Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181633 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Citra Damayanti
"Penelitian telah dilaksanakan di SLTP Islam Terpadu Nurul Fikri dari Februari 2008 sampai dengan Maret 2008. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pola asuh Orang tua (X) terhadap Keberagamaan (Y1) dan Kecerdasan Emosional (Y2) Siswa dan siswi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perbaikan pola asuh orang tua terhadap anak-anaknya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sebagai partisipan penelitian dalam tesis ini adalah Siswa dan Siswi SLTP Islam Terpadu Nurul Fikri, Depok yang telah direkomendasikan dan menyatakan kesetujuannya menjadi partisipan penelitian, yang berjumlah 69 siswa siswi. Proses penelitian secara praktis yang dipakai untuk penyebaran dan pengambilan kuesioner diselenggarakan oleh peneliti kepada siswa/i bersangkutan dilakukan selama dua bulan. Pola Asuh Orang tua (X) memberikan pengaruh terhadap Keberagamaan (Y1) dan Kecerdasan Emosional (Y2) para siswa/i. Melalui uji regresi, uji t, uji F dan Koefisien Determinasi (R Square) sebagai alat penguji hipotesis, hipotesis penelitian terjawab secara akurat. Dari keempat hasil analisis uji statistika tersebut diperoleh kesimpulan bahwa hanya pengasuhan orang tua dengan tipe demokrasi yang memiliki pengaruh signifikan terhadap keberagamaan dan kecerdasaan emosional anak. Adapun tipe pengasuhan orang tua otoriter memiliki pengaruh yang positif terhadap keberagamaan dan pengaruh yang negatif terhadap kecerdasan emosional. Pola asuh permisif memiliki pengaruh negatif terhadap kedua variabel tersebut. Adapun dari uji F, secara keseluruhan pola asuh orang tua memiliki pengaruh signifikan terhadap keberagamaan dan kecerdasan emosional anak. Koefisien determinasi membuktikan peranan orang tua terhadap perkembangan keberagamaan dan kecerdasan emosional pada anak-anaknya. Namun, peneliti harus mengakui bahwa masih terdapat keterbatasan hasil penelitian, yaitu hasil penelitian ini masih belum dapat digeneralisasikan. Hal itu dikarenakan sampel penelitian yang masih sedikit, yakni 69 orang siswa/i dan terbatas hanya siswa/i di SLTP Islam Terpadu Nurul Fikri Depok saja, sehingga belum mewakili populasi pengaruh pola asuh orang tua kepada para siswa/i secara lebih luas. Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut yang melibatkan responden yang lebih banyak sehingga dapat mendukung hasil penelitian ini."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T25003
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Rahmi
"WHO menyatakan rendahnya konsumsi buah dan sayur merupakan salah satu dari 10 faktor utama yang menyebabkan tingginya angka kematian. Rata-rata remaja di negara barat tidak memenuhi rekomendasi WHO untuk mengonsumsi buah dan sayur minimal 400 gram per hari. Di Indonesia, rekomendasi konsumsi buah dan sayur adalah 5 porsi buah dan sayur berdasarkan WHO. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran distribusi konsumsi buah dan sayur siswa SMAIT Nurul Fikri Depok tahun 2017 serta faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur siswa SMAIT Nurul Fikri Depok tahun 2017. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel 156 orang, dilakukan pada bulan Juni 2017 di SMAIT Nurul Fikri Depok. Sumber data penelitian ini adalah data pimer yang dikumpulkan dengan metode pengisian kuesioner dan formulir Food Frequency Questionnaire pada siswa SMAIT Nurul Fikri Depok tahun 2017 dengan alat bantu kuesioner dan formulir Food Frequency Questionnaire.
Analisis data menggunakan uji statistik chi-square dan regresi logistik ganda model faktor dominan. Konsumsi buah dan sayur baik terdapat sebanyak 5.1 siswa. Terdapat 5 variabel yang diduga menjadi faktor dominan konsumsi buah dan sayur di SMAIT Nurul Fikri Depok tahun 2017. Setelah dilakukan analisis, variabel yang dominan berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur adalah keterpaparan media dengan p= 0,012 dan OR=0,048 artinya siswa yang tidak memiliki keterpaparan media yang baik mengenai buah dan sayur berpeluang untuk tidak mengonsumsi buah dan sayur 0,048 kali dibanding yang terpapar media setelah dikontrol oleh ketersediaan di rumah, ketersediaan di sekolah, pengetahuan dan preferensi terhadap buah dan sayur.

WHO report that low consumption of fruit and vegetable causal high fatality rate. Adolescent average in west not comply with a request of WHO for cunsumption fruit and vegetable with a minimum consumption 400 gram day. In Indonesia, recommendation for consumption fruit and vegetables is 5 portion fruit and vegetable per day.. This study purpose for knows distribution consumption of fruit and vegetable student senior high school Islam Terpadu Nurul Fikri Depok 2017 with factor factor related to consumption fruit and vegetable at student senior high school Islam Terpadu Nurul Fikri Depok 2017. This study use desain cross sectional with total sample 156 responden. It going on June 2017 at Senior High Scholl Islam Terpadu Nurul Fikri Depok. Source of data is primer data with filled the questionnaire and form Food Frequency Questionnaire by student senior high school Islam Terpadu Nurul Fikri Depok.
Analisys data use test statistic chi square and regression binary logistic by factor dominant models. Goog consumption fruit and vegetable 5,1 student in senior high school islam terpadu nurul fikri Depok. There are 5 variabels expected as factor dominant consumption fruit and vegetable in senior high school islam terpadu nurul fikri Depok 2017. After do analisys, dominant variabel related with consumption fruit and vegetable is connected mass media p value 0,012 and odd ratio 0,048 its mean students connected mass media consumption fruit and vegetable have opportunity as big as 0,048 times to consumption fruit and vegetable just than student dont connected mass media.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T48810
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qonitah
"Disertasi ini mendiskusikan tentang budaya bersekolah dalam perspektif resistensi kultural. Kurikulum sebagai desain akan jalan yang dilalui setiap penuntut ilmu dalam prosesnya mengalami berbagai perubahan pun mengalami perubahan. Kehadiran Sekolah Islam Terpadu (SIT) yang digagas kelompok Tarbiyah sejak awal 1990 membawa nuansa kurikulum tersendiri bagi Pendidikan di Indonesia khususnya di wilayah perkotaan. Kurikulum dalam sistem Pendidikan Nasional dianggap tidak mencukupi bagi terbentuknya generasi Muslim yang akan datang. SIT dalam pelaksanaannya menginfusi kurikulum ketarbiyahan dalam kurikulum terselubung yang akhirnya mempengaruhi kehidupan murid, guru, dan orang tua murid. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Islam Terpadu Nurul Fikri Depok. Data dari penelitian ini dikumpulkan dengan observasi partisipasi, wawancara mendalam, dan kajian pustaka. Penelitian ini menunjukkan bahwa kurikulum pendidikan pada SIT NF Depok adalah bentuk resistensi kultural aktif dari Muslim perkotaan. Kurikulum sekolah tidak hanya ditempatkan sebagai sarana belajar, tetapi menjadi nilai-nilai yang ingin diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

This dissertation is aimed to discuss schooling culture in the light of cultural resistance perspective. Curriculum as a design of path that every student through in the process experiencing changes thru times and places for the relations that includes School, parents, and state. The emergence of Integrated Islamic School (IIS) since early 1990s brought a specific curriculum ambience as an alternative for Indonesian Muslims to select for their children, especially those who live in urban area. Tarbiyah community that started in campuses at 1980s and initiated IIS recognized that the curriculum of national education was insufficient for developing the next Muslim generation. They managed to instill the tarbiyah curriculum through ways that are hidden, implisit and demonstrate how their hidden curriculum effecting students’, teachers’, and parents’ lives. This research conducted in Nurul FIkri Integrated Islamic School Depok. The data for this research was collected by participant observation, indepth interview, and literature studies. This study reveals that IIS curriculum is form of active cultural resistance for the urban Muslim that embodied Islamic values that desired to be integrated in Urban Muslim everyday life."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suripto
"Penelitian ini bermula dari pemikiran bahwa prestasi belajar anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Inteligensi merupakan internal kognitif dan kemandirian belajar merupakan internal non kognitif (kepribadian) yang berpengaruh terhadap prestasi belajar. Faktor eksternal yang berpengaruh ,terhadap prestasi belajar antara lain lingkungan keluarga terutama status sosial ekonomi orang tua dan pola asuh yang diterapkan orang tua terhadap anak-anaknya.
Penelitian ini mengkaji keterkaitan antara inteligensi anak, status sosial ekonomi orang tua, pola asuh dan kemandirian belajar anak dengan prestasi belajar anak dalam mata pelajaran PMP, Bahasa Indonesia, UPS, Matematika dan IPA.
Sampel penelitian diambil 12 SD secara random dari semua siswa kelas VI yang jumlahnya 417 anak. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan tes inteligensi dari Raven, angket status sosial ekonomi orang tua, angket pola asuh menurut anak dan menurut orang tua, angket kemandirian belajar anak dan hasil tes Ebtanas yang meliputi mata pelajaran PMP, Bahasa Indonesia, IPS, Matematika dan IPA.
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisis korelasi berganda. Dari penelitian ini ditemukan bahwa; secara bersama-sama prestasi belajar PMP, Bahasa Indonesia, IPS, Matematika dan IPA dipengaruhi secara positif oleh tingkat inteligensi anak, status sosial ekonomi orang tua, pola asuh, dan kemandirian belajar anak. Keempat variabel tersebut memberi kontribusi terhadap prestasi belajar PMP 21.821%, Bahasa Indonesia 19.017%, IPS 27.899 %, Matematika 18.380 %, IPA 24.418 %.
Secara sendiri-sendiri; (1) prestasi belajar PMP dipengaruhi secara positif oleh tingkat inteligensi anak, dan status sosial ekonomi orang tua, tetapi tidak dipengaruhi secara positif oleh pola asuh dan kemandirian belajar anak, dengan p masing-masing .0001, .0007, 2689, dan 1026. (2) Prestasi belajar Bahasa Indonesia dipengaruhi secara positif oleh tingkat iteligensi anak, status sosial ekonomi orang tua, dan kemandirian belajar anak, tetapi tidak dipengaruhi secara positif oleh pola asuh yang dilakukan orang tua, dengan p masing-masing .0001, .0043, .0088, dan .7948. (3) Prestasi belajar IPS dipengaruhi secara positif oleh tingkat inteligensi anak, dan status sosial ekonomi orang tua, tetapi tidak dipengaruhi secara positif oleh pola asuh dan kemandirian belajar anak, dengan p masing-masing .0001, .0027, 4161, dan 7854. (4) Prestasi belajar Matematika dipengaruhi secara positif oleh tingkat inteligensi anak, dan kemandirian belajar anak, tetapi tidak dipengaruhi secara positif oleh status sosial ekonomi orang tua dan pola asuh, dengan p masing-masing .0001, .0077, .0829, dan .1035. (5) Prestasi belajar IPA dipengaruhi secara positif oleh tingkat inteligensi anak, dan status sosial ekonomi orang tua, tetapi tidak dipengaruhi secara positif oleh pola asuh dan kemandirian belajar anak, dengan p masing-masing 0001, .0003, .3152, dan .1298."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Azis
"Untuk meningkatkan motivasi belajar anak didiknya, SMP XYZ di Solo bermaksud untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar anak didiknya, antara lain pengaruh pola asuh orangtua, pengaruh kepuasan siswa pada guru dan pengaruh beberapa faktor lainnya terhadap motivasi belajar. Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar anak-didiknya, SMP XYZ akan dapat mengambil kebijakan untuk meningkatkan motivasi belajar anak didiknya.
Dengan metode TwoStep Cluster Komponen-komponen pola asuh orang tua membentuk 3 tipe pola asuh orang tua siswa SMP XYZ Solo yaitu neglect, otoriter dan demokratis. Dan dengan pohon klasifikasi yang diperoleh dari metode CHAID dapat diketahui faktor yang paling mempengaruhi motivasi belajar siswa SMP XYZ Solo diantara tipe pola asuh, kepuasan pada guru dan beberapa fakror lainnya.
Ternyata kepuasan pada guru memegang peranan penting dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Selain itu orang tua perlu meningkatkan responsiveness (menanggapi kebutuhan emosi anak) dan autonomy granting (tanggung jawab yang diberikan oleh orang tua terhadap kebebasan anak mengambil keputusan sendiri) kepada anak-anaknya sehingga diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S27650
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniasih Mufidayati
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab inti permasalahan, sejauh manakah hubungan yang terjalin antara iklim organisasi dan motivasi dengan kepuasan kerja tenaga kependidikan pada SDIT Nurul Fikri, ini berarti ada 3 variabel yang akan diteliti, yaitu iklim organisasi (X1), motivasi (X2) dan kepuasankerja (Y).
Penulis melakukan penelitian ini, karena melihat pertumbuhan jumlah SD yang sangat cepat dan pesat sejak digalakkan program WAJARDIKDAS 9 tahun, namun pertumbuhan ini kurang diimbangi dengan peningkatan kualitas. Oleh karena itu, penatalaksanaan sistem dan pengembangan sekolah perlu dibarengi dengan pelembagaan dan pembudayaan sikap dan perilaku semua anggota organisasi sekolah. Agar misi dan tujuan sekolah dapat tercapai semaksimal mungkin, tenaga kependidikan, adalah pihak yang berperan besar dalam hal tersebut. Maka kepuasan kerja mereka harus diperhatikan. Jika kepuasan kerja mereka tinggi, mereka akan bekerja secara optimal untuk peningkatan kualitas sekolah. Maka organisasi dan motivasi adalah faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kepuasan kerja. Oleh karena itu penelitian terhadap 3 hal tersebut sangat penting dilakukan sebagai bekal dalam upaya peningkatan kualitas SDM dan lembaga sekolah itu sendiri.
Dalam pengumpulan data, digunakan kuesioner yang disebarkan pada 40 sampel dan populasi sejumlah 50 orang tenaga kependidikan pada SDIT Nurul Fikri. Pengambilan sampel menggunakan teknik `Cluster Sampling'.
Penelitian ini bertujuan membuktikan 4 hipotesis mengenai hubungan iklim (XI) dan motivasi (X2) masing-masing dengan kepuasan kerja (Y), iklimn(Xi) dengan motivasi (X2) serta hubungan iklim (Xi) dan motivasi (X2) secara bersamaan dengan kepuasan kerja (Y). Untuk uji hipotesis ini ditetapkan nilai taraf signifikan a < 0,05. Ho yang menyatakan tidak ada hubungan ditolak jika a < 0,05.
Untuk hubungan Xi (iklim) dengan X2 (motivasi) diperoleh nilai r = 0,312 pada a = 0,05 dan r2 = 9,7%. Maka Ho ditolak, tingkat hubungan rendah dan pengaruh iklim pada motivasi sebesar 7,9%. Untuk hubungan Xi dengan Y diperoleh r = 0,581 pada a = 0,00 dan r2 = 33,7%. Matra Ho ditolak, tingkat hubungan sedang dan pengaruh iklim pada kepuasan kerja sebesar 33,7%. Untuk X2 dengan Y diperoleh r = 0,038 pada a = 0,815 dan r2 = 0,1%. Maka Ho diterima dan hubungan tidak signifikan, pengaruh motivasi pada kepuasan kerja hanya 0,1%. Karena itu dilakukan pengolahan dengan korelasi parsial di mana Xi menjadi variabel kontrol. Ternyata terjadi perubahan nilai r = - 0,185 pada a = 0,260. Kemudian untuk hubungan X, dan X2 dengan Y digunakan teknik regresi ganda, hasilnya nilai R = 0,6 pada a = 0,00, dan R2
36%. Maka Ho ditolak, tingkat hubungan kuat dan pengaruh iklim secara bersamaan dengan motivasi terhadap kepuasan kerja 36%.
Terakhir, teknik regresi digunakan untuk mendapat model persamaan yang akan memprediksi pengaruh hubungan antar variabel. Dari hasil pengolahan data, diperoleh model yang berarti dan layak digunakan, yaitu : Y = 13,740 + 0,598 . Xl untuk hubungan X1 dengan Y.
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqika Puspitasari
"Remaja mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, bahkan hingga menyebabkan adanya transisi peran. Proses transisi peran ini dianggap sebagai masa-masa krusial sebab remaja menjadi lebih rentan mengalami tekanan psikologis yang berujung pada munculnya gangguan mental emosional. Oleh karena itu, diperlukan peran aktif orang tua dan teman sebaya untuk membantu remaja mencegah dan menangani kondisi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dan dukungan sosial teman sebaya terhadap gangguan mental emosional pada remaja. Gangguan mental emosional (GME) diukur menggunakan Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ), pola asuh orang tua diukur dengan Parenting Style and Dimensions Questionnaire (PSDQ), dan dukungan sosial teman sebaya diukur dengan Social Provisions Scale (SPS). Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian cross sectional pada 336 remaja di SMK Kemala Bhayangkari Delog dan SMA Negeri 66 Jakarta yang dipilih secara non acak (non-probability sampling) dengan metode stratified sampling. Hasil penelitian diperoleh hampir setengah dari total remaja terindikasi GME dengan skor borderline-abnormal. Selain itu, diketahui juga bahwa sebagian besar orang tua remaja menerapkan pola asuh permisif dan remaja yang memeroleh dukungan sosial teman sebaya kategori tinggi mendominasi dengan persentase >92%. Hasil analisis uji chi square mendapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap GME pada remaja (p = 0,428) dan tidak ada pula hubungan yang signifikan antara dukungan sosial teman sebaya terhadap GME pada remaja (p = 0,597). Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan untuk promosi kesehatan jiwa dalam upaya pencegahan gangguan mental emosional pada remaja.

Adolescents experience rapid growth and development, even leading to role transition. This role transition process is considered a crucial time because adolescents become more vulnerable to psychological stress that leads to the emergence of mental emotional distress Therefore, an active role of parents and peers is needed to help adolescents prevent and handle these conditions. This study aims to determine the relationship between parenting and peer social support on mental emotional distress in adolescents. Mental emotional distress were measured using the Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ), parenting styles were measured with the Parenting Style and Dimensions Questionnaire (PSDQ), and peer social support was measured with the Social Provisions Scale (SPS). The research design used was a cross sectional research design on 336 respondents at SMK Kemala Bhayangkari Delog and SMA Negeri 66 Jakarta who were non-randomly selected (non-probability sampling) with stratified sampling method. The results showed that almost half of the total adolescents indicated experiencing mental emotional disorders with borderline-abnormal scores. In addition, it is also known that most adolescents' parents apply permissive parenting and adolescents who get high category peer social support dominate with a percentage of >92%. The results of the chi square test analysis showed that there was no significant relationship between parenting styles and mental emotional distress in adolescents (p = 0.428) and there was also no significant relationship between peer social support and mental emotional distress in adolescents (p = 0.597). The results of this study can be one of the references for mental health promotion in an effort to prevent mental emotional distress in adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafa Az-Zahra Anindya Ma`Arip
"Kecerdasan emosional menjadi indikator penting yang sangat dibutuhkan oleh remaja, yang sedang memasuki masa storm and stress, agar bisa stabil dalam mengelola emosi dan berperilaku positif. Salah satu faktor yang membentuk kecerdasan emosional anak adalah pola asuh orang tua. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat kecerdasan emosional remaja. Penelitian menggunakan metode cross-sectional dengan sampel 466 remaja SMA di Kota Bogor. Hasil menggambarkan 71,7% remaja memiliki tingkat kecerdasan emosional baik dan 72,1% remaja mendapatkan pola asuh otoritatif. Hasil analisis uji chi square menunjukkan tidak adanya hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kecerdasan emosional remaja (p value 0,282). Namun setiap pola asuh memberikan dampak yang berbeda pada dimensi kecerdasan emosional anak. Penelitian ini merekomendasikan adanya edukasi dan sosialisasi lebih lanjut mengenai penerapan pola asuh yang tepat untuk meningkatkan kecerdasan emosional anak melalui kerja sama antara perawat dan orang tua.

Emotional intelligence is an important indicator that is needed by adolescents, who are entering a period of “storm and stress”, in order to be stable in managing negative emotions and behave positively. Parenting styles become one of factors affect adolescent’s emotional intelligence. This study aims to identify the relationship between parenting style and adolescent emotional intelligence in Bogor City. This study used a cross-sectional method with a total sample of 466 senior high school students. The result showed that 71,7% of adolescents had a good level of emotional intelligence and 72,1% of adolescents received authoritative parenting. The result with the chi square test showed that there is no relationship between parenting styles and the level of adolescent’s emotional intelligence. However, each parenting style still has a different impact on adolescent’s emotional intelligence. This study recommends further education and socialization between nurses and parents regarding the appropriate parenting styles to improve adolescent’s emotional intelligence."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Aswati
"Penelitian ini berawal dari mengapa saat ini banyak terjadi kehamilan yang belum diharapkan di kalangan remaja. Kemudian ditunjang dengan buku para pakar yang mengetengahkan hasil-hasil penelitian yang dilakukan di kalangan remaja bahwa, banyak remaja sudah berani melakukan perbuatan seksual. Hal ini disebabkan antara lain: tersedianya berbagai media cetak dan media elektronik yang dapat menimbulkan rangsangan seksual remaja.
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan sikap terhadap perilaku tersebut antara lain, keadaan remaja yang karena mulai berfungsinya hormon seksual menyebabkan keingintahuan tentang seks meningkat, sedangkan sebagian orangtua bersikap kurang terbuka dan membuat jarak kepada anak dalam masalah seksual. Sarwono (1991) menyatakan behwa perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang timbul akibat dorongan seksual yang muncil.
Lebih lanjut penelitian Fox dan Inayu dalam penelitiannya yang dikutip oleh Sarwono (1991) menyatakan bahwa (a) Makin sering terjadi percakapan seks antara ibu dan anak, tingkah laku seksual anak makin bertanggung jawab, (b) Makin awal komunikasi itu dilakukan fungsi pencegahannya makin nyata, (c) Tetapi jika komunikasi itu dilakukan setelah hubungan terjadi maka komunikasi itu justru mendorong lebih sering dilakukannya hubungan seks. Meskipun demikian pengaruh positif itu tetap ada yaitu hubungan seks yang terjadi tidak sampai menimbulkan kehamilan yang tidak diharapkan.
Lebih lanjut Zelnik dan Kim dalam Sarwono (1991) jugs menyatakan bahwa remaja yang telah mendapat pendidikan seks jarang melakukan hubungan seks, tetapi mereka yang belum pernah mendapat pendidikan seks cenderung lebih banyak mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki.
Zakiah Daradjat (1976) mengemukakan pendidikan agama yang ditarapkan sejak kecil pada anak melalui pembiasaan-pembiasaan akan meresap dalam sanubari anak dan akan dibawa sampai dewasa. Pemahaman agama yang benar ini akan dapat menangkal perubahan-perubahan nilai-nilai seksual dalam masyarakat.
Penelitian ini mengambil 3 faktor yang diduga menjadi penyebab sikap remaja terhadap perilaku seksual yaitu pendidikan seks oleh orangtua, pola asuh orangtua dan pendidikan agama dari orangtua.
Melalui kajian teoritis tentang sikap remaja terhadap perilaku seksual diajukan empat hipotesis untuk diuji kebenarannya. Penelitian ini dilakukan dengan responden sebanyak 295 orang yang diambil secara acak. Hasil pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
Tiga hipotesis ditolak dan satu hipotesis diterima. Hipotesis yang ditolak adalah hipotesis satu, dua., dan empat, sedangkan hipotesis yang diterima adalah hipotesis ketiga.
Dengan demikian terungkaplah hasil penelitian sebagai berikut:
- Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan seks dari orangtua dengan sikap remaja terhadap perilaku seksual.
- Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orangtua dengan sikap remaja terhadap perilaku seksual.
- Terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara pendidikan agama dari orang tua dengan sikap remaja terhadap perilaku seksual.
- Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan seks, pola asuh, pendidikan agama dari orangtua dengan sikap remaja terhadap perilaku seksual.
Untuk penelitian lebih lanjut dalam bidang ini perlu memperhitungkan variabel lain yang diduga barpengaruh antara lain, pengaruh media cetak dan elektronik. Begitu Pula dalam menentukan sampel hendaknya dibedakan tempat tinggal, perbedaan jenis kelamin serta usia. Selain itu pendidikan seks perlu diberikan di sekolah. Bagi orangtua hendaknya menjaga hubungan dengan anak remajanya agar tetap hangat dan mengontrol secara bijaksana."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
T107
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Ariyanti
"Pola asuh orang tua merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap gangguan perilaku emosional remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pola asuh orang tua terhadap gangguan perilaku emosianal pada remaja. Desain penelitian ini menggunakan Metode Kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional pada 380 responden terhadap 3 sekolah di Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Istrumen yang digunakan yaitu kuesioner yang digunakan sudah baku digunakan untuk mengenali masalah perilaku emosional pada remaja yaitu Strenght and Difficulties Questionnaire (SDQ) dan Parenting Styles and Dimensions Questionnaire (PSDQ)-Short Version untuk mengetahui jenis pola asuh orang tua. Hasil penelitian ini yaitu pola asuh permisif paling berpengaruh pada gangguan perilaku emosional kategori abnormal sebanyak 57,6%, diikuti dengan pola asuh otoriter sebanyak 56,6%, dan yang paling sedikit mempengaruhi remaja yaitu pola asuh demokratis sebanyak 18,5%. Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,000. Dapat disimpulkan bahwa secara statistik pola asuh orang tua berhubungan terhadap gangguan perilaku emosional remaja.

Parenting is a very big factor in the emotional behavior disorder of adolescents. This study is to identify the relationship between parental parenting and emotional behavior disorders in adolescents. This research design uses a Quantitative Method with a Cross Sectional approach on 380 respondents to 3 schools in Cilincing District, North Jakarta. The instrument used is a standard questionnaire used to identify emotional behavioral problems in adolescents, namely the Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) and the Parenting Styles and Dimensions Questionnaire (PSDQ)-Short Version to determine the type of parenting pattern. The results of this research are permissive parenting has the most influence on emotional behavioral disorders in the abnormal category as much as 57.6%, followed by authoritarian parenting as much as 56.6%, and the least influence on adolescents is democratic parenting as much as 18.5%. The results of the chi-square statistical test obtained a p value of 0.000. It can be concluded that statistically parenting patterns are related to emotional behavioral disorders in adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>