Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145121 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Desyana Endarti Hendraswari
"Hipertensi merupakan penyakit kronik akibat gangguan sistem sirkulasi darah kini masih menjadi masalah dalam kesehatan masyarakat. Dampak dari penyakit hipertensi ini apabila tidak ditanggulangi dengan baik menimbulkan masalah besar bagi kehidupan seseorang oleh karena komplikasi yang ditimbulkannya seperti stroke, infark miokardial, gagal ginjal, sampai kematian akibat ?krisis hipertensi? (situasi yang gawat akibat peninggian tekanan darah yang tiba-tiba).
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui proporsi dan faktor risiko yang berhubungan dengan hipertensi pada masyarakat yang tinggal di Kelurahan Jagakarsa Tahun 2007. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional berdasarkan data screening test jantung di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa. Sampel dalam penelitian ini 444 responden usia 20 tahun ke atas.
Proporsi hipertensi di Kelurahan Jagakarsa adalah 57,9%. Responden terbanyak adalah responden dengan usia lebih dari 40 tahun (73,9%), perempuan (75%), status IMT normal (77,7%), tidak merokok (96,6%), bukan penderita diabetes (99,1%), dan tidak melakukan aktivitas fisik (88,7%).
Terdapat hubungan bermakna pada faktor risiko umur dengan hipertensi, PR=2,3 (95% CI 1,9-2,7). Faktor risiko IMT dengan hipertensi PR= 1,4 (95% CI 1,2-1,6). Hubungan tidak bermakna secara statistik terdapat pada hubungan antara jenis kelamin, merokok, diabetes melitus, aktivitas fisik dengan hipertensi. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan hipertensi di Kelurahan Jagakarsa adalah variabel umur dan variabel IMT."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rudy Rustam
"ABSTRAK
Hipertensi esensial sampai sekarang dianggap tidak mempunyai suatu etiologi yang jelas, melainkan terjadinya dipengaruhi oleh berbagai faktor. (2, 4, 9, 10, 11). Dengan demikian hipertensi esensial sering disebut sebagai suatu penyakit multifaktorial. Diperkirakan 90 % daripada kasus-kasus hipertensi merupakan hipertensi esensial/primer, sedangkan sisanya merupakan hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang terjadi sebagai akibat suatu gangguan fisik tertentu (gangguan renalis, gangguan CNS, gangguan adrenal, toksemia gravidarum).
Hipertensi merupakan masalah kesehatan penting bagi dokter yang bekerja pada pelayanan kesehatan primer, karena angka prevalensi yang tinggi 1,8-28,6 % (Boedi Darmoyo, 1977) dan selain itu mempunyai penyulit jangka panjang yang dapat mengenai target organ seperti otak, mata, jantung, ginjal. (2)
Berbagai hal seperti faktor genetik/hereditas, asupan garam, obesitas, gangguan pompa Na+Ca+2 melalui membran sel, stres; telah dibuktikan dapat menaikkan tekanan darah. (2, 9, 11).
Salah satu teori yang turut mendukurig tentang terjadinya hipertensi esensial yaitu faktor kepribadian. Dikatakan bahwa pada hipertensi esensial terdapat ciri-ciri kepribadian yang khas yaitu adanya hostilitas yang tinggi tapi dengan supresi dan represi secara lahiriah dari luar nampaknya tenang, submisif. (1, 4, 5, 6, 7, 11). Diduga bahwa hostilitas yang tinggi ini diinhibisi melalui perubahan-perubahan hormonal dan pembuluh darah berperan pada terjadinya hipertensi esensial. (4, 7, 8, 11).
"
1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
E. M. Hidayat
"ABSTRAK
Hipertensi esensial secara umum telah dikenal sebagai penyebab utama kelainan vaskuler yang dapat mengakibatkan stroke, gagal jantung, penyakit jantung koroner, kelainan mata dan gagal ginjal. Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan didapatkan hipertensi pada kira-kira 70-901 kasus perdarahan otak dan pada lebih kurang 501 penderita infark miokard. Kombinasi hipertensi dengan faktor risiko PJK lainnya meningkatkan risiko PJK beberapa kali lipat. Namun karena hipertensi sendiri berlangsung tanpa gejala, sering kali hipertensi baru disadari setelah timbul penyulit.
Gejala dini adanya penyulit pada ginjal diduga berupa adanya peningkatan ekskresi albumin dalam urin yang lebih banyak dari normal, tetapi belum dapat dideteksi dengan cara pemeriksaan konvensional. Keadaan ini dikenal sebagai mikroalbuminuria. Deteksi dini mikroalbuminuria diharapkan dapat membantu upaya pencegahan terhadap timbulnya morbiditas dan mortalitas akibat timbulnya penyulit berupa gangguan faal ginjal. Pencegahan dini diharapkan dapat memperpanjang masa hidup penderita.
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya mikroalbuminuria pada penderita hipertensi esensial, dan apakah ada korelasi antara lama dan beratnya hipertensi dengan derajat mikroalbuminuria.
Penelitian dilakukan terhadap 74 orang penderita hipertensi esensial dan 23 orang kelompok kontrol. Penderita hipertensi dibagi dalam beberapa kelompok berdasarkan derajat dan lama hipertensi yaitu hipertensi ringan (HR) terdiri dari HR (5 tahun 17 orang, HR 5-10 tahun 9 orang, HR 10-15 tahun 15 orang, HR >15 tahun 14 orang, dan hipertensi sedang (HS) terdiri dari HS (5 tahun 11 orang dan HS 10-15 tahun 8 orang).
Bahan berupa urin kumpulan 12 jam (malam). Kadar albumin kuantitatif diperiksa dengan cara RIA dan dihitung kecepatan ekskresi albumin (KEAU). Sebelumnya dilakukan pemeriksaan penyaring untuk menyingkirkan faktor-faktor yang meningkatkan protein urin.
Pada kelompok kontrol didapatkan nilai KEAU rata-rata 2.48 ug/men (5D 2.39 ug/men). Pada masing-masing kelompok HR berturut-turut didapatkan nilai KEAU 2.33 ug/men (SD 1.85 ug/men), 2.40 ug/men (SD 1.19 ug/men), 4.70 ug/men (SD 5.00 ug/men), 12.58 ug/men (SD 15.13 ug/men dan pada kelompok HS masing-masing 4.2 ug/men (SD 4.8 ug/men ) dan 14.0 ug/men (SD 14.2 ug/men). Nilai kontrol ternyata lebih rendah dari nilai peneliti lain. Pada kelompok hipertensi untuk kelompok HR kurang dari 10 tahun belum dijumpai mikroalbuminuria namun tampak adanya kecenderungan peningkatan ekskresi albumin dengan bertambah lama dan beratnya hipertensi. Mikroalbuminuria ditemukan pada kelompok HR 10-15 th, HS 10-15 th dan HR >15 th, masing-masing 1, 2 dan 3 orang atau 8.11 dari 74 penderita. Didapatkan adanya korelasi sedang (r = 0.47) antara meningkatnya ekskresi albumin dengan lamanya hipertensi, tetapi tidak dijumpai korelasi dengan tingginya tekanan diastolik dan sistolik (r = 0.24 dan 0.18).
Dari hasil penelitian ini disarankan agar para penderita hipertensi untuk melakukan pemeriksaan albumin urin secara berkala untuk mendeteksi dini adanya mikroalbuminuria guna mencegah timbulnya penyulit pada ginjal. Untuk lebih memastikan dan melengkapi hasil penelitian ini perlu ditentukan prosedur baku untuk pemeriksaan mikroalbuminuria antara lain meliputi penentuan jenis sampel, cara pengumpulan dan penyimpanan sampel, serta metode pemeriksaan. Disarankan dilakukan penelitian lebih lanjut yang bersifat longitudinal, serta penelitian dengan jumlah sampel yang lebih banyak. juga penelitian antar pusat untuk memastikan korelasi derajat mikroalbuminuria dengan lama dan tingginya hipertensi."
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanitya Dwi Ratnasari
"Salah satu penyakit oportunis penyerta infeksi HIV/AIDS adalah hipertensi. Hipertensi umum ditemukan di populasi ODHA dengan prevalensi antara 15,6-46%.1-6 Namun, pada anak dengan infeksi perinatally-acquired HIV/AIDS, data prevalensi hipertensi masih sangat minim. Studi tahun 2016 pada 51 anak dengan infeksi HIV/AIDS menunjukkan proporsi hipertensi sebesar 37,3%.7 Penelitian ini bertujuan mengetahui proporsi dan hubungan infeksi perinatally-acquired HIV dengan hipertensi primer pada anak menggunakan desain studi analitik potong lintang dan data sekunder penelitian CHIC Study. Populasi penelitian ini adalah 89 anak partisipan CHIC Study berusia 0-18 tahun dengan status HIV positif (41 anak) dan non-HIV (48 anak). Hasil analisis multivariabel menggunakan analisis regresi logistik menunjukkan anak dengan infeksi HIV memiliki odds risiko 1,24 kali (95% CI: 0,024-65,002; nilai p 0,917) untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan anak non-HIV. Penelitian ini menyimpulkan ada hubungan antara infeksi HIV dengan hipertensi primer pada anak dengan infeksi HIV meskipun masih belum dapat dibuktikan validitas hubungan tersebut secara statistik dikarenakan jumlah sampel yang tidak mencukupi. Peneliti mengharapkan penelitian lanjutan dilakukan dengan desain studi yang lebih baik dan jumlah sampel yang mencukupi.

One of the opportunistic diseases that accompany HIV/AIDS infection is hypertension. Hypertension is common in people living with HIV/AIDS populations with a prevalence of 15.6-46% .1-6 However, in children with perinatally-acquired HIV/AIDS infection, hypertension prevalence data is still minimal. The 2016 study of 51 children with HIV/AIDS infection showed a proportion of hypertension of 37.3% .7 This study aimed to determine the proportion and relationship of perinatally-acquired HIV infection with primary hypertension in children using cross-sectional analytic study design and secondary data of CHIC Study. The population of this study were 89 children of CHIC Study participants aged 0-18 years with HIV positive status (41 children) and non-HIV (48 children). The results of a multivariable analysis using logistic regression analysis showed that children with HIV infection had a risk odds of 1.24 (95% CI: 0.024-65,002; p-value 0.917) for hypertension compared with non-HIV children. This study concludes that there is a relationship between HIV infection with primary hypertension in children with HIV infection although it’s validity of the relationship can not be proven statistically due to insufficient sample size. Researcher expects further research done with better study design and sufficient number of samples."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah Ika Kurniawati
"Penyakit Ginjal Kronik memberikan berbagai dampak buruk pada tingkat individu maupun nasional dan prevalensinya mengalami kenaikan. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor dominan Penyakit Ginjal Kronik pada usia produktif (19-60 tahun) di Indonesia tahun 2018 dari analisis data Riskesdas 2018. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan dilakukan pada bulan Maret-Juli 2023. Populasi penelitian adalah penduduk usia produktif (19-60 tahun) di Indonesia dengan jumlah sampel sesuai kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 9400 orang. Variabel penelitian terdiri dari karakteristik demografi (usia dan jenis kelamin), penyakit tidak menular (diabetes melitus, hipertensi, dan obesitas), serta gaya hidup (merokok, konsumsi minuman berkarbonasi, konsumsi minuman berenergi, dan aktivitas fisik). Data penelitian dianalisis secara bivariat dan multivariat menggunakan uji chi square dan binary logistic regression. Prevalensi Penyakit Ginjal Kronik pada usia produktif (19-60 tahun) di Indonesia tahun 2018 adalah 1,7%. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara usia (p=0,000), diabetes melitus (p=0,001), hipertensi (p=0,000), obesitas (p=0,004), serta konsumsi minuman berkarbonasi (p=0,047) dengan kejadian penyakit ginjal kronik pada usia produktif (19-60 tahun). Hasil uji statistik multivariat menunjukkan bahwa usia OR 3,709 (95% CI: 2,325-5,919) merupakan faktor paling dominan berhubungan dengan kejadian Penyakit Ginjal Kronik pada usia produktif (19- 60 tahun) di Indonesia tahun 2018. Saran utama yang dapat diberikan untuk mengurangi kejadian Penyakit Ginjal Kronik pada usia produktif, yaitu mengoptimalkan program pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM), termasuk Penyakit Ginjal Kronik dan faktor-faktornya.

Chronic Kidney Disease has various impacts at the individual and national levels. The prevalence of this disease is also rising. This thesis aims to determine the prevalence and dominant factors of Chronic Kidney Disease in productive age (19-60 years old) in Indonesia in 2018 from the 2018 Riskesdas data analysis. This study was conducted in March-July 2023 using a cross-sectional design. The study population was Indonesian at productive age (19-60 years old) with a total sample of 9400 people. The study variables include demographic characteristics (age and gender), non-communicable diseases (diabetes mellitus, hypertension, and obesity), and lifestyle (smoking, consumption of carbonated drinks, consumption of energy drinks, and physical activity). The data were analyzed using chi-square and binary logistic regression. The prevalence of Chronic Kidney Disease in productive age (19-60 years) in Indonesia in 2018 was 1.7%. Bivariate analysis showed that there was a relationship between age (p=0.000), diabetes mellitus (p=0.001), hypertension (p=0.000), obesity (p=0.004), and carbonated drinks consumption (p=0.047) with the incidence of chronic kidney disease at productive age (19-60 years old). Multivariate analysis shows that age OR 3.709 (95% CI: 2.325-5.919) is the most dominant factor associated with the incidence of Chronic Kidney Disease in productive age (19-60 years) in Indonesia in 2018. Based on the evidence, the suggestion to prevent Chronic Kidney Disease is to optimize Non-Communicable Disease (NCD) prevention programs, including Chronic Kidney Disease and its factors."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhana
"Hipertensi sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan prevalensinya di Indonesia cukup tinggi (31,7%). Penanaman benang catgut terbukti menurunkan tekanan darah, tetapi belum ada penelitian untuk mengukur kadar nitrit oksida (NO). Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penanaman benang catgut terhadap kadar NO serum dan tekanan darah pada hipertensi esensial.
Disain penelitian adalah uji klinis acak tersamar tunggal dengan kontrol. Melibatkan 40 pasien hipertensi yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok kontrol mendapatkan obat antihipertensi. Kelompok kasus mendapatkan obat antihipertensi dan penanaman benang catgut, kemudian pada kedua kelompok dilakukan penilaian kadar NO dan tekanan darah.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan rerata kadar NO kelompok kasus dibandingkan kontrol (p<0,05), terdapat perbedaan rerata tekanan darah sistolik dan diastolik kelompok kasus dibandingkan kontrol (p<0,05). Dapat disimpulkan bahwa penanaman benang catgut memiliki pengaruh terhadap kadar NO serum dan tekanan darah pada pasien hipertensi esensial.

Hypertension is commonly seen in daily practice and its prevalence in indonesia is fairly high (31,7%). Catgut embedding is proven to reduce blood pressure, but until now there has not been any research to evaluate concentration of nitric oxide (NO). This research was to assess the effect of catgut embedding on serum NO concentration and blood pressure in essential hypertension.
Research design was single blind random controlled clinical trial, involving 40 hypertension patients randomly assigned to two groups. Control group received anti hypertension drugs whereas case group received anti hypertension drugs and catgut embedding and then the two groups evaluated for NO concentration and blood pressure.
Result showed that there was a mean difference of NO concentration between case group and control group (p<0,05) and mean difference of systolic and diastolic blood pressure between case group and control group (p<0,05). In conclusion, catgut embedding can influence serum NO concentration and blood pressure in essential hypertension patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Junaedi
"Hipertensi merupakan faktor risiko nomor satu dari kematian di seluruh dunia. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 diketahui bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7%, sedangkan di Kabupaten Bogor sebesar 23,3%. Jemaah haji sebelum pemberangkatan ibadah haji, terlebih dahulu melaksanakan pemeriksaan kesehatan di tingkat puskesmas dan kabupaten/kota.
Hasil rekapitulasi laporan pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji di Kabupaten Bogor tahun 2012 bahwa kasus hipertensi pada jemaah haji sebanyak 695 orang (21,4%) dari seluruh penyakit sistem sirkulasi dan pembuluh darah.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui distribusi kasus hipertensi pada jemaah haji di Kabupaten Bogor, mengetahui hubungan antara umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, indeks massa tubuh, gula darah, dan kolesterol dengan kejadian Hipertensi pada jemaah haji usia 40 tahun keatas, serta memberi masukan bagi pengelola kesehatan haji di Kabupaten Bogor. Analisis data menggunakan Cox Regression. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan atau tekanan diastolik lebih besar dari 90 mmHg.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian bersumber dari data sekunder yaitu hasil pemeriksaan kesehatan jemaah haji di tingkat puskesmas. Variabel yang diteliti adalah umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, indeks massa tubuh, gula darah, dan kolesterol. Penelitian dilaksanakan pada April-Mei 2013 dengan sampel sebanyak 1.155 orang.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara umur, pendidikan, dan indeks massa tubuh dengan kejadian hipertensi pada jemaah haji usia 40 tahun keatas di Kabupaten Bogor tahun 2012. Pencegahan dan pengendalian hipertensi sangat diperlukan untuk menurunkan prevalensi dan mencegah komplikasinya pada jemaah haji Kabupaten Bogor.

Hypertension is a risk factor for a number of deaths across the world. Based on the results of Health Research (Riskesdas) in 2007 known that the prevalence of hypertension in Indonesia reached 31.7%, while in Bogor regency of 23.3%. Pilgrims before departure pilgrimage, first carry out medical examinations at the health centers and district / city. Recapitulation health inspection reports prospective pilgrims in Bogor regency in 2012 that cases of hypertension on the pilgrims as many as 695 (21.4%) of the entire circulatory system diseases and blood vessels.
The purpose of this study to determine the distribution of cases of hypertension on pilgrims in Bogor Regency, knowing the relationship between age, gender, education, occupation, body mass index, blood sugar, and cholesterol to the incidence of hypertension in the pilgrim age 40 or older, as well as provide input Hajj for health managers in Bogor regency. Data analysis using Cox Regression. Hypertension is a condition where the blood pressure above 140 mmHg and systolic or diastolic pressure greater than 90 mmHg.
Design used in this study is cross-sectional. Research derived from secondary data is the result of health examination at the health center level pilgrims. The variables studied were age, gender, education, occupation, body mass index, blood sugar, and cholesterol. The experiment was conducted in April-May 2013 with a sample of 1,155 people.
The results showed no relationship between age, education, and body mass index with incidence of hypertension among pilgrims age 40 or older in Bogor regency in 2012. Prevention and control of hypertension is necessary to reduce the prevalence and prevent complications in Bogor regency pilgrims.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35323
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Widyaputri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai faktor yang berhubungan dengan pemilihan terapi komplementer pada lansia dengan hipertensi. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan potong lintang (cross sectional) dan menggunakan sampel lansia yang memiliki masalah hipertensi di Kelurahan Cisalak Pasar sebanyak 84 responden yang dipilih dengan teknik purposive. Hasil penelitian menunjukkan efek samping obat konvensional, ketersediaan terapi komplementer, dan status kesehatan memiliki hubungan secara bermakna dengan pemilihan terapi komplementer. Sementara itu, status kesehatan merupakan faktor paling dominan yang berhubungan dengan pemilihan terapi komplementer pada lansia dengan hipertensi.

This study aims to determine the factors associated with the selection of complementary therapy in the elderly with hypertension. The study design was correlative descriptive with cross sectional approach and using a sample of elderly who have problems of hypertension by 84 respondents were selected using purposive. The results showed the side effects of conventional drugs, the availability of complementary therapies, and health status had a significant association with the selection of complementary therapy. Meanwhile, the health status is the most dominant factor associated with the selection of complementary therapy in the elderly with hypertension.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S47362
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silvia Indri Aprian
"Hipertensi merupakan salah satu isu penyebab dari penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi yang tinggi. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, diketahui Puskesmas Benteng merupakan puskesmas dengan prevalensi hipertensi tertinggi (16,8 %) tahun 2014 di Kota Sukabumi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Benteng Kota Sukabumi. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik korelatif dengan desain cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 195 responden. Alat pengumpulan data yang digunakan yaitu pemeriksaan fisik (tekanan darah, berat badan dan tinggi badan) dan isian kuesioner. Pengukuran faktor stress menggunakan Perceived Stress Scale. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor risiko yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian hipertensi yaitu umur, obesitas, olahraga, kebiasaan mengonsumsi makanan berasa asin, kebiasaan mengonsumsi makanan berlemak, dan merokok. Penelitian ini menyarankan kepada perawat sebagai salah satu promotor kesehatan untuk berperan dalam mempromosikan gaya hidup sehat kepada masyarakat terkait dengan hipertensi dan menjamin keberlanjutan sistem deteksi dini hipertensi dan komplikasinya.

Hypertension is one of the issues that causes of cardiovascular disease with high prevalence. Based on data from the Health Department Sukabumi, Benteng Public Health Center is known as the highest prevalence of hypertension (16.8%)2014 in Sukabumi. The aimed of this study was to determine the factors associated with hypertension in the Benteng Health Center Fort Sukabumi. The type of research which used was correlative analytic with cross sectional design. The total sample was 195 respondents. Data collection tools in this study were the form of physical examination (blood pressure, weight and height) and a questionnaire. Stress measurement which used wa the Perceived Stress Scale. The results showed that the risk factors that have a significant relationship with the occurrence of hypertension such as age, obesity, exercise, habit of eating salty foods, fatty foods eating habits, and smoking. This study suggests the nurse to promote healthy lifestyles to the public associated with hypertension and ensure the sustainability of the system of early detection of hypertension and its complications."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S60032
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiretno Yulianti
"Hipenensi merupakan salah satu penyakit degcncratif yang banyak diderita oleh usia lanjut, merupakan penyakit yang melibatkan system sirkulasi darah dan merupakan masalah kesehatan masyarakat. Hipcrtensi meningkatkan risiko terjadinya infark myocard acute, penyakit jantung koroner, kerusakan parenkim ginjal, dan stroke (Newman,2002) sedangkan mcnurut Krummel (2000) mempakan faktor risiko untuk penyakit jantung koroner, stroke, dan kegagalan jantung kongestif. Semakin tinggi tekanan darah semakin tinggi pula risiko Penyakit jantung koroner. Prevalensi hipertensi senakin meningkat dengan bertambahnya usia (Scottish lntercollcgiate Guidelines Network, 2001). Dilaporkan bahwa lebih dari 50% usia lanjut menderita hipertensi. Kamso (2000) mendapatkan hipertensi di 6 kota Indonesia sebesar 52,5%, sedangkan di kota Bogor prevalensi hipertensi pada usia lanjut belum dikctahui tetapi kunjungan pasien usia lanjut kc puskcsmas dengan hipertensi dalam dua tahun terlihat peningkatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi hipertensi pada usia lanjut di Kota Bogor dan faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi. Sampcl pada penelitian ini betjumlah 104 orang usia lanjut (72 perempuan dan 32 laki~laki) berusia 60-86 tahun. Pengambilan sampel dilakukan secara proporsional dan acak sistematis di dua kecamatan, yaitu kecamatan Tanah Sareal dan Kecamatan Bogor Utara. Penelitian ini dilakukan dengan melihat hubungan antara status gizi, umur, jenis kelamin, riwayat hipcrtensi dalam keiuarga, sosioekonomi (tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga, dan status perkawinan), dan gaya hidup ( olahraga, kebiasaan merokok, stres, dan konsmnsi lemak dan garam).
Penelitian mendapatkan hasil prevalensi hipertensi pada usia lanjut di kota Bogor sebesar 66,3%, lebih linggi dari hasil penelitian di Indonesia 52,5% (Kamso,2000) dan di kota Depok 57,4% (Sitorus, 2002), tetapi hampir sama dengan data di Amerika Serikat, yaitu sekitar 60-71% (NHANES III). Faktor - faktor yang berhubungan secara bermakna dengau hipertensi adalah jenis kelamin dengan nilaj p= 0,0l8; OR=l,040 (95%CI: 0,448-2,4l7), Status gizi dengan niiai p= 0,047; dan OR = 4,053 (95%Cl: 1,109-14,8l3), dan kcbiasaan olahraga dengan nilai p= 0,0l0 dan nilai 0R= 0,306 (95% CI: 0,131-0,715). Dari hasil analisis multivariat didapatkan faktor yang paling dominan berhubungan dengan hipertcnsi adalah jenis kelamin.
Hasil pcnelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk pembinaan kesehatan usia lanjut melalui pembinaan secara terpadu di Posbindu dari segi kesehatan berupa upaya promotif, preventif, maupun kumtif dan rehabilitatif. Upaya pencegahan hipertensi yang dapat diusulkan adalah pelatihan senam dan olahraga khusus untuk usia lanjut, pola hidup sehat sejak sebelum memasuki usia lanjut, dan menjaga Indeks Massa Tubuh agar tidak lebih dari 25 kg/1112.

Hypertension, the one of degenerative disease in older people, is a disease that involve blood circulation system and one of health community problems. Hypertension can improve acute myocard infarction, coronary heart disease, renal parenchym damages; and stroke (Newman, 2002) and Krummel (2000) said that hypertension is a risk factor for coronary heart disease, stroke, and congestive heart failure. Increase of blood pressure may cause the increase the risk of coronary heart disease. Hypertension prevalence is as high as aging process (Scottish Intercollegiate Guidelines Network, 2001). It had been reported that more than 50% older people have hypertension. In Bogor city the prevalence of hypertension in older people are unkown but hypertension patients at primary health care (Puskesmas) are increasing at the last two years.
The objective of this study are to know the hypertension prevalence in older people at Bogor city and factors involved. The samples are 104 older people (72 female and 32 male) aged 60-86 years. Samples was taken with proportional and sistemically random methods at two subdistricts, Kecamatan Tanah Sareal dan Kecamatan Bogor Utara. This study was to see the factors that are involved to hypertension such as nutritional status (BMI), age, sex. genetic, socioeconomic status( education. occupational status, income, and marriage ), and lifestyle ( exercise, smoking habit, stress, fat, and salt consumption).
This study concluded that the hypertension prevalence in older people at Bogor city is 66.3o/o, higher than Kamso (2000), which is only 52,5% and Sitorus (2002) at Depok which is only 57.4%. But it simllar with the re;'Uit of NHANES III in US about 60 71% which depend on race. Factors that significanly involved with hypertension are sex with p value = 0.018; OR=I,040 (95%CI: 0,448-2,417), BMI with p value= 0.047 and OR = 4,053 {95%CI: 1,109-14,813), and exercise with p value = 0.010 and OR=0,306 (95% Cl: 0,131-0,715). The multivariate foWld that the dominant factor is sex.
We hope that the result of this study analysis can be used for increase the health of elderly with coordinating the activities at Posyandu by Puskesmas in promotive, preventive. curative and rehabilitative programme. The best effort to reduce the rate of hypertension and get optimal results on older people is to provide them with a special exercise that are led by an in-structure, healthy life style, and BMI, don't be more than 25 kglm'.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32079
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>