Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4267 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wicks-Nelson, Rita
Upper Saddle River, NJ: Prentice-Hall, 1997
616.928 9 WIC b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Coleman, Margaret Cecil
Boston : Allyn and Bacon, 1992
371.93 COL b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gor`kiy, Aleksey Maksimovich
"Buku ini merupakan novel karya M. Gorky yang berjudul Детство = Detstvo. Dalam bahasa Inggris novel ini berjudul Childhood."
Moscow: Foreign Languages Publishing House, 1954
891.73 GOR ct
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bakwin, Harry
Philadelphia: Saunders, 1972
618.928.9 BAK b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hernanda Anindita
"Dalam DSM-IV (APA, 1994) dikemukakan bahwa autisme adalah suatu gangguan perkembangan perilaku yang ditandai oleh kerusakan pada kemampuan komunikasi dan interaksi sosial serta pola-pola minat, aktivitas dan perilaku yang terbatas, diulang-ulang dan stereotipi. Untuk dapat didiagnosa autisme, seorang anak harus memiliki ketiga kriteria di atas namun memang ada kriteria yang menonjol diantara ketiganya. Oleh karena itu, untuk memperbaiki kekurangan tersebut, intervensi yang diberikan harus sedekat mungkin dengan kebutuhan anak. Secara umum, program ini bertujuan untuk memperbaiki kemampuan komunikasi anak dimana perbaikan dilakukan dengan cara membantu anak untuk dapat melakukan kontak mata dengan lawan bicara. Dengan anak dapat melakukan kontak mata dalam kurun waktu tertentu, diharapkan ia dapat diajarkan berbagai hal lain seperti mengajarkan bagaimana mendiskriminasi benda-benda di sekitarnya. R telah berhasil menjalankan program intervensi yang diberikan, ditandai dengan ia dapat melakukan kontak mata dengan lawan bicara selama kurun waktu tertentu. Di sisi lain, dalam melakukan diskriminasi benda, R belum dapat mendiskriminasi benda lebih dari dua karena adanya faktor eksternal yang mempengaruhi kelancaran intervensi. Kesimpulan yang dapat diambil adalah terapi Applied Behavior Analysis (ABA) dapat diterapkan dalam melatih R untuk melakukan kontak mata dan diskriminasi benda. Meskipun demikian, masih ada beberapa kelemahan dalam program ini yang perlu diperbaiki dalam penerapan intervensi applied behavior analysis selanjutnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
T38111
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Seventy-two clinically anxious children, aged 7 to 14 years, were randomly allocated to clinic-based, cognitive-behavior therapy, the same treatment partially delivered via the Internet, or a wait-list control (WL). Children in the clinic and clinic-plus-Internet conditions showed significantly greater reductions in anxiety from pre- to posttreatment and were more likely to be free of their anxiety diagnoses, compared with the WL group. Improvements were maintained at 12-month follow-up for both therapy conditions, with minimal difference in outcomes between interventions. The Internet treatment content was highly acceptable to families, with minimal dropout and a high level of therapy compliance."
JCCP 74 (1-3) 2006
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Clara Angela Chantika Putri
"Adverse Childhood Experiences (ACE) atau pengalaman masa kecil yang menyakitkan berhubungan dengan masalah kesehatan di masa dewasa. Salah satu dampak ACE adalah individu mungkin mengalami kesulitan dalam menjalani kedekatan dengan orang lain. Studi ini merupakan studi kualitatif yang ditujukan untuk menelusuri bagaimana individu memaknai ACE serta bagaimana implikasinya pada perilaku kelekatan individu di masa dewasa, terutama dalam konteks hubungan Friends With Benefits (FWB) – yakni hubungan yang menyatukan aspek pertemanan dan intimasi secara fisik, tanpa melibatkan komitmen romantis. Studi ini mencakup enam informan (empat informan yang sedang menjalani hubungan FWB dan dua informan yang pernah menjalani hubungan FWB, namun saat ini sedang menjalani hubungan pacaran) berusia antara 19-25 tahun. Informan yang dilibatkan merupakan individu-individu dengan skor Childhood Trauma Questionnaire – Short Form (CTQ-SF) (Bernstein dkk., 2003) yang tergolong parah. Proses wawancara dilakukan secara daring dan direkam. Hasil rekaman diubah menjadi data transkrip, kemudian dianalisis secara tematis. Hasil studi ini menunjukkan bahwa ACE dapat mengganggu kelekatan antara anak dan figur pengasuhnya. Hal itu yang kemudian memicu kecenderungan individu untuk mengembangkan ekspektasi yang negatif tentang diri sendiri atau orang lain. Dalam studi ini, lima informan pernah menjadi korban perselingkuhan dalam hubungan romantis. Ekspektasi negatif akibat ACE dan pengalaman dikhianati oleh pasangan romantis semakin mengganggu rasa aman pada individu, sehingga memicu keterlibatan dalam hubungan FWB. Hubungan FWB memungkinkan individu untuk merasa dekat dengan orang lain, meskipun hal tersebut mungkin bersifat sementara dan tidak membantu individu menemukan kelekatan yang aman. Studi ini dapat menjadi psikoedukasi mengenai pengalaman traumatis dan pola relasi berisiko.

Adverse Childhood Experiences (ACEs) are related to health problems in adulthood. One of the impacts of ACE is the difficulty in maintaining closeness with others. This qualitative study explores how individuals interpret ACEs and their implications on attachment behavior in adulthood, particularly in Friends With Benefits (FWB) relationships – a relationship that combines aspects of friendship and sexuality without romantic commitment. This study included six informants (four informants in FWB relationships and two informants who have had FWB relationships but are now in romantic relationships) aged 19-25 years. The informants had a Childhood Trauma Questionnaire – Short Form (CTQ-SF) score (Bernstein et al., 2003), classified as severe. The interview process was conducted online and recorded. The results were converted into transcript data and thematically analyzed. The results of this study indicate that ACEs can interfere with the attachment between children and their caregivers. It triggers the individual's tendency to develop negative expectations about oneself or others. In this study, five informants had been victims of infidelity in romantic relationships. Negative expectations due to ACEs and the experience of being betrayed by a romantic partner further interfere with the individual's sense of security, thus triggering involvement in the FWB relationships. FWB relationships allow individuals to feel close to others, even though this relationship may be temporary, and does not help individuals to be securely attached. This research can be used for psychoeducation about traumatic experiences and risky sexual behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Anggriani Kinasih
"Studi kali ini bertujuan untuk meneliti penerapan prinsip Parent-Child Interaction Therapy (PCIT) dalam mengurangi masalah disruptive behavior pada anak dengan Adverse Childhood Experience (ACE). Penelitian ini menggunakan single case pretest-posttest design, dengan partisipan seorang anak berusia 7 tahun dan ibunya. Adanya peningkatan keterampilan berinteraksi pada ibu diprediksi mampu mengurangi disruptive behavior pada anak. ACE diukur menggunakan Adverse Childhood Experience International Questionnaire (ACE-IQ), sementara frekuensi disruptive behavior diukur dengan Eyberg Child Behavior Inventory (ECBI). Keterampilan ibu dalam berinteraksi diukur menggunakan Dyadic Parent-Child Interaction Coding System III (DPICS-III) dalam setiap sesi intervensi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setelah PCIT diberikan, keterampilan ibu dalam berinteraksi dengan anak meningkat seiring dengan menurunnya frekuensi disruptive behavior anak, yakni dari taraf klinis menjadi taraf normal.

This study aims to evaluate the implementation of Parent-Child Interaction Therapy (PCIT) principles to diminish disruptive behavior in children with Adverse Childhood Experience (ACE). Current study employed a single case, pretest-posttest design, with a 7 year old child and her mother as the participants. PCIT is proposed as an effective intervention to decrease disruptive behavior, through increasing the parent-child interaction, which served as a moderating variable. ACE was measured with Adverse Childhood Experience International Questionnaire (ACE-IQ), while the frequency of disruptive behavior measured by Eyberg Child Behavior Inventory (ECBI). Parent-child interaction evaluated with Dyadic Parent-Child Interaction Coding System III (DPICS-III) in every session. Results suggested that after PCIT is given, parent's interaction skills were significantly enhanced, followed by the gradual decrease in child's disruptive behavior, from clinical to normal range."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
T53459
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwinanda Aidina Fitrani
"ABSTRAK
Latar belakang. Gangguan tidur merupakan gangguan penyerta pada anak gangguan spektrum autisme (GSA), yang memiliki prevalens tinggi serta dapat mengakibatkan perilaku negatif terhadap lingkungannya atau perilaku maladaptif eksternalisasi. Gangguan tidur pada anak GSA perlu dideteksi secara dini, karena bila tidak akan menyebabkan keterlambatan terapi dan menyebabkan anak makin berperilaku negatif serta menyebabkan stres pada keluarga.
Tujuan. Mengetahui pola gangguan tidur dan gambaran perilaku maladaptif eksternalisasi pada anak GSA, serta mengetahui perbedaan rerata nilai indeks perilaku maladaptif eksternalisasi (v-scale), pada anak GSA dengan gangguan tidur dan tanpa gangguan tidur.
Metode. Penelitian potong lintang analitik di klinik dan tempat terapi anak berkebutuhan khusus di Jakarta pada bulan Juni-Agustus 2014. Skrining gangguan tidur dengan kuesioner Sleep Disturbance Scale for Children (SDSC) dan penilaian perilaku maladaptif eksternallisasi dengan kuesioner Vineland-II dilakukan terhadap 40 anak GSA yang dipilih secara konsekutif. Subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok gangguan tidur (20 anak) dan kelompok tanpa gangguan tidur (20 anak).
Hasil. Rentang usia dalam penelitian ini adalah 3-18 tahun dengan median usia 3,5 tahun. Proporsi terbanyak gangguan tidur pada anak GSA terdapat pada kelompok usia 3-5 tahun (15 dari 20 subjek). Pola gangguan tidur terbanyak pada anak GSA adalah gangguan memulai dan mempertahankan tidur (17 dari 20 subjek) diikuti oleh gangguan somnolen berlebihan (8 dari 20 subjek). Nilai median v-scale perilaku maladaptif eksternalisasi pada anak GSA adalah 18 (rentang 12-22), dan terdapat kecenderungan peningkatan nilai median v-scale perilaku maladaptif eksternalisasi seiring dengan peningkatan usia pada kedua kelompok. Nilai rerata v-scale perilaku maladaptif eksternalisasi pada kelompok GSA dengan gangguan tidur lebih tinggi dibandingkan kelompok tanpa gangguan tidur (18,8 dan 17,6 secara berurutan, mean difference 1,2; p 0,35 (p ≥ 0,05)).
Simpulan. Proporsi terbanyak gangguan tidur pada anak GSA terdapat pada kelompok usia 3-5 tahun. Pola gangguan tidur terbanyak pada anak GSA adalah gangguan memulai dan mempertahankan tidur diikuti oleh gangguan somnolen berlebihan. Anak GSA dengan gangguan tidur memiliki nilai rerata indeks perilaku maladaptif eksternalisasi yang lebih tinggi dibandingkan tanpa gangguan tidur, namun tidak bermakna secara klinis dan statistik.

ABSTRACT
Background. Sleep disorders is a comorbidity in Autism Spectrum Disorders (ASD), which has high prevalence and can cause negative behavior toward his surrounding or externalizing maladaptive behavior. Sleep disorders in ASD needs to be early detected, otherwise it will delay the treatment and children will behave more negative and cause the stress in family.
Objectives. To identify sleep patterns and externalizing maladaptive behavior in children with ASD, and to identify the mean difference of index score of externalizing maladaptive behavior of (v-scale) in ASD children with or without sleep disorders.
Methods. This study was analytical cross-sectional performed in the clinic and a therapy for children with special needs in Jakarta, in Juni-August 2014. Sleep disorders were screened using Sleep Disturbance Scale for Children (SDSC) questionnaire and externalizing maladaptive behavior was assessed using Vineland-II questioinnaire in 40 ASD children consecutively. They were divided into two groups, one group of sleep disorders (20 children) and other without sleep disorders (20 children).
Results. Age range in this study was 3-18 years old, with median age of 3.5 years old. The majority of sleep disorders in ASD was in age range 3-5 years (15 of 20 subjetcs). The most frequent sleep disorders in ASD were difficulty in initiating and maintaning sleep (17 of 20 subjetcs), followed by disorder of excessive somnolence (8 of 20 subjetcs). The v-scale median score in ASD was 18 (range 12-22), and there was tendency of increased v-scale median score along with increased age. The mean of v-scale in externalizing maladaptive behavior in ASD with sleep disorders group was higher than without sleep disorders group (18.8 and 17.6 respectively, mean difference 1,2; p 0.35 ((p ≥ 0,05)).
Conclusion. The majority of sleep disorders in ASD was in age range 3-5 years. The most frequent sleep disorders in ASD were difficulty in initiating and maintaning sleep, followed by disorder of excessive somnolence. Autism spectrum disorders children with sleep disorders has higher index externalizing maladaptive behavior mean than without sleep disorders, but was not meaningful clinically and statistically."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Aisha
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas penerapan Cognitive Behavior Therapy CBT untuk meningkatkan self esteem Partisipan dalam penelitian ini adalah anak laki laki usia 10 tahun yang memiliki self esteem rendah Self esteem diukur dengan menggunakan skala Self Perception Profile for Children dari Susan Harter 2012 dan didukung dari hasil wawancara dengan orang tua Intervensi Cognitive Behavior Therapy CBT yang diberikan untuk meningkatkan self esteem yang rendah terdiri dari empat tahapan Tahap pertama yaitu pra intervensi dilakukan sebanyak dua sesi Tahap kedua yang berisipsikoedukasi kepada orang tua terkait dengan peran orang tua dalam mendukung intervensi CBT dilakukansebanyak dua sesi Tahap ketiga yaitu tahap intervensi terdiri dari 12 sesi Tahap keempat yaitu post intervensi diberikan sebanyak dua sesi Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan self esteem terutama pada domain kemampuan sosial kemampuan atletik penampilan fisik dan self esteem secara keseluruhan Peran orang tua yang mampu menerapkan teknik SUPPORT Show Understand Patient Prompt Observe Reward Talk diduga turut mendukung keberhasilan intervensi yang sudah dilakukan pada anak

The aim of this study was to know the effectiveness of Cognitive Behavior Therapy CBT to increase self esteem The participant of this study is a 10 years old boy who has low self esteem Self esteem was measured by Self Perception Profile for Children from Susan Harter 2012 and supported by interviewing with parents Cognitive Behavior Therapy CBT that wasdoneconsisted of four stages Stage one that was pre intervention consisted of two sessions Stage two that includedpsychoeducation to parents about their roles to support CBT to their child consisted of two sessions Stage three was the intervention to the child that consisted of 12 sessions Stage four that was post intervention consisted of two sessions The result of this study showed thatCBTcould increase self esteem especially insocial competence athletic competence physical appearance and global self esteem Parent rsquo s role to apply SUPPORT technique Show Understand Patient Observe Reward Talk was predicted supportingthe success of this intervention "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T38918
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>