Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9165 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tiran, Denise
Edinburg: Churchill Livingstone, 2004
618.3 TIR n
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmitha Sari
"Mual muntah meningkatkan ketidaknyamanan anak saat kemoterapi. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh relaksasi otot progresif atau progressive muscle relaxation (PMR) terhadap kenyamanan, mual, muntah pada anak yang mendapat kemoterapi di RSUP. H. Adam Malik Medan. Desain penelitian quasi eksperimen pre-post test dengan kelompok kontrol. Responden diambil dengan teknik consecutive sebanyak 21 orang pada tiap kelompok. PMR diberikan 2x sehari selama 15 menit. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan kenyamanan pada kelompok kontrol (p < 0,05) tetapi tidak pada kelompok intervensi (p > 0,05). Terdapat perbedaan mual antara kedua kelompok (p < 0,05). Tidak ada perbedaan bermakna frekuensi dan volume muntah pada kedua kelompok (p > 0,05). PMR dapat dijadikan intervensi mandiri perawat dalam meningkatkan kenyamanan dan menurunkan mual, muntah anak saat kemoterapi.

Nausea and vomiting increas discomfort during chemotherapy. The aims of the study is to determine the effect of progressive muscle relaxation (PMR) for the comfort, nausea and vomiting induced chemotherapy in H. Adam Malik Medan Hospital. Research design was quasi-experimental pre-post test with control group. Consecutive sampling technic was conducted to 21 childs in both groups. PMR gave twice a day during fifteen minutes. The results showed differences comfort in the control group (p < 0,05) but not in the intervention group (p > 0,05). There are differences significant nausea between two groups (p < 0,05). There is no significant difference vomit in both groups (p > 0,05). PMR can be used as independent intervention in improving comfort, reducing nausea and vomiting during chemotherapy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T36047
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Medya Aprilia Astuti
"Kanker merupakan penyakit keganasan yang dapat mengancam jiwa anak-anak. Kanker
memerlukan perawatan yang memadai dan efektif salah satunya dengan kemoterapi.
Kemoterapi dapat menimbulkan efek samping seperti mual dan muntah. Karya Ilmiah Akhir
ini bertujuan untuk menganalisis penerapan asuhan keperawatan dengan pendekatan teori
kenyamanan Kolcaba dan mengintergasikan penggunaan BARF Scale sebagai instumen
dalam mengukur mual dan muntah pada anak kanker yang menjalani kemoterapi. Penerapan
asuhan keperawatan dilakukan dengan metode studi kasus yang didapatkan 5 kasus terpilih
diantaranya. Lima kasus terpilih tersebut semua mengalami keluhan yang sama yaitu mual
dan muntah sehingga masalah keperawatan yang sama muncul pada 5 kasus tersebut yaitu
risiko/defisit cairan dan risiko/defisit nutrisi. Penggunaan BARF Scale dalam Standar
Prosedur Operasional diharapkan dapat menjadi salah satu bagian dalam mempermudah
perawat untuk mengkaji mual dan muntah pada anak kanker yang menjalani kemoterapi.

Cancer is a malignancy that can threaten the lives of children. Cancer requires adequate and
effective treatment, one of which is chemotherapy. Chemotherapy can cause side effects such
as nausea and vomiting. This Final Scientific Work aims to analyze the application of nursing
care with Kolcaba's comfort theory approach and to integrate the use of the BARF Scale as
an instrument in measuring nausea and vomiting in cancerous children undergoing
chemotherapy. The application of nursing care was carried out by the case study method
which found 5 selected cases including The five selected cases all experienced the same
complaint, namely nausea and vomiting so that the same nursing problems arose in the 5
cases, namely the risk / fluid deficit and nutritional risk / deficit. The use of the BARF Scale in
Standard Operating Procedures is expected to be one of the parts in facilitating nurses to
assess nausea and vomiting in cancerous children undergoing chemotherapy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Annas Azzahra
"Postoperative nausea and vomiting (PONV) merupakan efek samping yang terjadi selama 24-48 jam pertama setelah operasi laparatomi. PONV dapat memanjang dikarenakan beberapa faktor salah satunya penggunaan agen analgesik. Analisis dilakukan pada perempuan berusia 67 tahun post laparatomi dengan keluhan PONV yang memanjang lebih dari 48 jam setelah tindakan operasi dikarenakan penggunaan terapi analgesik epidural. Tujuan penulisan ini yaitu memaparkan hasil analisis asuhan keperawatan dengan penggunaan teknik akupresur perikardium 6 (P6) untuk menurunkan intensitas mual dan muntah pada pasien post laparatomi. Teknik akupresur perikardium 6 (P6) diberikan selama enam hari dari tanggal 14/04/2023 sampai 19/04/2023 dengan setiap kali tindakan dilakukan sebelum dan sesudah makan selama 5-10 menit. Hasil evaluasi menunjukan teknik Akupresur perikardium 6 (P6) terbukti efektif menurunkan intensitas mual dan muntah pada pasien pasca laparatomi dengan PONV. Kesimpulannya teknik akupresur perikardium 6 (P6) dapat dilakukan untuk menurunkan intensitas mual dan muntah pasca laparatomi dan intervensi ini dapat dilakukan secara mandiri dan tidak menimbulkan efek samping

Postoperative nausea and vomiting (PONV) is a side effect that occurs during the first 24-48 hours after laparotomy. PONV can be prolonged due to several factors, one of which is the use of analgesic agents. The analysis was performed on a 67-year-old post-laparotomy woman with complaints of PONV that lasted more than 48 hours after surgery due to the use of epidural analgesic therapy. The purpose of this paper is to present the results of an analysis of nursing care using the pericardium 6 (P6) acupressure technique to reduce the intensity of nausea and vomiting in post-laparotomy patients. Pericardium 6 (P6) acupressure technique was given for six days from 14/04/2023 to 19/04/2023 with each action performed before and after eating for 5-10 minutes. The results of the evaluation showed that the pericardium 6 (P6) acupressure technique was proven effective in reducing the intensity of nausea and vomiting in post-laparotomy patients with PONV. In conclusion, the pericardium 6 (P6) acupressure technique can be performed to reduce the intensity of post-laparotomy nausea and vomiting and this intervention can be carried out independently and does not cause side effects."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Feliani
"Pendahuluan: Emesis gravidarum merupakan keluhan yang umum dirasakan wanita hamil trimester pertama dengan angka kejadian mencapai 50-80% dari seluruh populasi di dunia dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Terapi farmakologis untuk emesis gravidarum telah banyak digunakan namun memiliki beberapa efek samping dan banyak ketakutan dari ibu hamil mendapatkan pengobatan saat kehamilan akan mempengaruhi janin. Superficial needlingmerupakan salah satu modalitas akupunktur dengan melakukan penusukan dangkal yang minimal invasif dan aman serta telah terbukti efektif pada beberapa penelitian klinis. Akupresur juga telah direkomendasikan untuk mengendalikan mual muntah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran efek terapi dengan kombinasi superficial needling dengan press tack needle dan akupresur pada wanita dengan emesis gravidarum
Metode: Desain studi ini adalah serial kasus yang dilakukan Juni sampai dengan September 2020 didapatkan 6 kasus. Seluruh subjek serial kasus ini mendapatkan perlakuan yang sama, yaitu akupunktur kombinasi press tack needle dan akupresur pada titik PC6 Neiguan bilateral selama 7 hari perlakuan dan di follow up sampai 7 hari paska terapi. Dilakukan pengukuran skor PUQE sebelum terapi, pada hari ke-7, hari ke-10, dan hari ke-14; dan pemberian buku diari mual muntah yang diisi selama 7 hari terapi serta pengukuran laboratorium kadar hCG kuantitatif, kadar B6, SGOT, SGPT, ureum, kreatinin, hematokrit, elektrolit darah, keton urin sebelum dilakukan pemasangan press tack needle.
Hasil: Terjadi penurunan skor PUQE pada keenam kasus pada hari ke-7 dibandingkan sebelum terapi dan terjadi penurunan hari ke-14 dibandingkan sebelum terapi pada 5 dari 6 kasus. Penurunan sub skala skor PUQE paling tinggi pada sub skala rasa ingin muntah. Variasi frekuensi akupresur harian yang dilakukan sampai hari ke-7 tidak berpengaruh dengan penurunan skor PUQE. Tidak terdapat perubahan yang signifikan pada hasil laboratorium sebelum dan pada hari ke-7.
Kesimpulan: Kombinasi superficial needling dengan press tack needle dan akupresur pada wanita emesis gravidarum dapat berguna dengan sangat baik dalam mengurangi keluhan mual muntah.

Introduction: Emesis gravidarum is a common complaint experienced by pregnant women in the first trimester with an incidence of 50-80% of the world's population and can interfere with daily activities. Pharmacological therapy for emesis gravidarum has been widely used but it has several side effects and a lot of fear of pregnant women getting treatment when pregnancy will affect the fetus. Superficial needling is one of the acupuncture modalities by performing shallow puncturing which is minimally invasive and safe and has been proven effective in several clinical studies. Acupressure has also been recommended for controlling nausea and vomiting. The purpose of this study was to describe the effect of therapy with a combination of superficial needling with a press tack needle and acupressure in women with emesis gravidarum.
Methods: The design of this study is a case series conducted from June to September 2020, obtained 6 cases. All subjects of this case series received the same treatment, namely the combination acupuncture press tack needle and acupressure at the PC6 Neiguan bilateral point during 7 days of treatment and followed up until 7 days after therapy. PUQE score was measured before therapy, on day 7, day 10, and day 14; and provision of a nausea and vomiting diary that was filled in for 7 days of therapy as well as laboratory measurements of quantitative hCG levels, B6 levels, SGOT, SGPT, urea, creatinine, hematocrit, blood electrolytes, urine ketones before placing a press tack needle.
Results: There was a decrease in PUQE score in the six cases on day 7 compared to before therapy and there was a decrease in day 14 compared to before therapy in 5 of 6 cases. The decline in the PUQE score subscale was highest on the retching subscale. The variation in the frequency of daily acupressure performed until day 7 had no effect on the decrease in PUQE scores. There were no significant changes in laboratory results before and on day 7.
Conclusion: The combination of superficial needling with press tack needle and acupressure in women with emesis gravidarum can be very useful in reducing complaints of nausea and vomiting.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Syifa Rizki Maharani
"Gejala mual dan muntah harus ditangani dengan terapi yang sesuai dengan penyebab timbulnya gejala tersebut. Obat mual dan muntah memiliki berbagai macam jenis berdasarkan penyebabnya serta patofisiologinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki keterkaitan antara penyebab mual dan muntah dengan proses patofisiologis yang terlibat, dengan fokus pada pengembangan strategi pengobatan yang lebih terarah. Metode penelitian melibatkan analisis literatur terkini untuk mengidentifikasi berbagai penyebab mual dan muntah, serta memahami mekanisme patofisiologis di balik setiap kondisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa obat mual dan muntah dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kondisi medis, pengaruh toksin, efek samping obat, dan masalah emosional. Patofisiologi mual dan muntah melibatkan kompleksitas interaksi antara sistem saraf pusat, saluran cerna, dan pusat pengaturan mual di otak. Dalam memahami patofisiologi, pengkategorian berdasarkan sumber stimulus, seperti pengaruh vestibular, kimiawi, dan psikogenik, menjadi krusial dalam menentukan pendekatan terapeutik yang efektif. Dalam konteks pengobatan, penelitian ini menyoroti pentingnya pendekatan yang spesifik terhadap penyebab mual dan muntah. Identifikasi penyebab yang tepat memungkinkan pemberian obat yang lebih tepat, sehingga meningkatkan efektivitas pengobatan dan kualitas hidup pasien. Pemberian obat yang tepat dan rasional sesuai permasalahan pada patofisiologinya dapat memberikan hasil terapi yang baik dan optimal. Implikasi praktis dari penelitian ini mencakup pengembangan panduan klinis yang lebih akurat dalam manajemen obat mual dan muntah, serta memberikan dasar bagi penelitian lebih lanjut dalam mengoptimalkan terapi untuk setiap jenis penyebab mual dan muntah.

Symptoms of nausea and vomiting must be treated with therapy that is appropriate to the cause of these symptoms. Medicines for nausea and vomiting have various types based on the cause and pathophysiology. The aim of this study was to investigate the relationship between the causes of nausea and vomiting and the pathophysiological processes involved, with a focus on developing more targeted treatment strategies. The research method involved analyzing current literature to identify various causes of nausea and vomiting, as well as understanding the pathophysiological mechanisms behind each condition. Research results show that nausea and vomiting drugs can be caused by various factors, including medical conditions, the influence of toxins, drug side effects, and emotional problems. The pathophysiology of nausea and vomiting involves complex interactions between the central nervous system, the gastrointestinal tract, and the nausea regulatory center in the brain. In understanding pathophysiology, categorization based on stimulus sources, such as vestibular, chemical, and psychogenic influences, is crucial in determining effective therapeutic approaches. In the context of treatment, this study highlights the importance of a specific approach to the cause of nausea and vomiting. Identifying the correct cause allows for more appropriate drug administration, thereby improving the effectiveness of treatment and the patient's quality of life. Providing appropriate and rational medication according to the pathophysiological problem can provide good and optimal therapeutic results. Practical implications of this research include the development of more accurate clinical guidelines in the drug management of nausea and vomiting, as well as providing a basis for further research in optimizing therapy for each type of cause of nausea and vomiting."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Arief Fadli
"Latar belakang PONV dapat terjadi pada 20-30% pasien, bahkan pada pasien- pasien yang berisiko tinggi bisa mencapai sekitar 70%. PONV menyebabkan peningkatan morbiditas, menurunnya kepuasan pasien dan meningkatnya biaya yang dikeluarkan pasien. Salah satu cara nonfarmakologi yang dapat dilakukan untuk menurunkan mual muntah pascaoperasi adalah dengan pemakaian akupresur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pemakaian akupresur Sea-Band® untuk menurunkan angka kejadian mual muntah pascaoperasi pada pasien yang menjalani anestesia umum inhalasi.
Metode Dilakukan pembiusan umum pada 88 pasien ASA 1-2 yang menjalani pembedahan risiko tinggi PONV. Tujuh pasien dikeluarkan, akupresur 41 sampel dan kontrol 40 sampel. Pada kelompok perlakukan diberikan lakukan pemasangan akupresur Sea-Band® 30-60 menit sebelum dilakukan pembiusan. Seluruh sampel diberikan antiemetik. Dilakukan pencatatan angka kejadian mual muntah selama 0-2 jam pascaoperasi di ruang pulih dan 2-24 jam di ruang rawat inap. Tidak didapatkan terjadinya efek samping pada kedua kelompok.
Hasil: Didapatkan hasil yang tidak berbeda bermakna antara kedua kelompok dalam insidens mual dan muntah di ruang pemulihan (0-2 jam). Insidens mual dalam 0-2 jam antara akupresur vs plasebo adalah 9,75 % vs 25 % (p > 0,05) dan insidens muntah dalam 0-2 jam antara akupresur vs plasebo adalah 4,87 % vs 17,5 % (p> 0,05). Insidens mual dalam 2-24 jam antara akupresur vs plasebo adalah 2,43 % vs 20 % (p < 0,05). Insidens muntah dalam 2-24 jam antara akupresur vs plasebo adalah 0 % vs 7,5 % (p > 0,05). Tidak didapatkan terjadinya efek samping pada kedua kelompok. Tercatat bahwa 90,2% mengatakan puas dengan manfaat penggunaan akupresur dan pemberian ondansetron, bahkan pada kelompok yang sama sebanyak 4,9% menyatakan sangat puas
Kesimpulan Penggunaan akupresur Sea-Band® dengan Ondansetron terbukti dapat menurunkan angka kejadian mual pada rentang waktu 2-24 jam setelah operasi dengan anestesia umum inhalasi.

Background : PONV may occur in 20-30 % of patients , even in patients at high risk could reach about 70 % . PONV lead to increased morbidity , decreased patient satisfaction and increased patient costs . One way nonpharmacological do to reduce postoperative nausea and vomiting is to use acupressure . This study aims to determine the effectiveness of the use of Sea - Band® acupressure to reduce the incidence of postoperative nausea and vomiting in patients undergoing general anesthesia inhalation .
Methods : Do general anesthesia in 88 ASA 1-2 patients undergoing high- risk surgery PONV . Seven patients were excluded , acupressure 41 samples and 40 control samples . In the treatment group was given did the installation of Sea - Band® acupressure 30-60 minutes prior to anesthesia . The entire sample is given antiemetic . Do recording the incidence of nausea and vomiting for 0-2 hours postoperatively in the recovery room and 2-24 hours in the inpatient unit . There were no side effects in both groups .
Results : Obtained results were not significantly different between the two groups in the incidence of nausea and vomiting in the recovery room ( 0-2 hours ) . The incidence of nausea within 0-2 hours between acupressure vs placebo was 9.75 % vs. 25 % ( p > 0.05 ) and the incidence of vomiting within 0-2 hours between acupressure vs placebo was 4.87 % vs. 17.5 % ( p > 0.05 ) . The incidence of nausea in 2-24 hours between acupressure vs placebo was 2.43% vs. 20 % ( p < 0.05 ) . The incidence of vomiting in 2-24 hours between acupressure vs placebo was 0 % vs. 7.5 % ( p > 0.05 ) . There were no side effects in both groups . It was noted that 90.2 % said satisfied with the benefits of using acupressure and ondansetron administration , even in the same group as much as 4.9 % said very satisfied
Conclusions : The use of acupressure by Sea - Band® Ondansetron shown to reduce the incidence of nausea in the period 2-24 hours after surgery with general anesthesia inhalation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shania Oktavira
"Akupresur merupakan terapi komplementer dengan melakukan penekanan pada titik tertentu untuk merangsang kemampuan kuratif tubuh. Titik akupresur yang diyakini mengurangi kejadian mual muntah diantaranya yaitu titik P6 (Neiguan). Laporan kasus ini akan menggambarkan penerapan terapi akupresur di titik P6 pada pasien di ruang isolasi, pasien perempuan etnis Tionghoa berusia 56 tahun terkonfirmasi COVID-19 derajat sedang-berat dengan keluhan mual muntah. Akupresur di titik P6 pada pasien dilakukan dengan prinsip yang dengan 30 kali penekanan lengan kanan dan kiri, dalam sehari dilakukan tiga sesi (25-30 menit sebelum makan pagi, siang, dan sore) selama enam hari. Hasil evaluasi pasien menunjukan penurunan tanda dan gejala mual muntah dan penurunan derajat mual muntah dari derajat 3 ke derajat 1, serta terjadi peningkatan nafsu makan. Kesimpulan: direkomendasikan aplikasi terapi komplementer akupresur serta diperlukan adanya perawat yang menguasai akupresur dan memodifikasi standar asuhan keperawatan dengan pertimbangan terapi akupresur untuk menurunkan insiden mual muntah pada pasien COVID-19 terkonfirmasi derajat sedang-berat.

Acupressure is a complementary therapy by pressing on specific points to stimulate the body's curative abilities. Acupressure points are helpful to reduce the incidence of nausea and vomiting include point P6 (Neiguan). This case report will describe the application of acupressure therapy at point P6 in patients in the isolation room, a 56-year-old ethnic Chinese female with moderate to severe COVID-19 with complaints of nausea and vomiting. Acupressure at point P6 in patients was carried out with the Yang principle with 30 times pressing the right and left arms in three sessions a day (25-30 minutes before breakfast, lunch, and evening) for six days. The patient's evaluation showed a decrease in signs and symptoms of nausea and vomiting and a reduction in the degree of nausea and vomiting from grade 3 to grade 1. Conclusion: The application of acupressure therapy is recommended as consideration. Also, necessary to have nurses who master acupressure and modify nursing care standards to reduce the incidence of nausea and vomiting in confirmed moderate-severe COVID-19 patients. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Dame Lestaria
"Mual muntah merupakan efek yang paling sering muncul pada pasien yang
mendapatkan kemoterapi. Minuman jahe hangat merupakan salah satu terapi
komplementer pada pasien yang mengalami mual muntah. Tujuan penelitian
untuk mengidentifikasi pengaruh minuman jahe hangat terhadap mual muntah
pada pasien yang menderita kanker. Desain penelitian adalah kuasi eksperimen
dengan pre - post test control design. Tehnik pengambilan sampel dengan
consecutive sampling yang terdiri dari 34 responden yang terbagi di kelompok
intervensi dan kelompok kontrol. Pemberian minuman jahe hangat diberikan
selama dua hari dengan frekuensi 3 x perhari. Hasil penelitian menunjukkan
perbedaan bermakna pada penurunan gejala mual muntah setelah mendapat
minuman jahe hangat (p value= 0,00) dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Disarankan agar pemberian minuman jahe hangat dapat diterapkan sebagai
intervensi keperawatan dalam menangani pasien yang mengalami mual muntah
akibat kemoterapi.

ABSTRACT
Nausea and vomiting is one of the most common side effects of patient who
underwent chemotherapy. Warm ginger drink is one of the complementary
therapy for nausea and vomiting. The purpose of this study is to determine the
influence of warm ginger drink on nausea and vomiting on cancer patients who
undergo chemotherapy. This is quasi experiment study pretest and posttest control
design. Consecutive sampling was used to recruit 34 respondents from
intervention and control groups. Respondents both in intervention and control
group received pharmacology therapy standard for nausea and vomiting, but
warm ginger drink 3 times a day were received only in intervention group. The
result shows significant different on nausea and vomiting between respondent
from intervention and control groups (p value= 0,000). It is suggested that warm
ginger drink can be given as nursing intervention to ease nausea and vomiting on
cancer patient who undergo chemotherapy."
Depok: 2013
T35768
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>