Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136502 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gobel, Fatmah Afrianty
"Menurut estimasi para ahli WHO, 12 juta penduduk dunia meninggal setiap tahunnya, sekitar 50% meninggal akjbat penyakit jantung dan pembuluh darah. Faktor-faktor prognosis pasien PJK banyak yang dapat diubah dan dikendalikan, sehingga memungkinkan untuk mencegah kematian akibat penyakit jantung koroner.
Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor prognosis yang berhubungan dengan terjadinya kematian pasien penyakit jantung koroner di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita tahun 2004, menggunakan data sekunder (data rekam medik pasien). Variabel-variabel yang diteliti yaitu variabel independen (jaminan pembayaran, asal daerah/ kawasan, penyakit penyerta hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia dan riwayat PJK sebelumnya) dan variabel kovariat (umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan).
Penelitian epidemiologi observasional analitik kasus kontrol, jumlah kasus 130 dan kontrol 260 (1 : 2). Kasus adalah pasien PJK yang meninggal dibuktikan dengan ringkasan pasien meninggal, kontrol adalah pasien yang keluar hidup. Data di analisis menggunakan komputer secara univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil penelitian didapatkan bahwa jaminan pembayaran dan asal daerah/ kawasan berhubungan dengan terjadinya kematian pasien penyakit jantung koroner. Pasien dengan jaminan pembayaran pribadi Iebih berisiko untuk meninggal dibandingkan pasien dengan jaminan pembayaran Askes. Pasien yang berasal dari Jawa lebih berisiko untuk meninggal dibandingkan pasien yang berasal dari Iuar Jawa. Variabel kovariat yang berpengaruh terhadap hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen adalah umur. Pasien yang berumur > 65 tahun lebih berisiko untuk meninggal dibandingkan pasien yang berumur kurang lebih 65 tahun.
Masyarakat disarankan menjadi peserta asuransi kesehatan atau jaminan pemeliharaan kesehatan lain. Penderita PJK yang berasal dari Jawa maupun Iuar Jawa disarankan senantiasa berkonsultasi dengan dokter ahli jantung untuk mengetahui perkembangan penyakitnya sedini mungkin. Pengambil kebijakan perlu melakukan surveilans terpadu penyakit jantung sehingga dapat ditindaklanjuti dengan penangggulangan, penurunan morbiditas dan mortalitas penyakit jantung di masyarakat. Peneliti selanjutnya perlu melakukan penelitian yang melihat kematian pasien PJK dengan memperhatikan tingkat keparahan penyakit sehingga hubungan antara faktor prognosis dengan outcome lebih jelas untuk setiap tingkat keparahan penyakit."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21161
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia Gunardi
"Penyakit Jantung Bawaaan (PJB) Tetralogy of Fallot (TOF) merupakan PJB sianotik (biru) terbanyak. Tatalaksana definitif operasi sedini mungkin. Hampir semua pembiayaan menggunakan BPJS Kesehatan berdasarkan tarif INA-CBG. Adanya selisih negatif tarif INA-CBG tahun 2016 dengan tagihan perawatan operasi TOF menyebabkan banyak rumah sakit tidak mengoperasi dan merujuk ke RSJPD Harapan Kita. Dengan adanya tarif INA-CBG terbaru tahun 2023 yang mengalami kenaikan, diperlukan penelitian apakah terdapat selisih negatif. Perlu dianalisa faktor yang berhubungan dengan tagihan perawatan serta kepatuhan Clinical Pathway (CP) TOF. Penelitian observasional deskriptif cross sectional mengambil sampel pasien perawatan operasi total koreksi TOF tahun 2022 sejumlah 82 pasien. Hasil penelitian didapatkan sebagian besar usia ≥1 tahun, perempuan, status gizi normal, ada diagnosa sekunder, severitas PPK I (ringan) dan INA-CBG II (sedang), tidak ada komplikasi, kelas III, median lama CPB 103,5 menit dan AoX 55 menit, lama rawat post operasi 6 hari dan total 8 hari. Faktor yang berhubungan dengan tagihan perawatan adalah komplikasi, kelas rawat dan lama rawat CP. Hal yang belum sesuai dengan CP TOF yaitu lama rawat, pemeriksaan laboratorium, radiologi, pemakaian obat, alkes dan BMHP. Masih terdapat selisih negatif antara total tagihan perawatan pasien operasi total koreksi TOF tahun 2022 dengan total tarif INA-CBG terbaru tahun 2023.

Tetralogy of Fallot (TOF) is the most common cyanotic Congenital Heart Disease (CHD). Definitive management is surgery earliest as possible. Almost all financing uses BPJS Kesehatan based on INA-CBG rate. Negative difference between the 2016 INA-CBG rates and TOF surgery treatment bill make many hospitals not operating and refering to Harapan Kita Hospital. With increasing in the latest 2023 INA-CBG rates, research for negative difference is needed. Analyzing factors related to care bills and adherence to TOF Clinical Pathway (CP) is studied too. This cross-sectional descriptive observational study took a sample of 82 patients undergoing TOF total  correction in 2022. Results showed that most were aged ≥1 year, female, normal nutritional status, had secondary diagnoses, severity of PPK I (mild) and INA-CBG II (moderate), no complications, class III, median duration of CPB 103.5 minutes and AoX 55 minutes, length of postoperative care 6 days and total of 8 days. Factors related to treatment bills are complications, class of care and CP length of care. Things not in accordance with the TOF CP are length of stay, laboratory, radiology, drug, medical equipment and BMHP use. There is still negative difference between the 2022 TOF total correction treatment patient bills and the latest 2023 INA-CBG rate."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Syarkowi Marzuki
"RSUD Budhi Asih sejak dahulu dikenal dengan rumah sakit gelandangan dan pengemis, sebagai rumah sakit yang merawat penderita terlantar dan tidak mampu secara cuma-cuma. Terhitung 1 April 1998 RSUD Budhi Asih ditetapkan sebagai rumah sakit swadana. Dengan besarnya beban sosial yang harus ditanggung sedangkan anggaran kesehatan yang diperoleh sangat terbatas, memaksa manajemen RSUD Budhi Asih harus melakukan efisiensi secara optimal. Salah satu indikator dalam melakukan efisiensi kegiatan rumah sakit adalah dengan melihat lama hari rawat. Karena pengaruh berbagai faktor, terjadi perpanjangan lama hari rawat pasien tidak mampu yang dirawat di Zal Khusus RSUD Budhi Asih.
Tujuan : Untuk mengetahui faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan perpanjangan lama hari rawat pasien tidak mampu di Zal Khusus RSUD Budhi Asih.
Desain penelitian yang digunakan adalah survey analisa dengan pendekatan cross sectional, terhadap 150 sampel dari 75 pasien Zal Khusus dan 75 pasien Zal Pembanding RSUD Budhi Asih periode April. 1997 - September 1997. Metodologi analisa data yang digunakan dengan analisis univariat, analisis bivariat dan multivariat. Dari ke 13 variabel yang diteliti ternyata setelah dilakukan analisis univariat dan bivariat keluar 7 variabel bebas bermakna sebagai kandidat untuk dianalisa secara muitivariat yaitu : kelas perawatan, jenis penyakit, komplikasi penyakit, hubungan keluarga, hari keluar rumah sakit, asal rujukan dan pengisian resume. Dari hasil analisa multivariat ternyata faktor kelas perawatan ( Zal Khusus ) terbukti berhubungan dengan perpanjangan lama hari rawat. Faktor utama yang berpengaruh terhadap perpanjangan lama hari rawat di Zal Khusus adalah faktor jenis penyakit khronis, disamping adanya komplikasi penyakit, tidak adanya hubungan keluarga dan tidak lengkapnya pengisian resume.
Hipotesis yang dibuat berdasarkan kerangka konsep tidak semua mendukung hasil penelitian ini. Tidak semua faktor penelitian dapat dibuktikan bermakna secara statistik. Dari hasil penelitian ini, dapat dibuat langkah-Iangkah untuk mempersingkat lama hari rawat pasien di Zal Khusus RSUD Budhi Asih.
Daftar Bacaan (1973 - 1998).

Factors that Influence the Length of Stay of Special Ward for Homeless Patient in Budhi Asih Hospital Jakarta, 1997Budhi Asih hospital has predicated as a Hospital for homeless patients and the beggars
(Gepeng = Gelandangan dan Pengemis). Since April, 1 st 1998, Budhi Asih hospital has become a Swadana Hospital. Considering the social mission of Budhi Asih Hospital as an independent Hospital in the future, the management in running its services, has to be efficient. The Length of Stay is one of the indicators of hospital efficiency.
This research objective was to analyze factors presumed havesome influence on the length of stay in the ward of the homeless ( special ward ).
The research was a cross sectional which studied 150 cases in which 75 cases were from special ward and 75 cases from a regular yet similar level ( conducted April 1997 - September 1997 ). Data were acquired from the medical record of the hospital information unit. Univariat, bivariat and multivariat analyze were employed.
Seven out of 13 independent variables which showed significant difference by univariat analyse and bivariat analyze, were candidate of the multivariat analysis. Those are : Patient class, acute or chronic disease, complication, family, day of check - out and medical record ( resume ) completely. The multivariat analysis result showed that difference ward was related to the length of stay. The main factors that influence of diseases length of stay in special ward was the chronic disease, complication of diseases, no family and incomplete medical record.
The hypothesis which had been made based on these concept were not all supported in this study. Not all of risk factors could be proved statistically significant. Of this research result can be made steps to decrease the length of stay special ward patient Budhi Asih Hospital. This research has indicated several suggestions to reduce the length of stay in special ward, such as to develop an outreach program for the nursing home to reduce chronic cases to be refered to this hospital
Bibliography: ( 1973 - 1978 )
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atikah M. Zaki
"Salah satu indikator dari mutu pelayanan bagian bedah adalah lama hari rawat pasien bedah tertentu.
Dari hasil pengamatan sebelumnya diketahui, bahwa lama hari rawat untuk pasien bedah Appendicitis di Rumah Sakit Islam Jakarta tahun 1993 cukup tinggi,yaitu 6.6 hari dengan SD 3.4.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang memberikan gambaran mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan lama hari rawat pasien bedah Appendicitis di Rumah Sakit Islam Jakarta.
Metode penelitian adalah cross sectional dengan memakai data sekunder,yang diambil dari sampel dengan No kode ICD 540.9 (Appendicitis Acut) dan No kode 542 ( Appendicitis Kronis ) yang dirawat di kelas I,II dan III, selama Th 1993.
Analisa statistik menggunakan bantuan komputer dengan memakai program Epi Info 5.01 B yang di disain oleh WHO dan C D C (center for disease control).
Dari hasil penelitian ditarik kesimpulan bahwa ada 4 faktor yang berasal dari faktor input (jenis penyakit dan diagnosa dasar ),faktor proses (dokter operator) dan faktor lingkungan (kelas perawatan pasien) yang berhubungan dengan lama hari rawat.
Sedangkan 4 faktor lainnya yaitu faktor umur, jenis kelamin, penjamin biaya rawat dan sifat operasi tidak dapat di buktikan berhubungan.
Jenis penyakit Appendicitis Kronis, yang mendapat tindak bedah, lama hari rawatnya lebih panjang dibandingkan dengan jenis penyakit Appendicitis Acut.
Pasien dengan diagnose dasarnya lebih dari satu, pada tindak bedah Appendik, lama hari rawatnya lebih panjang daripada pasien dengan diagnose dasarnya tunggal hanya Appendicitis saja.
Dokter operator tamu, merawat pasien lebih lama daripada dokter operator tetap (Fulltimer) Rumah Sakit.
Sedangkan lama hari rawat pasien bedah Appendik di ruang perawatan kelas III, lebih panjang dibandingkan dengan pasien yang di rawat di ruang perawatan kelas I dan II.
Diharapkan dari hasil penelitian dan saran saran yang disampaikan, dapat membantu peningkatan kualitas pelayanan pasien rawat inap pada umumnya dan pasien bedah khususnya di Rumah Sakit Islam Jakarta

One of the indicators that show the quality of cares in surgery division is the patient's post surgical length of stay in the hospital.
Previous observations showed that the length of stay of appendectomy cases at Rumah Sakit Islam Jakarta in 1993, averaging 6.6 days, with standard deviation 3.4 days, was relatively high.
This study aims at finding out information providing some ideas on the factors related to the length of stay of appendectomy patients at Rumah Sakit Islam Jakarta.
The study employs cross sectional method using secondary data from samples code numbered ICD 540.9 (Acute appendicitis) and ICD 542 (Chronic appendicitis) who were hospitalized in the first, second and third classes during 1993 period.
The statistical analysis uses Epi Info 5.01 B computer program designed by WHO as well as CDC (Centre for disease control).
The study shows that there are four factors influencing the length of stay of appendectomy patients at Rumah Sakit Islam Jakarta:
a. The input factor
1. Type of disease
2. Basic diagnoses
b. The process factor
3.The surgeons
c. The environment factor:
4. Class of hospitalize
The other four factors, age, sex, cost of care guarantor and type of operation are not proven to have significant correlation.
The length of stay of chronic appendicitis is longer than that of acute appendicitis.
Appendectomy patient originally diagnosed as having complication will have a longer stay at the hospital than a patient diagnosed with appendectomy only.
The part timer or visiting surgeons tend to keep their patients longer at the hospital, than the fulltime doctors.
The length of the hospital stay for patients in lower classroom (third class) is longer than that in the higher class, the first and second classes.
It is expected that the study results and suggestions provided, will be able to improve the quality of service of surgical patients at Rumah Sakit Islam Jakarta.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nailufar
"ABSTRAK
Masalah penelitian. Pesatnya perkembangan dunia perumahsakitan dalam lima tahun terakhir ini khususnya di Jakarta, menyebabkan terciptanya iklim yang makin kompetitif antar rumah sakit. Dengan banyaknya kompetitor maka utilisasi (pemanfaatan) pelayanan kesehatan di RS cenderung semakin menurun dan lebih jauh dampak negatif yang mungkin timbul adalah matinya rumah sakit yang sudah ada akibat kompetisi yang tidak sehat.
RSAB "Harapan Kita" sebagai rumah sakit khusus yang dikembangkan menjadi RS rujukan nasional dibidang perinatologi, tidak lepas dari pengaruh adanya persaingan antar RS untuk merebut pangsa pasar. Salah satu pasar yang dilayani adalah perusahaan pelanggan yang sudah terikat kerja sama dan saat ini hanya sebagian yang aktif memanfaatkan jasa RS khususnya rawat inap. Selama periode Juni 94 s.d. Mei 95 tercatat hanya 28 perusahaan dari 46 perusahaan, yang mengirim karyawan/keluarganya untuk menggunakan jasa rawat inap dengan jumlah pasien yang dikirim antara 1 s.d. 133 orang dan sebagian besar mengirim sebanyak kurang dari 20 orang. Sisanya 18 perusahaan tidak pernah sama sekali memanfaatkan jasa tersebut dan disisi lain penggunaan tempat tidur masih tergolong rendah (49,63 %).
RUANG LINGKUP. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan layanan rawat inap oleh perusahaan pelanggan yang terikat kerja sama. Lingkup penelitian dibatasi pada faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan pemanfaatan jasa layanan tersebut, yang meliputi faktor kebutuhan, jarak, jumlah fasilitas kesehatan lain, persepsi mutu, persepsi tarif, pengambil keputusan, isi perjanjian dan promosi.
METODOLOGI. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-analitik dengan desain "cross sectional" Populasi penelitian adalah perusahaan yang terikat kerja sama dan sampel adalah total populasi. Instrumen pengumpul data yaitu mailing kuesioner dan sebagai responden adalah manajer personalia atau manajer umum atau kepala bagian kesehatan/kesejahteraan.
HASIL. Dari 8 variabel bebas yang diteliti, ternyata hanya 3 variabel yang terbukti menunjukkan hubungan bermakna dengan pemanfaatan layanan rawat inap. Sedangkan 5 variabel lainnya yang secara teoritis dan empiris menunjukkan adanya hubungan dengan pemanfaatan rawat inap, pada penelitian ini tidak dapat dibuktikan berhubungan.
KESIMPULAN. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa faktor kebutuhan, jarak tempat tinggal ke RS dan promosi berhubungan dengan pemanfaatan rawat inap oleh perusahaan pelanggan yang terikat kerja sama. Sedangkan 5 faktor lainnya yaitu jumlah fasilitas kesehatan lain, persepsi mutu, persepsi tarif, pengambil keputusan dan isi perjanjian kerja sama tidak berhubungan dengan pemanfaatan layanan rawat inap.
SARAN. Guna merangkul karyawan perusahaan yang bertempat tinggal jauh dari RS, maka RSAB "Harapan Kita" perlu memikirkan untuk mengembangkan satelit pelayanan kesehatan di luar wilayah Jakarta Barat. Terhadap perusahaan yang mempunyai kebutuhan rendah akan jasa rawat inap, harus tetap dijaga hubungannya agar tidak memutuskan ikatan kerja sama. Disamping itu untuk meningkatkan pemanfaatan jasa rawat inap oleh perusahaan yang terikat kerja sama, Tim Pemasaran RSAB "Harapan Kita" perlu menyususun strategi pemasaran yang tepat, yang meliputi 3 kegiatan pokok yaitu penetapan pasar sasaran, penentuan posisi bersaing serta pengembangan bauran pemasaran.

ABTRACT
Research problem. Rapid development of hospitals especially in Jakarta, during the last five years, prompt to more competitive environment among them. Because of such a tight competition, utilization of hospital services tend to decrease, and moreover causes some of them will be closed down.
Harapan Kita's children and maternity hospital has been developed to become The National Referral Hospital of Perinatology. As a very special one, Harapan Kita's Hospital is also undergoing tight competition to achieve its target market. One of target consumers served by hospital is organization consumers (companies), which have established written agreement. These consumers however are partially active in utilizing hospital services, particularly inpatient services. During one year period (between June 1994 and May 1995), stand at only 28 of 46 companies have sent their employees and/ or their families to utilize inpatient services; with a variety of I to 133 patients and mostly sent less than 20 employees. Whereas, others 18 companies never utilize that product at all and while the hospital's bed occupancy rate is still low (49,63 %).
Scope. The research is aimed to find informations about factors related to utilization of inpatient services of organization consumers (companies) that have carried on written agreement. It is limited on factors that are believed to have a correlation with inpatient services utilization. They consist of 8 factors as follow, need, distance , number of other health pare facility, perception of health care quality, perception of health care price, decision maker, agreement and promotion.
Methodology. The research is classified as a cross sectional study. The population is all organization consumers (companies) which have established agreement, while its sample is total population. Instrument of data collection is mailing questionnaire and as a respondent is either the Personnel Manager, the General Manager or the Head of Medical Department.
Result. It turned out only 3 out of 8 variables showed a significant correlation. Whereas the other 5, which should have showed it theoretically and empirically, failed to be proved.
Summary. This study concluded that 3 factors; need, distance and promotion, indicate correlation with inpatient services utilization of companies which have carried on written agreement. While the other 5 namely; number of ether health care facility, perception of health care quality, perception of health care price, decision maker, agreement and promotion, do not.
Suggestions. To raise potential market, Harapan Kita's children and maternity hospital should consider to set up a clinic network system located outside West Jakarta area. Toward the low level need organization consumers, Harapan Kita's hospital should maintain a good relationship, instead of resignation. To increase . the utilization of inpatient services, hospital management should develop an effective marketing strategy that composed of three main step namely, the selection of target market, the choice of a competitive position and the development of an effective marketing mix.
LIST OF REFERENCES: 30 ( 1978-1995)
"
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arlan Yulfar
"Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan pemerintah yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan seeara menyeluruh, terpadu, merata dan terjangkau. Namun dari sejak kelahirannya tahun 1969 hingga saat ini implementasi kegiatan puskesmas belum menunjukkan hasil yang optimal dan kurang tanggap terhadap dinamika masyarakat khususnya aspek sosial ekonomi yang terjadi di masyarakat, yang tercermin dari belum optimalnya pemanfaatan puskesmas oleh masyarakat. Arus globalisi, kemajuan teknologi kedokteran dan kesehatan, perubahan struktur sosial ekonomi dan budaya masyarakat tentunya berhubungan dengan pemanfaatan puskesmas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pemanfaatan puskesmas Selpanas oleh masyarakat dan mengetahui faktor - faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan puskesmas Sei.panas, serta mengetahui faktor yang dominan berhubungan dengan pemanfaatan puskesmas Sei.Panas kota Batam tahun 2003.
Penelitian dilakukan dengan raneangan "Cross Sectional" dengan pendekatan kuantitatif dan melibatkan sampel sebanyak 240 KK yang berada di wilayah kecamatan Lubuk Baja dan sebagian kecamatan Bata Ampar dalam wilayah kerja Puskesmas SeLPanas kota Batam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keikutsertan askes atau asuransi kesehatan lainnya, merupakan variabel yang dominan dalam kaitannya dengan tidak memanfaatkan puskesmas dengan Odds Ratio 0.016 setelah dikontrol secara bersama sama oleh faktor lainnya seperti sistem birokrasi, persepsi terhadap petugas maupun pelayanan kesehatan serta jarak antara rumah responden dengan puskesmas Sei,.anas kota Satam. Sedangkan faktor pendidikan, umur, biaya pelayanan dan ada tidaknya pelayanan kesehatan lain selain puskesmas Sei.Panas tidak terdapat hubungan yang bermakna dengan pemanfaatan puskesmas Sei.Panas kota Batam. Untuk itu perlu di upayakan peningkatkan kerjasama dengan masyarakat industri yakni pihak manajemen dan karyawan melalui perusahaan asuransi/jamsostek ataupun Badan Penyelenggara JPKM dalam pemberian pelayanan kesehatan.

Health center is a front liner in the government health care that aims to provide the health care as a whole, integrated, equal, and affordable. However, since its existence in 1969 the implementation of health programs have not been showing an optimal result yet and it seemed less responsive toward population dynamic, especially economy-social aspect in the community, which reflects that health care has not been optimally utilized yet.
The globalization stream, advance in medicine and health technology, changing of economy social and culture structure in the community, are related to the health center utilization.
The study aimed to assess the description of health care utilization at Sei Panas Health Center and to asses the factors related to the health care utilization at Sei Pangs Health Center, and to asses the dominant factors related to the health care utilization at Sei Pangs Health Center in the City of Batam year 2003 as well.
The study used cross sectional design with quantitative research approach and used 240 head of families as research sample that lived around the Sub District of Lubuk Baja and Batu Ampar in the working area of the SeL Panas Health Center.
The result of the study showed that taking part in the government health insurance or another health insurance was a dominant variable that related to not utilizing the health center (odds ratio= 0.016) after being controlled altogether with other factors such as bureaucracy system, perception toward both provider and health care, distance between respondent's house and health center. Nevertheless, the factors such as education, knowledge about health center, age, price, and perception of illness did not have significant relationship with the health center utilization. Therefore, it is necessary to maintain the cooperation with the industrial community such as management and employee in providing the health care through the insurance companies/man power social insurance or the implementing agency of public health care insurance in delivering health care.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T13049
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, A. Syukri
"Tingginya lama hari rawat yang ada di UPF Bedah Umum RS DR. Sarjito menjadi masalah karena, jika dibandingkan dengan lama hari rawat di negara maju dan di Indonesia sendiri, lama hari rawat di UPF Bedah Umum RS Dr. Sarjito termasuk tinggi dan menduduki ranking ke dua tertinggi di banding dengan rata-rata lama hari rawat untuk RS type B diseluruh Indonesia, yang hanya 11.73 hari. Rata-rata lama hari rawat untuk penyakit Bedah di RS Dr. Sarjito pada th 1987, 1988, dan 1989 adalah 18.38 hari, 18.45 hari dan 19.42 hari. Tingginya rata-rata lama hari rawat ini akan ikut menurunkan penampilan RS dan hal ini merupakan masalah bagi administrator RS.
Penelitian ini merupakan studi. korelasional yang dilakukan secara cross-sectional dengan meneliti catatan medik penderita-penderita Appendicitis Acuta, Appendicitis Chronica, Hernia Inguinale, dan Hiperplasia Prostat yang dirawat di RS tersebut pada th 1989. Teknik analisa statistik yang digunakan adalah Analisa Varians satu dan empat faktor serta Analisa Klasifikasi Ganda (MCA).
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya dua faktor yang berhubungan dengan lama hari rawat penderita keempat penyakit yang diikutkan dalam penelitian, yaitu faktor umur dan kelas perawatan. Faktor dokter, sekalipun hanya pada dua penyakit yang berhubungan dengan lama hari rawat, namun didapat kesan bahwa hubungan tersebut juga ada pada kedua penyakit lainnya. Untuk ketiga faktor, yaitu hari kedatangan, hari kepulangan dan pembayar biaya perawatan, tampak tidak ada hubungan. Hal ini sebetulnya terjadi karena tidak ada perencanaan yang baik dalam pemulangan penderita.
Berdasarkan beberapa pemikiran, maka dikemukakan 7 (tujuh) saran-saran guna menurunkan lama hari rawat.
Pertama, adalah perhatian yang khusus pada pasien yang berumur 40th atau lebih.
Kedua, kwalitas/ketrampilan dokter.
Ketiga, mengadakan quality control.
Keempat, perencanaan yang baik dalam pemulangan pasien.
Kelima, adanya standar kwalitas pelayanan RS.
Keenam, dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap faktor dokter untuk mengetahui sub-faktor sub-faktor yang berperan dan penelitian terhadap faktor-faktor lain yang berhubungan dengan LHR dari keempat penyakit tersebut.
Ketujuh, melengkapi isian formulir pada catatan medik penderita, terutama formulir-formulir pemeriksaan penunjang yang sering tidak diisi, kapan selesai pemeriksaan penunjang tersebut."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Fauzi
"Fungsi utama rumah sakit sebagaimana yang telah digarisk.an dalam Sistim Kesehatan Nasional, adalah menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan, yang perlu diatur sedemikian rupa sehingga mampu memanfaatkan sumber daya yang tersedia dengan lebih berdaya guna (efisien) dari berhasil guna (ef ek tif). Dalam kaitan dengan efisiensi rumah sakit, lama hari rawat merupakan suatu hal yang perlu mendapat perhatiah, karena merupakan salah satu unsur dari rangkaian parameter yang dipakai dalam menilai efisiensi pengelolaan rumah sakit. Lama hari rawat dari beberapa penyakit UPF Bedah RSUD Tangerangdari Oktober s/d December l ebih lama dari standar perawatan yang ditetapkan oleh Depkes. Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan lama hari rawat, yang terdiri dari 3 faktor utama: medik, administrasi dan pasien. Desain penelitian merupakan studi 'Cross Sectional' dari data sekunder yang didapat dari catatan medik pasien. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa lama hari rawat berhubungan dengan sifat operasi, lama operasi, hari pulang RS dan penanggung biaya perawatan.

The main function of the hospital as what to be provided in, the National Health System, that is, to take care the health remedy that has a quality of curative and rehabilitative, that needs to be managed as well as to have the ability of using the resource that is available by efficient and effective, In relation to the efficiency of the hospital, the length of stay is a matter that needs an attention, because it is an element of the parameter that to be used in examining the efficiency of the hospital administration. The length of stay of it- same decease at the UPE - Bedah RSUD Tangerang from October to December 1993, is longer than standard to be provided by Health Department. This research is aimed to obtain the description of the factors there are in connection with the length of stay, that consist of 3 main factor ? medical, administration and patient. The research design is a "Cross Sectional" study from the secondary data that to be yielded from the patient medical record. From the research outcome, to be concluded that the length of stay that is in connection with the operating characteristic, the length of the operation, the day out from the hospital and who is responsible to pay the care cost. To be suggested that the hospital should make the standard procedure of the operational management and the patient return to increase the quality of care."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nila Budiwarni
"Gudang farmasi kabupaten yang merupakan titik sentral pengelolaan obat di Daerah Tingkat II, melaksanakan sistem pengelolaan obat melalui satu pintu. Dengan pola satu pintu ini maka puskesmas tidak dibebani lagi dengan kewajiban untuk mengadmin istrasikan secara terpisah obat yang berasal dari berbagai sumber, sehingga dapat lebih berkonsentrasi pada peningkatan kwalitas pelayanan.
Pengelolaan obat, di puskesmas mempergunakan format Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO ). Dari LPLPO ini diharapkan akan diperoleh berbagai data dan informasi yang sangat dibutuhkan sehingga: (1) dapat terlaksana tertib administrasi dan pengelolaan obat; (2) tersedianya data yang akurat dan tepat waktu; dan (3) tersedianya data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian oleh unit yang lebih tinggi.
Untuk mencapai tiga sasaran pokok diatas peranan petugas pengisi formulir LPLPO cukup penting . Untuk itu maka studi ini akan melihat apakah ada faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja petugas pengisi formulir LPLPO puskesmas dalam mengisi formulir LPLPO.
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner terstruktur dan data sekunder untuk melihat hasil pencapaian pengisian formulir LPLPO yaitu variabel kinerja : (1) tepat waktu; (2) kelengkapan (3) akurasi perhitungan dan (4) informasi dini penggunaan obat yang tepat menurut kelas terapi selama tahun anggaran 199511996, responden adalah 37 orang petugas pengisi formulir LPLPO puskesmas yang berasal dari 37 puskesmas di kabupaten karawang. Variabel independen yang diteliti meliputi faktor input, faktor proses, faktor lingkungan sistem pengisian formulir LPLPO terhadap faktor kinerja hasil pengisian formulir LPLPO (variabel dependen ).
Hasil penelitian menunjukan tingkat pendidikan, kepuasan dan waktu yang tersedia rnempunyai hubungan yang bermakna (pada p < 0,10) dengan menggunakan analisa statistik bivariat terhadap akurasi, selain itu diketahui pula bahwa tingkat kesulitan pengolahan data dan data morbiditas secara statistik memiliki hubungan bermakna dengan indikator tepat waktu.
Saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut :
  • Meningkatkan pengetahuan, wawasan dan ketrampilan petugas.
  • Memilih petugas yang mempunyai latar belakang obat dan menyenangi pekerjaanmengelola obat.
  • Pembinaan staf secara terus menerus agar dapat melaksanakan tugas dengan balk.
  • Pemberian pengetahuan dan ketrampilan dalam manajemen waktu.

The Factors Relating To The Performance of Filler Officers To Puskesmas (Local Government Clinic) LPLPO Form In Regency of Karawang The District Pharmacy Warehouse (GFK) is the central point of drug management at Second Level Administrative Region (Dati II), which implement the system of drug management through one gate policy. With this system, puskesmas is not burdened again with the task of administrating separately the drugs from various sources, so that they can more concentrate to the improvement of service quality.
Drug management, in puskesmas level currently utilization report and Drug request Sheet (LPLPO). LPLPO is used to tap information and data about drug flow at puskesmas level so that : (1) drug use can be monitored at the puskesmas level; (2) timely and accurate data are available ; (3) data are available for planning of drug at higher level.
To achieve those three objectives, the role of LPLPO staf at puskesmas is important. This study then examine factors related to performance of the staff.
The study collected primary data from the staff using structured questionaire and examine LPLPO report for diagnosing their performances, which are measured by (1) timely reporting; (2) completeness of the report ; (3) report accuracy; (4) early information of the proper drug use. The respondents are 37 LPLPO staff of 37 puskesmas in Karawang District. Independent variabels which are studied are variables within input, process, and environment factors which influence the output performance (LPLPO report ).
The study showed that education level, work satisfaction and available time are significanly related (at p < 0,10 level) to acuracy. Moreover it is known also that the difficulty rate of data processing and statistical data of morbidity are significanly related (at p < 0,10 level ) whit indicator timely.
Based on the result, this study give recommendation as follows:
  • Government through its appropriate channel should plan managerial action in order to increase knowledge, and skills of LPLPO staff.
  • At the puskesmas level, manager should select LPLPO staff who has backgrounds on medicine and drug and who enjoy the jab.
  • At the puskesmas and GFK levels, mamager should continously supervice the LPLPO staff.
  • Management should consider to give training on manage of time.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Komariah AS
"Visi Indonesia sehat 2010 merupakan cita-cita baru untuk menciptakan penduduk dan lingkungan yang sehat. Tetapi dalam pelaksanaannya tentunya tidak terlepas dari adanya berbagai kendala, antara lain kendala yang bersumber dari sumberdaya manusia, pembiayaan maupun dari sistem informasikesehatan sendiri.
Program pembangunan kesehatan di waktu lampau berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, sebagai contoh Indonesia telah berhasil menurunkan angka kematian bayi setiap tahunnya, dengan laju penurunan rata-rata 3,4%. Di bidang fisik pembangunan kesehatan telah berhasil membangun sarana-sarana kesehatan (puskesmas/pustu, rumah sakit). Dibidang pembiayaan telah dikembangkan berbagai model pembiayaan antara lain Dana Sehat, Dana Upaya Kesehatan Masyarakat dan Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat.
Krisis ekonomi yang berkepanjangan mengakibatkan bertambahnya keluarga miskin yang diperkirakan mencapai 60 %, sehingga membuat rendahnya kemampuan daya beli masyarakat dalam hal memenuhi kebutuhan sehari-hari. Keadaan inipun dikhawatirkan akan berdampak negatif pada tingkat kesehatan masyarakat oleh karena kurangnya kemampuan masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan terutama di rumah sakit.
Untuk mencegah dampak tersebut pemerintah telah melaksanakan berbagai langkah dalam rangka membantu keluarga miskin di Indonesia, salah satunya program Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK) yang dilaksanakan pertama kali pada tahun 1999/2000. Dananya disalurkan melalui Kantor Pos ke Puskesmas, Rumah Sakit. Diharapkan dengan adanya program ini akan dapat membantu keluarga miskin dalam hal memenuhi kebutuhan akan kesehatan mereka.
Namun dalam kenyataannya pemanfaatan layanan kesehatan oleh keluarga miskin masih rendah. Beberapa penelitian mengenai pemanfaatan pelayanan kesehatan telah dilakukan menunjukkan adanya penurunan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh Gakin yaitu dari 87,3% pada periode April 1999 menjadi 32,3% pada September 2001.
RSUD Bari Palembang yang berada di Kecamatan Seberang Ulu I juga melaknakan program JPS-BK dengan jumlah gakin 15.842 KK dana yang diperoleh sebanyak Rp 665.942.647,-, tetapi pemanfaatan pelayanan kesehatan di rumah sakit ini masih rendah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan (rawat jalan) oleh Gakin dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan rawat jalan RSUD BARI Palembang oleh pemegang Kartu Sehat JPSBK di Kota Palembang.
Rancangan penelitian ini adalah penelitian survey, dengan tujuan untuk mengetahui hubungan umur, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, pendapatan, jarak, pelayanan kesehatan, fasilitas/tenaga medis, dan prosedur layanan perawatan dengan pemanfaatan rawat jalan RSUD BARI Palembang oleh pemegang Kartu Sehat. Sebagai responden adalah kepala keluarga pemegang kartu sehat JPS-BK di dua kecamatan di kota Palembang berjumlah 200 responden yang dipilih secara acak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pendidikan, pendapatan, pengetahuan, jarak atau kemudahan transportasi, fasilitas atau tenaga medis dan prosedur layanan perawatan kesehatan berhubungan dengan pemanfaatan rawat jalan RSUD Bari Palembang. Sebanyak 23% dari responden pernah memanfaatkan kartu sehatnya. Sedangkan faktar internal yang tidak berpengaruh dengan pemanfaatan rawat jalan di RSUD BARI Palembang adalah umur, pekerjaan dan jumlah anggota keluarga.
Daftar bacaan 30 (1978-2003).

Factors Related to Health Care Utilization of Poor Family in RSUD Bari Palembang at the Sub District of Kertapati and Seberang Ulu, the City of PalembangThe Vision of Health Indonesia 2010 is a new goal to make people and its environmental stay health. However, it meets any obstacles such as human resources, finance, and health information system as well on implementing it.
In the past, health development program accomplished to improve public health status. For example, Indonesia has accomplished to decrease infant mortality rate every year with average decrease rate is 3.4%. Also in health sector physical development, Indonesia has succeeded to build health facilities such as hospitals, health centers, and supporting health centers. In finance sector, Indonesia has developed Healthy Fund, Public Health Effort Fund, and Public Health Care Insurance.
A long-economy crisis affected the increase of poor families that approximately reaches 60%, resulted the ability to pay of people in fulfilling daily need was low. The circumstance might give negative effect to the level of health status due to lack of people's ability on utilizing health care facilities, particularly hospital.
To avoid the above situation, the government has conducted any programs to help poor families in Indonesia. One of them is Social Safety Net-Health Division (SSNHD) program, which initially started in 199912000. The fund of the program is distributed to health centers and hospitals via Post Office. Hopefully it will help poor families to fulfill their health need. In fact, poor families who utilize the health care are still low. Some researches show that there is a decrease on utilizing the health care from 87.3% in April 1997 to 32.3% in September 2001.
RSUD Bari Palembang that located in the Sub district of Seberang Ulu 1" also conducted the SSN-HD program for 15,842 head of families and got the fund as much as Rp 665,942,647. Nevertheless, health care utilization in that hospital was low.
The aim of the study was to assess the level of health care utilization (outpatient care) of poor family and factors related to it.
The study was a survey research that conducted to assess the relationship between age, education, knowledge, occupation, number of family member, revenue, distance, health care, facility/medical staff, procedure of in-patient care, and outpatient care utilization of RSUD Bari Palembang by Healthy Cardholders. The respondent of this study were head of families who were SSN-HD Healthy Cardholders in the City of Palembang. The number of respondents was 200 that selected randomly.
The study resulted that factors of education, revenue, knowledge, distance or access, facility or medical staff, and procedure of in-patient care, related to outpatient care utilization in RSUD Hari Palembang. Only 23% of respondents had ever used their Healthy Card. Beside that, internal factors such as age, occupation, and number of the family member did not related to outpatient care utilization in RSUD Bari Palembang.
References: 30 (1978-2003)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12727
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>