the symptoms of schizophrenia. The objectives of the study was to find out the differences between PANSS as well as CGI-S scores on child schizophrenia at admission and discharge from the hospital.
This study used a cross-sectional study to measure PANSS and CGI-S score in schizophrenic children 10-18 years at admission and discharge. The results showed that there was a significant difference between the total PANSS score at admission 106.71 21.74 and discharge 46.12 14.38 . There is also a significant difference on the CGI-S score at admission 5.33 1.05 and discharge 2.52 1.096 . The use of PANSS and CGI-S can be suggested as an instrument for the routine evaluation of childhood schizophrenia symptoms."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Imelisa
"Prevalensi schizophrenia di Kersamanah adalah sebesar 2.6/1000 jiwa, dan 39,8% klien drop out berobat. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh asuhan keperawatan pada klien, keluarga dan peran PMO (terapi keperawatan) terhadap kemandirian dan kepatuhan berobat. Penelitian ini menggunakan desain quasy experiment dengan purposive sampling. Penelitian menggunakan instrumen kemandirian CMHN Jakarta dan MARS.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perubahan bermakna kemandirian dan kepatuhan berobat setelah diberikan terapi keperawatan (p-value<α=0.05). Terdapat perbedaan perubahan bermakna pada kelompok intervensi dan kontrol (p-value<α=0.05). Terdapat hubungan erat antara kemandirian dengan kepatuhan berobat (p-value < α=0.05). Saran dari penelitian ini adalah dikembangkannya asuhan keperawatan pada klien, keluarga dan peran PMO di Kersamanah.

The prevalence of schizophrenia in Kersamanah is 2.6/1000 person, 39.8% client has been drop out in medication. This research aimed to found the effect of nursing process to the client, family and PMO role (as nursing therapy) to independency and medication adherence. This research used a quasy experiment design with purposive sampling. This research use the instrument of independency from the CMHN Jakarta research and the MARS instrumen for medication adherence.
The result shows that there is a significant change of independency and medication adherence after intervension of nursing therapy (p-value < α=0.05). There is a significant differences change between intervention and control group (p-value < α=0.05). There is a close relation between independency and medication adherence (p-value < α=0.05). This research suggest continue implementation of nursing process to client, family and PMO role in Kersamanah.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T31229
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alfonsus Edward Saun
"Pendahuluan: Skizofrenia berdampak besar terhadap pasien dan keluarganya. Awitannya sering pada masa remaja akhir sampai dengan dewasa awal, dengan perjalanan penyakit yang cenderung berlangsung seumur hidup. Potensi kekambuhan dan perburukan gejala semakin memperburuk prognosis gangguan ini. Berdasarkan teori diskonektivitas otak dan gangguan perkembangan saraf (struktur otak dan gangguan konektivitas), diduga patofisiologi yang terjadi adalah akibat efektivitas modulasi sinaptik yang terganggu. Mengenai perubahan konektivitas ini, terdapat perbedaan signifikan ambang motorik antara pasien skizofrenia dan kontrol yang normal, dengan alat TMS. Hal ini menunjukkan potensi besar ambang motorik sebagai penanda biologis neurofisiologi pada skizofrenia. Walau begitu, saat ini belum banyak diketahui faktor yang berpengaruh pada ambang motorik. Dikatakan terdapat perbedaan struktural otak, model perkembangan saraf, serta anisotropi fraksional, terkait awitan dan durasi perjalanan penyakit pasien dengan skizofrenia. Oleh karena itu, akan diteliti lebih lanjut hubungan antara umur saat awitan gejala psikotik dan durasi perjalanan penyakit skizofrenia dengan ambang motorik.
Metode: Penelitian dengan desain studi potong lintang, dilakukan di Unit Rawat Jalan Psikiatri Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada April 2018 sampai dengan Desember 2018 (N= 40, usia 18 hingga 59 tahun), dengan sampling konsekutif. Subjek penelitian adalah pasien dengan skizofrenia resisten pengobatan, yang mengikuti terapi TMS. Setelah diberikan penjelasan rinci dan memberikan persetujuan, data demografi dan klinis dikumpulkan, kemudian dilakukan penilaian ambang motorik oleh tenaga ahli terlatih. Subjek diberikan penutup kepala kain untuk mengukur dan menandai titik yang akan dinilai. Diberikan stimulasi dengan alat TMS, dari intensitas paling kecil yang dinaikkan bertahap sampai didapatkan nilai ambang motorik (respons gerakan/kontraksi otot ibu jari tangan kanan, 50% dari stimulasi). Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan data.
Hasil: Rerata hasil pengukuran ambang motorik yang didapatkan adalah 60,2% ± 8,841. Nilai tengah umur saat awitan gejala psikotik sebesar 19,5 ± 6,0, dan nilai tengah durasi perjalanan penyakit skizofrenia sebesar 13,0 ± 14,5 tahun. Pada uji korelasi antara variabel umur saat awitan gejala psikotik dengan ambang motorik didapatkan hasil tidak signifikan, dengan p= 0,063. Demikian pula, hasilnya tidak signifikan pada uji korelasi antara variabel durasi perjalanan penyakit skizofrenia dengan ambang motorik, p= 0,068. Tidak ada perbedaan bermakna rerata ambang motorik, terkait kelompok usia, jenis kelamin, antipsikotik, atau obat lainnya (antikolinergik, penstabil mood, benzodiazepin).
Diskusi: Terdapat kesulitan pada pengambilan sampel, tidak semua pasien yang datang bersedia untuk ikut dalam penelitian, karena ragu dan takut akan keamanannya dan waktu yang dihabiskan, sekalipun telah dijelaskan dengan rinci. Tidak ada terjadi efek samping seperti nyeri atau kejang yang dilaporkan. Pengawasan dan penilaian pada penelitian ini dilakukan oleh pakar terlatih. Kekuatan penelitian relatif terbatas. Banyak subjek, terutama yang sudah lebih tua dan tidak ada keluarga, tidak ingat secara pasti mengenai umur saat pertama kali muncul gejala psikotik.

Introduction: Schizophrenia has a major impact on patients and their families, with late adolescence to early adulthood onset, and tends to last a lifetime. There is also a great potential for recurrence and symptoms worsening. Based on the theory of brain disconnectivity and neurodevelopmental disorders, it is suspected that the pathophysiology occurs due to the disrupted effectiveness of synaptic modulation. Regarding changes in connectivity, significant motor threshold differences between schizophrenic patients and normal controls are found using TMS. This shows a great potential of motor threshold to be used as a neurophysiological biological marker in schizophrenia. Nevertheless, currently not many motor threshold influencing factors are known. It is said that brain structural differences, neural development, and fractional anisotropy are related to the onset and duration of the disease in patients with schizophrenia. Therefore, further study will be carried out to see the relationship between onset age of psychotic symptoms or duration of schizophrenia and motor threshold.
Method: A cross-sectional study design was carried out in the Psychiatric Outpatient Unit of Cipto Mangunkusumo Hospital in April 2018 to December 2018 (N = 40, ages 18 to 59 years), with consecutive sampling. The research subjects were treatment-resistant schizophrenia patients who underwent TMS. Demographic and clinical data were collected after detailed explanations and subjects gave informed consent. Motor threshold measurements were then carried out by trained experts. The subjects are given a cloth head cover to measure and mark the assessment point, and stimulations are casted from the smallest intensity, gradually increased, with TMS until the motor threshold value is obtained, based on movement / contraction responses of right thumb muscle as much as 50% of the stimulation. After all data is collected, data processing is carried out.
Result: The mean result of motor threshold measurements was 60.2% ± 8.841. The median of age at the onset of psychotic symptoms is 19.5 ± 6.0, and the median of duration of illness of schizophrenia is 13.0 ± 14.5 years. The correlation test result between the age at the onset of psychotic symptoms and motor threshold was not significant, with p = 0.063. Similarly, the correlation test result between the duration of illness of schizophrenia and motor threshold was also not significant, with p = 0.068. There were no significant differences in motor thresholds mean, related to age group, gender, antipsychotics, or other drugs, such as anticholinergics, mood stabilizers, or benzodiazepines.
Discussion: There were difficulties in sampling, which not all patients who had come were willing to participate in the study, because of their doubts and safety concerns, also worry about have to spend a lot of time, even though it has been explained in detail. There were no side effects that were reported. Monitoring and assessment in this study was carried out by trained experts. The power of the study is relatively limited. There are many research subjects, especially those who are older and have no other family, dont remember for certain about their psychotic symptoms onset."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Ketidakpatuhan terhadap pengobatan merupakan masalah yang banyak dialami oleh klien skizofrenia. Keluarga sebagai caregiver di rumah dituntut untuk mampu mengatasi masalah ini. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman mendalam tentang makna pengalaman menghadapi ketidakpatuhan anggota keluarga dengan skizofrenia dalam mengikuti regimen terapeutik: pengobatan. Penelitian ini menggunakan desain fenomenologi deskriptif. Partisipan adalah caregiver yang didapatkan dengan cara purposive sampling. Metode pengumpulan data adalah indepth interview.
Hasil wawancara dianalisis menggunakan teknik Collaizi. Hasil penelitian ini menggambarkan pengalaman keluarga dalam merawat anggota keluarga yang tidak patuh terhadap pengobatan, meliputi dukungan yang diberikan, beban yang dirasakan, dan bagaimana keluarga mengatasi beban yang dirasakan. Temuan penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan oleh praktisi keperawatan untuk mengembangkan cara penanganan ketidakpatuhan klien skizofrenia."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
610 JKI 15:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>