Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 101252 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sidabutar, Fransisca M.
"Penyakit kanker pada anak adalah penyakit mematikan namun bisa disembuhkan. Setidaknya selama lima tahun anak harus menjalani pengobatan serta tantangan di dalamnya. Anak membutuhkan harapan dan salah satu sumbernya adalah konsep Tuhan.
Harapan adalah daya kehendak dan strategi yang dimiliki individu untuk mencapai sasaran (Snyder, 1994). Konsep Tuhan adalah ide yang dimiliki seseorang tentang karakteristik Tuhan. (DeRoos, Miedema, & Iedema, 2004). Harapan dan konsep Tuhan dapat membantu pasien menghadapi tantangan dalam pengobatannya.
Untuk mendapatkan gambaran harapan dan konsep Tuhan pada anak yang mengalami kanker, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara dan observasi. Tiga anak usia sekolah yang menjalani pengobatan kanker menjadi subjek penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak memiliki sasaran untuk sembuh, daya kehendak berupa keyakinan dan semangat untuk menjalani pengobatan, serta strategi menghindari hal-hal yang dianggap menjadi penyebab penyakitnya. Anak memiliki konsep Tuhan sebagai penyembuh. Harapan berkaitan dengan pemahaman anak akan penyakitnya yang mendorongnya bersemangat menjalani perawatan dan mampu merencanakan strategi. Konsep Tuhan berkaitan dengan pengalaman anak dengan penyakitnya.
Doa menjadi suatu strategi meningkatkan harapan subyek Saran praktis bagi orang tua anak usia sekolah yang mengalami kanker untuk memberikan pemahaman pada anak akan penyakitnya sesuai kapasitas dan kesiapan psikis anak. Saran bagi penelitian selanjutnya adalah melakukan penelitian dengan sampel yang memiliki variasi jenis dan stadium kanker lebih banyak serta menggali pemaknaan oleh anak dan harapan dalam keluarga pasien kanker.

Pediatric cancer is a terminal illness, but still curable. At least for five years the child needs to face the treatment along with the challenge in it. The child needs hope and one of its source is concept of God.
Hope is the sum of willpower and strategy to achieve goals (Snyder, 1994). Concept of God is subject?s ideas concerning the characteristics of God (DeRoos, Miedema, & Iedema, 2004). Hope and concept of God could help the patient to face challenges in his/her cancer treatment.
To get the description of hope and concept of God in children with cancer, researcher used qualitative approach with interview and observation. The respondents of this study were three school-age children who had been undergoing cancer treatment.
The result shows that the child has goal to be healed, willpower in the form of believe and spirit to undergo the treatment, and strategy to avoid things that considered to be the cause of his/her illness. The child has concept of God as a healer.
Hope was related to the child?s understanding about his/her illness which motivated him/her to endure the treatment and able to plan strategies. Concept of God was related to the child?s experience with illness. Pray become a strategy to increase hope.
This research suggests parent to give understanding about cancer to their child tailored with the child?s psychological capacity and readiness. This research also suggests next research to use sample with more variety and phases of cancer and describe meaning of illness for the child and also hope in the family of cancer patient.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
155.4 SID h
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Priska Novia Shabhati
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran hubungan antara resiliensi keluarga dan harapan pada mahasiswa yang berasal dari keluarga miskin. Pengukuran resiliensi keluarga menggunakan alat ukur Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) yang disusun oleh Walsh (personal communication, 1 April, 2012) dan pengukuran harapan menggunakan alat ukur State Hope Scale (SHS) yang disusun oleh Snyder (1994). Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 247 mahasiswa S1 Reguler yang berasal dari keluarga miskin.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara resiliensi keluarga dan harapan pada mahasiswa yang berasal dari keluarga miskin (r = 0.388; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Artinya, semakin tinggi resiliensi keluarga yang dimiliki suatu keluarga, semakin tinggi harapan yang dimiliki. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa 15.1% skor resiliensi keluarga dapat dijelaskan oleh skor harapan. Berdasarkan hasil tersebut, penting dilakukan intervensi pengembangan harapan, sebagai faktor pendorong terbentuknya resiliensi keluarga.

This research was conducted to find the correlation between family resilience and hope among college students from poor families. Family resilience was measured using Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) that originally constructed by Walsh (personal communication, April 1, 2012) and hope was measured using the original version of State Hope Scale (SHS) by Snyder (1994). The participants of this research are 247 college students who come from poor families.
The main results of this research show that family resilience positive significantly correlated with hope (r = 0.388; p = 0.000, significant at L.o.S 0.01). That is, the higher family resilience, the higher showing hopes. In addition, the result shows that 15.1% of family resilience score can be explained by the score of hope. Based on these results, it is important to develop hope intervention, as one of protective factor of family resilience.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Amalia Nugroho
"Di akhir masa kuliah, mahasiswa dihadapi dengan kondisi yang penuh tekanan, yaitu penyusunan tugas akhir. Tekanan yang dialami dapat berujung pada rendahnya kesejahteraan diri mahasiswa. Penelitian terdahulu menemukan bahwa harapan dan optimisme berperan positif terhadap kesejahteraan psikologis mahasiswa yang sedang menyusun tugas akhir. Namun, perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai peran harapan dan optimisme dengan bentuk kesejahteraan tertinggi, yaitu flourishing. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran harapan dan optimisme secara simultan terhadap flourishing serta melihat hubungan harapan dan optimisme terhadap seluruh dimensi flourishing menggunakan metode regresi linear berganda dan korelasi. Instrumen yang digunakan adalah adaptasi Bahasa Indonesia dari The PERMA-Profiler, Adult Hope Scale, dan Life Orientation Test-Revised. Partisipan dalam penelitian ini adalah 159 mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir dengan rentang usia 21-26 tahun (M = 21,8, SD = 0,855). Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan nilai adjusted R square sebesar 0,688. Hasil ini menunjukkan bahwa harapan dan optimisme secara simultan berkontribusi sebesar 68,8% terhadap flourishing. Koefisien beta terstandarisasi harapan sebesar 1,165 dengan signifikansi <,001 (p<0,05) dan optimisme sebesar 0,385 dengan signifikansi 0,005 (p>0,05). Harapan dan optimisme juga ditemukan memiliki hubungan positif dan signifikan dengan seluruh dimensi pada flourishing.

At the end of their studies, college students are faced with stressful conditions, namely writing an undergraduate-thesis. This stressful situation can lead to low levels of students' well-being. Previous research has found that hope and optimism play a positive role in the psychological well-being of final-year students. However, further research is needed regarding the role of hope and optimism in the highest form of well-being, namely flourishing. This study aims to examine the simultaneous role of hope and optimism on flourishing and to explore the relationship between hope and optimism with all dimensions of flourishing using multiple linear regression and correlation analysis. The instruments used in this study are the Indonesian adaptation of The PERMA-Profiler, Adult Hope Scale, and Life Orientation Test-Revised. The participants in this study were 159 final-year students, aged between 21-26 years (M = 21.8, SD = 0.855). The results of the multiple linear regression analysis show an adjusted R square value of 0.688. These results show that hope and optimism simultaneously contribute 68.8% to flourishing. The standardized beta coefficient for hope is 1.165 with a significance of <.001 (p<0.05) and optimism is 0.385 with a significance of 0.005 (p>0.05). Hope and optimism were also found to be positively and significantly correlated with all dimensions of flourishing."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shofi Maulida Hidayat
"Perubahan industri, ekonomi, dan teknologi yang cepat menyebabkan perusahaan kesulitan mempertahankan aktivitas bisnisnya sehingga karyawan dengan performa kerja yang optimal menjadi amat penting. Karyawan dengan tingkat hope yang tinggi akan lebih berdedikasi dan kreatif dalam menyelesaikan tugasnya. Hope dapat dipengaruhi oleh penerapan authentic leadership dan organizational identification yang dirasakan karyawan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat peran mediasi organizational identification pada pengaruh authentic leadership terhadap hope pada karyawan Indonesia (N = 111). Analisis mediasi menggunakan PROCESS MACRO dari Hayes (2022) menunjukkan, tidak terdapat peran mediasi dari organizational identification dalam pengaruh authentic leadership terhadap hope. Berdasarkan temuan ini, dapat disimpulkan bahwa penerapan authentic leadership dapat secara langsung meningkatkan hope pada karyawan, tanpa perlu mediator organizational identification. Praktisi perusahaan dan masyarakat umum dapat menjadikan hasil hasil penelitian sebagai referensi untuk menyelenggarakan kegiatan pengembangan dengan tema authentic leadership untuk meningkatkan performa karyawan maupun perusahaan.

Rapid changes in industry, economy, and technology make it challenging for companies to maintain business activities, highlighting the importance of employees with optimal performance. Employees with high hope are more dedicated and creative. Hope can be influenced by the implementation of authentic leadership and the organizational identification perceived by employees. This study aims to investigate the mediating role of organizational identification in the impact of authentic leadership on hope among Indonesian employees (N = 111). Using Hayes' (2022) PROCESS MACRO, the analysis reveals that there is no mediating role of organizational identification in the influence of authentic leadership on hope. Thus, authentic leadership can directly enhance employees' hope without needing an organizational identification mediator. These findings suggest that company practitioners and the general public can use this research to guide development activities focused on authentic leadership to improve employee and company performance."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tazkia Defitri Hasficinsia
"Dalam menghadapi kondisi krisis, perusahaan membutuhkan sumber daya manusia dengan hope yang tinggi untuk mempertahankan perusahaannya. Berdasarkan penelitian sebelumnya, authentic leadership ditemukan mampu meningkatkan hope dengan signifikan. Walaupun begitu, hubungan antara keduanya masih tergolong lemah. Oleh karena itu, penelitian ini ingin menggunakan mediator identification with the supervisor dalam memediasi hubungan authentic leadership dengan hope pada pekerja di Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada 111 partisipan yang merupakan pekerja yang berada di Indonesia. Hasil analisis mediasi menemukan bahwa identification with the supervisor hanya mampu memediasi secara parsial hubungan antara authentic leadership dengan hope. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Jun et al. (2023) yang mana mediator mampu memediasi secara penuh. Hasil yang berbeda ini disebabkan karena adanya perbedaan budaya antara Indonesia yang kolektivis dan Korea yang individualis. Temuan dalam penelitian menyimpulkan bahwa baik melalui maupun tidak melalui mediator, authentic leadership mampu secara signifikan meningkatkan hope. Dengan demikian, temuan ini menunjukkan pentingnya perusahaan untuk memprioritaskan internalisasi authentic leadership serta mempertimbangkan implikasi faktor identification with the supervisor. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan hope pada pekerjanya sehingga mampu mewujudkan sumber daya manusia yang bekerja secara optimal walaupun di situasi perusahaan yang sedang krisis.

In facing crisis conditions, companies need human resources with high hope to sustain the company. Based on previous research, authentic leadership has been found to significantly increase hope. However, the relationship between the two is still relatively weak. Therefore, this study aims to use the mediator identification with the supervisor to mediate the relationship between authentic leadership and hope among workers in Indonesia. This study was conducted with 111 participants who are workers in Indonesia. The mediation analysis results found that identification with the supervisor could only partially mediate the relationship between authentic leadership and hope. These results differ from those of Jun et al. (2023), where the mediator was able to fully mediate. These differing results are due to cultural differences between Indonesia, which is collectivist, and Korea, which is individualistic. The findings of this study conclude that, either through or without the mediator, authentic leadership can significantly increase hope. Thus, these findings highlight the importance for companies to prioritize the internalization of authentic leadership and consider the implications of the identification with the supervisor factor. This is done to enhance hope among employees, enabling them to work optimally even in a company crisis."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adelyn Alvincia
"Berada di masa yang penuh perubahan dan ketidakpastian, kemampuan melakukan coping menjadi penting bagi emerging adults. Studi terdahulu menunjukkan bahwa motivasi berprestasi dan kedua dimensinya, yaitu hope of success (HS) dan fear of failure (FF), dapat memprediksi strategi coping. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran HS dan FF, baik secara simultan maupun parsial, terhadap strategi coping, yaitu problem-focused coping (PFC), emotion-focused coping (EFC), dan avoidance-focused coping (AFC) pada emerging adults di Indonesia. Penelitian melibatkan 321 emerging adults Indonesia yang sedang menempuh pendidikan tinggi dan belum menikah. Pengukuran strategi coping dilakukan menggunakan Brief COPE, sedangkan HS dan FF diukur menggunakan AMS-R (Achievement Motives Scale-Revised). Analisis regresi berganda menunjukkan bahwa motivasi berprestasi (HS dan FF secara simultan) dapat memprediksi semua jenis strategi coping dengan positif dan signifikan (p < 0,05, R² = 0,170; p < 0,05, R² = 0,158; p < 0,05, R² = 0,122). Hasil penelitian juga menemukan bahwa HS berperan dalam memprediksi PFC dan EFC, sedangkan FF berkontribusi terhadap EFC dan AFC. Lebih lanjut, HS berperan lebih besar daripada FF dalam memprediksi EFC. Maka dari itu, HS dan FF menjadi penting dalam memahami strategi coping yang dapat dipilih oleh emerging adults ketika akan mengatasi situasi sulit.

Being in a period full of change and uncertainty, the ability to cope becomes important among emerging adults. Previous studies show that achievement motivation as well as its two dimensions, which are hope of success (HS) and fear of failure (FF), can predict coping strategies. This study aims to examine the role of HS and FF, both simultaneously and partially, in coping strategies, namely problem-focused coping (PFC), emotion-focused coping (EFC), and avoidance-focused coping (AFC) among emerging adults in Indonesia. The research involved 321 Indonesian emerging adults who were pursuing higher education and were not married yet. Measurements of coping strategies were carried out using Brief COPE, while HS and FF were measured with AMS-R (Achievement Motives Scale-Revised). Multiple regression analysis shows that achievement motivation (HS and FF simultaneously) can predict all types of coping strategies positively and significantly (F(2, 319) = 32,632, p < 0,05, R² = 0,170; F(2, 319) = 29,808, p < 0,05, R² = 0,158; F(2, 319) = 22,062, p < 0,05, R² = 0,122). The research result also found that HS played a role on PFC and EFC, while FF contributed to EFC and AFC. Furthermore, HS played a greater role than FF in predicting EFC. Therefore, HS and FF are important in understanding the coping strategies that the emerging adults can choose when dealing with difficult situations."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Esi Nailulzahwaidar
"Pada masa pandemi, mahasiswa tidak hanya dihadapkan dengan berbagai tugas perkembangan yang harus dilalui oleh semua individu pada seusianya. Namun juga mengalami berbagai situasi yang termasuk baru dan tidak dapat diprediksi sebelumnya. Apabila mahasiswa tidak dapat menoleransi ataupun menerima berbagai situasi tersebut akan menyebabkan mahasiswa mengalami distres psikologis. Nilai skor distres psikologis pada setiap mahasiswa dapat berbeda antara satu dengan lainnya, hal ini tergantung bagaimana individu melakukan penilaian terhadap peristiwa maupun stresor yang dihadapinya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah personality traits dan hope dapat menjadi prediktor dari kondisi distres psikologis pada mahasiswa di masa COVID-19. Partisipan pada penelitian berjumlah 330 mahasiswa yang sedang aktif kuliah strata-1 (S1) berusia 18-20 tahun (51.22%) berjenis kelamin perempuan (68.8%) dan tidak menikah (95.5%). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik convenience sampling. Alat ukur yang digunakan yaitu Kessler Psychological Distress Scale (K10), IPIP-BFM-25 Indonesia, dan The Trait Hope Scale. Berdasarkan hasil analisis maka diketahui bahwa personality trait dan hope dapat memprediksi terjadinya distres psikologis pada mahasiswa—faktor openness, conscientiousness, extraversion, dan agreeableness memiliki arah negatif, sedangkan faktor neuroticism memiliki arah positif.

During the pandemic, students are not only faced with various developmental tasks that must be passed by all individuals at their age. But also experiencing various situations that include new and unpredictable in advance. If students cannot tolerate or accept these various situations, they will experience psychological distress. The psychological distress score for each student can be different from one another, this depends on how the individual evaluates the events and stressors he faces. This study aims to determine whether personality traits and hope can be predictors of psychological distress conditions in college students during the COVID-19 period. Participants in the study were 330 students who were actively studying for undergraduate (S1) aged 18-20 years (51.22%) were female (68.8%) and unmarried (95.5%). This study uses a quantitative approach with convenience sampling technique. The measuring instruments used are the Kessler Psychological Distress Scale (K10), IPIP-BFM-25 Indonesia, and The Trait Hope Scale. Based on the results of the analysis, it is known that personality trait and hope can predict the occurrence of psychological distress in students—openness, conscientiousness, extraversion, and agreeableness factors have a negative direction, while the neuroticism factor has a positive direction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Masruroh Setiawan
"ABSTRAK
Harapan merupakan salah satu faktor yang potensial dalam memprediksi resiliensi. Namun, hasil penelitian-penelitian sebelumnya masih kontradiktif dan terbatas dalam konteks tertentu sehingga hasilnya tidak bisa langsung digeneralisasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh harapan terhadap resiliensi pada penyintas erupsi Gunung Kelud. Pengukuran harapan menggunakan alat ukur Adult Hope Scale AHS yang disusun oleh Snyder 1991 , sementara pengukuran resiliensi menggunakan alat ukur Connor-Davidson Resilience Scale CD-RISC yang disusun oleh Campbell-Sills dan Stein 2007 . Partisipan penelitian ini berjumlah 115 orang yang menjadi penyintas erupsi Gunung Kelud pada tahun 2014 dengan rentang usia 20-40 tahun. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh harapan yang positif dan signifikan terhadap resiliensi pada penyintas erupsi Gunung Kelud F = 51,044, p < 0,01 . Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi harapan yang dimiliki penyintas, maka semakin tinggi resiliensi penyintas tersebut. Saran untuk menindaklanjuti hasil penelitian ini disertakan.

ABSTRACT
Hope is one of potential factors for predicting resilience. However, prior studies show that the relationship between hope and resilience remain inconclusive and limited to certain context, so it can not be generalized to the other context directly. This study was conducted to examine hope as predictor of resilience among Kelud Eruption survivors. Hope was measured using Adult Hope Scale AHS which constructed by Snyder 1991 , while resilience was measured using Connor Davidson Resilience Scale CD RISC by Campbell Sills and Stein 2007 . Participants of this research are 115 survivors mean age 32, range 20 40 of Kelud Eruption on 2014. Result of this research shows that hope positive significantly predicts resilience F 51,044, p 0,01 . That is, the higher hope, the higher resilience among survivors. Recommendations for further research are included."
2016
S66665
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Awbrey, David S.
Boston: Little, Brown Company, 1999
128 AWB f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hryniewicz, Waclaw
Washington, DC: Council for Research in Values and Philosophy, 2007
234.25 HRY c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>