Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 79567 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
616.845 PEN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Herbowo Agung F. Soetomenggolo
"[ABSTRAK
Latar belakang Long QT syndrome LQTS adalah gangguan irama jantung bergejala kejang yang harus dikenali sejak dini karena dapat menyebabkan kematian mendadak Tujuan Mengetahui angka kejadian LQTS pada pasien dengan keluhan kejang serta karakteristiknya Metode Studi potong lintang terhadap anak yang pernah mengalami kejang tanpa provokasi di poliklinik neurologi anak RSUPN Cipto Mangunkusumo Subyek berusia 6 bulan hingga 17 tahun Panjang QT interval diukur menggunakan EKG dan dinilai menggunakan metode Bazzet Hasil Seratus empat puluh enam pasien kejang mengikuti penelitian ini Usia subyek jenis kelamin serta jenis kejang memiliki sebaran cukup merata Pada penelitian ini didapatkan kelainan penyerta kejang seperti tuli sensorineural autisme keterlambatan perkembangan menyeluruh disabilitas intelektual dan sindroma Rett Sebanyak 20 6 mengalami epilepsi intraktabel Tidak ditemukan subyek dengan pencetus kejang aktivitas fisik dan stres emosional dan hanya 2 7 memiliki riwayat keluarga meninggal mendadak Hasil penilaian QTc pada seluruh subyek di bawah 0 44 detik Nilai QTc terpendek adalah 0 333 detik dan nilai QTc terpanjang adalah 0 437 Nilai tersebut masih dalam rentang normal QTc pada anak Simpulan Pada penelitian ini tidak didapatkan pemanjangan QTc baik pada penderita kejang umum maupun fokal ABSTRACT Background Long QT syndrome LQTS is a heart rhythm disorder with symptom of seizures that should be identified early because it can cause sudden death Aim Knowing the prevalence of LQTS in patients with symptom of seizures and characteristics Method A cross sectional study of children who have experienced an unprovoked seizure in child neurology clinic Cipto Mangunkusumo Subjects aged 6 months to 17 years QT interval was measured by ECG and assessed with Bazzet rsquo s formula Results One hundred and forty six patients with seizures were followed in this study The age sex and seizure rsquo s type of subject distributed evenly In this study we found some disorder along with seizure such as sensorineural deafness autism global developmental delay intellectual disability and Rett syndrome A total of 20 6 had intractable epilepsy We didn rsquo t find subject with physical activity and emotional stress as the trigger of seizure and only 2 7 had a family history of sudden death QTc assessment results in all subjects were under 0 44 seconds The shortest QTc values was 0 333 seconds and the longest QTc value was 0 437 seconds This value is still within the normal range QTc in children Conclusion In this study we concluded that we found no QTc prolongation in patients with seizures ; Background Long QT syndrome LQTS is a heart rhythm disorder with symptom of seizures that should be identified early because it can cause sudden death Aim Knowing the prevalence of LQTS in patients with symptom of seizures and characteristics Method A cross sectional study of children who have experienced an unprovoked seizure in child neurology clinic Cipto Mangunkusumo Subjects aged 6 months to 17 years QT interval was measured by ECG and assessed with Bazzet rsquo s formula Results One hundred and forty six patients with seizures were followed in this study The age sex and seizure rsquo s type of subject distributed evenly In this study we found some disorder along with seizure such as sensorineural deafness autism global developmental delay intellectual disability and Rett syndrome A total of 20 6 had intractable epilepsy We didn rsquo t find subject with physical activity and emotional stress as the trigger of seizure and only 2 7 had a family history of sudden death QTc assessment results in all subjects were under 0 44 seconds The shortest QTc values was 0 333 seconds and the longest QTc value was 0 437 seconds This value is still within the normal range QTc in children Conclusion In this study we concluded that we found no QTc prolongation in patients with seizures , Background Long QT syndrome LQTS is a heart rhythm disorder with symptom of seizures that should be identified early because it can cause sudden death Aim Knowing the prevalence of LQTS in patients with symptom of seizures and characteristics Method A cross sectional study of children who have experienced an unprovoked seizure in child neurology clinic Cipto Mangunkusumo Subjects aged 6 months to 17 years QT interval was measured by ECG and assessed with Bazzet rsquo s formula Results One hundred and forty six patients with seizures were followed in this study The age sex and seizure rsquo s type of subject distributed evenly In this study we found some disorder along with seizure such as sensorineural deafness autism global developmental delay intellectual disability and Rett syndrome A total of 20 6 had intractable epilepsy We didn rsquo t find subject with physical activity and emotional stress as the trigger of seizure and only 2 7 had a family history of sudden death QTc assessment results in all subjects were under 0 44 seconds The shortest QTc values was 0 333 seconds and the longest QTc value was 0 437 seconds This value is still within the normal range QTc in children Conclusion In this study we concluded that we found no QTc prolongation in patients with seizures ]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tanjung, M. F. Conny
"Hingga saat ini kejang demam masih merupakan tipe kejang yang paling sering ditemukan pada masa kanak-kanak Dua sampai 5% anak pernah mengalami suatu serangan kejang demam sebelum usia 5 tahun. Meskipun serangan kejang tersebut biasanya hanya berlangsung beberapa menit namun serangan tersebut amat menakutkan dan mengkhawatirkan orangtua. Setelah kejang dapat teratasi akan timbul pertanyaan apakah kejang dapat berulang, apakah akan terjadi epilepsi di kemudian hari, bagaimana dengan perkembangan dan kecerdasan anak tersebut? Tidaklah mengherankan kejang demam merupakan fokus penelitian yang intensif.
Secara umum kejang demam diklasifikasikan dalam dua kelompok yakni kejang demam sederhana (KDS) dan kejang demam kompleks (KDK). Kejang demam diklasifikasikan sebagai KDK bila kejang demam berakhir lebih dari 15 menit atau bersifat fokal atau terjadi kembali dalam 24 jam. Di luar kriteria tersebut, ia diklasifikasikan dalam KDS. Data-data dari penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa KDS, bentuk terbanyak dari kejang demam, umummya mempunyai perjalanan alamiah yang benign sehingga tampaknya tidak dibutuhkan usaha-usaha preventif untuk mencegah dampak jangka panjangnya. Hal yang serupa tidak berlaku untuk KDK yang memiliki insidens sebesar 27 - 37% dari seluruh kejang demam. Dari berbagai penelitian diketahui bahwa KDK mempunyai hubungan erat dengan berulangnya kejang demam dan timbulnya epilepsi. Pengobatan profilaksis untuk mencegah berulangnya kejang demam dan epilepsi pasca-KDK juga masih menjadi kontroversi hingga saat ini, meskipun profilaksis harian jangka panjang tidak lagi direkomendasikan untuk diguna kan secara rutin.
Mengingat kedua implikasi tersebut, penting bagi kita untuk dapat mengidentifikasi faktor-faktor prognosis yang mempengaruhi berulangnya kejang. Sepanjang pengetahuan kami, hingga kini belum didapatkan penelitian terpublikasi yang membahas tentang faktor-faktor prognosis untuk berulangnya kejang demam setelah kejang demam kompleks pertama. Penelitian yang ada saat ini menggabungkan faktor-faktor prognosis untuk berulangnya kejang demam pasca-KDS dan KDK.
Untuk memperoleh data yang disebutkan di atas diperlukan pengamatan terhadap sejumlah besar subyek dalam waktu yang lama. Sebagai langkah awal, penelitian ini akan mengumpulkan berbagai karakteristik pasien KDK serta faktor-faktor prognosis untuk berulangnya kejang demam atau timbulnya epilepsi pasca-KDK.
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a) Bagaimanakah karakteristik demografis (usia, jenis kelamin) dan klinis (jenis kejang, lama kejang, frekuensi kejang, riwayat kejang demam dalam keluarga, riwayat epilepsi dalam keluarga, durasi antara demam hingga timbulnya kejang, suhu saat KDK I, adanya gangguan perkembangan atau kelainan neurologis sebelum kejang) dari pasien KDK pertama di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) ?
b) Berapakah angka kejadian berulangnya kejang demam setelah KDK pertama dalam penelitian ini?
c) Berapakah angka kejadian epilepsi setelah KDK pertama dalam penelitian ini?
d) Apa sajakah yang menjadi faktor prognosis untuk berulangnya kejang demam berdasarkan karakteristik yang tersebut dalam butir a) tersebut?
Pasien KDK pertama yang memiliki gangguan perkembangan, usia awitan sebelum dua tahun, suhu yang rendah saat KDK pertama, riwayat kejang demam dalam keluarga, riwayat epilepsi dalam keluarga, dan durasi yang singkat antara demam hingga timbulnya KDK pertama mempunyai kemungkinan berulangnya kejang demam yang lebih besar dibandingkan dengan pasien KDK pertama yang tidak memiliki faktor prognosis tersebut di atas.
Tujuan umum penelitian untuk mengetahui faktor-faktor prognosis untuk berulangnya kejang demam pasca-KDK. Tujuan khusus penelitian mendapatkan karakteristik demografis dan klinis dari pasien yang mengalami KDK pertama yang berobat di R.SCM, mendapatkan angka kejadian berulangnya kejang demam setelah KDK pertama, mendapatkan angka kejadian epilepsi setelah KDK pertama, mengetahui faktor-faktor prognosis untuk berulangnya kejang demam."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Sunarto
"Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh terapi kelompok terapeutik (TKT) anak sekolah pada anak, orang tua dan guru terhadap peningkatan pengetahuan, psikomotor dan perkembangan industri. Desain penelitian ?quasi experimental pre-post test with control group? melibatkan 117 anak sekolah.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan pengetahuan, psikomotor dan perkembangan industri meningkat secara bermakna setelah terapi kelompok terapeutik pada kelompok anak, orang tua dan guru dan lebih tinggi secara bermakna dibandingkan pada kelompok anak (pvalue ≤ 0.05). TKT anak sekolah pada anak, orang tua dan guru direkomendasikan pada anak usia sekolah untuk meningkatkan perkembangan industry anak lebih optimal.

This research aimed to determine the effect of therapeutic group therapy (TGT) in elementary school children, parents and teachers on increase their cognitif, psychomotor and industrial development. Using "quasi experimental pre-post test with control group" involving 117 school children.
Results show an increase in cognitif, psychomotor and industrial development increased significantly after therapeutic group therapy of children, parents and teachers, significantly higher than in TGT groups of children (pvalue ≤ 0.05). School children TGT in children, parents and teachers are recommended to improve children's industrial development."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Fransiska
"Jumlah penderita diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Makasar mengalami kenaikan dari tahun 2014 sampai 2016. Kelurahan Kebon Pala menjadi penyumbang terbanyak dari keseluruhan kasus diare. Jumlah penderita diare balita di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kebon Pala tahun 2014 sebesar 182 kasus kemudian naik tahun 2015 sebesar 251 kasus dan mengalami penurunan pada tahun 2016 sebesar 238 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kebon Pala. Disain penelitian yaitu case control, kasus adalah penderita diare yang tercatat dalam register puskesmas selama 14 hari terakhir waktu penelitian berlangsung dan kontrol adalah tetangga kasus. Jumlah sampel masing-masing kontrol dan kasus 60 responden. Pengumpulan data dengan wawancara langsung dan observasi menggunakan kuesioner. Kuesioner berisikan pertanyaan perilaku cuci tangan pakai sabun, pemberian ASI eksklusif, sumber air bersih, sarana jamban dan sarana pembuangan sampah. Penelitian ini didapatkan hasil adanya hubungan yang signifikan antara perilaku cuci tangan pakai sabun nilai p 0.005; OR 5,107 , pemberian ASI eksklusif nilai p 0,005; OR 4,030 , sarana jamban nilai p 0,022; OR 2,993 dan sarana pembuangan sampah niali p 0,003; OR 3,406 dengan kejadian diare pada balita.

The number of diarrhea sufferers in under five children in the working area of Puskesmas Kecamatan Makasar increased from 2014 to 2016. Kebon Pala village became the biggest contributor of all diarrhea cases. The number of diarrhea sufferers in the work area of Kebon Pala Public Health Center in 2014 amounted to 182 cases and then increased in 2015 by 251 cases and decreased in 2016 by 238 cases. This study aims to determine the risk factors of diarrhea occurrence in infants in the working area of Kebon Pala Public Health Center. The case study design was case control. The case was diarrhea sufferer recorded in the puskesmas register for the last 14 days while the study took place and the control was neighboring case. The number of samples of each control and case are 60 respondents. Data was collected by direct interview and observation using questionnaire. The questionnaire contains questions on handwashing behavior with soap, exclusive breastfeeding, clean water sources, toilet facilities and garbage disposal facilities. The results of this study showed that there was a significant relationship between handwashing with soap p 0.005, OR 5,107 , exclusive breastfeeding p value 0.005, OR 4.030 , toilet facilities p value 0.022, OR 2,993 and garbage disposal facilities Niali p 0,003 OR 3,406 with the incidence of diarrhea in infants."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68519
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Berat badan anak usia sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah kebiasaan jajan saat di sekolah. Dengan jajan di sekolah akan mengurangi nafsu makan pada saat makan yang pada akhirnya akan mempengaruhi berat badan anak. Bertolak dari fenomena tersebut, untuk melihat hubungan antara keduanya maka dilakukan penelitian yang dilaksanankan di SDN 02 Petang Pegangsaan Kecamatan Menteng Jakarta dengan 28 responden menggunakan metode deskriptif sederhana dengan uji statistik Chi square fisher exact dengan P= 0.409 dan α = 5%. Dari 17 responden yang selalu jajan didapatkan 13 responclen (76,5%) mempunyai berat badan kurang dari normal dan 11 responden yang jarang jajan terdapat 6 responden (54,5%) mempunyai berat badan kurang dari normal. Penelitian tersebut tidak memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi berat badan anak. Dari hasil analisis di dapatkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara kebiasaan jajan dengan berat badan pada anak usia sekolah."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2003
TA5144
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Risna Merysa
"Prevalensi stunting di Indonesia khususnya di daerah Aceh masih tinggi dan kondisi ini masih berada di atas ambang yang ditetapkan WHO sebesar 20%. Salah satu faktor yang memengaruhi kejadian stunting yaitu pemberian makan pada anak yang meliputi pemberian ASI dan MPASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman ibu terhadap pemberian makan pada anak dengan kondisi stunting. Penelitian ini yaitu penelitian kualititatif dengan pendekatan fenomenologi. Partisipan yang terlibat di dalam penelitian ini yaitu 10 ibu yang memiliki anak dengan kondisi stunting berusia 2-3 tahun. Analisis tematik merupakan metode analisis data yang dilakukan di dalam penelitian ini. Berdasarkan data analisis yang dilakukan diperoleh 6 tema yaitu: 1) Ibu memberikan ASI tapi tidak eksklusif, 2) Pemberian MPASI tidak adekuat, 3) Ibu kurang mendapat informasi tentang pemberian makan pada anak, dan 4) Ibu memperoleh dukungan dari suami dan keluarga selama pemberian makan pada anak. Pemberian edukasi tentang pemberian makan pada anak harus dioptimalkan untuk mengurangi angka kejadian stunting pada anak di Indonesia khususnya di Aceh.

The prevalence of stunting in Indonesia, especially in Aceh, is still high and this condition is still above the threshold set by the WHO of 20%. One of the factors that influence the incidence of stunting is the feeding practice including breastfeeding and complementary feeding. This study aimed to explore the experience of mothers in feeding practice for children with stunting conditions. This research was aqualitative research with a phenomenological approach. The participants involved in this study were 10 mothers who had children with stunting conditions for 2-3 years. Thematic analysis was a method of data analysis carried out in this study. Based on the data analysis, 6 themes were obtained, namely: 1) Children are not exclusively breastfed, 2) Inadequate complementary feeding practice, 3) Mothers have lack information about child-feeding practices, and 4) Mothers get the supports from husband and family during the feeding process to their children. Providing education about child feeding should be optimized to reduce the incidence of stunting in children in Indonesia, especially in Aceh."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Rahman Setiawan
"Latar belakang : Hidrosefalus adalah suatu keadaan terjadinya timbunan cairan serebrospinal (CSS) berlebihan yang disebabkan ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi CSS sehingga mengakibatkan ventrikulomegali dan dapat disertai dengan peningkatan tekanan intrakranial. Salah satu tatalaksana hidrosefalus tersering adalah VP Shunt, yang juga memiliki risiko komplikasi. Indonesia telah dapat membuat sendiri sistem pompa untuk operasi VP Shunt dengan nama INA-shunt. Beberapa penelitian telah meneliti angka komplikasi VP Shunt pada pasien anak, namun belum ada yang meneliti angka komplikasi dengan penggunaan sistem pompa INA-shunt. Tujuan : Mengetahui komplikasi yang terjadi pada pasien anak dengan hidrosefalus dan variasinya yang telah dilakukan operasi VP Shunt dengan pompa INA Shunt beserta faktor yang mempengaruhinya Metode : Penelitian ini bersifat deskriptif retrospektif. Penelitian bersifat multicenter, dengan mengambil data sekunder dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, RSAB Harapan Kita, dan RSUP Sardjito. Pada periode Januari 2018-Desember 2019, terdapat 31 subjek yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Dilakukan penilaian klinis dan radiologis pascaoperasi dalam kurun waktu 1 tahun untuk mengevaluasi adanya komplikasi pada subjek. Hasil : Dari 31 subjek, terdapat komplikasi pada 5 subjek (16%). Komplikasi itu berupa malfungsi shunt proksimal (10%, n=3), shunt exposed (3%, n=1), dan shunt terinfeksi (3%, n=1). Seluruh komplikasi terjadi pada pasien dengan usia < 3 bulan saat dilakukan VP shunt dan 80% komplikasi terjadi < 6 bulan pascaoperasi. Tidak terdapat komplikasi berupa perdarahan subdural. Tidak terdapat hubungan bermakna antara karakteristik subjek dan angka kejadian komplikasi pascaoperasi VP shunt dengan menggunakan pompa INA shunt. Kesimpulan : Angka komplikasi operasi VP Shunt menggunakan sistem pompa INA Shunt adalah minimal. Sistem pompa INA Shunt dapat digunakan untuk operasi VP Shunt pada pasien anak dengan hidrosefalus dan variasinya.

Background: Hydrocephalus is a condition of excessive accumulation of cerebrospinal fluid (CSF) caused by an imbalance between the production and absorption of CSF, resulting in ventriculomegaly and can be accompanied by an increase in intracranial pressure. One of the most common treatments for hydrocephalus is VP Shunt, which also carries a risk of complications. Indonesia has been able to make its own pump system for VP Shunt operation under the name INA-shunt. Several studies have investigated the complication rate of VP shunt in pediatric patients, but none has investigated the complication rate with the use of the INA-shunt pump system. Objective: To determine the complications that occur in pediatric patients with hydrocephalus and its variations who have had VP Shunt surgery with an INA Shunt pump and the factors that influence it. Methods: This research is descriptive retrospective. The research is multicenter, taking secondary data from Cipto Mangunkusumo General Hospital, Harapan Kita Hospital, and Sardjito Hospital. In the period January 2018 – December 2019, there were 31 subjects that met the inclusion and exclusion criteria. Postoperative clinical and radiological assessments were performed within 1 year to evaluate the presence of complications in the subjects.
Results: From 31 subjects, there were complications in 5 subjects (16%). The complications were proximal shunt malfunction (10%, n=3), exposed shunt (3%, n=1), and infected shunt (3%, n=1). All complications occurred in patients < 3 months of age at the time of VP shunt and 80% of complications occurred < 6 months postoperatively. There were no complications such as subdural hemorrhage. There is no significant relationship between the characteristics of the subject and the incidence of postoperative VP shunt complications using an INA shunt pump. Conclusion: The complication rate of VP Shunt operation using the INA Shunt pump system is minimal. The INA Shunt pump system can be used for VP Shunt surgery in pediatric patients with hydrocephalus and its variations.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diyah Hardiyanty
"Karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan pada anak dengan malforasi anorektal pre dan postoperasi PSARP, dengan bermain terapeutik menggunakan boneka jari untuk mengurangi nyeri. Tindakan dan perawatan PSARP menimbulkan nyeri pada anak. Salah satu teknik nonfarmakologis untuk meminimalkan nyeri tersebut dengan menggunkan bermain terapeutik. Hasil dari penerapan intervensi bermain terapeutik yang telah dilakukan pada anak malforasi anorektal selama 5 hari untuk mengurangi nyeri terbukti efektif menurunakn skala nyeri klien dari skala 8 menjadi 2 dengan menggunakan

This final scientific work aims to provide an overview of nursing care for children with pre and postoperative anorectal malfunction of PSARP, by playing therapeutically using finger puppets to reduce pain. Medical treatment and PSARP treatment cause pain in children. One nonph acological technique to minimize the pain is by using therapeutic play. The results of the application of therapeutic play interventions that have been carried out on children anorectal malforation for 5 days to reduce pain proved effective in reducing the client's pain scale from scale 8 to 2 using FLACC postoperative pain scale."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fita Ristiana
"Skripsi ini bertujuan untuk menggambarkan konsep diri (self concept) dan proses adaptasi pada anak perempuan yang melakukan pernikahan dini di Kabupaten Temanggung. Terkait dengan konsep diri, penelitian ini membahas bagaimana konsep diri pada anak yang menikah dini dari dimensi pengetahuan, harapan, dan penilaian anak yang mneikah dini. Terkait dengan proses adaptasi, penelitian ini membahas proses adaptasi yang dijalankan anak perempaun yang menikah dini karena adanya perubahan peran menjadi istri dan ibu dalam melakukan proses adaptasi syarat dasar biologi-alamiah, adaptasi syarat dasar kejiwaan, dan adaptasi syarat dasar sosial. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan studi kasus, di mana setiap kasus akan menggambarkan karakteristik yang berbeda, kemudian di akhir penelitian akan ditarik kesimpulan dari beberapa kasus yang dikaji. Informan anak perempuan yang menikah dini pada penelitian ini didapat melalui metode purposive sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Juli 2021, dengan jumlah informan 12 orang. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa terdapat konsep diri yang berbeda-beda pada anak perempuan yang menikah dini, hal itu tergantung dengan factor yang mempengaruhinya. Selain itu, anak perempuan dengan konsep diri yang berbeda, melakukan proses adaptasi yang berbeda dalam menjalankan perannya.

This thesis aims to describe the self-concept and the adaptation process for girls who marry early in Temanggung Regency. About self-concept, this study discusses the self-concept of children who marry early from the dimensions of knowledge, expectations, and assessments of children who marry early. About the adaptation process, this study discusses the adaptation process carried out by girls who marry early due to changes in the roles of being a wife and mother in the process of adapting natural-biological basic requirements, adaptation of basic psychological requirements, and adaptation of basic social requirements. This research is a qualitative research with case studies, where each case will describe different characteristics, then at the end of the study conclusions will be drawn from several cases studied. Informants of girls who married early in this study were obtained through purposive sampling method. This research was conducted in January-July 2021, with a total of 12 informants. The results of this study are that there are differences in self-concept in girls who marry early, this depends on the factors that influence it. In addition, girls with different self-concepts carry out different adaptation processes when carrying out their roles."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>