Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Guntur Argana
Abstrak :
Anemia gizi merupakan salah satu dari empat masalah gizi yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, 90% anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat besi. Prevalensi anemia besi pada wanita usia subur (WUS) 39,5%, prevalensi ini tidak berubah dari tahun 1995 sampai tahun 2000. Survei anemia ibu hamil di Kalimantan Selatan 51%, diasumsikan prevalensi anemia pada WUS juga tinggi. Umur 20 sampai 35 tahun merupakan saat yang ideal bagi seorang wanita mempersiapkan diri secara fisik dan mental untuk hamil dan melahirkan sehingga didapatkan bayi yang sehat. Tujuan penelitian untuk memperoleh gambaran prevalensi anemia dan mengetahui faktor-faktor yang dominan berhubungan dengan kadar Hb pada wanita usia 20 sampai 35 tahun di Kecamatan Kintap Kabupaten Tanah Laut Propinsi Kalimantan Selatan. Disain penelitian menggunakan metoda crosssectional dan pengambilan sampel dengan sistematik random sampling. Populasi seluruh wanita umur 20 sampai 35 tahun dan sampel wanita usia antara 20 tahun sampai 35 tahun sebanyak 150 orang. Penelitian diadakan di Kecamatan Kintap Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan pada bulan Maret sampai April 2002. Variabel penelitian yang berhubungan dengan kadar Hb adalah umur, IMT, LILA, konsumsi protein, konsumsi besi, konsumsi vitamin C, frekuensi sumber hem, frekuensi vitamin C, banyaknya gelas teh yang diminum, lama haid, pengetahuan tentang anemia dan pengeluaran per kapita per bulan. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan kadar Hb memakai metode cyanmethaemoglobin yang diperiksa dengan menggunakan spektrofotometer. Batasan anemia bila kadar Haemoglobin (Hb) < dari 12 g/dl dan tidak anemia bila 712 g/dl. Analisa data yang dilakukan univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian didapatkan prevalensi anemia sebesar 65,3% yang terdiri dari anemia ringan 53,3% dari anemia sedang 12 %. Pada uji bivariat dengan menggunakan uji regresi linier sederhana didapatkan variabel yang berhubungan bermakna dengan anemia adalah variabel LILA, frekuensi konsumsi vitamin C dan pengeluaran per kapita per bulan ( p < 0,05). Pada uji regresi ganda dengan memasukkan variabel yang mempunyai nilai (p < 0,25), maka variabel yang diikutkan pada uji regresi ganda adalah variabel; Umur, LILA, IMT, konsumsi protein, konsumsi besi, frekuensi konsumsi hem, frekuensi konsumsi vitamin C, pengetahuan tentang anemia, banyaknya gelas teh yang diminum dan pengeluaran per kapita per bulan. Hasil uji regresi linier ganda dengan mengeluarkan satu per satu variabel yang nilai p paling besar didapatkan variabel LILA dan frekuensi konsumsi vitamin C yang berhubungan dengan kadar Hb (p < 0,05 ). Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa prevalensi anemia pada wanita umur 20 sampai 35 tahun di Kecamatan Kintap sudah merupakan permasalahan kesehatan masyarakat yang berat. Untuk itu Dinas kesehatan diharapkan bisa mengadvokasi Bupati dan DPRD Kabupaten Tanah Laut untuk mengeleminasi anemia melalui lintas sektoral, juga untuk program gizi adalah melaksanakan monitoring dan skrining dini pada anemia wanita umur 20 sampai 35 tahun dengan pengukuran LILA, melaksanakan penanaman buah-buah penghasil vitamin C yang dapat meningkatkan absorbsi besi dan meningkatkan kadar Hb.
The Factors that Related to Hemoglobin (HI)) Contains on Women Age 25-35 Years at Kintap Sub-District, Tanah Laut District, South Kalimantan Province, 2002. Nutritional anemia is one of four nutrition problems that faced by Indonesia, 90% nutritional anemia caused by the lack of iron folate. The prevalence of iron folate anemia on fertile-age women as 39.5%, this prevalence was not changed from 1995-2000. The survey anemia on pregnant mother at South Kalimantan as 51%, it assumed that the prevalence anemia on fertile-age women was also high. The age 20-35 is the best age for women to prepare themselves physically and mentally to pregnant and giving a birth, so they will obtained healthy babies. The objective this study is to obtain the description of prevalence anemia and the factors that the most dominant related to Hemoglobin contents on women aged 20-35 years at Kintap Sub-District, Tanah Laut District, South Kalimantan Province. The study design was cross-sectional method and the sample taken by random sampling. The population is women age 20-35 years and the number of sample as 150 people. This study is conducted at Kintap Sub-District, Tanah Laut District, and South Kalimantan Province on March-April 2002. The variable that related to Hemoglobin contents are age, HMI, MUAC, protein consume, iron folate consume, vitamin consume, the frequency of hem source, vitamin c frequency, the number of tea glass that drink, duration of menstruation, the knowledge on anemia and expenses per capita per month. The data collected by questionnaire, physic and laboratory examinations. Hemoglobin content examined by cyanmethaemoglobin method used spectrophotometer. The burden of anemia when the Hemoglobin contents < 12 g/dl and not anemia if 12 g/dl. The data analyzed by univariate, bivariate and multivariate. The result of this study showed that the prevalence of anemia as 553°/x, that consist of light anemia as 53.3% and moderate anemia as 12%. On bivariate test by simple linear correlation regression test obtained that the variable that having significant relationship with anemia was the variable MUAC, the frequency of vitamin C and expenses per capita per month (p <0.05). On double correlation and regression test by entering variable that having value (p<0.25), so those variable that followed on double correlation regression test are as the followings. They are Age, MUAC, BMI, protein consumes, zinc consume, hem consume frequency, frequency of vitamin C, knowledge on anemia, and amount tea that drink and expenses per capita per month. The result of double linear regression test by taking one by one variable that having the biggest p value, it was obtained the variable of MUAC and frequency of vitamin C consume that related to Hemoglobin content (p <0.05). Based on this study, it concluded that the prevalence of anemia on women age 20-35 at Kintap Sub-District has already serious problem for community health. It is recommended to the Local Health Service to advocate the District and the Provincial Level People's Representative Council of Tanah Laut eliminate the anemia through cross-sector. It also for nutrition program to do monitoring and early screening on women anemia age 20-35 years by MUAC measurement, plant fruit trees that produce vitamin C that could increase the absortion of iron folate, and increase Hemoglobin contents.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T604
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Setyawan
Abstrak :
Penelitian ini merupakan analisa data sekunder dari data penelitian mengenai Pola Pemberian Makan, Masukan Makanan, dan Status Gizi Anak Umur 0 - 23 bulan di Indramavu. Jawa Barat 1997. Desain Penelitian adalah Cross Sectional. Analisis data yang dilakukan adalah untuk mengetahui hubungan antara praktek pemberian makan dan karakteristik lain dengan status gizi bayi usia 6-11 bulan di Kecamatan Gabus Wetan dan Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu tahun 1997. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 10,8 % bayi umur 6-11 bulan memiliki status gizi kurang. Sebagian besar (88,7 %) bayi diberikan ASI, 83,3 % diberikan kolostrum dan 86.8% memiliki pola makan ASI dengan makanan tambahan. Gambaran lain dari hasil penelitian ini adalah masih tingginya penyakit infeksi (44,1 %) dan rendahnya tingkat pendidikan ibu ( SD = 89,2 %). Penelitian ini menyarankan perlunya dilakukan upaya peningkatan dan perbaikan praktek pemberian makan pada bayi, perbaikan kesehatan lingkungan, serta menggalakkan pemberian ASI dan sosialisasi penggunaan MP ASI yang memenuhi syarat gizi dan annan untuk mencegah terjadinya gizi kurang pada bayi.
The study analized data from survey on Feeding Pattern, Nutritional Intake, and Nutritional Status among Children 0-23 months in Indramayu, West Java, 1997. This study is a cross sectional study and the goal of this research is to get information about feeding practice and other determine factors of infant nutritional status 6-11 months old at Gabuswetan and Sliyeg subdistrict of Indramayu, 1997. The study revealed that infant 6-11 months with malnutrition were 10,8 %. 88.7 % infant were breastfeed, 83,3 % have cholostrum, and 86,8 % with breastfed with weaning foods. The other results of this study are prevalence of infectious diseases remain high (44.1 %), and most of the mothers have low educational level (5 SD = 89.2 °ro). Base on the study, it is suggested to give more attention to feed pattern practice infant 6 - 11 months, health environment rehabilitation, and also to promote and socialize breast feeding and the useful of weaning food to prevent malnutrition.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T7929
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Noor Mintarsih
Abstrak :
Faktor-faktor yang berhubungan dengan cakupan distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi antara lain partisipasi ibu, kader dan sarana yang menunjang kegiatan tersebut. Partisipasi ibu dalam kegiatan tersebut berhubungan dengan karakteristik ibu, peran pembinaan dari kader, petugas kesehatan dan partisipasi tokoh masyarakat setempat. Masih dijumpai beberapa daerah dengan angka cakupan distribusi kapsul vitamin A rendah atau dibawah target yang telah ditetapkan, namun ada pula daerah dengan angka cakupan yang tinggi atau melebihi target yang telah ditetapkan. Penelitian ini bertujuan mempelajari faktor-faktor yang berhubungan dengan cakupan distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi di desa Tlogopragoto dan desa Kertodeso, Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen. Sasaran dalam penelitian ini adalah 248 ibu balita, 33 orang kader dan 8 posyandu. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, kujungan rumah dan pengamatan. Jenis penelitian adalah Cross Sectional dengan menggunakan data primer. Teknik analisa data adalah analisa univariat dan analisa bivariat dengan menggunakan uji Khi Kuadrat, U Mann Whitney dan perhitungan Odds Ratio (OR). Berdasarkan analisa bivariat diperoleh hasil bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan cakupan distribusi kapsul vitamin dosis tinggi adalah partisipasi ibu dan pengetahuan kader tentang vitamin A. Sedangkan faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu yaitu pengetahuan ibu tentang vitamin A, pembinaan oleh kader, pembinaan oleh petugas kesehatan dan partisipasi tokoh masyarakat. ......Factors Related with the Coverage of Distribution of High Dosage Vitamin A Capsule in Tlogopragoto Village and Rertodeso Village, Sub district of Mirit, District of KebumenThe factors which are related with the coverage of distribution of high dosage vitamine A capsule among others are the mother's participation, cadres and supporting facilities of the activity. The mother's participation in the activities are related with the mother's characteristics, roles of the cadres, health staffs and participation of the local leaders. There are still areas with low coverage of distribution of vitamine A or below the target, however, there are also area with high coverage of distribution of vitamine A or above the target. This research is intended to study factors which are related with the distribution coverage of high dosage of vitamine A capsule in Tlogopragoto village and Kertodeso village, Subdistrict of Mirit, District of Kebumen. The subject of this research is 248 mothers, 33 cadres, and 8 integrated health service centers. The data collection technique is interview, home visits and observation. The type of research is a cross sectional by using primary data. The data analysis technique is univariate analysis and bivariate analysis by using the Chi Square test, U Mann Whitney test and calculation of Odds Ratio (OR). Based on the bivariate analysis that the factors related with the high dosage vitamine A capsule distribution coverage are the mother's participation and cadres knowledge regarding vitamine A. The mother's participation are related with the mother's knowledge regarding vitamine A, counseling of cadres, counseling of health staffs and participation of the community leaders.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M.I. Tri Hadiah Herawati
Abstrak :
ABSTRAK
Pemberian makanan tambahan (PMT) merupakan suatu bentuk intervensi gizi untuk mengatasi masalah Kurang Energi Protein (KEP) pada balita. Sejak tahun 1997 Departemen Kesehatan RI telah menyusun Buku Pedoman Penanggulangan KEP dan Petunjuk Pelaksanaan PMT pada balita, namun sampai sekarang belum pernah dilakukan penelitian pengaruh PMT tersebut terhadap status gizi. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh PMT terhadap perubahan status balita KEP.

Penelitian dilakukan pada masyarakat yang tinggal di empat puskesmas kabupaten Sidoarjo propinsi Jawa Timur pada bulan September sampai dengan Nopember 1999. Disain penelitian ini adalah trial klinik, dengan PMT (frekuensi makanan lengkap, jumlah energi, jumlah protein, Iama pemberian) sebagai variabel perlakuan, penambahan status gizi sebagai variabel tercoba dan sebagai variabel non perlakuan adalah umur, jenis kelamin, konsumsi energi, konsumsi protein, pendidikan ibu, dan pengeluaran makanan. Subyek penelitian (perlakuan dan kontrol) adalah balita KEP tingkat sedang dan berat (indeks persentase median .BBU rujukan WI-10-NCI-IS <70%) yang berumur 12-36 bulan. Subyek perlakuan sebanyak 36 diberi PMT setiap hari selama 90 hari, bentuk makanan bergantian antara makanan jajanan (300 kkal dan 5 gram protein) dan makanan lengkap (400 kkal dan S gram). Subyek kontrol sebanyak 37 berasal dari puskesmas lain yang tidak diberi PMT.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis hanya dapat dilakukan terhadap pelaksanaan PMT sampai hari ke-60. Pengamatan pada hari ke-60 menunjukkan bahwa subyek perlakuan yang telah diberi PMT selama 60 hari (rata-rata: 9.0 kali makanan lengkap, energi 275 kkal, protein 4.3 gram , 58 hari) status gizinya rata-rata meningkat sebesar 3.55 i 3.46 % indeks persentase median BBU rujukan WHO- NCHS, sedangkan subyek kontrol rata-rata meningkat sebesar 2.01 2.73 % indeks persentase median BBU rujukan WHO-NCHS. Terdapat perbedaan yang bermakna antara subyek perlakuan dan subyek kontrol (p
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa PMT selama 60 hari dapat menurunkan tingkat KEP balita dari KEP tingkat sedang dan berat (indeks persentase median BBU rujukan WHO-NCHS <70%) menjadi KEP ringan sebanyak 44.4%. Namun demikian tidak diketemukan satupun subyek penelitian yang sembuh dari KEP (indeks persentase median BBU menunjukkan WHO-NCI-IS >80%). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa PMT selama 60 hari bagi balita KEP tingkat sedang dan berat dapat meningkatkan indeks persentase median BBU rujukan WHO-NCHS balita KEP tetapi tidak bisa menyembuhkan KEP balita. Disarankan agar program PMT bagi balita KEP tingkat sedang dan berat di masa mendatang diberikan lebih dad 60 hari. Perlu dilakukan penelitian lain untuk mengetahui dampak PMT tersebut setelah diberikan selama 90 hari.
Abstract
Supplementary feeding (Pemberian Makanan Tambahan = PMT) is a kind of nutrition intervention to overcome the problem of protein-energy-malnutrition (PEM), in children under five years. Since 1997, Ministry of Health in Indonesia published the manual book of controlling PEM and the standard operational procedures for supplementary feeding in children under five years, but until now there has not any reaserch been done on the effect of supplementary feeding to the nutrition status. This research was done to know the effect of the supplementary feeding on nutrition status changes.

The research was done in the community based, who five in the regency of four health centers in Sidoarjo-East Java from September until Nopember 1998. This research design was a clinical trial with PMT (complete meals frequency, energy amount, protein amount, the given sequence) as the experimental variabel, the nutrition status changes as the non-experimental variabel, and the ages, sex, energy consumption, protein consumption, mother education, and food outcomes as the intervening variabel. The research subjects was the moderate and the severe level of PEM (<70% of the median weight for age ofthe WHO-NCHS reference) children under five whose age between 12-36 months, The 36 six experimental subjects were given PMT every day for 90 days, the food werw varied between snack (300 kcal and 5 grams protein) and meals (400 kcal and S grams protein). The 37 controlled subjects who came from other regency of health centers were not given PMT.

The research results showed that we could not analyzed the research more than day-60. The 60 day of the observation showed that the nutrition status of the experimental subject which had been given PMT for 60 days (approx-= 9.0 times complete meals, 2.75 kcal energy, 4.8 grams protein, 58 days) had an increase approx as big as 3.55 3.46 % of the median weight for age of the WHO-NCHS reference, while the controlled subject increased approx as big as 2.01 5 2.73 % of the median weight for age of the WHO-NCHS reference. There was significantly a difference between experimental subject and controlled subject (p< 0.05). The linier regression test showed that there was an effect of the energy amount variabel and the protein amount to the nutrition status changes.

There are 44.4% moderate and severely PEM children (<70% of the median weight for age of the WHO-NCHS reference) who received PMT during 60 days became mild PEM (70-79% of the median weight for age of the WHO-NCHS reference). However, there was none of the subject released from PEM (>=80% of the median weight for age ofthe WHO-NCHS reference).

PMT during 60 days increased the WAM-index of those who were moderate and severely PEM at base line, but not released from PEM. These Findings suggest that PMT-program on the next time should be held more than 60 days.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusnadi
Abstrak :
Air Susu lbu adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi. yang sanggup untuk mernenuhi kebutuhan gizi seorang bayi untuk masa hidup enam bulan pertama kehidupannya. Survei Demogmfi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 rnenunjukkan bahwa bayi Indonesia rata-rata hanya mendapatkan ASI Eksklusif sampai usia 1,6 bulan saja., sedangkan bayi yang rnendapatkan ASI Eksklusif sampai umur 4 - 5 bulan hanya 14 %. Berdasarkan laporan WHO (2000) bayi-bayi di Indonesia yang menyusu secara cksklusif kurang dari I5 %. Di Kabupaten Tangerang pemberian ASI eksklusif masih relatif rendah yaitu ibu yang melakukan inisiasi awal sebesar 9,8 % dan ibu yang memberikan ASI eks\006)_ Dcngan dfhmikian masalah meny\.1s\.ni ASI Eksklusif di Kabupaten Tangerang masihjauh di bawah target cakupan kabupaten atau nasional sebesar 80 %. Penelitian ini menganalisis data sekunder dari " Sur'/ei Kinerja Berdasarkan Indikator Kabupaten Tangerang Sehat 2010 ?. Tujuan penelitian untuk rnengetahui gambaran dan faktor-faktor apa. saja yang berhubungan dengan pemberian ASI ekskluisf di Kabupaten Tangerang _ Disain penelitian yang digunakan adalah potong lintang (Cross Sectional ) dan sebagai responden adalah ibu rumah tangga yang mempunyai balita Iebih 6 - I2 bulan dengan jumlah sampel. seo, yang dimbil dengan cara memilih sampel secara selektif berdasarkan kriteria inklusi dan cksklusi dari ibu rumah tangga yang mempunyai balita. Hasil Studi analisis didapat bahwa ASI ekskiusif sebesar 18,5 %, Pekerjaan responden adalah ibu rumah tangga/ tidak bekemja sebesar 74.4 %. Pendidikan adalah tamat sekolah dasar sebesar 30,2 %. Tempat persalinan lebih banyak memilih praktek bidan/klinik sebesar 37,2 % dan rumah sendiri 42,1 %. Penolong persalinan sebagian besar ditoiong oleh bidan scbesar 55,9 % dan dukun 32,3 %. Ikut Keluarga Berencana scbesar 79,5 % dan alat kontrasepsi yang paling sering digunakan adalah suntjkan sebesar 80 %. Variabel pendidikan mcrupakan variabel yang paling dominan yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif. Untuk meningkatkan pcmberian ASI eksklusif perlu dilakukan penyuluhan yang intensif melalui komunikasi Izmgsung petugas kesehatan di desa dengan kader, tim penggerak PKK dan ibu-ibu dalam bcntuk pertemuan instmmen kelompok ibu-ibu tentang ASI eksklusifdan ibu harus menezima banyak informasi secara benar mengenai ASI untuk mencapai kcbcrhasilan menyusui. Pelatihan pada tenaga kesehatan terutama tentang ASI Eksklusif dan hal-hal yang terkait dengan ASI cksklusif seperti pcrsoalan yang terjadi selama menyusui yang dimulai scbelum masa pcrsalinan, sarnpai sesudah persalinan. Meningkatkan promosi ASI eksklusif melalui media elektronik seperti radio dan media cetak yang lebih menekankan keuntlmgan ASI ekskluisf dibandingkan susu fonnula merupakan kunci penting penyebaran praklck tentang pemberian ASI Pemberdayaan petugas kesehatan (dokter, bidan dan paramedis lainnya) untuk menmgkaucan pengetanuan dan keu°a.mpuan pelugas daiam rangka peningkatan pemberian ASI.
Breast milk is a fat emulsion in protein, lactose, and organic mineral salts excreted by mother?s breast glands as main food for baby which sufficient to fulfill the baby nutrition needs for the first 6 months. Indonesian Demography and Health Survey (SDKJ: Survei Demograli dan Kesehatan Indonesia) in 2002-2003 showed that, in average, Indonesian babies have exclusive breastfeeding only until the age of 1.6 month, and babies who have exclusive breastfeeding until the age of 4 -5 months are only 14%. Based on WHO report in 2000, there are only 15% of Indonesian babies which are breastfed exclusively. In Tangerang district, the numbers of exclusive breastfeeding are still relatively low: mothers who have done early initiation are 9.8%, and mothers who have done exclusive breastfeeding are 27.8% (Care, 2006). This is, by far, still under rhe district or national target which is 80%. This research analyzed secondary data of the ?Survei Kinerja Berdasarkan indikator Kabupaten Tangerang Sehat 20l0? (performance survey based on Kabupaten Tangerang Sehat 2010 indicators). The objective of this research is to obtain description and factors which are related with exclusive breastfeeding in 'Tangerang district. Design model used in this research is cross sectional, and the respondents are housewives who have 6 - 12 months old baby with total sample of 660, taken selectively based on inclusion and exclusion criteria of housewives having infant. Analysis study results showed that the number of exclusive breastfeeding is l8.5%, 74.4% of the respondents are non-working housewives. 30.2% of the respondents are elementary school graduates. For baby delivery place, 37.2% chose clinics / midwife place and 42.1% chose their own places. The delivery process is mostly helped by midwife (55.9%) and by ?dulcun? (32.3%). 79.5% of the respondents follow Keluarga Berencana (family planning program) and most used contraceptive method is injection (8O%). Education level variable is the most dominant variable related with exclusive breastfeeding. In order to improve the number of exclusive breastfeeding it is necessary to conduct intensive guidance /teaching through direct communication between health officers in the villages / rural areas and group leaders, PKK response team, and mothers in mothers community forum about exclusive breastfeeding. Mothers / housewives must have sufficient and correct information about breastfeeding in order to breastfeed successfully. Training of the health officers is needed especially about exclusive breastfeeding and its related matters, such as the problems during breastfeeding started before delivery (prenatal) until alter delivery (postnatal). Promoting exclusive breastfeeding through electronic media such as radio and press which point the advantages of exclusive breastfeeding compared to fomiula milk is a key point in spreading the practice of breastfeeding. It is also important to intensify the role of health officers (doctors, midwives, paramedics) to improve the knowledge and skill of the officers in order to increase the practice of breastfeeding.
Depok: Universitas Indonesia, 20007
T32047
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiretno Yulianti
Abstrak :
Hipenensi merupakan salah satu penyakit degcncratif yang banyak diderita oleh usia lanjut, merupakan penyakit yang melibatkan system sirkulasi darah dan merupakan masalah kesehatan masyarakat. Hipcrtensi meningkatkan risiko terjadinya infark myocard acute, penyakit jantung koroner, kerusakan parenkim ginjal, dan stroke (Newman,2002) sedangkan mcnurut Krummel (2000) mempakan faktor risiko untuk penyakit jantung koroner, stroke, dan kegagalan jantung kongestif. Semakin tinggi tekanan darah semakin tinggi pula risiko Penyakit jantung koroner. Prevalensi hipertensi senakin meningkat dengan bertambahnya usia (Scottish lntercollcgiate Guidelines Network, 2001). Dilaporkan bahwa lebih dari 50% usia lanjut menderita hipertensi. Kamso (2000) mendapatkan hipertensi di 6 kota Indonesia sebesar 52,5%, sedangkan di kota Bogor prevalensi hipertensi pada usia lanjut belum dikctahui tetapi kunjungan pasien usia lanjut kc puskcsmas dengan hipertensi dalam dua tahun terlihat peningkatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi hipertensi pada usia lanjut di Kota Bogor dan faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi. Sampcl pada penelitian ini betjumlah 104 orang usia lanjut (72 perempuan dan 32 laki~laki) berusia 60-86 tahun. Pengambilan sampel dilakukan secara proporsional dan acak sistematis di dua kecamatan, yaitu kecamatan Tanah Sareal dan Kecamatan Bogor Utara. Penelitian ini dilakukan dengan melihat hubungan antara status gizi, umur, jenis kelamin, riwayat hipcrtensi dalam keiuarga, sosioekonomi (tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga, dan status perkawinan), dan gaya hidup ( olahraga, kebiasaan merokok, stres, dan konsmnsi lemak dan garam). Penelitian mendapatkan hasil prevalensi hipertensi pada usia lanjut di kota Bogor sebesar 66,3%, lebih linggi dari hasil penelitian di Indonesia 52,5% (Kamso,2000) dan di kota Depok 57,4% (Sitorus, 2002), tetapi hampir sama dengan data di Amerika Serikat, yaitu sekitar 60-71% (NHANES III). Faktor - faktor yang berhubungan secara bermakna dengau hipertensi adalah jenis kelamin dengan nilaj p= 0,0l8; OR=l,040 (95%CI: 0,448-2,4l7), Status gizi dengan niiai p= 0,047; dan OR = 4,053 (95%Cl: 1,109-14,8l3), dan kcbiasaan olahraga dengan nilai p= 0,0l0 dan nilai 0R= 0,306 (95% CI: 0,131-0,715). Dari hasil analisis multivariat didapatkan faktor yang paling dominan berhubungan dengan hipertcnsi adalah jenis kelamin. Hasil pcnelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk pembinaan kesehatan usia lanjut melalui pembinaan secara terpadu di Posbindu dari segi kesehatan berupa upaya promotif, preventif, maupun kumtif dan rehabilitatif. Upaya pencegahan hipertensi yang dapat diusulkan adalah pelatihan senam dan olahraga khusus untuk usia lanjut, pola hidup sehat sejak sebelum memasuki usia lanjut, dan menjaga Indeks Massa Tubuh agar tidak lebih dari 25 kg/1112.
Hypertension, the one of degenerative disease in older people, is a disease that involve blood circulation system and one of health community problems. Hypertension can improve acute myocard infarction, coronary heart disease, renal parenchym damages; and stroke (Newman, 2002) and Krummel (2000) said that hypertension is a risk factor for coronary heart disease, stroke, and congestive heart failure. Increase of blood pressure may cause the increase the risk of coronary heart disease. Hypertension prevalence is as high as aging process (Scottish Intercollegiate Guidelines Network, 2001). It had been reported that more than 50% older people have hypertension. In Bogor city the prevalence of hypertension in older people are unkown but hypertension patients at primary health care (Puskesmas) are increasing at the last two years. The objective of this study are to know the hypertension prevalence in older people at Bogor city and factors involved. The samples are 104 older people (72 female and 32 male) aged 60-86 years. Samples was taken with proportional and sistemically random methods at two subdistricts, Kecamatan Tanah Sareal dan Kecamatan Bogor Utara. This study was to see the factors that are involved to hypertension such as nutritional status (BMI), age, sex. genetic, socioeconomic status( education. occupational status, income, and marriage ), and lifestyle ( exercise, smoking habit, stress, fat, and salt consumption). This study concluded that the hypertension prevalence in older people at Bogor city is 66.3o/o, higher than Kamso (2000), which is only 52,5% and Sitorus (2002) at Depok which is only 57.4%. But it simllar with the re;'Uit of NHANES III in US about 60 71% which depend on race. Factors that significanly involved with hypertension are sex with p value = 0.018; OR=I,040 (95%CI: 0,448-2,417), BMI with p value= 0.047 and OR = 4,053 {95%CI: 1,109-14,813), and exercise with p value = 0.010 and OR=0,306 (95% Cl: 0,131-0,715). The multivariate foWld that the dominant factor is sex. We hope that the result of this study analysis can be used for increase the health of elderly with coordinating the activities at Posyandu by Puskesmas in promotive, preventive. curative and rehabilitative programme. The best effort to reduce the rate of hypertension and get optimal results on older people is to provide them with a special exercise that are led by an in-structure, healthy life style, and BMI, don't be more than 25 kglm'.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32079
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asmayuni
Abstrak :
Kejadian kegemukan pada perempuan lebih sering dibandingkan pada laki-laki, sehingga menjadi permasalahan yang panting untuk dipertimbangkan. Dampak ditimbulkan akibat kegemukan terutama pada perempuan adalah risiko penyakit degeneratif seperti diabetes melilus, hypertensi, cardiovasculer, osteoartritis dan lain sebagainya. Status kegemukan dapat dikctahui dengan Indcks Massa Tubuh (IMT) aimzung dad pcfbfmdingan berat badan aengan tinggi baaan dam kg/mz, indikasi ina menggunakan indikator IMT dengan nilai ambarlg batas > 25,0 kg/m2. Prevalensi perempuan yang gcmuk (IMT >25.0) terdapat pada golongan umur 30-49 tahun. Data Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat tahun 2004 melaporkan kegcmukan (IMT >25) pada perempuan di Kota Padang Panjang adalah 53,3 %, angka ini adalah angka tertinggi diantara kabupaten/kota di Swnbar, dengan status kegemukan pada perempuan 33,5%.

Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan kegemukan pada perempuan umur 25 - S0 tahun di Kota Padang Panjang tahun 2007, yang diukur dengan Indcks Massa Tubuh (IMT). Data yang digunakan adalah data primer dengan pendekatan kuantitatif observasional, dengan rancangan potong lintang (cross sectional). Pcnelitian dilaksanakan pada Bulan April-Mei 2007. Rcsponden dalam penelitian ini dipilih dengan acak sederhana dari tiap-tiap kelurahan, dan jumlah responden masing-masing kelurahan ditetapkan secara proporsi dari jumlah populasi per kehuahan. Jumlah sampel minimum ditempkan sebanyak 192 ormg, dan disebar kc 16 kelurahan di Kota Padang Panjang. Variabcl dcpcndcn adalah kegemukan (IMT), dan varibcl indcpcndcn adajah umur, riwayat kegemukan dari orang tua, paritas, konsumsi makanan, alctiiitas iisik, pola makan, status ekonomi, status perkawinan, dan pengetahuan gizi. Analisis data dilakukan sccara bcrtahap dimulai dengan univariat, bivariat (chi square) dan multivariat (multiple logistic regression).

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata IMT pada perempuan umm' 25-50 tahun adalah 26,60 i 6,03 kg/mz, perempuan gemuk IMT >25 adalah 54,2%. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan bennakna antara konsumsi karbohidrat, riwayat kegemukan dari orang tua, dan status ckonomi dengan kegemukan pada perempuan umur 25 - 50 tahun di Kota Padang Paniang (p<0,05). Faktor yang dominan berhubungan dcngan kegemukan adalah status ckonomi (OR 2,2), riwayat kegemukan dari orang tua (OR 2,0) dan konsumsi karbohidrat (OR 0,4).

Kesimpulan dari penelitian ini, antara lain adalah perempuan yang keluarganya pada tingkat status ekonomi tinggi berisiko 2,2 kali menjadi kegemukan tiibandingkan perempuan dengan status ckonomi rendah. Dcmikian pula halnya dengan perempuan yang ada ketunman gemuk dari orang tua 2 kali akan menjadi gemuk dari pada perempuan yang tidak ada riwayat gemuk dad orang tua. Disamping itu pcrempuan dengan konsumsi karbohidrat tinggi berisiko gemuk 0,4 kali dari pada perempuan yang konsumsi karbohidrat rendah. Keadaan ini disebabkan dengan mempertimbangkan indeks glikemik pangan yang dikonsumsi, karena konsumsi rendah karhohidrat tapi indeks glikemik pangannya tinggi, akan berisiko kegemukan dibandingkan dengan konsumsi karbohidrat tinggi dengan indeks glikemik pangannya rendah.

Disarankan agar institusi kesehatan bersama dinas instansi terkait seperti Dinas Sosial, Keluarga Berencana, dan Tenaga Katja, BAPPEDA, Dinas Penanian, dan Pcndidikan tergabung pada kelompok ketja (pokja) Perbaikan Gizi masyarakat, mcrencanakan program pengendalian kegemukan terhadap masyarakat Kota Padang Panjang dengan selalu mclakukan pemantauan status gizi (kegemukan) sebulan sekali bempa kelompok posyandu atau sanggar senam aerobik dan timess, untuk mencegah timbulnya penyakit degeneratif.
i>Obesity is more often experienced by women than men. This is very important to be analyzed. The effects of obesity, especially for women, is degenerative illness such as diabetes, hypertension, cardiovascular, osteoarthritis, etc. Obesity status can be known through Body Mass Index (BMI) by comparing body weight with body height in kg/mz. This indication is using BMI indicator with > 25,0 kg/m2 limits. Prevalence of obesity women (BMI > 25,0) experienced by the women group of 30 - 49 years old. The data of Health Department of West Sumatera Province in 2004 show that obesity (BMI > 25) experienced by the women in Padang Panjang city is 53.3%. This is the highest figure throughout the regions in West Sumatera, where obesity status for the women is 33.5%.

The objective of this research is to fmd description of obesity of 25 - 50 year old women in Padang Panjang City In 2007 through Body Mass hidex (BMI) and other related factors. This research uses primary data with observational quantitative approach and cross sectional method. This research was done in April- May 2007. Respondents for this research is selected based on simple random technique from each village. The numbers of respondents fiom each village is proportional of the population. The minimum sample in this research is 192 women in 16 villages in Padang Panjang City. Independent variable is obesity (BMI) and independent variables are age, descent obesity, parity, food consumption, physical activities, eating habits, economic status, marriage status, and knowledge of nutrition. Data analysis is done in stages begins from partial regression, chi square and then multiple logistic regression.

The result of this research shows that the average of Body Mass Index (BMI) for 25 - 50 years old women is 26.60 :t 6.03 kg/1112, respondents of obesity BMI > 25 is 54.2%. This analysis shows that there is a significant correlation between carbohydrate consumption, descent obesity and economic status with obesity for 25 - 50 years old women in Padang Panjang City ( p > 0.05). Dominant related factor with obesity is economic status with OR 2.2, for descent obesity with OR 2.0 and OR 0.4 for carbohydrate consumption. The conclusion of this research is the women of high economic status have 2.2 times risk of experiencing obesity compared to the women of low economic status. The women with descent obesity also have 2.2 times risk of experiencing obesity compared to the women with no descent obesity. ln addition, the women with high carbohydrate consumption have 0.4 times of experiencing obesity compared to the women with low carbohydrate consumption. Although the women with low carbohydrate consumption but high glikemik index will have risk of experiencing obesity compared to low glikemik indeks.

The results of this research recommends to health department with other related departments such as social department, family planning, manpower department, Regional Development Board, agricultural department and education department cooperate to deal with public health, obesity restraint planning, in Padang Panjang City by controlling nutrition status once in a month in small social units like aerobic, fitness to prevent degenerative illness.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34441
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Nursyarifah
Abstrak :
ABSTRAK Berat lahir bayi digunakan sebagai salah satu indikator untuk memprediksi pertumbuhan dan ketahanan hidup bayi disamping status gizi dan kesehatan bayi. Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) adalah berat lahir kurang dari 2500 gram dengan mengabaikan usia kehamilan. Berbagai penelitian membuktikan terdapat banyak faktor yang mempengaruhi berat lahir, khususnya status gizi ibu. Tujuan dari penelitian yang dilakukan secara potong lintang ini adalah untuk mengetahui apakah Lingkar lengan Atas (LILA) merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan berat lahir pada ibu hamil usia remaja dengan menggunakan indikator status gizi lain (Berat Badan sebelum Hamil, Pertambahan Berat Badan selama Hamil, Tinggi Badan), gynecological age, frekuensi antenatal care, tingkat pendidikan dan asupan gizi sebagai prediktor. Penelitian dilakukan pada 94 ibu hamil usia remaja dengan rata-rata usia 18,01±1,12 tahun. Berat lahir, status gizi, frekuensi antenatal care, tingkat pendidikan diperoleh dari rekam medis (kohort Ibu dan buku kunjungan KIA), gynecological age diketahui melalui pengisian kuesioner, dan asupan gizi dihitung dengan menggunakan metode Food Frequency Questionaire (FFQ). Terdapat hubungan yang bermakna antara LILA, Berat Badan sebelum Hamil dan gynecological age dengan berat lahir bayi. Hasil uji statistik menyatakan bahwa LILA merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan berat lahir setelah dikontrol variabel Berat Badan sebelum Hamil, Pertambahan Berat Badan selama Hamil, gynecological age, frekuensi antenatal care, asupan energi total dan asupan zat besi. Untuk meningkatkan outcome kehamilan pada remaja, Puskesmas, Sekolah, BKKBN, LSM direkomendasikan untuk mengimplementasikan program peer group yang kegiatannya melibatkan keluarga dan berfokus pada pengendalian dan dukungan pada ibu hamil remaja, peningkatan status gizi, dan promosi asupan yang bergizi seimbang.
ABSTRACT Baby birth weight was used as one of indicator for predicting baby?s growth and life?s survival beside of baby?s nutrient and health status. Low birth weight baby means a baby who have birth weight less than 2500 gram by ignoring pregnancy age. Some researchs proved that many factors affecting birth weight, mother?s nutrient status in particular. This study aim to understand whether upper arm circumference is the dominant factor which related with baby?s birth weight of teenage pregnant mother by using other nutrient status indicator (body weight before pregnancy, weight increase during pregnancy, body height), gynecological age, antenatal care frequency, education level and nutrients intake as predictor. Study design is cross sectional with 94 teenage pregnant mother. The mean of age was 18,01±1,12 years. Birth weight, nutrient status, antenatal care frequency and education level was recognized by fill in questionnaire while nutrients intakes was calculated by Food Frequency Questionaire (FFQ) method. There was a significant relationship between upper arm circumference, body weight before pregnancy and gynecological age with baby birth weight. Statistical Test showed that upper arm circumference is dominant factor which have a correlation with baby birth weight after controlled by body weight before pregnancy, weight increase during pregnancy, gynecological age, antenatal care frequency, total energy intake and Iron intake variables. To improve teenage pregnancy outcome, Primary Health Center, Schools, Family Planning Coordination Board and Non- Goverment Organization were recommended to implement peer group program which some activities involving family member and focus on controlling and supporting teenage pregnancy mothers, nutrient status improvement and promoting balance nutrients intakes.
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T35362
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iis Fatimah
Abstrak :
ABSTRAK Stunting atau perawakan pendek pada anak merupakan suatu ?tragedi yang tersembunyi? dan dampaknya menyebabkan gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang irreversibel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan kejadian stunting pada balita usia 24 ? 59 bulan di Kelurahan Harapan Mulya Kota Bekasi tahun 2013. Disain penelitian adalah cross sectional dan melibatkan 143 sampel yang diambil dengan sampel acak sederhana. Status stunting dinilai berdasarkan Z-score TB/U menurut klasifikasi WHO. Pengukuran tinggi badan menggunakan microtoice, berat badan menggunakan timbangan digital, asupan makanan (energi, protein, vitamin A, zink) menggunakan FFQ semikuantitatif. ASI, berat lahir, penyakit infeksi, pendidikan ayah dan ibu, status ekonomi didapatkan melalui wawancara. Hasil analisis menunjukkan sebanyak 32,9% balita usia 24-59 bulan tergolong stunting. Uji chi-square menunjukkan berat lahir, asupan energi dan protein, asupan zink, pendidikan ayah dan status ekonomi berhubungan signifikan dengan kejadian stunting. Analisis regresi logistik menghasilkan berat lahir sebagai faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian stunting setelah dikontrol pendidikan ayah dan asupan energi (p=0,003;OR=6,663;CI=1,87? 23,5). Untuk mencegah kejadian stunting pada balita, disarankan pemeriksaan kehamilan yang teratur, memberikan makanan bergizi seimbang untuk balita sesuai AKG yang dianjurkan, mempersiapkan status kesehatan dan gizi yang baik untuk remaja perempuan sebelum kehamilan.
ABSTRACT Stunting or short stature is a ?hidden tragedy? and its impact causes disorder to a irreversible child?s development. The aim of this study were to determine the dominant factor of stunting among children aged 24-59 months at Harapan Mulya sub-district in Bekasi city 2013. Design was a cross sectional study on 143 children whom chosen by simple random sampling. Status of stunting were expressed by height for age z-score (HAZ) according to the WHO classification. Children?s height were measured using microtoise, body weight was measured with digital scales, nutrients intake (energy, protein, vitamin A and zink) were collected throught semiquantitative FFQ. Breastfeeding, birthweight, infection disease, education of father and mother and economic status were collected through interview. The analysis result showed 32,9% children aged 24-59 months were stunting. Chi-square test showed birthweight , energy and protein intake, zinc intake, father education and economic status were significant correlate with stunting. Logistic regression analysis showed birthweight variable as a dominant factor which related to stunting after being controlled by father education and energy input (p=0,003;OR=6,663;CI=1,8723,5). Suggestion for deterrence of stunting is the regular pregnancy inspection, giving nutritious wellbalanced under five years food input as according to AKG suggested, preparing good nutrient and health status for woman adolescent before pregnancy.
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T35912
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurokhmah
Abstrak :
Skripsi ini membahas korelasi lingkar pinggang, lingkar pinggul, Rasio Lingkar Pinggang dan Pinggul (RLPP), Indeks Lemak Tubuh (ILT), Indeks Massa Tubuh (IMT), dan tricep skinfold sebagai variabel independen dengan persen lemak tubuh untuk mendapatkan model prediksi persen lemak tubuh dengan cara yang paling sederhana tetapi akurat. Selain itu, skripsi ini juga membahas validitas keenam variabel independen tersebut dalam mendeteksi obesitas pada perempuan usia 20-40 tahun. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional dengan melibatkan 138 mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia berusia 20-40 tahun yang didapat dengan simple random sampling. Hasil penelitian ini ialah pengukuran IMT, lingkar pinggul atau lingkar pinggang merupakan cara yang tepat untuk memprediksi persen lemak tubuh karena memiliki korelasi sangat kuat (r IMT 0,939, lingkar pinggul 0,898, dan lingkar pinggang 0,895 dengan p<0,000). Analisis sensitivitas dan spesifisitas juga menempatkan ketiga variabel tersebut sebagai variabel yang paling tepat digunakan untuk mendeteksi obesitas dengan cut-off IMT 23,01 kg/m2 (Se=88,90%, Sp=89,30%), lingkar pinggang 74,80 cm (Se=94,44, Sp=86,90%), dan lingkar pinggul 94,90 cm (Se=87,00%, Sp=85,70%). Akan tetapi, masih diperlukan penelitian lain untuk memvalidasi temuan ini terkait dengan variasi etnis. ......This thesis discusses the correlation of waist circumference, hip circumferences, tricep skinfold, waist-hip ratio (WHR), Body Adiposity Index (BAI), and Body Mass Index (BMI) as independent variables with percent body fat to develop a percent body fat prediction model precisely by simplest way. It also discusses the validity the six independent variables above to detect obesity of Indonesian women 200-40 years old. The study using cross sectional design takes 138 females students among 20-40 years old from Faculty of Public Health University of Indonesia as samples by simple random sampling. Results of the research are measuting hip circumference or waist circumference is the best way to predict percent body fat because they have a very good correlation (r BMI 0,939, hip circumference 0, 898, waist circemference 0,895 with p<0,000). Sensitivity and specificity analysis also places the three variables as the best ones to detect obesity with cut-off point 23,01 kg/m2 for BMI (Se=88,90%, Sp=89,30%), 94,90 cms for hip ciecumference (Se=87,00%, Sp=85,70%) and 74,80 cms for waist circumferences (Se=94,44, Sp=86,90%). However, another similar studies were still needed to validate this result related to ethnic variation.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52668
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>