Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 190305 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tissa Asrianti Nurviandini
"Penelitian ini bertujuan untuk meneliti apakah perbedaan dalam tingkat ketakutan menjalin intimasi di dalam menjalankan hubungan romantis yang dialami lelaki dan perempuan pada penelitian terdahulu, juga dialami oleh remaja dewasa di Jakarta. Selain itu, penelitian ini juga akan mengkaji bagaimana dampak buruk yang dapat terjadi pada seseorang bila dirinya tidak mampu menjalin intimasi di dalam menjalankan suatu hubungan. Penelitian ini memakai sampel berjumlah 90 orang remaja dewasa di Jakarta (45 lelaki dan 45 perempuan) dan memakai kuesioner Fear of Intimacy yang diterjemahkan dari penelitian sebelumnya. Hasil penelitian ini menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada lelaki dan perempuan dalam tingkat ketakutannya menjalin intimasi ketika menjalani hubungan romantis. Namun, penulisan ini diharapkan dapat membantu untuk mendapatkan pemahaman lebih dalam mengenai intimasi dan mengapa intimasi sangat penting untuk memahami perkembangan hidup manusia.

The present study aimed to replicate the past studies and investigate the difference levels of fear in intimacy that individuals have regarding their romantic relationship. Furthermore, the present study aimed to investigate whether the differences found in the past studies also found in young adulthood in Jakarta. The present study also discusses the negative impact that individuals could have if they did not perform intimacy in relationships. Using the 35 item of Fear of Intimacy Scale from the past studies that has been translated and with high internal consistency, the study measured the levels of fear in intimacy among 90 participants of young adults. The result revealed that there were no significant differences between males and females in their fear of intimacy levels. However, the present study may help to give more understanding about intimacy and why it is important in human life development."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Richa Mandasari
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran fear of intimacy dalam hubungan romantis pada dewasa muda yang mengalami perceraian orangtua. Fenomena yang seringkali terjadi pada dewasa muda yang mengalami
perceraian orangtua ketika menjalani hubungan romantis adalah kesulitan untuk mempertahankan hubungan dan memiliki fear of intimacy. Penelitian ini
merupakan penelitian yang menggunakan metode kuantitatif. Partisipan penelitian
ini adalah dewasa muda yang mengalami perceraian orangtua dan sedang menjalani hubungan romantis. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur fear of
intimacy dalam hubungan romantis adalah Fear of Intimacy Scale (FIS) yang terdiri dari 34 item yang sudah diadaptasi. Hasil penelitian dari 104 orang
partisipan menunjukkan bahwa mayoritas memiliki tingkat fear of intimacy yang rendah dalam hubungan romantis.

ABSTRACT
This research aims to have a description on fear of intimacy towards romantic relationship in young adult who have experienced parental divorce. When facing romantic relationship, young adult who have experienced parental divore are often difficult to survive and also have a fear of intimacy. This research is using quantitative methods. The participants of this research are young adult who have experienced parental divorce and currently is in romantic relationship. Fear of intimacy are measured by Fear of Intimacy Scale (FIS) that consists of 34 adapted items. The result from 104 participants shows that majority of research participants have low level of fear of intimacy."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S54086
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqi Farahmia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan ayah dan intimasi pada emerging adult yang sedang menjalani hubungan romantis. Sejumlah 441 emerging adult yang sedang terlibat dalam hubungan romantis seperti berpacaran menjadi partisipan dalam penelitian ini.
Penelitian ini tergolong penelitian kuantitatif non-eksperimental dengan desain korelasional. Keterlibatan ayah diukur menggunakan Reported Father Involvement Scale untuk mengukur keterlibatan ayah domain perilaku dan Nurturant Fathering Scale untuk mengukur keterlibatan ayah domain afektif Finley dan Schwartz. 2004. Sementara itu, intimasi diukur mengggunakan Miller Social Intimacy Scale MSIS yang dikembangkan oleh Miller dan Lefcourt 1982.
Hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara keterlibatan ayah, baik pada domain perilaku r=0,35, n=441, p>.01, two-tail maupun afektif r=0,13,n=441, p>.01, two-tail, dengan intimasi pada emerging adult yang menjalani hubungan romantis.

The aim of this study is to examine the relationship between father involvement and intimacy among emerging adult involves in romantic relationship. Total of 441 emerging adults involve in romantic relationship such as dating relationship became participant in this study.
This study is a quantitative non experimental research with corellational design. Reported Father Involvement Scale used to measure behavioral domain of father involvement and Nurturant Fathering Scale used to measure affective domain of father involvement Finley dan Schwartz. 2004 . Meanwhile, Miller Social Intimacy Scale MSIS developed by Miller and Lefcourt 1982 used to measure intimacy.
Result showed that there is no significant relationship between father involvement, both in behavioral domain r 0,35, n 441, p .01, two tail and affective domain r 0,13,n 441, p .01, two tail, with intimacy among emerging adult involves in romantic relationship.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roudlotul Jannah
"Kehamilan dan persalinan merupakan proses fisiologis yang menyebabkan perubahan fisik maupun psikososial baik terhadap ibu hamil dan suami. Perubahan transisi peran baru calon ayah salah satu fase penting, dimana kesehatan mental laki-laki perlu mendapatkan perhatian besar untuk mendukung kesehatan ibu hamil. Sehingga suami mengalami kekhawatiran atau ketakutan menjelang persalinan. Ketakutan persalinan pada ayah mempunyai dampak, yakni kurangnya dukungan sosial terhadap ibu hamil. Dampak yang terjadi pada ketakutan persalinan dapat diminimalisir dengan keintiman pada pasangan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan antara intimasi sosial dengan ketakutan terhadap persalinan pada ayah.
Metode: penelitian ini adalah cross-sectional dengan melibatkan 106 responden yang dipilih secara quota sampling dan sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan data dengan menggunakan kuesioner Father’s Fear of Childbirth Scale dan kuesioner The Miller Social Intimacy Scale.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas umur responden 32 tahun, berpendidikan perguruan tinggi (69.8%), kehamilan primigravida (50.9%) dan umur kehamilan trimester ketiga yakni 25-36 minggu (33.3%) dan  ≥ 36 minggu (34.9%). Intimasi responden pada tingkat rendah (54.7%) dan (47.2%) mengalami ketakutan yang tingkat sedang sampai tinggi (47.2%). Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara intimasi sosial dengan ketakutan terhadap persalinan pada ayah melalui uji Chi Square (p value 0,003). Berdasarkan hasil penelitian ini, merekomendasikan perlunya edukasi tentang kehamilan dan persalinan pada ayah saat antenatal care, serta mempersiapkan mental untuk memberikan dukungan kepada ibu hamil.

Pregnancy and childbirth are physiological processes that cause physical and psychosocial changes to both the pregnant mother and her husband. Changes in the transition to the new role of prospective fathers are one of the important phases, where men's mental health needs to receive great attention to support the health of pregnant women. So the husband experiences worry or fear before giving birth. Fear of childbirth in fathers has an impact, namely a lack of social support for pregnant women. The impact on fear of childbirth can be minimized by intimacy with your partner. The aim of this study was to identify the relationship between social intimacy and fear of childbirth in fathers. Method: This research was cross-sectional, involving 106 respondents selected using quota sampling and according to inclusion and exclusion criteria. Data were collected using the Father's Fear of Childbirth Scale questionnaire and The Miller Social Intimacy Scale questionnaire. The research results showed that the majority of respondents were 32 years old, had a college education (69.8%), primigravida pregnancy (50.9%) and the third trimester gestational age was 25-36 weeks (33.3%) and ≥ 36 weeks (34.9%). Respondents' intimacy was at a low level (54.7%) and (47.2%) experienced moderate to high levels of fear (47.2%). The main results of this study show that there is a relationship between social intimacy and fear of childbirth in fathers using the Chi Square test (p value 0.003). Based on the results of this research, we recommend the need for education about pregnancy and childbirth for fathers during antenatal care, as well as mental preparation to provide support to pregnant women."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dary Alhady Nugraha
"Turunnya tingkat fleksibilitas merupakan hal yang fisiologis seiring bertambahnya umur seseorang. Range of Motion pada seseorang yang mengalami penurunan tingkat fleksibiltas juga akan menurun karena adanya keterbatasan ruang gerak sendi. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi FKUI dengan menggunakan metode cross sectional yang melihat perbedaan tingkat fleksibilitas antara laki-laki dan perempuan berdasarkan nilai yang didapat dari hasil percobaan. Total sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah 149 sampel. Data diuji menggunakan SPSS 21 for Mac dan dilakukan uji deskriptif cross tabulation. Didapatkan sebanyak 39.6% laki-laki yang memiliki tingkat fleksiblitas excellent dan sebanyak 45.8% perempuan yang memiliki tingkat fleksibilitas excellent dengan perbedaan tingkat fleksibilitas 6.2% antara laki-laki dan perempuan. Hasil uji deskriptif cross tabulation ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat fleksibilitas antara laki-laki dan perempuan, dan lebih banyak perempuan yang mempunyai tingkat fleksibilitas dengan kategori excellent. Kesimpulan pada penelitian ini adalah perempuan lebih banyak memiliki tingkat fleksibilitas excellent daripada laki-laki.

The decline in the level of flexibility is a physiological thing as it ages face. Range of motion of someone who reduces levels of flexibility will also decrease due to the limitations of the joint space. This study was conducted at the Laboratory of Physiology, Faculty of Medicine , using a cross-sectional view of the differences in the degree of flexibility between men and women based on the value obtained from the experimental results. Total sample used for this test is 149 samples. Data is tested using SPSS 21 for Mac and descriptive test cros-tabulated. Accumulated as 39.6% of the men who have high levels of flexiblity, and the 45.8% of women who have excellent flexibility, with excellent flexibility rate 6.2% difference between men and women. Descriptive cross-tabulated test results show that there are differences in the degree of flexibility between men and women. The findings in this study were more women have excellent levels of flexibility as compared to men.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wulandari
"Sejumlah studi menunjukkan bahwa aktivasi gender-stereotype threat berpengaruh terhadap penurunan performa perempuan pada sejumlah tes kemampuan kognitif yang memiliki stereotip mengenai keunggulan laki-laki. Namun masih sedikit studi yang mempelajari mengenai pengaruh pemberian gender-stereotype threat terhadap performa perempuan dan laki-laki pada tes kelancaran fonemik, yang pada umumnya menunjukkan keunggulan perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dari tipe aktivasi gender-stereotype threat dan tingkat kesulitan tugas terhadap performa tes kelancaran fonemik pada laki-laki dan perempuan. Seratus enam puluh delapan mahasiswa S1 Universitas Indonesia dengan rentang usia 18-24 tahun terlibat dalam tes kelancaran fonemik yang memiliki 3 tingkat kesulitan tugas. Untuk mengaktivasi gender-stereotype threat, partisipan pada 3 kelompok eksperimen mendapat salah satu informasi, bahwa tes menunjukkan keunggulan perempuan, tes menunjukkan adanya perbedaan gender, atau tes bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan bahasa. Sementara partisipan pada kelompok kontrol mendapat informasi bahwa tugas yang akan diberikan bertujuan untuk melihat proses-proses umum dalam pemecahan masalah. Hasil menunjukkan bahwa tingkat kesulitan tugas menjadi satu-satunya variabel yang berpengaruh, sementara kedua variabel lainnya ditemukan tidak memiliki pengaruh terhadap performa tes kelancaran fonemik. Oleh karena itu, dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian gender-stereotype threat tidak menyebabkan penurunan performa laki-laki sebagai kelompok yang mendapat stereotip negatif pada tes kelancaran fonemik.

A number of studies showed that activation of gender-stereotype threat leads to digression of women’s performance in several cognitive ability tests which have stereotype about men superiority. Hovewer, only few studies had been conducted to learn how gender-stereotype threat influence men and women performance on phonemic fluency test, in which women are believed to be superior. The present research aimed to investigate the influence of gender-stereotype threat activation type and level of task difficulty upon phonemic fluency test performance on men and women. One hundred and sixty eight undergraduate students from University of Indonesia with age ranged between 18-24 years were asked to perform phonemic fluency test which consisted of 3 difficulty levels. To activate genderstereotype threat, participants in 3 experimental groups were informed that this test either show women advantage, this test show gender differences, or this test was intended to evaluate their verbal ability. The control group was told that their problem solving process on a task given will be studied. The results revealed that level of difficulty was the only variable which has a significant effect, while two others variables have no significant effects upon phonemic fluency test performance. Therefore, this study suggests that gender-stereotype threat doesn't lead to digression of men’s performance as a negative stereotyped group on phonemic fluency test."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46383
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anandika Pawitri
"Dengan meningkatnya populasi lanjut usia (lansia) di Indonesia, menjaga kualitas kesehatan, termasuk kesehatan kulit, menjadi semakin penting. Penurunan hormon DHEA, prekursor estrogen dan androgen, berkaitan dengan penuaan kulit. Tanda-tanda penuaan contohnya kerutan dan kekenduran kulit dipengaruhi oleh kadar DHEA yang menurun. Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data dasar kadar DHEA pada populasi lansia di Indonesia sebagai peluang untuk terapi suplementasi dalam memperlambat gejala penuaan kulit. Studi potong lintang dilakukan untuk melihat hubungan kadar DHEA-S dengan kerutan dan kekenduran yang dilakukan pada 30 perempuan dan 30 laki-laki lansia. Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pengambilan foto wajah 5 posisi, dan pengambilan serum DHEA-S. Penilaian derajat kerutan dan kekenduran dilakukan dengan membandingkan foto subjek dengan Bazin Skin Aging Atlas: Asian Type. Pada studi ini tidak didapatkan perbedaan kadar DHEA-S yang bermakna secara statistik pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan (p=0,941). Selain itu, kadar DHEA-S tidak berhubungan bermakna secara statistik dengan kerutan dahi (p=0,499), crow’s feet (p=0,888), kekenduran wajah (p=0,769), dan derajat kekenduran leher (p=0,568). Terdapat kecenderungan, semakin berat derajat kerutan dahi dan crow’s feet, nilai rerata DHEA-S semakin rendah. Juga terdapat pola kecenderungan bahwa dengan meningkatnya derajat keparahan kekenduran leher, nilai rerata kadar DHEA-S yang terdeteksi semakin rendah. Pada penelitian ini disimpulkan tidak terdapat hubungan antara kadar DHEA-S dengan derajat keparahan kerutan dan kekenduran di dahi, crow’s feet's, wajah bagian bawah, dan leher pada laki-laki dan perempuan lansia.

With the increasing elderly population in Indonesia, maintaining health quality, including skin health, becomes increasingly important. The decline of DHEA hormone, a precursor to estrogen and androgen, is associated with skin aging. Signs of aging such as wrinkles and skin sagging are influenced by decreasing DHEA levels. This study aims to collect baseline data on DHEA levels in the elderly population in Indonesia as an opportunity for supplementation therapy to slow down skin aging symptoms. A cross-sectional study was conducted to examine the association between DHEA-S levels and wrinkles and sagging in 30 elderly women and 30 elderly men. Anamnesis, physical examinations, facial photographs from 5 angles, and serum DHEA-S sampling were conducted. The degree of wrinkles and sagging was assessed by comparing the subject's photos with the Bazin Skin Aging Atlas: Asian Type. This study found no statistically significant difference in DHEA-S levels between men and women (p=0.941). Additionally, DHEA-S levels were not statistically significantly related to forehead wrinkles (p=0.499), crow’s feet (p=0.888), facial sagging (p=0.769), and neck sagging degree (p=0.568). There was a tendency for lower average DHEA-S values with increased severity of forehead wrinkles and crow’s feet. There was also a trend indicating that as the severity of neck sagging increased, the average detected DHEA-S levels decreased. This study concluded that there is no relationship between DHEA-S levels and the severity of wrinkles and sagging in the forehead, crow’s feet, lower face, and neck in elderly men and women."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Anita Puri
"Gejala atau perubahan fisik menopause yang terjadi tentunya berdampak pada berbagai aspek kehidupan, salah satunya aspek psikologis. Menopause memiliki dampak pada beberapa aspek seperti fisik, mental, sosial dan ekonomi dan kualitas hidup. Dampak yang terjadi pada perempuan menopause dapat diminimalisir dengan adanya dukungan sosial yang diberikan kepada perempuan menopause. Faktor yang mempengaruhi dukungan sosial ini salah satunya adalah hubungan intimasi dengan pasangan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi gambaran dukungan sosial dan intimasi dengan pasangan serta hubungan antara dukungan sosial dengan intimasi dengan pasangan pada perempuan menopause. Penelitian cross-sectional ini melibatkan 110 responden yang dipilih menggunakan teknik convenience sampling. Pengambilan data menggunakan Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner data demografi, terjemahan The Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) dan Experience in Close Relationship (ECR). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 60,9% perempuan menopause mendapatkan dukungan sosial tinggi dan 61,8% memiliki intimasi dengan pasangan yang aman atau baik (secure). Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara dukungan sosial dengan intimasi dengan pasangan pada perempuan menopause (p value <0,001). Hasil temuan penelitian ini merekomendasikan perlunya mempertahankan dalam memberikan dukungan sosial yang adekuat kepada perempuan menopause. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya agar dapat mengidentifikasi faktor-faktor lain yang berhubungan terhadap intimasi dengan pasangan selain dukungan sosial.

The symptoms or physical changes that occur during menopause undoubtedly impact various aspects of life, one of which is the psychological aspect. Menopause affects several facets such as physical, mental, social, economic, and overall quality of life. The impact on menopausal women can be mitigated through the social support provided to them. One of the factors that influence this social support is the close relationship with a partner. The purpose of this study was to identify the description of social support and close relationship with a partner and the correlation between social support and close relationshop with a partner in menopausal women. This cross-sectional study involved 110 respondents selected using convenience sampling techniques. Data collection included demographic questionnaires, translations of The Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), and the Experience in Close Relationship (ECR) scale. The results of this study showed that 60.9% of menopausal women had high social support and 61.8% had secure intimacy with their partners. The main result show that there is a significant relationship between social support and close relationship with partners among menopausal women (p value <0.001). The findings of this study recommend the need to maintain in providing adequate social support to menopausal women. Recommendations for future research are to identify other factors related to intimacy with partners besides social support."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qurrotul Ainiyah, 1968-
"Skripsi ini membahas novel Demi Allah, Aku Jadi Teroris karya Damien Dematra yang mengisahkan kehidupan seorang perempuan teroris yang bernama Kemala. Kemala merupakan seorang perempuan lemah lembut yang berubah menjadi seorang teroris yang berbahaya karena adanya sebuah pemicu. Pemicu yang berperan dalam perubahan sifat dan sikap Kemala dalam hidupnya sebagian besar dilakukan oleh laki-laki. Penulis ingin mengungkap ketidakadilan gender yang terjadi pada tokoh Kemala serta gambaran terorisme yang terdapat dalam novel dan hubungannya dengan kasus terorisme yang terjadi di Indonesia, khususnya di Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif analitis serta pendekatan gender dan sosiologi sastra. Pendekatan gender digunakan untuk mengetahui ketidakadilan gender yang dialami Kemala. Pendekatan sosiologi sastra digunakan untuk mengetahui hubungan konteks dunia nyata dengan novel Demi Allah, Aku Jadi Teroris. Hasil penelitian membuktikan bahwa Kemala mengalami ketidakadilan gender. Selain itu, adanya kemiripan antara peristiwa teror yang terjadi di Jakarta dengan yang ada dalam novel Demi Allah, Aku Jadi Teroris.

This study discusses the novel Demi Allah, Aku Jadi Teroris by Damien Dematra which tells the life of a female terrorist named Kemala. Kemala is a gentle woman who turns into a dangerous terrorist because of some triggers. The triggers that cause the changes in the nature and attitude of Kemala mostly done by men. The author would like to uncover the gender inequality that occur in Kemala figure as well as an overview of terrorism contained in the novel and its association with terrorism cases that occurred in Indonesia, especially in Jakarta. This study is conducted using descriptive analysis method and approach to gender and sociological literature. Gender approach uses to determine gender injustice that Kemala experienced. Sociological literature approach is used to determine the relationship of real-world context with the novel Demi Allah, Aku Jadi Teroris. The results prove that Kemala experienced gender inequality. Moreover, there is similarity between terror events that occurred in Jakarta as in the novel Demi Allah, Aku Jadi Teroris."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S47231
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Setiawati
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh ciri kepribadian, khususnya ciri kepribadian vigilant, devoted, dan self-sacrificing, terhadap intimacy pada dewasa muda yang sedang menjalin hubungan romantis berpacaran atau menikah . Sebanyak 1000 responden berusia 20-40 tahun mengisi kuesioner alat ukur ciri kepribadian Personality Self-Portrait dan intimacy Personal Assessment of Intimacy in Relationships . Pada penelitian ini, ditemukan adanya pengaruh ciri kepribadian self-sacrificing yang signifikan terhadap engagement ? = -0.511, p < 0.01 dan communication ? = -0.361, p < 0.01 , dimana pengaruh ini tetap signifikan setelah jenis kelamin dan status hubungan dikontrol sebagai covariate. Hasil penelitian lainnya yaitu adanya pengaruh ciri kepribadian vigilant ? = -0.225, p < 0.05 dan devoted ? = 0.132, p < 0.05 yang signifikan terhadap shared friends, serta ditemukannya pengaruh status hubungan yang signifikan terhadap communication ? = 0.102, p < 0.01.
Pengaruh ciri kepribadian self-sacrificing yang signifikan terhadap dua karakteristik intimacy menekankan kembali pentingnya keterlibatan kedua pihak dalam mempengaruhi kualitas hubungan mereka, baik dalam hal kedekatan emosional maupun komunikasi. Selain itu, karakteristik berupa kepekaan yang terlalu tinggi karakteristik ciri kepribadian vigilant dan rasa nyaman akan hubungan dengan orang lain karakteristik ciri kepribadian devoted dapat mempengaruhi individu dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sosial di luar hubungannya. Adanya perbedaan mean skor intimacy berdasarkan jenis kelamin dan status hubungan yang ditemukan dalam penelitian ini kembali mengonfirmasi hasil penelitian sebelumnya bahwa wanita menganggap intimacy sebagai suatu hal yang lebih berharga dibanding pria dan adanya perbedaan cara komunikasi yang digunakan oleh pasangan yang masih berpacaran dengan pasangan yang sudah menikah.

The aim of this research is to examine the impact of personality styles, especially vigilant, devoted, and self sacrificing personality styles, on intimacy among young adults in romantic relationships dating or married . A total of 1000 respondents aged 20 40 years old completed questionnaires on personality styles Personality Self Portrait and intimacy Personal Assessment of Intimacy in Relationships. In this research, there is a significant impact of self sacrificing personality styles on engagement 0.511, p 0.01 and communication 0.361, p 0.01 , while this effect remained significant after sex and relationship status controlled as covariate. Other research results show that there are significant influences of vigilant personality styles 0.225, p 0.05 and devoted personality styles 0.132, p 0.05 to shared friends, and also a significant impact of relationship status to communication 0.102, p 0.01.
The impact of self sacrificing personality styles on two characteristics of intimacy indicates the importance of both parties rsquo involvement in influencing the quality of their relationships, in terms of emotional closeness and communication. In addition, being too sensitive characteristic of vigilant personality styles and having a sense of comfort in relationships with others characteristic of devoted personality styles could influence how individuals engage in social relationships outside their romantic relationships. The differences in intimacy mean score based on sex and relationship status found in this research reconfirm the results of previous studies that women consider intimacy more valuable than men and there are different ways of communication used by couples who are still dating and married couples.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T49158
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>