Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173901 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raden Mas Agus Saiddiman
"Saat ini di Indonesia telah terdapat 6 (enam) jenis reksadana yang aktif diperdagangkan, yaitu reksadana saham, pendapatan tetap, campuran, pasar uang terproteksi dan yang terbaru adalah reksadana indeks. Masing-masing reksadana tersebut memiliki tingkat pengembalian yang beragam demikian juga dengan tingkat risikonya.
Pada penelitian ini, digunakan 4 (empat) jenis reksadana yaitu: reksadana saham, pendapatan tetap, campuran dan pasar uang yang aktif diperdagangkan mulai Februari 2002 sampai dengan April 2006. Masing-masing jenis reksadana tersebut memiliki tolak ukur kinerja yang berbeda, untuk reksadana saham tolak ukur kinerja yang digunakan adalah IHSG, reksadana pendapatan tetap memiliki tolak ukur kinerja Bond Indeks, sedangkan reksadana campuran memiliki tolak ukur kinerja berdasarkan rata-rata tertimbang dari IHSG dan Bond Indeks, untuk reksadana pasar uang tolak ukur kinerja yang digunakan adalah tingkat pengembalian dari bunga deposito. Penggunaan fluid of fluids sebagai salah satu metode double diversification perlu diuji untuk mendapatkan perbandingan antara imbal hasil dengan risiko yang optimum sesuai dengan kenyataan di lapangan, sehingga beberapa variabel yang akan dijadikan tolak ukur dalam penelitian ini adalah: nilai rata-rata imbal hasil, standar deviasi, nilai beta dan indeks Sharpe akan dipresentasikan dalam karya akhir ini.
Dari hasil penelitian ini, funds of funds dari keempat jenis reksadana tersebut di atas akan memberikan optimum portofolio dengan komposisi reksadana gabungan sebagai berikut: ABN Amro Dana Sahara (45.15%), Bangun Indonesia (0.97%), Dana Unggul Investasi Terpercaya (10.43%), Gajah Mada (10.26%) dan Trimegah Dana Tetap (33.19%). Komposisi tersebut menghasilkan imbal hasil bulanan sebesar 2.125%, standar deviasi 3.55%, beta 0.4203 dan indeks Sharpe 0.355.
Dari beberapa parameter pengukur kinerja, indeks Sharpe memegang peranan yang penting karena indeks Sharpe telah memperhitungkan risiko keseluruhan (sistematik clan nonsistematik). Fund of funds dari reksadana gabungan ini kemudian dibandingkan kembali dengan reksadana-reksadana yang menjadi obyek penelitian, termasuk dengan pembandingnya (benchmark) seperti IHSG, Bond Indeks dan bungs deposito. Setelah di ranking, ternyata fund of funds dari reksadana gabungan tidak mampu memberikan indeks Sharpe yang tertinggi dibandingkan baik dengan invidual reksadana ataupun dengan pembanding (benchmark) seperti bond indeks.

Currently Indonesia has 6 (six) type of mutual funds that actively traded, they are: equity fund, fix income fund, balance fund, money market fund, protected fund and the most recent one is index fund. Each type of mutual fund has varied expected return and risk associated in it.
Author used 4 (four) type of mutual fund in this research they are equity fund, fix income fund, balance fund and money market fund. Those mutual funds are actively traded since February 2002 to April 2006. Each of mutual fund has their own benchmark to measure its performance, IHSG was used as a proxy for equity fund, Bond Index was used as a proxy for fix income fund, weighted average between IHSG and Bond Index were used as a proxy for balance fund and 1 month certificate deposit was used as a proxy for money market fund. In theory, fund of funds will produce optimum return since its risk will be diversified, that statement needs to be tested in the real life considering market condition and situation. In this research, author will observe variables such as mean return, standard deviation, beta and Sharpe index to enable for the author to answer the question whether composite fund of funds will produce highest Sharpe index or not compare to other individual mutual funds.
This research found that composite fund of funds will produce optimum portfolio with proportion as follows: ABN Amro Dana Saham (45.15%), Bangun Indonesia (0.97%), Dana Unggul Investasi Terpercaya (10.43%), Gajah Mada (10.26%) and Trimegah Dana Tetap (33.19%). Those proportions produce monthly return 2.125%, Standard deviation 3.55%, Beta 0.4203 and Sharpe Index 0.355.
Sharpe index is one of the methods to measure performance of fund of funds since Sharpe index is already take into account ALL risk (systematic risk and non-systematic risk). The composite fund of funds then compared to others mutual funds and its benchmark such as IHSG, Bond Index and Certificate Deposit. After ranked, composite fund of funds can not produce highest Sharpe Index compare individual funds or its benchmark such as: Bond Index."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18550
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stpehanus Setyaadmadia
"Pertumbuhan pasar modal di Indonesia yang relatif baik saat ini memungkinkan para investor untuk kembali menginvestasikan dananya pada instrumen pasar modal dan pasar uang. Untuk itu, reksadana merupakan salah satu altematif investasi yang baik. Pemerintah Indonesia sangat mendukung perkembangan pasar modal ini sebagai sumber pendanaan selain pinjaman bank baik domestik maupun luar negri. Reksadana ini relatif baru bagi kebanyakan masyarakat Indonesia yang lebih akrab dengan tabungan, deposito, dan saham. Masyarakat terutama investor masih pada tahap mengamati apakah reksadana yang tergolong baru ini memang merupakan altematif investasi yang dapat memberikan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibanding instrumen lain yang selama ini telah dikenalnya.
Sejak tahun 1997, tawaran dari para manajer investasi dan broker kepada masyarakat untuk menanamkan dana ke reksadana yang dikelolanya semakin agresif. Mereka bersaing menawarkan jasanya untuk memberikan imbal hasil kepada para investor dengan janji-janjinya. Sampai pada saat ini, dana pengelolaan reksadana di Indonesia cukup besar, apalagi ditunjang dengan tingkat saku bunga deposito yang cenderuing menurun.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja reksadana yang ditawarkan PT Schroder Investment Management Indonesia yaitu Schroder Dana Mantap, Schroder Dana Prestasi Plus, Schroder dana Prestasi, dan Schroder Dana Terpadu. Analisis ini dilakukan dengan bantuan indeks Sharpe, indeks Treynor, dan indeks Jensen. Dengan menggunakan indeks Sharpe, urutan reksadana yang terbaik adalah Schroder dana mantap, kemudian reksadana Schroder dana terpadu, Schroder dana prestasi plus, dan Schroder dana prestasi. Lain halnya dengan perhitungan yang menggunakan indeks Treynor, reksadana yang dinilai paling baik adalah Schroder dana terpadu, kemudian Schroder dana mantap, Schroder dana prestasi, dan terakhir adalah Schroder dana prestasi plus.
Hasil analisis keempat reksadana ini menunjukkan angka positif, yang berarti lebih besar imbal hasilnya dari pembanding reksadana tersebut. Kondisi yang baik ini diharapkan dapat berlangsung terus, tetapi risiko investasi tidak dapat dilupakan begitu saja karena masih banyak risiko yang berkaitan dengan instrumen ini yang masih belum tentu disadari oleh para investor. Dengan melakukan berbagai analisis secara lebih mendalam, diharapkan risiko yang mungkin timbul dapat diminimalkan sekaligus memberikan pengetahuan baru bagi investor."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridzky Utomo
"Fokus dari penelitian ini adalah melakukan pengukuran kinerja Reksa Dana Saham periode 2007-2013 berdasarkan sudut pandang investor, menggunakan Bayesian Model. Variabel yang menjadi acuan sebagai kinerja dari Reksa Dana Saham adalah abnormal return yang bernilai positif. Proses pengolahan data yang dilakukan yaitu menggunakan model regresi, Single Index Model (Bodie, Kane,dan Marcus, 2011), yang kemudian akan diperoleh keluaran berupa nilai intercept sebagai abnormal return dan koefisien variabel β. Reksa Dana yang memberikan nilai abnormal return positif akan dihitung kembali menggunakan Bayesian Model (P. Baaks, Metrick, dan Wachter, 2001). Keluaran dari model regresi tersebut akan dibandingkan dengan keluaran Bayesian Model. Pada model Bayes tersebut akan ditentukan prior beliefs beserta hyperparameter sesuai dengan kriteria dari investor, dan kemudian dengan menggunakan koefisien variabel β dari model regresi akan dihitung nilai posterior dan posterior probability dari Reksa Dana Saham. Hasil yang diperoleh adalah untuk seluruh Reksa Dana yang memiliki abnormal return positif, baik signifikan atau tidak, pada keluaran Bayesian Model memberikan nilai posterior abnormal return yang positif dengan posterior probability yang besar.

The focus of this study is to measure the performance of the Mutual Fund Shares 2007-2013 period based on the viewpoint of investors, using Bayesian models . Variable which is used as the performance of the Equity Fund is positive abnormal return. Data processing is performed using a regression model, the Single Index Model (Bodie, Kane, and Marcus, 2011), which will then be obtained as the output of the intercept value of abnormal return and variable coefficient β. Mutual Funds provide a positive abnormal return value will be recalculated using the Bayesian model (P. Baaks, Metrick, and Wachter, 2001). Output from the regression model will be compared with the output of a Bayesian model. In Bayes models will be determined prior hyperparameter and their beliefs according to the criteria of the investor, and then using the variable β coefficients from the regression model will be calculated posterior and posterior probability value of Mutual Fund Shares. The results obtained are for the entire mutual fund has a positive abnormal returns, whether significant or not, the output value of the posterior Bayesian models provide a positive abnormal return with a large posterior probability."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surya Irawan
"Penelitian ini mencoba melihat bagaimana pasar modal di Indonesia memberikan respon terhadap peristiwa politik terkait Pilkada Gubernur DKI Jakarta. Didalam pasar yang efisien, segala informasi termasuk didalamnya peristiwa politik dapat memberikan pengaruh terhadap reaksi pasar modal di suatu negara. Penelitian ini mencoba untuk melihat apakah Pilkada Gubernur di DKI Jakarta juga dapat mempengaruhi respon dari Pasar Modal Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan event study terhadap saham-saham yang terdaftar di indeks LQ 45, dengan melakukan penghitungan terhadap abnormal return, average abnormal return, standardize abnormal return, wilcoxon signed ranks, dan dummy variable. Diperoleh hasil bahwa pada Pilkada Gubernur DKI Jakarta di tahun 2007 terjadi abnormal return yang signifikan pada hari pemilihan dan setelah pengumuman pemenang pilkada. Pasar modal merespon lambat peristiwa pilkada di tahun 2007. Sedangkan untuk Pilkada Gubernur DKI Jakarta tahun 2012 putaran pertama dan kedua menunjukkan adanya abnormal return sebelum hari pemilihan. Pasar modal merespon sangat cepat pada pilkada di tahun 2012. Tidak ada perbedaan yang signifikan saat sebelum dan setelah pilkada gubernur di tahun 2007 dan 2012.

The political events related Jakarta Governor Election. In an efficient market, all information including the political events heve an effect to the reaction of the capital market in the country. This study tried to see if the governor election in Jakarta may also affect the response of Indonesian Capital Market. This study uses event study approach to stocks listed in LQ 45, by calculating the abnormal returns, average abnormal return, standardize abnormal return, wilcoxon signed ranks, and dummy variables. The results indicate that the Jakarta Governor Election in 2007 have a significant abnormal return on the day of the election and after the announcement of the winner of the election. The capital market is slow to respond to election in the 2007. As for Jakarta Governor Election 2012 first and second round showed abnormal return before election day. Capital market responded very quickly on the elections in 2012. There is no significant difference before and after the governor elections in 2007 and 2012.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jundi Thariqul Audah
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh diversifikasi kredit dalam sektor ekonomi terhadap return dan resiko bank. Peneliti menggunakan data panel yang terdiri dari 24 bank umum konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015. Model yang digunakan dalam melihat diversifikasi yaitu model Hirshmann-Herfindahl Index HHI dan Shanon Entropy SE. Sedangkan, untuk melihat return dan resiko digunakan ROA dan NPL bank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diversifikasi kredit tidak berpengaruh terhadap return dan tidak berpengaruh terhadap resiko. Hal tersebut menunjukkan bahwa diversifikasi bank tidak mempengaruhi return dan resiko.

The purpose of this research to see the effect of credit diversification in the economic sector on the bank return and risk. This research used panel data consist of 24 conventional commercial bank listed on Indonesia Stock Exchange period 2011 2015. The main models used in the diversification view are Hirshmann Herfindahl Index HHI and Shanon Entropy SE . Meanwhile, to see the return and risk used ROA and NPL. The result showed that credit diversification did not affect return and risk. This show that credit diversification does not affect returns and risks."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S68672
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustinus Agung Prajoko
"ABSTRAK
Dalam tesis ini penelitian ditujukan untuk melihat perbandingan antara nilai Value at Risk saham dan indeks individual (sebelum diversifikasi) dan VaR setelah dilakukan diversifikasi. Sampel adalah saham-saham yang masuk dalam Indeks LQ45 dan BISNIS-27 di Bursa Efek Indonesia, serta harga indeks LQ45 dan indeks saham di bursa-bursa negara kawasan Asia. Uji korelasi dilakukan untuk pengelompokan portofolio dengan melihat nilai koefisien korelasi diantara harga saham dan indeks yang bernilai mendekati nol, negatif, positif lemah/kecil, positif setengah kuat, positif kuat, serta koefisien korelasi diantara indeks yang bernilai positif lemah dengan indeks saham domestik (LQ45). Perhitungan risiko atau VaR dilakukan dengan menggunakan metode Variance Covariance. Dari hasil perhitungan yang diperoleh, nilai VaR pada saham dan indeks individual baik untuk holding period 1 hari, 10 hari, maupun 30 hari lebih besar daripada nilai VaR setelah saham dan indeks tersebut dikelompokkan dalam portofolio berdasar nilai koefisien korelasi harga saham dan indeks. Dalam penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa dari enam kelompok portofolio, nilai VaR relatif kecil pada kelompok portofolio dengan korelasi yang positif setengah kuat, kuat dan korelasi negatif.

This thesis addresses the comparative analysis between individual stock and indices Value at Risk figure (pre diversification) and VaR after portfolio diversification. The sample of distribution are stocks in LQ45 and BISNIS-27 Indices of Bursa Efek Indonesia, and LQ45 and indices price of Asian Regional Stock Exchange. Correlation test is conducted to make the diversification grouping sorted by the coefficient correlation within stock price and indices which have almost zero value, negative, small positive value, semi strong value, strong value and small positive correlation coefficient between and LQ45 and indices price of Asian Regional Stock Exchange. VaR is calculated using Variance Covariance method. The research results are the individual VaR of stocks and indices for 1 day, 10 days, and 30 days holding period are greater than VaR after diversification based on price correlation coefficient. From six portfolio diversification groups, the VaR of group that has semi strong, strong positive correlation, and negative correlation are relatively small."
2012
T32277
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmad Kaslani
"Henriksson dan Merton lelah membuktikan bahwa dengan prosedur parametrik, penilaian kinerja portfolio yang dikelola secara aktif dapat dilakukan dengan analisa regresi pada data-data lampau excess return portfolio tersebut. Teknik yang dikembangkan oleh Henriksson dan Merton ini menghasilkan suatu penilaian yang semakin kecil kesalahannya bila jumlah sampel pengamatannya semakin besar.
Dengan menggunakan model yang dikembangkan oleh Henriksson dan Merton, penelitian ini menggunakan sampel reksa dana saham yang sudah efektif sebelurn 1 Januari 1999 dan masih aktif mengelola reksa dananya sampai dengan akhir periode penelitian 31 Desember 2003.
Dari 29 reksa dana saham yang ada selama mass periode penelitian terpilih 12 reksadana saham yang menjadi sampel dalam penelitian ini, dengan pengamatan excess return perbulan untuk periode Januari 1999 sampai dengan Desember 2004 terdapat 60 pengarnatan yang masuk dalam penelitian ini.
Dari hasil model regresi variabel dummy didapatkan bahwa 1 dari 12 reksadana saham tersebut yang bisa dinilai kinerja pemilihan sekuritasnya yakni reksa dana saham Arjuna. Adapun 11 reksadana saham lainnya tidak bisa dinilai kinerja pemilihan sekuritasnya. Hal ini dikarenakan oleh kegagalan dalam uji signifikansi nilai taksiran konstanta dengan uji t pada tingkat kepercayaan 95%. Sedangkan untuk kemampuan market Iimingnya, ditinjau secara statistik berdasarkan uji t dengan tingkat kepercayaan 95% keseluruhan 132 dari semua sampel reksadana saham dalam penelitian ini tidak signifikan secara slatistik, ini berarti keselurahan sampel reksa dana saham dalam penelitian ini tidak bisa dinilai kemampuan market timingnya.
Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan hat ini terjadi. Pertama, ada kemungkinan manajer investasi memang tidak merniliki skill yang baik untuk menjalankan strategi market timing. Kedua, terbatasnya infrastruktur pasar sehingga tidak memungkinkan dilakukannya pengalihan portofolio dalam tempo yang cepat dari saham ke deposito dan atau sebaliknya. Ketiga, belum efisiennya pasar modal di Indonesia. Strategi market timing hanya bisa diterapkan dengan efektif jika dan hanya jika pasar saham efisien. Artinya, harga saham di pasar benar-benar teiah mencerminkan semua informasi tentang emiten.
Dengan model yang dikembangkan oleh Henriksson dan Merton, penilaian kincrja reksadana sudah bisa dilakukan dengan kesalahan yang kecil, meskipun model tersebut tidak bisa menjelaskan perubahan dinamis excess return portfolio yang dikelola secara aktif akibat perubahan parameter-parameter ekonomi makro yang sangat dramatis. Hal ini disebabkan oleh karena dalam model tersebut informasi-informasi yang tersedia untuk umum melalui media massa (public information) tidak diperhitungkan sebagai suatu variabel."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20369
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brenda Jesslyn
"ABSTRAK
Selama ini, banyak yang telah percaya bahwa strategi rebalancing merupakan
salah satu metode manajemen risiko portofolio yang juga dapat memberikan
tambahan tingkat pengembalian (rebalancing bonus) bagi yang melakukannya,
dan, penelitian ini membuktikan jika rebalanced portfolio menghasilkan risiko
yang lebih rendah pada saat masa krisis 2008 dan 2013, serta hasil investasi yang
lebih tinggi daripada unrebalanced portfolio selama periode investasi 10 tahun.
Tetapi ternyata, pengujian secara statistik menyimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara hasil rebalanced portfolio dengan unrebalanced
portfolio, dan strategi rebalancing lebih tepat jika diterapkan pada industri
progresif daripada industri defensif. Simulasi penelitian ini juga sudah melibatkan
biaya transaksi.

ABSTRACT
During this time, many have believed that rebalancing strategy is one of portfolio
risk management methods which can also provide additional returns (rebalancing
bonus), and this research found that rebalanced portfolio resulted in a lower risk
at the time of the 2008 crisis and 2013, as well as higher investment returns than
non-rebalanced portfolio during the investment period of 10 years. But it turns
out that statistically testing concluded that there was no significant difference
between the results of the non-rebalanced portfolio versus rebalanced portfolio,
and rebalancing strategies are more appropriate when applied to a progressive
industry than defensive industry. This simulation study also involves transaction
costs variable."
2016
S63357
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Kusumo Aji
"Penelitian ini bertujuan untuk menelaah proses pengelolaan portofolio investasi reksadana campuran ABC, menganalisis, mengevaluasi dan memberikan rekomendasi agar kinerja reksadana tersebut menjadi lebih baik. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus dengan metode penelitian mixed-method yang mengkombinasikan metode kualitatif dan kuantitatif. Pengelola reksadana campuran ABC perlu menentukan benchmark yang jelas agar kinerja reksadana tersebut dapat diukur lebih baik. Data historis menunjukan instrumen saham selalu mendominasi bobot alokasi aset portofolio reksadana tersebut. Pengelola reksadana campuran ABC perlu memanfaatkan fleksibilitas produk ini dengan cara membangun portofolio yang diversifikasinya lebih baik, guna meminimalkan unsystematic risk dan memperbaiki risk adjusted performance reksadana tersebut. Hasil backtesting dalam penelitian ini menunjukan pengelolaan instrumen pendapatan tetap yang lebih ekspansif mampu meningkatkan kinerja reksadana campuran ABC secara umum. Strategi Constant Proportion Portfolio Insurance (CPPI) menghasilkan kinerja terbaik jika dibandingkan dengan strategi constant mix dan buy and hold. Alokasi aset jangka panjang dan strategi rebalancing dalam penelitian ini bisa dijadikan sebagai acuan bagi pengelola reksadana campuran ABC, investor institusi dan perorangan guna meningkatkan kinerja portofolio mereka.

The aims of this study are to observe ABC Mixed Mutual Fund (ABC) portfolio management processes and to analyze, evaluate, and propose recommendations to achieve better performance. This research uses a mixed method case study design. ABC’s managers need to provide a clear benchmark in ABC’s fund fact sheet in order to perform a fair assessment. Historical data shows that stocks have always been dominating the asset weight of ABC’s portfolio. ABC’s managers need to take advantage of this fund flexibility by building a well diversified portfolio in order to improve its risk-adjusted performance. The backtesting results in this study show that expansive management in the fixed income instruments improved ABC’s performance broadly. Constant Proportion Portfolio Insurance (CPPI) generated the best return compared to constant mix and buy and hold. Long-term asset allocation and rebalancing strategies in this study can be used as a reference for ABC’s managers, institutional, and individual investors to manage their portfolios."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Christina N.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>