Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 90 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abdul Basith H. ijazy
"PT. Cipta Mandiri Wirasakti adalah salah satu perusahaan nasional produsen wiring haness dan battery cable untuk otomotif. Pemeliharaan equipment produksi dan sebagian besar fasilitas umum perusahaan dikelola oleh bagian Maintenance, menekan breakdown equipment merupakan tujuan utamanya. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya, disamping melakukan aktivitas teknis di lapangan, bagian Maintenance juga melakukan aktivitas administratif. Tugas administratif di bagian Maintenance cukup sulit dilakukan dengan banyaknya sumber daya equipment yang harus dikelola.
Sistem Informasi Pemeliharaan merupakan sebuah sistem perangkat lunak yang dikembangkan untuk mengotomasi proses administratif yang mendukung aktivitas pemeliharaan. Sistem ini menyediakan beberapa fungsionalitas yang dibutuhkan untuk mempermudah proses-proses administratif yang bersifat kritis. Kesulitan-kesulitan yang dialami staff administrasi selama ini serta keinginan untuk meningkatkan kefektifan dan efisiensi proses di bagian Maintenance menjadi pertimbangan untuk pengembangan sistem ini.
Spesifikasi kebutuhan perangkat lunak yang lengkap dan terdokumentasi dengan baik diperlukan untuk keberhasilan pengembangan perangkat lunak ini. Dengan panduan metodologi Rational Unified Process (RUP) diharapkan bahwa spesifikasi kebutuhan perangkat lunak yang dihasilkan dapat membantu tim pengembang untuk mengembangkan sistem perangkat lunak ini. Adaptasi disiplin business modeling dan requirement dari RUP akan disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan proyek.

PT. Cipta Mandiri Wirasakti is one of automotive wiring harness and battery cable manufacturer in Indonesia. Maintenance of production equipments and the most of company's general utilities is the responsibility of Maintenance Division, to minimize equipment breakdown is the primary objective. In performing its responsibilities, Maintenance Division performs administrative activities in addition to its technical plant activities. These administrative activities are not simple tasks to do, due to a large number of equipment resources to be managed.
Maintenance Information System is a software system to be developed to automate administrative processes in supporting equipment maintenance objectives. The software system shall deliver several functionalities needed to facilitate critical administrative processes. The presence of difficulties that administration staffs have been facing and the expectation of improved process effectiveness and efficiency in the Maintenance Division encourage the development of the software system.
The complete and well prepared documentation of software requirements specification is required in supporting the successful software system development. The software requirements specification delivered by adapting Rational Unified Process (RUP) methodology as a guideline is excpected to assist the project team in the software system development. The adaptation of business modeling and requirements disciplines of the RUP will be configured to meet the c haracteristic and requirements of the project."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satrio Baskoro Yudhoatmoko
"Pengembangan suatu software dalam suatu domain yang sama secara individual seringkali menyebabkan terjadinya kondisi reinventing the wheel baik terhadap requirements maupun komponen lain yang dikembangkan. Untuk meminimalisir kondisi reinventing the wheel dan meningkatkan metoda reuse maka alangkah baiknya jika requirements hingga komponen lain yang bersifat umum (common) diantara software dalam domain tersebut dapat didokumentasikan. Selain itu, requirements hingga komponen lain yang bervariasi (variable) antar software dalam domain tersebut juga diharapkan bisa terdokumentasi agar kebutuhan segmentasi pengguna tertentu dapat terpenuhi. Hal-hal tersebut dilakukan dalam suatu teknik yang disebut software product line engineering atau disebut juga domain engineering. Pada teknik ini dilakukan pendefinisian dan pengembangan commonality dan variability dari suatu software product line. Software product line merupakan kumpulan aplikasi-aplikasi software yang berada dalam satu domain aplikasi yang sama.
Pada penelitian tesis ini dilakukan software product line engineering pada domain sistem informasi akademik perguruan tinggi. Hanya saja pada penelitian ini dibatasi pada pendefinisian commonality dan variability requirements dari domain sistem informasi akademik perguruan tinggi (atau hanya melakukan sub-proses domain requirements engineering dari proses domain engineering dari software product line engineering). Pada pendefinisian commonality dan variability requirements digunakan existing requirements dari sistem informasi akademik perguruan tinggi yang sudah ada. Sistem informasi akademik tersebut adalah sistem informasi akademik Universitas Indonesia, Universitas Riau dan STT PLN.
Metode yang digunakan untuk mendefinisikan adalah Application-Requirements Matrix dan kemudian dimodelkan dengan menggunakan Feature-Oriented Domain Analysis. Menurut Bockle, Pohl dan Linden dalam bukunya [Bockle et al, 2005] bahwa mendapatkan jumlah commonality sebanyak mungkin adalah penting agar mengurangi jumlah variability untuk kebutuhan minimum aplikasi.
Hasil dari penelitian tesis ini berupa definisi commonality dan variability requirements untuk software product line sistem informasi akademik perguruan tinggi. Namun, dari hasil penelitian ini terlihat bahwa jumlah commonality requirements lebih sedikit jumlahnya dibanding variability requirements-nya. Hal ini disebabkan karena terdapat perbedaan kompleksitas requirements dari ketiga data dalam penelitian ini. Akhir kata, semoga hasil penelitian tesis ini merupakan awal dari penelitian lanjutan bidang software product line engineering, khususnya untuk domain sistem informasi akademik perguruan tinggi.

The development of individual softwares in a certain domain tends to reinvent the wheel of things like the software requirements or other components being develop. In order to minimalize the tendency of reinventing the wheel and to improve the reusability of requirements and other components in software development, it would wise if those common requirements and other components were documentated. In order to accommodate the need of certain segmentated user, the commonality and variability requirements are needed to be explore. The way to do all those things is called software product line engineering (also known as domain engineering). This technique is a way to define the commonality and variability of a software product line. A software product line is a set of software which has the same software domain.
In this thesis research, the research of software product line engineering is focused in the domain of university`s academic information system. The limitation of this research is that in this research is only defining the commonality and variability requirements of university`s academic information system software product line. This process is part of the domain requirement engineering sub-process of the domain engineering process in software product line engineering. To define the commonality and variability requirements, the existing requirements from the existing university`s academic information system are being used as research subject. Those requirements are from University of Indonesia`s, University of Riau`s and STT PLN`s academic information systems.
The method to define the commonality and variability requirements is called Application-Requirements Matrix and the result is modeled using Feature-Oriented Domain Analysis. According to Bockle, Pohl and Linden in their book [Bockle et al, 2005], having commonality requirements as much as possible are important because it would decrease the amount of variability requirements to build a minimum requirements application.
The result of this thesis research is the definition of commonality and variability requirements of university`s academic information system. In the result of this research, it shows that the amounts of commonality requirements are less than the amount of the variability requirements. This happens due to the major differences of the requirements complexity from the three data used in this research. Last but not least, the result of this research is hoped to be the beginning of researches in software product line engineering especially in the domain of university`s academic information system."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Dian Irawatie
"Metodologi pengembangan perangkat lunak disusun berdasarkan siklus pengembangan perangkat lunak yang terdirl atas sejumlah tahapan yaitu: analisis, perancangan, implementasi, uji program, dan perawatan. Setiap tahapan dapat dibantu oleh sistem komputer yang dikenal sebagai alat bantu pengembangan perangkat lunak [Computer Aided Software Engineering-CASE tool]. Metodologi pengembangan perangkat lunak yang saat ini banyak digunakan adalah metodologi terstruktur. Salah satu metoda terstruktur untuk tahap perancangan adalah metoda yang dikemukakan oleh Edward Yourdon, yang kemudian diperluas oleh Larry Constantine. Hasil penerapan dari metoda ini untuk perancangan adalah suatu diagram struktur yang menggambarkan struktur dari perangkat lunak yang dirancang, yakni hirarki fungsional, ketergantungan, pengulangan, inklusi, pemilihan, serta pengiriman arus data dan kontrol antara modul-modul pembentuk perangkat lunak tersebut. Tulisan ini merupakan hasil penelitian dari pemanfaatan diagram struktur berdasarkan metoda perancangan terstruktur Yourdon/Constantine guna membantu otomasi tahap implementasi. Perangkat lunak sebagai hasil dari penelitian ini adalah prototipe sebuah alat bantu pembangkit kode yang diberi nama DB4GEN, dimana kode yang dihasilkan berupa kerangka program dBase IV. Dengan menggunakan DB4GEN ini konsistensi antara program yang dihasilkan dengan rancangan program dapat dijaga serta waktu yang dibutuhkan untuk penulisan program dapat dipersingkat karena telah tersedia kerangka kode program dalam bentuk program terstruktur. Selain itu DB4GEN menghasilkan dokumentasi program guna mempermudah pemrogram dalam melengkapi kerangka program menjadi program lengkap."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 1993
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anwar Sukito Ardjo
"ABSTRAK
Sistem pakar sebagai salah satu cabang dari kecerdasan buatan merupakan kajian yang menarik dan banyak diminati. Hal ini karena sistem pakar merupakan akumulasi keahlian manusia yang direpresentasikan dengan komputer, sehingga diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap manusia. Sistem pakar akan semakin lengkap bila dalam proses pengambilan keputusan juga mendekati cara kerja otak manusia, oleh karena itu ide jaringan syaraf diadopsi untuk sistem pakar dalam tesis ini.
N-XSIMP (Neural network based - expert System for Injection Molding Process) disajikan untuk domain masalah yang berkaitan dengan proses injeksi plastik (termoplastik). Di dalamnya tercakup 24 diagnosis (10 masalah mesin injeksi dan 14 masalah pada produk. Saran aksi akan muncul dalam 4 aksi (dinaikan, diturunkan, perbaikan, dan variasi) dimana sistem menyediakan 6 lainnya. Dengan demikian saran keseluruhan mencapai 240 buah saran. Sedangkan langkah penanggulangan terdiri dari 24 perubahan pada komponen (13 perubahan setelan pada mesin, 5 perubahan pada cetakan, dan 6 perubahan lainnya ).
Implementasi mesin inferensi menggunakan algoritme winner take-all groups, algoritme ini memiliki karakteristik bahwa pada saat yang sama hanya ada satu masalah yang muncul. Pembelajaran perseptron diimplementasikan sebagai pengenalan atau pelatihan data oleh jaringan syaraf. Karakteristik ini selain cocok untuk mendiagnosis masalah yang muncul pada saat proses injeksi plastik juga sangat cocok untuk kasus pengenalan pola.
Dari hasil evaluasi sejumlah responder pada tiga buah perusahaan produsen plastik besar dan dua lembaga pendidikan tinggi yang memiliki topik bahasan cetakan plastik dalam kurikulumnya, ternyata belum ada yang menggunakan sistem pakar. Tanggapan terhadap N-XSIMP sangat positif, dan menyarankan untuk dikembangkan lebih lanjut agar sistem benar-benar dapat beraksi selayaknya pakar. Saran dad pemakai juga mengusulkan agar sistem dikembangkan kemampuannya agar tidak hanya mampu berinteraksi antara manusia-mesin, namun juga antara mesin-mesin (on chip). Penambahan basis pengetahuan berdasarkan fakta di lapangan akan meningkatkan kinerja sistem agar saran yang muncul benar-benar realistis.
Pustaka: 28 (1979-1994)"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardi
"Proses perangkat lunak memainkan peranan penting dalam menghadapi kompleksitas yang ada dalam pengembangan perangkat lunak. Dalam lingkungan proyek, proses membantu perbaikan dalam memberikan perangkat lunak yang berkualitas tinggi dalam waktu dan biaya yang tepat. Penelitian ini melakukan penilaian terhadap kematangan proses Scrum dalam lingkungan proyek dalam organisasi pengembang perangkat lunak dengan studi kasus PT. Badr Interactive. Penilaian proses dilakukan menggunakan Standard CMMI Appraisal Method for Process Improvement SCAMPI kelas C berbasis Scrum Maturity Model yang sudah diperbarui.
Dari hasil penilaian, rekomendasi perbaikan disusun berdasarkan Lewin's Force Field Model dalam manajemen perubahan untuk membantu implementasi proses Scrum di proyek menjadi lebih baik lagi dan meningkatkan kemungkinan tingkat kesuksesan proyek di organisasi.
Hasil penilaian menggunakan Scrum Maturity Model level 2 dan level 3 memperlihatkan PT. Badr Interactive mendapatkan level kematangan 1 dengan nilai pencapaian sebesar 89.58 Fully Achieved untuk area tujuan 2.1 Basic Scrum Management, 85.71 Largely Achieved untuk area tujuan 2.2 Software Requirements Engineering, 88.89 Fully Achieved untuk area tujuan 3.1 Customer Relationship Management, dan 60.52 Largely Achieved untuk area tujuan 3.2 Iteration Management. Selanjutnya 16 rekomendasi perbaikan dibuat untuk mencapai kematangan proses Scrum yang lebih tinggi berdasarkan Scrum Maturity Model di proyek perangkat lunak lain berikutnya.

Software process plays important role to face the complexity in developing software. In project environment, process helps improving in delivering high quality software in defined time and cost. This research appraised Scrum process maturity in project environment in software organization with case study PT. Badr Interactive. The process appraisal is done using Standard CMMI Appraisal Method for Process Improvement SCAMPI class C based on revised Scrum Maturity Model.
From the appraisal result, recommendation for improvement is developed based on Lewin's Force Field Model in change management to help the Scrum process implementation better and increase the chance of project success rate in the organization.
The result using Scrum Maturity Model level 2 and level 3 revealed that PT. Badr Interactive reached maturity level 1 with achievement score of 89.58 Fully Achieved for goal area 2.1 Basic Scrum Management, 85.71 Largely Achieved for goal area 2.2 Software Requirements Engineering, 88.89 Fully Achieved for goal area 3.1 Customer Relationship Management, and 60.52 Largely Achieved for goal area 3.2 Iteration Management. From this result, 16 recommendations for improvement are created to achieve higher Scrum process maturity based on Scrum Maturity Model in the next software projects.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Syaifulloh Imron
"Potensi startup di Indonesia sangat tinggi. Pada tingkat Asia Tenggara, Indonesia menempati posisi kedua ekosistem startup yang mempunyai valuasi terbesar serta menjadikan Indonesia di posisi pertama dengan jumlah startup terbanyak di tahun 2020. Sektor industri peternakan ayam yang mempunyai potensi tinggi dengan total produksi ayam broiler mencapai 3,2 juta ton pada tahun 2020. Melihat startup mempunyai potensi yang besar, namun kebanyakan startup hanya memiliki usia di bawah dua tahun. Hal tersebut dikarenakan startup seringkali tidak dapat menemukan customer mereka dengan mudah, produk yang belum market fit dan model bisnis yang masih membutuhkan pengembangan. Chickin saat ini mempunyai 100 peternak yang berpotensi menjadi mitra, yang mana peternak tersebut menggunakan produk IoT Chickin namun belum bermitra dengan Chickin. Tujuan penelitian ini untuk melakukan product improvement dan merumuskan model bisnis startup sehingga terbentuk minimum viable product (MVP) yang product-market fit. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif menggunakan metode customer development. Tahap pertama dari penelitian ini yaitu melakukan analisis model bisnis startup poultry sejenis untuk menghasilkan model bisnis kompetitor. Setelah itu dilakukan iterasi menggunakan customer development. Pada tahap customer discovery dilakukan pemetaan value proposition canvas (VPC) yang selanjutnya dibuat MVP-nya. Responden pada penelitian ini yaitu peternak Chickin di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta sebagai pengguna IoT Chickin. Penelitian ini memiliki masing - masing lima responden yang dilakukan wawancara pada tahap penyusunan VPC dan customer validation. Minimum viable product yang diujikan kepada peternak mendapatkan conversion rate sebesar 100%. Dari penelitian ini terbentuk model bisnis dan high fidelity MVP yang menjawab product-market fit.

The potential for startups in Indonesia is very high. At the Southeast Asia level, Indonesia occupies the second position in the startup ecosystem, which has the largest valuation and puts Indonesia in the first position with the highest number of startups in 2020. The poultry industry sector has high potential, with a total production of broiler chickens reaching 3,2 million tons in 2020. Startups have great potential, but most are only under two years old. This is because startups often need help finding their customers easily, products that are not yet a market fit, and business models need to improve. Chickin currently has 100 farmers who have the potential to become partners. The farmers use Chicken's IoT products but have yet to partner with Chickin. This research aims to improve the product and formulate a startup business model so that a minimum viable product (MVP) that product-market fit. This research was conducted qualitatively using the customer development method. The first stage of this research is to analyze a similar poultry startup business model to produce a competitor's business model. After that, iteration is carried out using customer development. At the customer discovery stage, a VPC is mapped, which is then made a MVP. Respondents in this study were Chickin farmers in Central Java and Yogyakarta as IoT Chickin users. This study had five respondents each who were interviewed at the stage of preparing the VPC and customer validation. The MVP that is tested on farmers gets a conversion rate of 100%. From this research, a business model and a high fidelity MVP have formed that answer the product- market fit.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lumban Gaol, Luhut P.
"Perkembangan teknologi informasi, baik di bidang hardware maupun software, semakin memudahkan end user dalam membangun dan mengembangkan aplikasi-aplikasi yang dibutuhkannya. Indikasi perkembangan ini dapat dilihat dari semakin banyaknya aplikasi-aplikasi yang dibangun dan dikembangkan end user di Bapedal. Agar sisi positif perkembangan teknologi ini memberikan kontribusi yang menguntungkan Bapedal dalam upaya pencapaian visi, misi, dan sasarannya, perlu ada suatu mekanisme yang tepat, yang dapat mengendalikan dan mengontrol pengembangan-pengembangan yang dilakukan end user.
Konsep end user computing (EUC) dengan ragam variasi strategi penerapannya, pada dasarnya mengemukakan perlunya ada suatu batasan wewenang yang jelas antara end user dan divisi sistem informasi, kesiapan organisasi, komitmen manajemen, dan konsekuensi divisi sistem informasi. Dalam penelitian ini, penulis menyusun strategi penerapan EUC di Bapedal dengan mendasarkan pada model EUC management research yang dikemukakan oleh Brancheau and Brown (1993).
Model EUC management research memperkenalkan empat komponen utama yang berperan dalam EUC. Keempat komponen itu adalah: (1) context (2) individual EUC management (3) organizational EUC management dan (4) outcome. Dalam setiap komponen terdapat faktor-faktor dan variabel-variabel yang diperlukan dalam penerapan EUC. Analisis dilakukan dengan meninjau ada tidaknya faktor-faktor dan variabel-variabel tersebut. Langkah strategis yang diperlukan merupakan upaya melengkapi faktor-faktor dan variabel-variabel yang tidak ada.
Melalui serangkaian penelitian dan observasi yang tertuang dalam tesis ini, diperoleh bahwa dari sisi kesiapan organisasi dan komitmen manajemen, EUC dimungkinkan untuk diterapkan di Bapedal. Batasan wewenang dan tanggung jawab antara end user dan divisi sistem informasi perlu dituangkan dalam suatu aturan yang formal. Beberapa faktor lain yang perlu dilaksanakan Bapedal sebagai konsekuensi penerapan EUC adalah: (1) restrukturisasi organisasi divisi sistem informasi; (2) pembentukan komite tim pengarah, tim pengumpul data, dan tim analisis sistem informasi lingkungan; (3) pembentukan information center, (4) formalisasi prosedur-prosedur operasional; dan (5) penanaman rasa kepemilikan data dalam wahana end user.

The advancement of information technology, both in hardware and software has eased the end users in developing the needed application on its own. The indication of this development is reflected in the growth of the end user applications development in Bapedal. This positive aspect of information technology development gives a significant contribution toward Bapedal's vision, mission, and target achievement. To avoid chaotic situation, strategy and control mechanism has to be developed.
End user computing (EUC) concept with the variety of its strategy and implementation, basically points out the need to define a clear boundary of authority between end user and the information system division, organization readiness, management commitment, and all of its consequences. This thesis is about EUC implementation strategy based on Bapedal's case. The EUC used is based on Brancheau and Brown's EUC management research model (1993).
EUC management research model introduces four main components that play important roles in EUC. The four main components are (1) context; (2) individual EUC management; (3) organizational EUC management; and (4) outcome. In each component there are factors and variables that are needed in implementing the EUC concept. Looking at the availability of such factors and variables performs analysis. The strategy has to be proposed to fulfil those missing factors and variables.
Based on the case research survey and observation, looking deeply on the organization readiness and management commitment, Bapedal has the strong capability to implement the EUC approach. Boundary of authority and responsibility between end user and the information system division should be stated in a formal rule. Other factors that are needed to be implemented in Bapedal as a consequences of EUC implementation are: (1) restructurization of the information system division; (2) establishment of a steering committee, data collector team, and environmental information analyst team; (3) establishment of an information center; (4) formalization of operational procedures; and (5) promoting the end user data sense of belonging.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizal Muska K.
"ABSTRAK
Dewasa ini perangkat lunak telah menjadi bagian yang penting dari kebutuhan masyarakat, terutama masyarakat industri. Mereka menggunakan perangkat lunak hampir di seluruh bagian operasionalnya. Proyek-proyek pengembangan perangkat lunak tumbuh dengan pesat untuk memenuhi kebutuhan perusahaan akan perangkat lunak yang berkualitas tinggi. Sayangnya, fakta-fakta yang didapat pada dunia nyata menunjukkan bahwa sebagian besar proyek pengembangan seringkali tidak tepat jadwal, memakan waktu jauh lebih lama dari yang diperkirakan dengan biaya yang tentunya menjadi lebih besar dan menghasilkan produk dengan kualitas yang kurang memuaskan. Tantangan terbesar proyek pengembangan perangkat lunak saat ini adalah bagaimana membuat perangkat lunak yang berkualitas tinggi, yang dibangun tepat waktu, sesuai dengan target yang telah direncanakan.
Para praktisi pengembang perangkat lunak adalah komponen utama dalam proyek pengembangan perangkat lunak. Kualitas perangkat lunak dimulai dari individu pengembang itu sendiri. Meskipun demikian, metode pengembangan perangkat lunak yang mereka praktekkan sekarang ini lebih mendekati seni dibandingkan disiplin sebuah rekayasa. Pendekatan ini terbukti beresiko tinggi dan membutuhkan biaya yang sangat mahal karena para pengembang tidak memiliki proses yang terdefinisi untuk menentukan progres yang telah mereka lakukan dan untuk memprediksi pekerjaan mereka. Personal Software Process (PSPSM) adalah metodologi yang diperkenalkan oleh Wyatt Humphrey dari Software Engineering Institute, Universitas Carnegie Mellon, untuk memenuhi kebutuhan akan proses pengembangan perangkat lunak secara individual yang terstruktur. Pendekatan ini didasarkan pada premis yang menyatakan bahwa peningkatan proses pengembangan perangkat lunak akan menyebabkan peningkatan kualitas perangkat lunak yang dihasilkannya.
Tesis ini akan membahas bagaimana PSPSM dapat diimplementasikan pada individu perangkat lunak di Indonesia dengan disiplin proses rekayasa yang digunakan untuk mendefinisikan, mengukur, dan meningkatkan proses pengembangan yang mereka lakukan, yang pada akhirnya akan memberikan keuntungan bagi organisasi. Untuk mengetahui keadaan proses pengembangan perangkat lunak di Indonesia, dilakukan pengamatan dan pengumpulan data dari para individu pengembang perangkat lunak. Tesis ini akan menganalisa data-data yang berhasil didapat untuk kemudian dihubungkan dengan elemen-elemen pada PSPSM untuk mengetahui bagaimana PSPSM dapat diterapkan pada individu pengembang maupun organisasi, dan hal-hal yang harus dilakukan untuk mempersiapkan penerapan PSPSM di Indonesia.
Bibliografi: 15 (1976-1997)

ABSTRACT
Today, software has become an integral and important part of business industry in Indonesia. Software development projects are rapidly growing in numbers and inevitable complexity, needed to provide companies with high quality software. Unfortunately, real world facts show that most software development projects are hardly on schedule, thus requiring additional efforts and costs. The common challenges for today's software projects are those of being able to deliver defect-free software while maintaining tightly-planned target and resources.
Software engineers are one of the key elements of software development projects. Software quality starts from individual engineer. However, their current works are more craft rather than an engineering discipline. This approach proved to be expensive and of high risks since engineers don't have a well-defined process to measure the progress and to predict their work. The Personal Software Process (PSP) is a new methodology developed by Wyatt Humphrey from Software Engineering Institute, Carnegie Mellon University, to address the needs of structured individual software process. It is based on premise that the improved software process would produce high quality software.
This thesis is a study of how PSP could be implemented on software engineers in Indonesia, providing them with an engineering discipline to define, measure, and improve their work which in turn would make the software development projects within organization perform with high efficiency, reduce defect to a minimum, and effectiveness, resulting in high quality software. To gain insight on the current software process in Indonesia, the study starts with observation and data sample gathering of the way individual engineers perform their work, working environments' characteristics, and the utilization of resources. The focus of the thesis is on the analysis and assessment process of the data gathered from the observation , with special reference to PSP methodological concept, by which the engineers could define, measure and improve their work. The main purpose of this thesis is to see to what extent that this methodology could contribute to the development of the existing process and to consider the possibility of the implementation within organization in Indonesia.
Bibliografi: 15 (1976-1997)
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stefanus Santosa
"ABSTRAK
Pemahaman terhadap struktur dan logika suatu program buatan orang lain merupakan suatu hal yang sangat sulit dilakukan. Padahal pernahaman ini mutlak diperlukan dalam proses pemeliharaan program / sistem. Keadaan ini dipersulit lagi bila program tersebut dibuat tanpa mengindahkan kaidah perancangan yang baik, tidak dilengkapi dengan dokumen perancangan, dan terdiri dari ratusan hingga ribuan basis.
Untuk mengatasi masalah 'ini dikembangkan' suatu metode reverse engineering yang meliputi generalisasi, abstraksi, separasi, deteksi alur, sintesis, representasi, dan pembuatan laporan. Metode ini khususnya digunakan untuk mengobservasi struktur program berukuran besar secara berjenjang.
Sebagai penunjang dalam pelaksanaan matode tersebut dikembangkan suatu alat bantu yang mampu menangkap, menganalisis, dan menampilkan kembali program sumber secara dinamis dalam bentuk lain. Program sumber tersebut disusun dalam bentuk blok-blok hierarkis yang dapat ditampilkan secara berjenjang mulai hierarki yang terluar hingga yang terdalam. Selain itu alat bantu tersebut juga menampilkan blok-blok program sumber dalam bentuk yang sudah teratur kedalaman margin kiri dan pembedaan warna setiap barisnya sesuai dengan hierarki blok tersebut.
Pada berbagai kondisi observasi yang dikehendaki, observator dapat menyimpan blok-blok tersebut dalam suatu berkas untuk diedit menjadi Action Diagram.
Dalam setiap blok, informasi tentang ukuran suatu blok (LOC: Lines of Code), Cyclomatic Complexity, jumlah blok DO, blok IF, GOTO, dan nomor-nomor setiap baris program juga ditampilkan. Fasilitas untuk melakukan zizo (zoom-in zoom-out) merupakan fungsi utama yang disediakan untuk mengobservasi struktur blok-blok program.Selain itu 1ompatan observasi dapat dilakukan dengan meng-klik statemen CALL untuk menampilkan subroutine dengan segera ke layar.
Observasi struktur program secara berjenjang ini memberikan alternatif-alternatif tentang blok-blok program yang perlu dipisahkan, digabungkan, dibuang, diganti, dimanfaatkan kembali, disempurnakan, dan disusun kembali hierarkinya. Alternatif-alternatif ini sangat diperlukan dalam proses pemeliharaan program atau sistem.
Metode dan alat bantu yang dikembangkan dalam tesis ini memiliki keterbatasan. Kendala utama adalah dalam mengembangkan alat bantu yang secara otomatis mampu menangkap arti semantik dari suatu ungkapan program dengan maksud agar peran manusia dapat dikurangi. Dalam upaya lebih lanjut untuk me-revers program-program dalam domain yang spesifik dapat dikembangkan suatu alat bantu yang dilengkapi dengan kecerdasan buatan .
"
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haditia Wahju Dewanata
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2001
T40491
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>