Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134916 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizal Irawan
"Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia dan dikenal sebagai penyakit multifaktorial. Faktor genetik dan faktor lingkungan seperti obesitas, nutrisi, dan aktivitas fisik mempunyai peranan yang penting dalam penyakit ini. Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi DM di kota Ternate dan hubungannya dengan perilaku dan aktivitas fisik. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah diuji coba sebelumnya disertai pemeriksaan fisik dan pengukuran kadar glukosa darah puasa. Sampel dipilih secara multistage random sampling. Dari total 502 responden berusia diatas 20 tahun yang berpartisipasi didapatkan prevalensi DM sebesar 19,6%. Tidak terdapat hubungan bermakna antara faktor-faktor perilaku dengan DM. Prevalensi DM di kota Ternate cukup tinggi namun belum diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi hal itu.

Diabetes mellitus is a group of metabolic diseases which is characterized by hyperglycaemia and also known as a multifactorial disease. Genetic and environment factor, such as obesity, nutrition and physical activity have big influence on this disease. The objective of this study is to acknowledge the prevalence of DM in Ternate and the correlation with behaviour and physical activity.This study used cross-sectional method, with interview by using a questioner which had been tested before accompanied by physical examination and measurement of fasting blood glucose level. Samples were selected by multistage random sampling. From a total of 502 respondents aged above 20 years who participated, we acquired the prevalence of DM in population as 19,6%. There is no significant correlation between behaviour factors with DM. Prevalence of DM in Ternate is quite significant but influential factors are still unknown."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nico Gandha
"Latar Belakang: Dislipidemia merupakan masalah penting dalam kesehatan masyarakat yang jarang disadari dan dapat menyebabkan beberapa komplikasi fatal. Di Indonesia, belum banyak dilakukan penelitian tentang hubungan dislipidemia dengan faktor-faktor yang bepengaruh. Tujuan: Mengetahui prevalensi dislipidemia pada masyarakat kota Ternate dan hubungan antara perilaku masyarakat dengan prevalensi dislipidemia. Metode: Sebuah studi potong lintang dilakukan pada penduduk berumur lebih dari 20 tahun di 3 kecamatan kota Ternate. Wawancara responden dilakukan pada tanggal 25-31 Mei 2008 sementara pemeriksaan fisik dan laboratoris dilakukan pada tanggal 26 Mei-3 Juni 2008. Pengambilan sampel dilakukan dengan metoda multi-stage-random-sampling. Hasil: Sebanyak 502 responden berhasil diwawancarai. Prevalensi dislipidemia didapatkan sebesar 59,2%. Terdapat hubungan bermakna antara kebiasaan mengudap jajanan pasar (p=0,013) dengan prevalensi dislipidemia. Tidak ditemukan hubungan bermakna antara pernikahan dengan kerabat dekat, aktivitas fisik, kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol dengan prevalensi dislipidemia. Kesimpulan: Prevalensi dislipidemia pada masyarakat kota Ternate cukup tinggi. Hal itu memiliki hubungan dengan pola makan.

Background: Dyslipidemia are critical issues in public health that were rarely realized and may cause some fatal complications. In Indonesia, there has not been done much research on the relationship of dyslipidemia with confounding factors. Objective: To investigate the prevalence of dyslipidemia in Ternate city community and the relationship between the behavior and prevalence of dyslipidemia. Method: A cross-sectional study was done at population aged over 20 years in 3 districts of Ternate city. Interview on respondents conducted on May 25st-31st 2008 while laboratory and physical examination conducted on 26 May-3 June 2008. Sampling is done with a multi-stage-random-sampling method. Results: There were 502 respondents successfully interviewed. Prevalence of dyslipidemia was 59.2%. There are significant relationships between the snacking habit (p=0.013) with prevalence of dyslipidemia. No significant relationships found between marriage to close relatives, physical activity, smoking habits and alcohol consumption with the prevalence of dyslipidemia. Conclusion: Prevalence of dyslipidemia in the community of Ternate city is quite high. Indeed, it has a relationship with the pattern of eating."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Dwiputra
"Hipertensi merupakan masalah penting dalam kesehatan masyarakat secara global. Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi hipertensi pada masyarakat kota Ternate dan menyelidiki hubungan antara perilaku masyarakat dengan prevalensi hipertensi. Sebuah studi potong lintang dilakukan pada penduduk berumur lebih dari 20 tahun di 3 kecamatan kota Ternate. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode multi-stage random sampling. Secara umum, 32,6% dari populasi dewasa masyarakat kota Ternate mengidap hipertensi. Terdapat hubungan bermakna antara kebiasaan merokok (p=0,001), kebiasaan mengudap Chiki (p=0,007) dan mengudap gorengan (p=0,032) dengan prevalensi hipertensi. Dibandingkan dengan prevalensi hipertensi nasional, prevalensi hipertensi pada masyarakat kota Ternate masih terbilang tinggi.

Hypertension is an important public-health challenge worldwide. This research aims to estimate the current prevalence of hypertension in Kota Ternate and to determine the correlation between behavior and prevalence of hypertension in adult population. A cross-sectional study was conducted to citizens over 20 years old in three sub districts of Kota Ternate. Research samples were selected through a multi-stage random sampling. Overall, 32.6% of adult population in Ternate had hypertension. We found significant correlations between prevalence of hypertension and smoking status (p=0,001); snacks consumption [Chiki (p=0,007) and fried food (p=0,032)]. Comparing to the national prevalence of hypertension launched by Ministry of Health, the local prevalence in Ternate was still high."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Istiantho
"Latar Belakang: Diabetes melitus sering disebut penyakit multifaktor di mana faktor-faktor seperti demografi dan status gizi turut mempengaruhi perjalanan penyakit ini. Ternate adalah kota dengan prevalensi DM terbesar kedua di Provinsi Maluku Utara, provinsi dengan jumlah penyandang DM dan toleransi glukosa terganggu paling tinggi di Indonesia dan juga memiliki penduduk dengan ragam sosial dan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran demografi dan indeks massa tubuh; dan juga prevalensi DM masyarakat kota Ternate tahun 2008 serta ada atau tidaknya hubungan antara keduanya.
Metode: Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah cross-sectional melalui wawancara terpimpin dengan kuesioner ditambah dengan pemeriksaan fisik dan laboratorium. Responden adalah mereka yang berumur 20 tahun ke atas yang tersebar di tiga kecamatan kota Ternate yang dipilih secara acak dengan multi-stage random sampling.
Hasil: Sebanyak 502 orang responden mengikuti penelitian ini. Dari hasil pengumpulan data didapatkan hasil prevalensi DM di kota Ternate tahun 2008 adalah sebesar 19,6% dan didapatkan hubungan bermakna antara DM dengan usia (p<0,001), bentuk keluarga (p=0,033), status gizi (p=0,022), dan pekerjaan (p=0,030). Sedangkan untuk sebaran penduduk, mayoritas responden adalah perempuan (61,8%), berusia 40 tahun ke atas (71,1%), status pernikahan menikah (79%), dan tinggal dalam keluarga inti (80,9%). Sebagian besar dari responden memiliki pendapatan yang tergolong menengah rendah (51%), pendidikan yang tergolong rendah (46,8%), suku Ternate (48,3%), tergolong sebagai obesitas kelas I (37,8%), dan bekerja sebagai ibu rumah tangga (40,5%).
Kesimpulan: Prevalensi diabetes di kota Ternate yang didapat dari penelitian ini belum dapat menggambarkan walaupun mendekati prevalensi diabetes di provinsi Maluku Utara menurut Riskesdas yang cakupan wilayahnya lebih luas. Prevalensi diabetes di kota Ternate berhubungan dengan usia, bentuk keluarga, status gizi, dan pekerjaan.

Background: Diabetes melitus is so called multifactor disease where some factor i.e. demograph and nutritional status play role to the progressivity of this disease. Ternate is the second highest city with DM?s prevalence in North Maluku, the highest province with prevalence of DM and impaired glucosa tolerance, this city has wide social and economical diversity. This study is purposed to know percentage of demograph and body mass index, and also prevalence of DM in North Maluku. This study is also wanted to know whether demograph and body mass index are related to DM.
Method: The method used for collecting data is cross-sectional study through directed interview with physical and laboratory examination. Respondents are they who are more than 19 years old and are scattered in three districts of Ternate. They are randomly chosen by multi-stage random sampling method.
Result: The results are DM?s prevalence in Ternate year 2008 is 19,6% and there is relationship between DM and age (p<0,001), family type (p=0,033), nutritional status (p=0,022), and occupation (p=0,030). Majority of respondents are: women (61,8%), older than 39 years old (71,1%), married (79%), and live with nuclear family (80,9%). Most of them: have mid-lower income category (51%), low educational level (46,8%), Ternate ethnic (48,3%), are class I obese (37,8%), and are housewifes (40,5%).
Conclusion: Prevalence of diabetes in Ternate according to this study can not represent, altough it is close to, the prevalence of diabetes in North Maluku according to Riskesdas which is include larger area. Prevalence of diabetes in Ternate has relationship with age, family type, nutritional status, and occupation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agusmawanda
"Penelitian ini hendak mengetahui perilaku memilih masyarakat adat Ternate dan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku memilih dalam Pemilu Legislatif Kota Ternate tahun 2009. Peneliti menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan survei di enam kelurahan di Kota Ternate dengan total sampel sebanyak 120 responden. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan sosiologis dan psikologis.
Hasil survei menunjukkan perilaku memilih masyarakat adat Ternate dalam Pemilu Legislatif Kota Ternate tahun 2009 adalah perilaku memilih berdasarkan atas ikatan primordial karena rata-rata pemilih dalam memilih partai dan caleg atas dasar hubungan keluarga, etnis, serta figur Sultan dan Boki. Karakteristik pemilih dalam masyarakat adat Ternate yang primordial dipengaruhi oleh variabel geografis, keterlibatan dalam adat, kedekatan dengan partai dan caleg serta perilaku politik Sultan dan Boki.
Berdasarkan letak geografis, rata-rata kelurahan yang berada di wilayah Kesultanan Ternate dimenangkan oleh Partai Demokrat, dan responden yang memiliki keterlibatan dalam adat Ternate juga memiliki kecenderungan memilih Partai Demokrat. Responden yang memiliki kedekatan dengan partai dan caleg sebagian besar memilih partai lama seperti Golkar, PPP dan PDIP. Sedangkan responden yang terpengaruh oleh perilaku Sultan dan Boki bukan termasuk pemilih loyal partai karena sebagian besar mereka merubah pilihan partainya di Pemilu 2009.
Implikasi teoritis dalam penelitian ini menunjukkan faktor sosiologis dan psikologis dapat menjelaskan perilaku memilih dalam masyarakat adat, temuan dalam penelitian ini juga bukan hal yang baru karena faktor sosiologis dan psikologis dalam penelitian sebelumnya juga berpengaruh dalam penelitian ini. Namun yang berbeda adalah objek penelitian, dimana Kesultanan dan masyarakat adat Ternate yaitu komunitas masyarakat yang memiliki struktur dan kultur yang terbangun sejak abad ke-13.

This study wishes to determine voting behavior of indigenous peoples of Ternate and the factors that influence voting behavior in the legislative elections of Ternate in 2009. Researchers using quantitative methods with a survey approach in six kelurahan in Ternate with 120 respondents.
The survey results showed the voting behavior of indigenous peoples of Ternate Ternate in the Legislative elections of 2009 were voting behavior based on primordial loyalty because the average voter in selecting the party and the candidates on the basis of family, ethnicity, and the figure of Sultan and Boki. The Characteristics primordial voters in the Ternate was influenced by geographic variables, involvement in adat, closeness to parties and candidates, and political behavior of the Sultan and Boki.
Based on geographic location, the average kelurahan are located in the Sultan Ternate authority was won by the Democrats Party, and respondents who have an involvement in adat Ternate also have voted Democrat. Respondents who have a closeness with the party and candidate most choose the old parties such as Golkar, PPP and PDI-P. While the respondents are influenced by the political behavior of the Sultan and Boki not including the loyal party voters because most of them change his party's choice in the 2009 election.
Theoretical implication show that in this study is nothing new, because the sociological and psychological factors in previous studies was also influential in this study. But what is different is the object of research, where the Sultanate of Ternate and the community of indigenous communities that have a structure and culture that was established since the 13th century.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
T28733
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"[Diabetes melitus (DM) diketahui meningkatkan risiko terjadinya tuberkulosis (TB) melalui penurunan imunitas tubuh. Pada daerah dengan prevalensi DM yang tinggi, masyarakat dengan faktor-faktor risiko TB lebih rentan mengalami DM-TB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya risiko TB pada pasien DM berdasarkan proporsi faktor-faktor risiko TB di Ternate, Indonesia, yang merupakan daerah dengan prevalensi TB dan DM yang tinggi. Pada penelitian ini, sebanyak 30,5% responden memiliki DM-TB; sebanyak 11,7% responden memiliki IMT rendah, dengan dua-pertiga diantaranya (66,6%) memiliki DM-TB; sebanyak 15,6% responden memiliki suspek TB di keluarga, dengan hampir setengahnya (41,6%) memiliki DM-TB; dan sebanyak 32,5% responden memiliki riwayat merokok, dengan hampir setengahnya (44%) memiliki DM-TB. Hasil ini menunjukkan Ternate sangat rentan terhadap komorbiditas DM-TB., Diabetes mellitus (DM) is known to increase the risk of tuberculosis (TB) through the decreasing immune system. In area with high prevalence of DM, there is a higher risk of DM-TB in the community with risk factors of TB. This study aims to find how big the risk of TB is in DM patients based on the proportion of TB risk factors in Ternate, Indonesia, where the prevalence of TB and DM are high. This study shows that 30,5% subjects has DM-TB; 11,7% subjects have low BMI, with two-thirds of them (66,6%) have DM-TB; 15,6% subjects have TB suspects in family, with almost half of them (41,6%) have DM-TB; and 32,5% subjects have history of smoking, with almost half of them (44%) have DM-TB. The result shows that people in Ternate is more susceptible to DM-TB comorbidity.]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudi Putranto
"Latar belakang: Prevalensi hipovitaminosis D (hypoD) pada penyandang diabetes melitus tipe 2 (DM tipe 2) dengan depresi belum terdokumentasi dan faktor risikonya belum diketahui.
Tujuan: Mengetahui prevalensi dan faktor risiko hipovitaminosis D pada pasien diabetes melitus tipe 2 yang juga mengalami depresi.
Metode: 118 pasien diabetes melitus tipe 2 yang mengunjungi klinik endokrinologi rawat jalan di Rumah Sakit Nasional Cipto Mangunkusumo antara Desember 2019 dan September 2022 memberikan data untuk studi cross-sectional ini. Data klinis pasien, termasuk indeks massa tubuh, tekanan darah, HbA1C, profil lipid, dan terapi, serta data demografis, termasuk jenis kelamin, usia, status perkawinan, dan latar belakang pendidikan, dikumpulkan. Untuk tujuan mengevaluasi depresi, Beck Depression Inventory-II (BDI-II) digunakan. Kit ELISA digunakan untuk menilai serum vitamin D, variabel dependen. Normal (30 ng/mL), tidak mencukupi (20-29 ng/mL), dan kurang (20 ng/mL) adalah tiga rentang yang digunakan untuk mengkarakterisasi kadar vitamin D serum. Kami menggunakan analisis varian untuk memeriksa faktor antropometrik, klinis, dan biokimia antara ketiga kelompok (ANOVA).
Hasil:
118 subyek dengan DM tipe 2. Usia rerata adalah 56 (48, 75-60) tahun, dengan skor BDI II 17 (15-19) dan konsentrasi serum 25 (OH). Tingkat D adalah 18,3 (9,17–29,46) ng/mL. Hanya 21,8% pasien dengan diabetes melitus tipe 2 dan depresi memiliki kadar vitamin D yang cukup. Analisis multivariabel model varians digunakan untuk menguji hubungan usia, skor BDI II, HbA1c, SBP, dan DBP dengan kadar vitamin D. Usia dan skor BDI II keduanya memiliki pengaruh yang signifikan secara bermakna terhadap kadar vitamin D.
Kesimpulan: Investigasi cross-sectional ini menemukan bahwa pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan depresi memiliki prevalensi hipovitaminosis D yang tinggi (77,7%). Usia dan skor BDI II keduanya secara statistik mempengaruhi perbedaan kadar vitamin D secara bermakna.

Backgrounds: The prevalence of hypovitaminosis D (hypoD) in type 2 diabetes mellitus (type 2 DM) patients with depression has not been documented, and the risk factors are not known.
Objective: To identify the prevalence of and risk factors for hypovitaminosis D in type 2 diabetes mellitus patients who also have depression.
Methods: 118 patients with type 2 diabetes mellitus who visited the outpatient endocrinology clinics at Cipto Mangunkusumo National Hospital between December 2019 and September 2022 provided the data for this cross-sectional study. Patients' clinical data, including body mass index, blood pressure, HbA1C, lipid profiles, and therapy, as well as demographic data, including gender, age, marital status, and educational background, were gathered. For the purpose of evaluating depression, the Beck Depression Inventory-II (BDI-II) was utilized. An ELISA kit was utilized to assess serum vitamin D, the dependent variable. Normal (30 ng/mL), insufficient (20-29 ng/mL), and deficient (20 ng/mL) were the three ranges used to characterize serum vitamin D levels. We used analysis of variance to examine anthropometric, clinical, and biochemical factors between the three groups (ANOVA).
Results:
118 subjects with type 2 DM. Median of age was 56 (48, 75-60) years old, with a BDI II score of 17 (15-19) and a serum concentration of 25 (OH). D level was 18.3 (9.17–29.46) ng/mL. Only 21.8% of patients with type 2 diabetes mellitus and depression had sufficient levels of vitamin D. A multivariable analysis of variance model was used to examine the associations of age, BDI II score, HbA1c, SBP, and DBP with vitamin D level. Age and BDI II score both had a statistically significant effect on vitamin D levels.
Conclusions: This cross-sectional investigation discovered that type 2 diabetes mellitus patients with depression had a high prevalence (77.7%) of hypovitaminosis D. Age and BDI II score both statistically significantly affected differences in vitamin D levels.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harsya Dwindaru Gunardi
"Pendahuluan: Dalam 2 dekade terakhir ini, berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidens dan prevalensi diabetes mellitus (DM) tipe-2 di berbagai penjuru dunia. Selain itu, DM tipe 2 kini juga diketahui menjadi salah satu faktor risiko penyakit tuberkulosis (TB) paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap prevalensi TB paru pada pasien DM tipe 2.
Metode: Dengan desain cross-sectional, pengambilan sampel dilakukan terhadap seluruh pasien DM tipe 2 yang menderita infeksi paru (TB dan bukan TB) di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2010.
Hasil: Hasil menunjukkan dari 125 pasien DM tipe 2 yang menderita TB paru, 82 berjenis kelamin laki-laki (67%) dan 43 berjenis kelamin perempuan (33%).
Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin mempengaruhi prevalensi TB pada penderita DM tipe 2 secara bermakna.

Background: In the last 2 decades, many epidemiological studies showed increment tendency of incidence and prevalence of type 2 diabetes mellitus (DM) in many regions of the world. Besides, type 2 DM has also known as a risk factor for lung tuberculosis (TB). The study purpose is to find out the effect of gender to lung TB prevalence in type 2 DM patients.
Method: With cross-sectional design, sampling was taken from all type 2 DM patients with lung infection (TB and non-TB) in Cipto Mangunkusumo Hospital in year 2010.
Result: Result show that amongst 125 type 2 DM patients who had lung TB, 82 of them are males (66%) and the 43 are females (33%).
Conclusion: From this study, we can conclude that gender affect the TB lung prevalence in type 2 DM patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fajrinayanti
"Pradiabetes merupakan suatu kondisi risiko untuk texjadinya Diabetes Melitus (DM) tipe 2, yang dapat disebabkan oleh faktor keturunan dan perilaku yang berisiko, seperti konsumsi lemak yang tinggi, kurang serat, rendah karbnhidrat, kurang gerak badan dan merokok. Diperkirakan prcvalensi pradiabetes lebih tinggi dibandingkan prevalensi DM itu sendiri. Penelitian ini bertujuan mengetahui hublmgan fhktor risiko perilaku (konsumsi lemak, konsunasi serat, konsumsi karbohidrat, aktivitas iisik dan merokok) dengan kejadian pradiabetes pada kelompok umur 40-59 tahun di Kota Padang Panjang tahun 2008 setelah dikendalikan oleh faktor keturunan, dengan menggunakan data primer, rancangan potong lintang. Responden dipilih secara acak sederhana dari tiap kelurahan yang menjadi kluster sebanyak |74 orang. Analisis data dcngan dcsain kompleks secara univariat, bivarial (regresi logistik sedcrhana) dan multivariat (regresi logistik ganda). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar Gula Darah Sewaktu (GDS) kclompok umur 40-59 tahun adalah I15,4=t25,3 mg/dl, dengan jumlah pradiabetes scbcsar 57,5%. Ada hubungan bermakna antara konsumsi lemak, konsumsi serat dan aktivitas fisik dengan kejadian pradiabetes (p<0,05) tanpa dipengaruhi oleh faktor keturunan. Perilaku dominan yang berhubungan dengan kejadian pradiabetes adalah konsumsi lemak (OR=l 8,7, 95% CI: 6,0-57,5), dimana seseorang yang memiliki pola konsumsi lemak 252,10 g/hari akan berislko untuk pradiabetes 18,7 kali dibandingkan mereka yang konsumsi Iemaknya 62,10 g/hari. Konsumsi serat <1l,96 g/hari akan berisiko 9,5 kali untuk pradiabetes diaandingkan yang konsumsi seratnya 211,96 g/hari. Seseorang dengan aktivitas fisik <120 menit/hari akan berpeluang 13,7 kali untuk pradiabetes dibandingkan yang mcmiliki aktivitas fisik 2120 menit/hari. Disarankan kepada Dinas Kesehatan agar melakukan pencegahan pertama (prima1ypreventive)dengan KIE1entang kondisi pradiabetes serta faktor perilaku yang berisiko dan pembentukan ‘Queer group" pradiabetes ciiharapkan dapat menimbulkan mawas diri dari masyarakat terhadap kondisi pradiabetes sebagai pcnccgahan meningkatnya DM tipe 2.

Pre-diabetes is a condition to the risk of Diabetes Mellitus (DM) type 2, that can caused by genetic factor and behavior risk factors, such as fat consumption, insufficiently Eber consumption, low carbohydrate consumption, sedentary life, and smoking. Prevalence of pre-diabetes is assumed higher than prevalence of DM. This research purposed is assessed behavior risk factors association with pre-diabetes incident on 40-59 years old in Padang Panjang City in 2008 after genetic factor is controlled This study used cross sectional design. Respondent were sampled by multistage random sampling (n=l74). Data were analyzed with design complex by partial regression, simple logistic regression and multivariate (multiple logistic regression). The study found pre-diabetes incident is 57.5% with Random Plasma Glucose (RPG) 115.41 25.3 mg/dl in average. There is a significantly associated between fat consumption, fiber consumption and physical activity with pre-diabetes incident on 40- 59 years old in Padang Panjang (p<0.05), without adjustment by genetic. Dominant factor that is associated with pre-diabetes incident is fat consumption (0R=l8. 7; CI: 6.0-57.5), that who has tat consumption 252.10 gjday will have 18.7 times to pre-diabetes compared to people who fat consumption <52.l0g/day. Respondent who has Eber consumption <1l.96 g/day will have 9.5 times to pre-diabetes than who Hber consumption 211.96 g/day. They who have physical activity <1 20 minutes/day should have probability 13.7 times to pre-diabetes than who has physical activity index 2120 minutes/day. Health district office should develop primary preventive with elucidation (communication, information and education) about pre-diabetes condition and risk behavioral and than should form pre-diabetes peer group can be arise society introspection to pre-diabetes condition as prevent as increases DM type 2."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34437
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muksonah
"Remaja (usia 10-19 tahun) yang pemah/aktif melakukan hubungan seksual pranikah dapat berisiko tenular HIV dan AIDS atau penyakit menular seksual lainnya. Bagi Remaja puteri selain penyakit menular seksual, dapat terjadi kehamilan tidak diingikan. Remga dapat berkemungldnan melakukan upaya aborsi ilegal. Akibat buruk aborsi teljadi perdarahan, kerusakan alat reproduksi remaja dan infeksi yang dapat rnemnyebabkan kematian atau infeksi menahun dan iruertililas.
Tujuan pcnelitian ini adalah dikdzhuinya faktor-faktor yang bcrhubungan dengan perilaku seksual siswa SMA Negeri di kota Prabumulih tahun 2008. Manfaat penelitian merupakan bahan infomnasi tcntang perilaku seksual remaja bagi dinas pendidikan, dinas kesehatan dan instansi tcrkait Iainnya unruk bekerjasama dalam Pelayanan Kcschatan Peduli Remaja (PKPR).
Menggunakan variabel independen yaitu: faktor intemal (jenis kclamin, pengetalmuan, sikap, kepatuhan beragama) dan faktor ekstemal (peran orang tua, peran guru, peran tenaga kesehatan, keterpaparan dengan teman sebaya, dan ketepaparan dengan media massa) dengan variabel dependen yaitur perilaku scksual remaja. Penelitian ini dilakukan di SMA Ncgcri yang berada di kota Prabumulih, dilaksanakan pada buian April-Mei 2008, sampcl siswa/siswi kcias XI. Besaran sampel mengunakan estimasi proporsi, metode pengambilan sampcl dengan cara multi stage sampling, desain penelitian deskriptif dengan rancangan Cross Sectional (potong lintang).
Hasil penelitian dari 326 siswa kelas XI di SMA Negeri Kota Prabumulih tahun 2008 dapat disimpulkan gambaran perilaku seksual berisiko berai 14,l%. Remaja yang pemah melakukan hubungan seksual ada 2,5 %, semuanya dari remaja laki-laki. Faktor yang berhubzmgan dengan perilaku seksual yaitu jenis kelamin, sikap remaja, kepatuhan bemgama, keterpaparan dengan teman sebaya terhadap pexilaku scksual. Sehingga penelitian ini menyatakan bahwa 1) Remaja laki-laki mempunyai peluang 6 kali belperilaku seksual berisiko berat dibanding perempuan. 2) Remaja yang bersikap negatif berpeluang 3 kali memplmyai perilaku seksual beresiko berat dibanding remaja yang bcrsikap positif. 3) Remaja yang tidak taat agama rnempunyai peluang 3 kali berpcrilaku seksual berisiko berat dibanding ciengan remaja yang taat agama. 4) Remaja yang terpapar dengan teman sebaya berpeluang 6 kali berperilaku seksual berisiko berat dibanding yang tidak terpapar dengan teman sebaya, keterpapaxan dengan tcman sebaya merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku scksual SMA Negeri Kota Prabumulih tahun 2008, serelah dikontrcl jenis kelamin dan kcpatuhan beragama. Dalam penelitian ini faktor yang tidak signifikan berhubungan dengan perilaku seksual yaitu pengetahuan tentang keschatan reproduksi, peran orang tua, peran guru, peran tenaga kesehatan, dan keterpaparan dengan media massa.
Dari hasil Penelitian ini, disarankan untuk melaksankan Pelatihan Peer Education dan Peer Educator di lingklmgan sekolah melalui Pclayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang bekerjasama dengan lintas scktoral dan lintas program. Topik-topik daiam pelatihan misalnya kesehatan rcmaja, pomograti, NAFZA, HIV dan AIDS akan penyakit menular seksual lainnya

Adolescent (10-19 years old) who have ever or active committed sexual intercourse intercourse before married have high risk of HIV and AIDS infected and other contagious diseases. For young girls, in addition to have sexual contagious diseases, unwanted pregnancy could also lead to illegal abortion. The had conflicts of abortion are bleeding, damage of reproductive organs, and infection that could lead to death or chronic infection and infertility.
The objective of this research is to know the related factors with sexual behavior of senior high school students at Kota Prabumuli in 2008. The benefits or the results of this research can become an important information about adolescent sexual behavior for educational institution, health institution, and other related institutions to cooperate in Health Service for Younger Care (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja or PKPR).
This research uses independent variables: internal factors (sex, knowledge, attitude, faithful to religion) and external factors ( parent?s roles, teachers? roles, medical roles, association with the same age and with mass media) and dependent variables: adolescent Sexual behavior. This research is done in SMA Negeri at Kota Prabumuli, in April - May 2008, and the samples are the students of XI grade. The size of samples uses proportional estimates, and the wmpling method is multi-stage sampling, research design is descriptive with cross sectional design.
The research results of 326 students of XI grade in SMA Negeri at Kota Prabumuli, in zoos can be concluded mat the high risk of sexual behavior is l4.1%, adolescent who have ever committed sexual intercourse is 25%, all of them are males. Related factors with sexual behavior are sex, attitude, faithful to religion, association with the same age. That?s why, this research concludes that 1) young males have six times probabilities of having high risk of sexual behavior compared with young females. 2) Adolescent with negative attitude have three times probabilities of having high risk of sexual behavior compared with those who have positive attitude. 3) Adolescent who are not faithful to religion have three times probabilities of having high risk of sexual behavior compared with those faithful to religion. 4) Adolescent who associate with the same age have six times probabilities of having high risk of sexual behavior compared with those who don?t associate with the same age. Association factor with the same age are the dominant factor in relation to sexual behavior toward the students of SMA Negeri at Kota Prabumulih in 2008, controlled by sex and faithful. to religion. Knowledge about reproductive health, parent?s roles, teachers? roles, medical roles, and association with mass media toward behavior are not significant factors.
Based on this research results, it is recommended to exected training peer education and peer educator from the same age group at schools through Health Service for Younger Care (PKPR). It is Working along passed by cross sectorally and by cross sectional program. Topics in training for example adolescent health, pornographic, NAPZA, HIV and AIDS, and other sexual diseases.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T29199
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>