Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adhi Wibowo
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi psikopatologi pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di YPI Kampung Bali, Pokdisus AIDS dan Poli Khusus RS Dharmais. Penelitian ini merupakan studi cross sectional pada seratus ODHA di tiga tempat penelitian pada periode waktu September 2003 - Pebruari 2004 menggunakan kuesioner dan instrumen MINI ICD-10.
Terdapat beberapa jenis psikopatologi pada ODHA berdasarkan instrumen MINI ICD-10, yaitu Gangguan Mood (68%), Gangguan Berkait Zat Psikoaktif (63%), Gangguan Anksietas Menyeluruh (41%), Ketergantungan Alkohol (17%), Gangguan Panik (7%), Gangguan Psikotik Tunggal (6%), Sosial Fobia (2%), Gangguan Psikotik Berulang (2%), dan Gangguan Stres Pasca Trauma (1%).
Dilakukan analisis statistik antara beberapa faktor determinan dengan empat jenis psikopatologi terbanyak.Dilakukan uji Kai kuadrat dan Fisher Exact pada analisis bivariat, serta regresi logistik pada analisis multivariat. Pada uji kemaknaan, terdapat hubungan bermakna antara stadium AIDS (p= 0,035) dan tingkat pengetahuan tentang HIV (p=0,046) dengan Gangguan Anksietas. Didapatkan pula hubungan bermakna antara faktor usia responden (p=0,004), jenis kelamin (p=0,002) dan pendidikan rendah (p=0,087) dengan Gangguan Berkait Zat Psikoaktif. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor-faktor determinan dengan Gangguan Mood. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dan faktor risiko dengan Ketergantungan Alkohol.
Disarankan agar program KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) harus Iebih intensif dilakukan kepada mereka yang berisiko tinggi maupun mereka yang sudah terinfeksi HIV/AIDS. Perlu penanganan yang khusus ditujukan bagi kelompok usia muda serta peningkatan kesadaran umum untuk melakukan skrining (voluntary counseling and testing). Disarankan pula adanya pelatihan mengenai kesehatan jiwa dan gangguan jiwa bagi para konselor yang menangani ODHA.

This research aims at finding out frequency of psychopathology among People Living with HIV/AIDS (PLWHA) at Pelita Ilmu Clinic, Cipto Mangunkusumo Hospital (Working Group on AIDS) and Dharmais National Cancer Hospital. This research is a cross-sectional study conducted to 100 PLWHA in the three sites during September 2003-February 2004, utilizing questioners and MINI ICD-10 instrument.
Based on MINI ICD-10 instrument, there are several kinds of psychopathology among PLWHA that includes Depressive Episode and Dysthymia (68%), Psychoactive Substance Related Disorders (63%), Generalized Anxiety Disorder (41%), Alcohol Related Disorders (17%), Panic Disorder (7%), Single Psychotic Episode (6%), Social Phobia (2%), Recurrent Psychotic Episode (2%), and Post Traumatic Stress Disorder (1%).
Statistical analysis was done on several determinant factors focused on the four most frequently occurred psychopathology. Chi square and Fisher Exact were conducted in bivariate analysis and logistic regression in multivariate analysis. At the significance test, there is a significant relationship between the stage of AIDS (p= 0.035) and the level of knowledge about HIV (p={0.046) with Generalized Anxiety Disorder. There is also significant relationship between factors such as age of respondents (p=0.004), sex (p=0.002) and low level of education (p=0.087) with Psychoactive Substance Related Disorders. No significant relationship either between determinant factors and Depressive Episode and Dysthymia or between sex and risk factors with Alcohol Related Disorders.
Therefore, it is necessary to intensify program on Communication, Information and Education, especially to the high-risk group or those who are already infected by HIV/AIDS. Also it is urgent to give special advocacy to young generation and raise the public's awareness of the importance of Voluntary Counseling and Testing. Likewise, counselors need to join in psychiatric training in a bid to give better service to PLWHA.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T21439
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Wayan Ani Purnamawati
"Infertilitas merupakan masalah yang cukup berat bagi pasangan suami istri karena mempunyai keturunan merupakan harapan yang paling mendasar ketika mereka memutuskan untuk melangsungkan pernikahan. Berbagai respons psikologis akan dialami oleh pasangan suami istri ketika menghadapi masalah infertilitas, seperti rasa kecewa, camas, sedih, perasaan iri melihat pasangan lain mempunyai anak, marah dan depresi. Ketika mereka rnemutuskan mencari pertolongan medis, sering kali mereka akan nengalami kegagalan terapi yang berulang. Hal-hal tersebut mengakibatkan pasangan suami istri dengan masalah infertilitas mempunyai risiko yang tinggi mengalami gangguan depresi dan diduga istri akan mengalami gangguan depresi lebih berat dibandingkan suami.
Tujuan penelitian ini ingin membuktikan bahwa derajat depresi pada istri lebih tinggi bila dibandingkan dengan suami pada pasutri dengan masalah infertilitas, mencari proporsi depresi, serta faktor-faktor risiko yang mungkin berperan terhadap terjadinya gangguan depresi pada pasutri dengan masalah infertilitas. Jumlah subyek penelitian sebanyak 46 pasang suami istri.diambil di Poliklinik Kebidanan Departemen Obstetri Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. Instrumen yang digunakan SCID-I, HRS-D, kuesioner stresor psikososial dari Holmes and Rache.
Hasil analisis data mendapatkan derajat depresi pada istri lebih tinggi secara bemakna dibandingkan dengan suami, jadi hipotesis penelitian ini diterima. Proporsi depresi pada suami 15,2% dan pada istri 43,5%. Diagnosis gangguan depresi yang dialami oleh suami: episode gangguan depresi berat saat uti 8,7%, gangguan depresi minor 6,5% dan pada istri episode gangguan depresi berat saat ini 32,6% gangguan depresi minor 10,9%. Faktor risiko gangguan depresi yang bermakna secara statistik pada suami adalah stresor psikososial, sedangkan pada istri adalah lama menikah (lama infertilitas) dan lama terapi infertilitas. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan kondisi emosi pasutri dengan masalah infertilitas, hendaknya ditatalaksana sejak dini, tanpa menunggu munculnya gangguan mental yang memenuhi kriteria diagnosis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan Halim
"Latar belakang
Dispepsia fungsional merupakan kumpulan gejala GIT dengan berbagai faktor penyebab. Depresi merupakan salah satu faktor yang berperan panting pada penderita dispepsia fungsional. Depresi sering dijumpai pada penderita dispepsia fungsional dalam menghadapi kehidupannya dan sering terabaikan dalam penatalaksanaannya.
Anggota TNI AD merupakan populasi pilihan dan diharapkan mempunyai ketahanan mental dan frsik yang lebih baik. Dalam menghadapi tugas dan kehidupannya, bagaimana peranan depresi pada anggota TNI AD yang menderita dispepsia fungsional
Metodologi
Sampel didapatkan secara konsekutif sebanyak 95 anggota TNI AD yang menderita dispepsia fungsional di RSPAD Gatot Soebroto, periode Oktober 2005 sampai Juli 2006 dan dilakukan wawancara terstruktur dengan instrumen SLID I untuk diagnosis gangguan depresi berdasarkan DSM IV.
Hasil
Prevalensi depresi pada anggota TNI AD yang menderita dispepsia fungsional adalah sebesar 54,7 %. Faktor-faktor seperti umur (diatas 40 tahun), pangkat (Perwira), tempat tugas (di Staf, di daerah operasi militer, waktu tugas di daerah operasi militer), tempat tinggal (rumah sendiri) dan pemikahan menunjukkan kecenderungan mengalami depresi.
Simpulan
Kejadian depresi pada anggota TNI AD yang menderita dispepsia fungsional tidak jauh berbeda dengan populasi umum.

Background
Functional dyspepsia is a syndrome of GIT symptoms with multifactor etiologies. Depression is one of the important factors that influence on functional dyspepsia patient Depression is often found on functional Dyspepsia patient in facing their life event and is often ignored in the treatment.
The Indonesian army forces were selected population and are expected to have better mental and physical endurance. In facing the military duty and life event, how is the relation of depression in the army patient with functional dyspepsia.
Method
95 Samples were obtained consecutively from the army patient with functional dyspepsia in RSPAD Gatot Soebroto between October 2005 and July 2006 by using structured interview with SCID-1 instrument for the diagnosis of depression disorders according to DSM IV
Result
The prevalence of depression of Indonesian army with functional dyspepsia was 54.7%. Factor such as age (above 40 years), official rank, staff assignment, military operation and point of military operation time, living in own residence and the marriage are shown to have depression tendency.
Conclusion
The prevalence of depression of Indonesian army with functional dyspepsia was found to be almost equally comparable with general population.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18183
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azhari Cahyadi Nurdin
"Stigma merupakan salah satu masalah psikososial pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang menimbulkan dampak negatif karena dapat menghalangi ODHA untuk mencari pertolongan konseling, mendapatkan pelayanan medis dan psikososial, serta mengambil langkah preventif untuk mencegah penularan ke orang lain. Stigma yang diinternalisasi (perceived stigma) juga berhubungan dengan depresi, menurunnya kualitas hidup, serta buruknya adherens terapi pada ODHA.
Berger HIV Stigma Scale merupakan intrumen yang digunakan untuk mengukur perceived stigma pada ODHA. Pada penelitian ini dilakukan uji validitas (kesahihan) dan reliabilitas (kehandalan) instrumen Berger HIV Stigma Scale versi Bahasa Indonesia serta penyusunan versi singkat instrumen tersebut.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa instrumen Berger HIV Stigma Scale sahih dan handal dalam menilai perceived stigma pada populasi ODHA di Indonesia. Versi singkat instrumen juga memiliki kehandalan yang baik dan skornya berkorelasi kuat dengan versi lengkap instrumen.

Stigma is one of the psychosocial problems in people living with HIV/AIDS (PLWHA) which generates negative impacts because it prevents them from seeking counseling, getting medical and psychosocial service, and taking steps to prevent transmission to others. Internalized stigma (perceived stigma) is also associated with depression, decreased quality of life, and poor adherence to therapy in PLWHA.
Berger HIV Stigma Scale is an instrument for measure perceived stigma in PLWHA. In this study, we perform validity and reliability testing of Indonesian version of Berger HIV and abridge this instrument.
The results of this study indicate that Berger HIV Stigma Scale valid and reliable in measuring perceived stigma in PLWHA population in Indonesia. Abridged version of that instrument also has good reliability and its scores strongly correlated with the full version of the instrument.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T59118
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kandouw, Ashwin
"Penelitian ini bertujuan untuk mencari proporsi gangguan depresi pada penyalahguna zat yang sedang menjalani rehabilitasi di RS Marzuki Mahdi. Penelitian ini adalah suatu penelitian cross sectional yang dilakukan pada 52 orang responden peserta rehabilitasi sejak bulan September 2003 hingga Mei 2004. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan SCID ( Structured Clinical Interview for DSM IV). Dari seluruh responden yang ikut serta didapatkan proporsi responden yang menderita depresi adalah 48,1% (25 responden). Dari ke 25 responden yang menderita depresi, proporsi jenis gangguan depresi yang diderita responden adalah sebagai berikut gangguan depresi mayor saat ini sebesar 26,9% (14 responden), gangguan depresi mayor saat ini disertai distimia sebesar 11,5% (6 responden), gangguan distimia sebesar 1,9% (1 responden), gangguan depresi minor sebesar 7,7% (4 responden). Selanjutnya dilakukan analisis statistik antara beberapa variabel seperti umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pernikahan, status pekerjaan, lama rehabilitasi, motivasi rehabilitasi, lama menyalahgunakan zat, frekuensi kekambuhan, frekuensi rehabilitasi, status HIV dan status hepatitis C dengan gangguan depresi yang diderita responden. Hasil analisis statistik menyatakan hanya variabel motivasi rehabilitasi yang secara statistik terdapat perbedaan proporsi depresi yang berrnakna. Sebagai tambahan didapatkan data bahwa angka infeksi HN pada responden penelitian adalah sebesar 40,4%, dan angka infeksi hepatitis C pada responden sebesar 63,5%. Fakta ini tentunya memerlukan perhatian yang Iebih besar dalam hal usaha - usaha pencegahan agar angka penularan dapat ditekan. Pada akhirnya disarankan agar penelitian sejenis dilakukan di berbagai pusat rehabilitasi lain, responden penderita depresi diberikan penatalaksanaan untuk kondisi depresinya, kemudian dilakukan penelitian lanjutan yang bersifat prospektif untuk mengkaji angka kekambuhan dan lama abstinensi pada responden yang telah diberikan penatalaksanaan untuk kondisi depresinya.

Purpose of the study: This study is designed to find the proportion of depression among drug abusers who attend rehabilitation program at the Marzuki Mahdi hospital. Methods: This is a cross sectional study involving 52 respondents that begins at September 2003 & ends at May 2004. The inventory that is used in this study was SCID (Structured Clinical Interview for DSM IV) and a questionnaire. Results: Of all the respondents that participates in this study, the proportion of depression was 48,1% (25 respondents). The proportion of the type of the depressive disorder was: major depressive disorder 26,9% (14 respondents), major depressive disorder with dysthymic disorder 11,5% (6 respondents), dysthymic disorder 1,9% (I respondent), and minor depressive disorder 7,7% (4 respondents). Then a statistical analysis was conducted between several independent variables such as age, gender, education level, marital status, employment status, length of rehabilitation, motivation for rehabilitation, length of substance abuse, relapse frequency, rehabilitation frequency, HIV status, hepatitis C status and depression. The result of the statistical analysis shows that motivation for rehabilitation is the only variable that has a significant difference of depression proportion statistically. Remarks: this study noted that the proportion of HIV positive respondent was 40,4%, and the proportion of hepatitis C positive respondent was 63,5%. This huge figure certainly calls for attention to the preventive measures that can limit the spreading of the infection. At the end, there is hope that a similar study can be conducted in several other rehabilitation facility, the respondents that has depression is treated for their condition, and then a further prospective study is carried out to assess the relapse rate and length of abstinence of the respondents that has been given treatment for their depressive disorder."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djarot Sudjatmoko
"Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian besar merupakan nyeri kepala primer. Seringkali nyeri kepala primer berkomorbiditas dengan gangguan mental, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan gambaran mengenai komorbiditas gangguan mental pada penderita nyeri kepala primer. Penelitian ini merupakan studi potong lintang, yang dilakukan di poliklinik departemen saraf RSCM, _Tull 2004 sampai Januari 2005 terhadap 95 penderita nyeri kepala primer secara consecutive sampling. Penderita nyeri kepala primer dilakukan wawancara terstruktur- dengan menggunakan instrumen MIN (Mini International Neuropsychiatric Interview) 1CD 10 untuk mengetahui apakah menderita gangguan mental atau tidak, serta untuk mengetahui jenis gangguan mentalnya. Dan penelitian ini didapatkan adanya komorbiditas antara penderita nyeri kepala primer dengan gangguan mental. Hasil penelitian menunjukkan 61 penderita nyeri kepala primer (64.2%) mengalami gangguan mental baik tunggal ataupun lebih dari satu gangguan mental, selain itu didapatkan 3 jenis gangguan mental yang terbanyak dialami penderita nyeri kepala primer yaitu episode depresi 29 orang (30.9%), gangguan panil. 20 orang (21.4%), dan gangguan anxietas menyeluruh 17 orang (17.9%)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ezra Ebenezer Soleman
"Latar Belakang: Ekspresi emosi penting untuk perkiraan kekambuhan ODS dalam rentang 9-12 bulan. ODS yang berasal dari keluarga dengan ekspresi emosi tinggi 60% mengalami kekambuhan. Pramurawat menanggung beban dalam merawat ODS serta stigma dari lingkungan. Pengetahuan yang tak cukup dapat meningkatkan stigma dan ekspresi emosi. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antar ekspresi emosi, beban, stigma, pengetahuan terhadap kekambuhan ODS.
Metode: Penelitian studi potong lintang ini menilik 80 pramurawat ODS yang dirawat di RSUPN Cipto Mangunkusumo dan RSKD Duren Sawit yang diambil secara consecutive. Setelah informed consent, dilakukan pengisian kuesioner sosio-demografi, alat ukur ekspresi emosi (Family Questionaire), beban perawatan (Burden Assessment Schedule), stigma (Stigma Items), pengetahuan tentang skizofrenia (Knowledge about Schizophrenia Interview).
Hasil: Analisis bivariat menemukan hubungan bermakna ekspresi emosi, beban, stigma yang dialami pramurawat dengan kekambuhan ODS (p<0,001). Setelah dilakukan analisis multivariat ditemukan hubungan bermakna ekspresi emosi dengan kekambuhan ODS (p<0,006). Hubungan bermakna juga terlihat dari hubungan antara stigma dengan kekambuhan (p<0,004). Untuk beban dan pengetahuan tidak ditemukan hubungan bermakna dengan kekambuhan ODS.
Simpulan: Terdapat hubungan antara ekspresi emosi, stigma yang dialami pramurawat dengan kekambuhan ODS.

Background: Expressed emotion is known as predictor of relapse of person with schizophrenia in 9-12 months. Person with schizophrenia who comes from family with high expressed emotion has 60% relapse. Caregiver experiences burden of care and stigma from environment. Inadequate knowledge could increase stigma and expressed emotion. This research is aim to analyze association between expressed emotion, burden of care, stigma, knowledge of caregiver with relapse of person with schizophrenia.
Method: this research based on cross sectional design to analyze 80 caregivers of person with schizophrenia who had admited in RSUPN Cipto Mangunkusumo and RSKD Duren Sawit which has been taken consecutively. After informed consent, they answered question for socio-demography questionaire, Family Questionaire for expressed emotion, Burden Assessment Schedule for burden of care, Stigma Items, Knowledge about Schizophrenia Interview.
Result: Bivariate analysis has discovered the association between expressed emotion, burden of care, stigma which has been experienced by caregiver with relapse of person with schizophrenia (p<0,001). After multivariate anaylsis, it has been clear that expressed emotion has association with relapse (p<0,006). The association has been discovered for stigma with relapse (p<0,004). Burden of care and knowledge about schizophrenia has not associated with relapse.
Conclusion: There is association between expressed emotions, stigma which has been experienced by caregiver with relapse of person with schizophrenia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ikbal Zendi Alim
"Tesis ini membahas uji validitas dan reliabilitas instrumen Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) versi Bahasa Indonesia untuk mengukur kualitas tidur. Kualitas tidur merupakan fenomena yang berhubungan dengan kesehatan fisik dan psikologis. Penelitian dilakukan pada populasi Penyakit Ginjal Kronis dan populasi sehat. Penelitian ini menghasilkan uji konsistensi internal Cronbach's Alpha = 0.79, validitas isi 0.89, validitas konstruksi menunjukkan korelasi komponen dengan skor global PSQI yang baik, known group validity bermakna (p <0.001), nilai sensitivitas adalah satu, spesifisitas 0.81, titik potong 5. Instrumen PSQI terbukti kesahihan dan keandalannya.

This thesis discusses the validity and reliability on the instrument Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) Indonesia version to measure sleep quality. Sleep quality is a phenomenon which is related to the physical and psychological health. This study use population of chronic kidney disease and healthy population. This study resulted Chronbach's alpha score 0.79, content validity score 0.89, and construct validity showed correlation between component and global PSQI score, and known group validity was significant (p<0.001), sensitivity is one and specificity is 0.81, with cut off 5. This instrument proved the validity and reliability.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T58635
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Givenchy Eunike Semen
"Pendahuluan: WHO menetapkan Compulsive Sexual Behavior Disorder (CSBD) sebagai diagnosis baru yang dikelompokkan dalam klasifikasi gangguan kontrol impuls. CSBD merupakan masalah klinis yang signifikan, namun penelitian epidemiologi secara luas masih terbatas. Prevalensi diperkirakan berkisar 3%-6% di USA. Saat ini kebutuhan akan panduan skrining dan diagnosis mendesak. Di Indonesia, meski belum ada data resmi tentang CSBD, meningkatnya akses ke situs pornografi dan perilaku seksual pada kelompok usia muda menunjukkan potensi masalah. Peneliti tertarik untuk menguji validitas instrumen Compulsive Sexual Behavior Inventory-13 (CSBI-13) versi Bahasa Indonesia, sebagai langkah awal dalam memahami dan menangani CSBD di Indonesia. Studi ini bertujuan untuk mendapatkan instrumen Compulsive Sexual Behavior Inventory-13 yang valid secara isi dan konstruks, serta reliabel dalam Bahasa Indonesia.
Metode: Penelitian ini dimulai dengan proses forward and backward translations antara bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Dilanjutkan dengan uji validitas isi dan konstruks serta reliabilitas konsistensi internal dan test retest. Uji validitas isi dilakukan oleh 3 pakar psikiatri di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo, dan pengukuran item content validity ratio (CVR), content validity index (I-CVI) dan scale content validity index (S-CVI). Responden untuk uji validitas konstruks dan reliabilitas konsistensi internal adalah 112 orang, sedangkan untuk uji reliabilitas test-retest adalah 30 orang, yang diambil dari pasien dan keluarga pasien yang datang ke Poli Kulit Kelamin, Urologi, dan Pokdisus (HIV/AIDS) RSUPN dr Cipto Mangunkusumo pada bulan Oktober-November 2023. Analisis dari uji validitas konstruks dilakukan dengan exploratory factor analysis. Uji reliabilitas dinilai menggunakan konsistensi internal Cronbach’s alpha dan test-retest. Uji reliabilitas test-retest diuji dari dua kali pengukuran dengan jarak pemeriksaan 30 hari.
Hasil: Validitas isi instrumen CSBI-13 versi Bahasa Indonesia, baik I-CVI dan S-CVI bernilai 1,00, dan CVR bernilai 1 di setiap butirnya. Hasil dari explaratory factor analysis didapatkan 3 faktor yang terbentuk. Nilai reliabilitas konsistensi interna baik dengan Cronbach’s alpha 0.872. Uji reliabilitas test-retest menunjukkan hubungan yang signifikan (r = 0.975; p<0.001).
Simpulan: Instrumen CSBI-13 versi bahasa Indonesia sahih secara isi dan konstruks serta reliabel untuk digunakan di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo sebagai skrining terhadap gangguan perilaku seksual kompulsif. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menilai uji sensitivitas dan spesifisitas instrumen ini.

Background: WHO defines Compulsive Sexual Behavior Disorder (CSBD) as a new diagnosis, in impulse control disorders group. Compulsive Sexual Behavior Disorder is a significant clinical problem, but epidemiological research is limited. The prevalence is estimated from 3%-6% in the USA. Currently, the need for screening and diagnosing are urgent. In Indonesia, although there is no official data on CSBD, increasing access to pornography content and sexual behavior among young adult indicates a potential problem. There are several instruments that have been developed to screen or diagnose this disorder and CSBI-13 is one of the instrument that has been adapted into several languages. This study aims to evaluate the validity and reliability of Compulsive Sexual Behavior Inventory-13 in Indonesian version.
Method: This research was started by forward and backward translation process between English and Bahasa Indonesia, followed by content and construct validity tests as well as internal consistency and test retest reliability. The content validity was carried out by 3 psychiatrist as experts in Ciptomangunkusumo Hospital, to measure item content validity ratio (CVR), content validity index (I-CVI) and scale content validity index (S-CVI). Around 112 respondents filled the CSBI-13 Indonesian Version that has been finalized, to get the construct validity and internal consistency reliability, while 30 respondent filled the instrument in two different times, for the test-retest reliability. Respondent were from patients and patient families who came to the Dermatology, Urology and Pokdisus (HIV/AIDS Patient Care) Outpatient at RSUPN Dr Cipto. Mangunkusumo in October-November 2023. Analysis of the construct validity was completed by exploratory factor analysis. The reliability was assessed using internal consistency and test-retest. Test-retest reliability was completed from two measurements with 30 days interval.
Results: The content validity of the Indonesian version of the CSBI-13 instrument I-CVI and S-CVI is 1.00, and CVR has a score of 1 for each item. From explaratory factor analysis, there are three factors were formed. The internal consistency reliability is reliable (Cronbach's alpha 0.872). The test-retest reliability showed a significant relationship (r = 0.975; p<0.001).
Conclusion: CSBI-13 Indonesian version is valid, in content and construct, and also reliable for use in Ciptomangunkusumo Hospital as a screening for compulsive sexual behavior disorders. Further research is needed to assess the sensitivity and specificity test of this instrument.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emilya Kusnaidi
"Dewasa ini, prevalensi penderita gangguan kepribadian ambang diperkirakan terus meningkat pada populasi orang dengan gangguan jiwa. Individu dengan gangguan kepribadian ambang memiliki ketidakstabilan citra diri yang berdampak pada hubungan interpersonal. Hal ini membuat pasien dengan gangguan kepribadian ambang memiliki komorbiditas dengan gangguan jiwa lain, dan diasosiasikan dengan peningkatan risiko bunuh diri, gangguan fungsi menetap, hingga pengobatan intensif jangka panjang yang membebankan masyarakat. Hingga saat ini di Indonesia belum ada penelitian yang membahas tentang gambaran citra diri pada pasien dengan gangguan kepribadian ambang. Penelitian ini merupakan studi kualitatif. Subjek yang dilibatkan adalah pasien dengan gangguan kepribadian ambang yang berobat jalan di Poliklinik Jiwa Dewasa RSCM. Subjek dipilih dengan cara purposive sampling. Dari hasil wawancara mendalam pada 4 subjek didapatkan adanya gambaran citra diri yang berangkat dari citra diri yang kurang baik. Seluruh subjek mengatakan bahwa citra diri mereka saat ini berhubungan dengan pengalaman masa kecil yang tidak menyenangkan, dan dapat menjelaskan hubungannya dengan sudut pandang subjek. Sebagian subjek mengatakan ada faktor lain yang berkontribusi dalam konstruksi citra diri yang mereka rasakan, yakni terapi dan pandangan orang lain terhadap diri subjek. Pengalaman yang tidak menyenangkan masa kecil tersebut merupakan pencetus dan dikorelasikan dengan kondisi gangguan saat ini serta kekurangan pribadi yang mereka rasakan. Sebagian besar subjek mengatakan bahwa pengalaman tersebut memilki dampak positif dan negatif terhadap mereka yang membuat adanya perubahan pada citra diri.

Nowadays the prevalence of people with mental disorders is estimated to continue to increase in the population of individuals with mental illnesses. Individuals with borderline personality disorder have an unstable self-image which impacted interpersonal relationship. This makes patients with the disorders have comorbidities with other mental disorders such and is associated with an increased risk of suicide, permanent dysfunction, to intensive treatment that burdens society. Up to now, in Indonesia, there has been no research that discusses the picture of self-image in patients with borderline personality disorder. Therefore, researchers will look for a description of childhood experiences and self-image in patients with borderline personality disorder. This research is a qualitative study. The subjects involved were patients with borderline personality disorder who were in an outpatient clinic at RSCM. Subjects were selected by purposive sampling. From the results of in-depth interviews on 4 subjects, it was found that their self-image departed from a bad self-image. All subjects said that their current self-image was related to unpleasant childhood experiences, and could explain the relationship with each subject's point of view. Some of the subjects said that other factors contributed to the construction of the self-image they felt, namely therapy and other people's views of the subject. These adverse childhood experiences were the triggers and correlated with the current state of the disorder and the personal shortcomings they felt. Most of the subjects said that the experience had both positive and negative impacts on those who made changes to their self-image."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>