Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 46652 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: 2006
363.2 MEM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Djoko Susilo
Jakarta: Ditlantas Polda Metropolitan, 2006
363.23 DJO m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Veri Triyanto
"ABSTRAK
Dalam organisasi Polri pelayanan kepada masyarakat merupakan tujuan yang
tidak dapat dihindarkan, karena dengan pelayanan kita akan dapat memahami
kebutuhan dan harapan dari masyarakat. Gambaran masyarakat tentang kinerja
pelayanan Polri selama ini dinilai kurang begitu baik Sedangkan kondisi riil polisi saat
ini belumlah banyak berubah, termasuk kurang profesionalnya para anggota Polri
dalam memberikan pelayanan. Untuk itu Polri harus mampu mendesain dan mengelola
fungsi pelayanannya dengan lebih. baik. Dalam usaha meningkatkan kualitas
pelayananya, Polri mendirikan suatu unit yang bertugas menangani lansung pengaduan
dan memberikan penanganan secepatnya. Unit ini dinamakan unit Yanmas.
Unjuk kerja anggota Polri dalam memberikan pelayanan, dapat dikatakan baik
bila ia berhasil memberikan kepuasan kepada orang lain. Maka dipastikan motivasi
memiliki pengaruh terhadap kemauan anggota Polri dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Mulins (1989) mengatakan bahwa unjuk kerja seseorang antara
lain ditentukan oleh faktor kemampuan dan motivasi. Hal ini didukung pula oleh
Newstorm & Davis (1993) yang mengatakan bahwa motivasi adalah faktor yang
mendasari semua perilaku manusia yang disadari.
Dalam kaitannya dengan hal diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah ada hubungan yang signifikan antara motif afiliasi dengan sikap anggota Polri
dalam memberikan pelayanan kepolisian. Selain itu juga akan dilihat apakah ada
perbedaan yang signifikan antara anggota Yanmas selaku ujung tombak pelayanan
dengan anggota Polri pada unit lain (Brimob) dalam hal motif afiliasi dan sikapnya
dalam memberikan pelayanan kepolisian. Instrumen yang digunakan dalam
pengambilan data berupa kuesioner yang berbentuk skala yang terdiri dari skala motif
afiliasi dan skala sikap dalam memberikan pelayanan kepolisian. Penelitian ini
dilakukan pada 100 anggota Polri yang terdiri dari 50 anggota Yanmas dan 50 anggota
Brimob yang bertugas diwilayah Jakarta.
Dari hasil perhitungan korelasi antara motif afiliasi dan sikap anggota Polri
(Yanmas dan Brimob) dalam memberikan pelayanan kepolisian, diperoleh korelasi
sebesar 0,495 dengan p < 0,01. Hal ini menunjukkan bahwa antara motif afiliasi dan
sikap anggota Polri dalam memberikan pelayanan kepolisian mempunyai hubungan
yang signifikan, yaitu semakin tinggi motif afiliasi makin positif pula sikap anggota
Polri dalam memberikan pelayanan kepolisian. Dari hasil penelitian ini juga dapat
diketahui bahwa ada perbedaan motif afiliasi antara anggota Yanmas dengan anggota
Brimob. Sedangkan dalam hal sikap dalam memberikan pelayanan kepolisian antara
anggota Yanmas dengan anggota Brimob, diperoleh hasil yang tidak signifikan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan sikap dalam
memberikan pelayanan kepolisian antara anggota Yanmas dengan anggota Brimob."
2003
S3235
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kilat Purwoyudo
"Fungsi Polisi adalah memelihara ketertiban dan keamanan, penegakan hukum, mengayomi, melindungi dan melayani masyarakat. Untuk mewujudkan kondisi diatas Polri memerlukan dukungan dari beberapa komponen yang ada dalam masyarakat. Oleh karena itu Polri bekerja sama dengan unsur-unsur yang ada di dalam masyarakat seperti tokoh-tokoh dan pimpinan informal. Untuk memperoleh dukungan tersebut polisi menjalin hubungan dan kerjasama. Dalam pelaksanaannya polisi kadangkala terjebak dengan hubungan yang dilakukan dengan tokoh informal yang ada. Kekuatan informal yang mempunyai konotasi negatif dimata masyarakat diajak bekerja sama, contohnya adalah Preman.
Dari hubungan ini timbul kecenderungan penyimpangan kewenangan dan menumbuhkan peluang preman untuk tetap melakukan kegiatan. Tesis ini membahas tentang hubungan Polsekta llir Timur l dengan preman serta dampak yang di timbulkan dari pola hubungan yang dilakukan."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T11101
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Novian Pranata
"Citra Polisi di mata masyarakat, khususnya mengenai tingkah laku denda damai, masih sering dinilai baik. Namun penilaian (atribusi) mahasiswa (angota masyarakat) tentulah berbeda dengan penilaian (atribusi) polisi. Dengan adanya asumsi ini maka penelitian ini mencoba memanfaatkan dan mengembangkan salah satu teori psikologi sosial (atribusi) dalam memahami dan menganalisa tingkah laku masyarakat khususnya terhadap tingkah laku denda damai.
Metode penentuan sample pada penelitian ini dilakukan secara 'purposive sampling? sedangkan pengambilan sampel dilakukan dengan cara 'accidental sampling'. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa mewakili anggota masyarakat dan Polantas mewakili anggota Polri. Alat pengumpul data adalah kuesioner.
Dari penelitian ini diperoleh hasil beberapa hasil. Pertama, ada perbedaan antara atribusi mahasiswa dengan atribusi polisi terhadap tingkah laku 'denda damai oknum polisi. Kedua, mahasiswa lebih memberikan atribusi eksternalnya. dibandingkan atribusi internalnya terhadap tingkah laku denda damai oknum polisi yang disebabkan oleh tawaran oknum polisi. Ketiga, anggota polisi lebih memberikan atribusi eksternalnya dibandingkan dengan atribusi internalnya terhadap tingkah laku denda damai oknum polisi yang disebabkan oleh tawaran oknum mahasiswa.
Saran yang diberikan untuk mengatasi atribusi yang saling bertentangan adalah dengan melakukan pelatihan pengatribusian kembali (reattribution training) yang dimulai sejak pendidikan dasar. Untuk mengurangi tingkah laku denda damai perlu diterapkan prinsip teori psikolog belajar sosial dari Bandura dan juga peningkatan kesejahtrraan anggota polisi sangat perlu untuk diperhatikan. Untuk penelitian selanjutnya perlu diupayakan penggunaan sarana audio visual (video) sebagai pengganti kuesioner sehingga subyek dapat lebih menghayati situasi dan kondisi yang terjadi. Selain itu juga perlu diadakan penelitian yang lebih mendalam dengan menggunakan pendekalan teori lain khususnya dalam psikologi sosial."
Depok: Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasha Renata
"Skripsi ini membahas peran Facebook Divisi Humas Polri dalam membangun citra kepolisian di mata mahasiswa. Facebook merupakan salah satu media sosial yang dinilai tepat untuk menjangkau publik, salah satunya adalah kelompok mahasiswa yang kerap aktif menggunakan media sosial. Kepolisian Republik Indonesia melalui Divisi Humas Polri memanfaatkan Facebook ini untuk berkomunikasi dengan publik dan membangun citra kepolisian. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan sifat deskriptif.
Hasil penelitian menemukan bahwa Facebook Divisi Humas Polri cukup memiliki peran untuk membangun citra kepolisian di mata mahasiswa dan pengikutnya. Meskipun begitu, sangat disayangkan komentar yang ada di kolom komentar Facebook Divisi Humas Polri kurang direspon oleh pengelola Facebook, sehingga masih banyak pertanyaan di sana yang belum terjawab. Selain itu, jumlah pengikut Facebook Divisi Humas Polri juga masih sedikit jika dibandingkan dengan pengguna Facebook di Indonesia secara keseluruhan.

This paper discussed the role of Indonesian Police Public Relations Division in building the police image in the eyes of undergraduate student. Facebook is one form of social media which value is appropriate in reaching public, in which group of undergraduate students use Facebook actively. The Indonesia National Police, through the Police Public Relation Division, uses Facebook to communicate with public and building the police image. The research uses Qualitative method with descriptive.
The result of the research found that "Facebook Divisi Humas Polri" has a significant role in building the image of police in the eyes of undergraduate students and other Facebook followers. Nonetheless, it is unfortunate that the comments that are present in "Facebook Divisi Humas Polri" comment column do not have enough respond from the administrator resulting many unanswered questions from the followers. Moreover, the followers of "Facebook Divisi Humas Polri" are still few from the total number of all Facebook users in Indonesia."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S63261
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Indar Koeswoyo
"ABSTRAK
Reformasi daiam tubuli Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI)
bertujuan membentuk suatu lembaga penegak hiikum yang mandiri dan
profesional uiituk dapat melaksanakan tugas dan fiingsi pokoknya sebagaimana
digariskan dalam Undang Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan tersebiit, dukungan
kiialitas siimber daya manusia POLRI mutlak diperliikan. Salali satu sisi yang
menarik untuk dicermati dan akan dijadikan dasar penelitian ini adalali aspek well
educated dan well trained. Hal itu dikarenakan pendidikanlah yang mencetak
sosok polisi seperti yang diliarapkan oleh masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan antara minat
menjadi Bintara Sabhara Polisi dengan prestasi belajar siswa Pendidikan Pertama
Bintara Polisi Sekolah Kepolisian Negara (SPN) Lido dan kontribusi aspek minat
terhadap prestasi belajar. Sampel diambil mengunakan metode insidental
sampling dari 100 siswa Bintara Polisi Sekolah Kepolisian Negara (SPN) Lido.
Untuk melihat hubungan tersebut dilakukan analisa korelasi ( r ) Pearson Product
Momen, sedangkan untuk melihat kontribusi aspek-aspek minat terhadap prestasi
belajar dilakukan perhitungan Multiple Regression. Hipotesis yang diajukan
adalah bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara minat menjadi Bintara
Sabhara Polisi dengan prestasi belajar siswa Pendidikan Pertama Bintara Polisi
Sekolali Kepolisian Negara (SPN) Lido.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubimgan yang signifikan antara
minat menjadi Bintara Sabhara Polisi dengan prestasi belajar siswa Pendidikan
Pertama Sekolah Kepolisian Negara (SPN) Lido. Hal ini disebabkan minat
merupakan faktor perangsang untuk dapat melakukan suatu kegiatan menjadi
baik. Namun tidak selamanya minat berpengaruh langsung terhadap prestasi
belajar. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian, bahwa tidak semua aspek
minat memiliki hubungan yang signifikan terhadap prestasi belajar. Keberhasilan
seseorang juga ditentukan oleh kemampuan yang telah dimilikinya, karena minat
hanyalalr sebagai perangsang agar siswa mau belajar tetapi tidak menjamin
hasilnya baik. Sehingga dapat disimpulkan baliwa minat bisa berhubungan
dengan prestasi belajar apabila didukung dengan adanya kemampuan seseorang
atau faktor-faktor yang menunjang lainnya."
2003
S2907
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winston Tommy Watuliu
"Kepolisian Demokratis Democratic Policing) Reserse Polri dengan
Pendekatan Soft Systems Methodology
Penerapan bernegara di masa otoritarianisme di masa lalu menempatkan Polri untuk tunduk
pada kontrol militer dan mengadopsi cara-cara militeristik dalam menegakkan hukum dan
melayani masyarakat. Akibatnya lahirlah berbagai bentuk penyimpangan mandat tugas seperti
pelanggaran HAM, penggunaan kekerasan secara berlebihan (excessive use of force), dan
penyalahgunaan kekuasaan serta korupsi. Sebagai upaya menjaga keseimbangan dalam kepolisian
demokratis (democratic policing) membutuhkan sumber daya dari kapasitas negara (state
capacity) dan keinginan dari pemerintah untuk melaksanakan kekuasaan negara. Suatu
pemerintahan yang demokratis harus bersedia untuk mengembangkan lembaga-lembaga negara
seperti kepolisian yang memungkinkan secara efektif memerangi kejahatan dan gangguan sosial,
sementara pada saat yang bersamaan membatasi kemampuan polisi untuk melakukan kekuatan
fisik yang dapat melanggar HAM.
Terdapat tiga dimensi kapasitas negara dalam kepolisian demokratis (Fichtelberg, 2013)
yaitu organisasi, profesionalisme dan legalitas. Ketiga dimensi dari kapasitas negara tersebut
belumlah cukup untuk dapat membangun kepolisian demokratis di suatu negara, terdapat
beberapa dimensi lain yang perlu ditelaah untuk memperkuat kapasitas negara dalam kepolisian
demokratis seperti dimensi institusi (Klockars, 1993), politik (Berkley, 1970), budaya (Bayley,
2006, & Dixon, 1999).
Dalam upaya memperkuat kapasitas negara (state capacity) dalam kepolisian demokratis
Reserse Polri, digunakan soft system methodology berbasis riset tindakan di mana alat bantu
intelektual berupa human activity systems dalam bentuk root definition, yang kemudian dibuat
model konseptualnya untuk research interest dan problem solving interest. Sesuai dengan kaidah
dalam soft system methodology berbasis riset tindakan, proses pembandingan dan debating ini
untuk tujuan penelitian teoretik yang melibatkan peneliti, promotor dan ko promotor serta para
penguji lainnya sebagai academic reviewers. Sedangkan untuk problem solving interest
melibatkan para pemangku kepentingan dari transformasi kepolisian konvensional kepada
kepolisian demokratis Reserse Polri dan praktisioner SSM.
Hasil penelitian ditemukan bahwa konstruksi teoritis untuk research interest yaitu perlunya
penguatan melalui pengembangan tiga dimensi kapasitas negara dalam kepolisian demokratis
yaitu organisasi, profesionalisme dan legalitas (Fichtelberg, 2013) yang dapat diperkuat dan
dikembangkan dengan dimensi institusi (Klockars, 1993), politik (Berkley, 1970), budaya
(Bayley, 2006, Dixon, 1999). Pengembangan dari tiga dimensi menjadi enam dimensi dari
kapasitas negara dalam membangun kepolisian demokratis merupakan novelty dari penelitian
yang bersifat research interest. Dimensi institusi, politik dan budaya juga merupakan dimensi
yang penting dan harus ada dalam kapasitas negara dalam membentuk institusi kepolisian
demokratis. Bareskrim Polri memiliki peluang untuk dapat melakukan transformasi kepolisian
melalui kepolisian demokratis (democratic policing) melakukan inovasi tata kelola kepolisian
sebagai pelayan publik, menjunjung tinggi supremasi hukum, etika kepolisian, dan hak asasi
manusia, menjaga akuntabilitas dan transparansi, struktur dan manajerial yang efektif dan efisien
dalam rangka mewujudkan perlindungan dan pelayanan terhadap masyarakat demokratis.

The implementation of the life of state during the past authoritarian era has put the
Indonesian National Police under the military control and that the Indonesian Police had to adopt
militaristic methods in enforcing the law and in serving the people. This has caused many forms
of dereliction of duty such as violation of human rights, excessive use of force, abuse of power
and corruption. The effort to maintain the balance in democratic policing requires resources from
the state capacity and political will of the government to implement the power of the state. A
democratic government must be willing to develop state institutions such as police institution
which will fight against crime and social problems, and at the same time restrict police capability
that may violate against human rights.
There three dimensions of the state capacity in democratic policing (Fichtelberg, 2013), namely
organization, professionalism and legality. These three dimensions of the state capacity, however,
are not yet enough to develop democratic policing in a nation. There are still other dimensions to
be explored in order to strengthen the state capacity in democratic policing, such as institutions
(Klockars, 1993), politics (Berkley, 1970), and culture (Bayley, 2006, & Dixon, 1999).
In the effort of strengthening the state capacity in democratic policing in the Criminal
Investigation Division, the Indonesian Police uses an action research based soft system
methodology whereby intellectual device of human activity systems in the forms of root
definition, which then becomes the conceptual model for research interest and problem solving
interest. In accordance with the principle in the action research based soft system methodology,
the process of comparing and debating is for theoretical research purpose which involves
researchers, promotors and co-promotors as well as other examiners being the academic
reviewers. On the other hand, problem solving interest involves the stakeholders of the
transformation from conventional police to democratic police in the Criminal Investigation
Division, the Indonesian Police and SSM practitioners.
The research results show that the theoretical construction for research interest is the need of
empowerment through the development of three dimensions of state capacity in democratic
policing, namely organization, professionalism and legality (Fichtelberg, 2013), which can be
strengthened and developed with such other dimensions as institutions (Klockars, 1993), politics
(Berkley, 1970), and culture (Bayley, 2006, & Dixon, 1999).The development from three
dimensions to six dimensions of the state capacity in establishing democratic police constitutes
novelty of research having the nature of research interest. Institution, politics and cultures are
three important dimensions and they should exist in the state capacity in establishing democratic
policing. The Criminal Investigation Division of the Indonesian National Police has the chance to
implement police transformation through democratic policing and to make innovation in good
governance of the police as public servant, to uphold the supremacy of law, police ethics, human
rights, to keep accountability and transparency, effective and efficient structure and management
in the framework of providing protection and services to a democratic society.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Tabah
Jakarta: Mitra Hardhasuma, 2002
363.2 ANT m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>