Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Budiawan
Abstrak :
Pembentukan 8-Hidroksi-2′-Deoksiguanosin (8-OHdG) dalam Calf thymus DNA yang Disebabkan dari Reaksi 2′-Deoksiguanosin dengan Senyawa Propil Galat dan 2,6-Di-Tert-Butil-p-Benzoquinon secara In Vitro. Kerusakan oksidatif DNA yang disebabkan oleh propil galat (PG) dan 2,6-di-tert-butil-p-benzoquinon (BHT-quinon, metabolit BHT), dianalisis dari pembentukan DNA adduct, 8-hidroksi-2’-deoksiguanosin (8-OHdG), terhadap calf thymus DNA dan basa tunggal DNA, 2′-deoksiguanosin (dG) secara in vitro. PG dengan dimediasi oleh CuCl2 menyebabkan peningkatan 8-OHdG terhadap calf thymus DNA sebesar 9,17 kali lebih besar dibandingkan terhadap kontrol (DNA tanpa perlakuan). Dengan adanya CuCl2 pada konsentrasi 1,28 x10-5 M, rasio pembentukan 8-OHdG dari hasil interaksi antara dG dengan PG pada berbagai variasi konsentrasi (20-150 ppm) berkisar antara 75,50-312,06 8-OHdG terhadap 105 dG. Pembentukan 8-OHdG tersebut, meningkat dengan bertambahnya konsentrasi PG dari 20-80 ppm, kemudian mulai stabil dengan bertambahnya konsentrasi PG diatas 80 ppm. Sementara itu, BHT-quinon dengan adanya CuCl2 menyebabkan peningkatan 8-OHdG terhadap Calf thymus DNA sebesar 0,05 kali dibandingkan kontrol (DNA tanpa perlakuan). Analisis menggunakan LC-MS/MS dilakukan untuk mengidentifikasi 8-OHdG, dengan puncak induk (M+. + 1) 284 dan memiliki dua fragmen utama m/z 167,9 dan m/z 139,9. ...... Oxidative DNA damage caused by propyl gallate (PG) and 2,6-di-tert-butyl-p-benzoquinone (BHT-quinone, a metabolite of butylated hydroxytoluene (BHT)) was analyzed from the 8-hydroxy-2′-deoxyguanosine (8-OHdG) formation in calf thymus DNA and DNA base, 2′-deoxyguanosine (dG). PG in the presence of CuCl2 increased the 8-OHdG formation in calf thymus DNA by around 9.17 times as compared to the control (untreated DNA). In the presence of CuCl2 at 1.28×10-5 M, the 8-OHdG per dG ratio resulting from the reaction of dG with PG at various concentrations (20-150 ppm) ranged from 75.50 to 312.06 8-OHdG per 105 dG. The 8-OHdG formation increased when the PG concentration was increased from 20 ppm to 80 ppm, and then, it began to plateau around 80 ppm. On the other hand, BHT-quinone increased the formation of 8-OHdG in the presence of CuCl2 by 0.05 times as compared to the control (untreated DNA). LC-MS/MS analysis was used to identify the molecular structure of 8-OHdG, which had a base peak (M+. + 1) at m/z = 284 and two main fragments at m/z = 167.9 and m/z = 139.9.
Universitas Indonesia, 2015
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Herawadi
Abstrak :
ABSTRAK
Masalah merger dan akuisisi di Indonesia dewasa ini terlihat semakin menghangat dan banyak mendapat sorotan, terutama berkenaan dengan kasus akuisisi internal yang banyak terjadi di Indonesia dari berbagai kalangan baik itu berasal dari para pengambil keputusan dalam perusahaan, politisi, kalangan akademis, pengamat bisnis dan ekonomi, dll.

Cukup banyak perusahaan yang sudah go public melakukan akuisisi, bahkan akuisisi di antara satu group yang bernilai triliunan rupiah. Menurut data PDBI, clalam perioda 1989 sampal Juli 1992 telah terjadi tidak kurang dan 64 kali akuisisi perusahaan publik dengan total nilai sebesar Rp 3,925 triliun. Hanya 9 buah diantaranya yang bukan akuisisi satu group (Swa Sembada, 5/VIII, 1992: 124).

Karya tulis ini mencoba untuk mengupas masalah akuisisi internal secara kuantitatif dan kualitatif dengan mengambil satu kasus akuisisi internal dan merger antara perusahaan go public PT. Metropolitan Finance Corporation (PT. MFC) yang mengakuisisi perusahaari swasta nasional (private company) PT. Baknie Nusantara Multi Finance (PT.BMF), dimana PT. Bakrie Nusantara Corporation (PT.BNC) merupakan pemegang saham niayoritas pada kedua perusahaan tersebut.

Tidak dapat disangkai begitu besar dampak negatif akulsisi satu group di Indonesia jika tidak diatur secara jelas, tegas dan predictable. Tanpa regulasi hukum yang tegas maka akuisisi internal dapat dijadikan sebagai alat untuk meraih keuntungan yang tidak sehat bagi suatu pihak tertentu terutama plhak-pihak yang memiliki kekuasaan untuk memungkinkan bertindak sebagai pengambil keputusan tunggal bagi perusahaan (pemegang saham mayoritas).

Sementara sampai saat ini Indonesia belum memiliki aturan dan prosedur yang jelas mengenai akuisisi dalam peraturan pasar modal dan perbankan, UU No.7/1992 tentang Perbankan tidak mengatur hal tersebut juga Kepmenkeu No.15481/Kmk.013/1990 yang diperbaharui melalui Kepmenkeu No.1 199/Kmk.010/1991 tidak mengatur hal tersebut. Dan kalau kita kaji RUU Pasar Modal yang tengah dibahas di DPR, hal mengenai prosedur akuisisi juga belum disinggung.

Beberapa ciri-ciri akuisisi di Indonesia yang dapat merugikan bank pemegang saham minoritas maupun negara, secara umum antara lain disebabkan oleh: a. Akuisisi yanng terjadi banyak yang bersifat internal dan memiliki unsur conflict of interest

b. Peranan dan founders masih dominan

c. Masíh terdapatnya kekosongan peraturan tentang akusisi.

Akuisisi sebenarnya harus dipandang sebagai komponen penting dalam strategi jangka panjang perusahaan dalam memperoleh dan mempertahankan keunggulan kompetitif, sehingga dijalankan berdasarkan pertimbangan bisnis yang sehat.

Bagaimanapun untuk menghindari adanya dampak negatif yang dapat merugikan pemegang saham minoritas dan negara maka unsur fairness dalam suatu akuisisi internal harus tetap dijaga. Fairness disini dapat meliputi fair price dan fair dealing.

Unsur Fair Dealing melihat kepada prosedur akuisisi meliputi pertimbangan apakah jual beli saham tersebut dilakukan dalam waktu yang ideal, struktur dan cara negosiasi yang dilakukan, unsur keterbukaan, cara voting pemegang saham dalam memberikan persetujuan tentang akuisisi, peran direktur dll.

Unsur Fair Price meliputi pertimbangan ekonomi dan finansial sesuai dengan teori yang berlaku untuk perhitungan harga akuisisi dengan memasukkan faktor asset, market value, earnings, future prospect dll.

Karya akhir ini menyoroti unsur fair price secara mendalam, dimana menurut pertimbangan penulis unsur ini menjadi sangat penting karena adanya conflict of interest dalam akuisisi PT.BMF oleh PT. MFC, sehingga perlu dibuktikan bahwa harga akuisisi yang terjadi adalah wajar dan tidak akan merugikan pemegang saham minoritas.

Secara prinsip akuisisi tidak berbeda dengan proyek investasi lain yang dijalankan dalam rangka implementasi strategi jangka panjang perusahaan. Suatu investasi dapat dinilai feasible jika memberikan rate of return yang lebih tinggi dibandingkan dengan Opportunity Cost! Cost of Capital-nya yang dalam perhitungan Net Present Value (NPV) tercermin sebagai discount rate yang digunakan.

Dengan menggunakan metoda perhitungan Discounted FCF, penulis melakukarn perhitungan nilai wajar perusahaan, yang pada akhirnya akan dapat membuktikan apakah jenis investasi akuisisi yang dilakukan oleh PT. MFC menguntungkan atau tidak dan juga dapat dinilai kewajaran dan harga akuisisi yang terjadi.
1995
T2838
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Syafiq
Abstrak :
Konsumsi Energi Saat Laktasi dan Durasi Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Margajaya Kota Bekasi Tahun 2014. Kendati rekomendasi angka kecukupan gizi menunjukkan lebih tingginya kebutuhan energy ibu saat laktasi dibandingkan saat hamil namun penelitian di Jakarta dan Depok menunjukkan konsumsi energy ibu laktasi justru lebih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan konsumsi energi ibu laktasi serta hubungan antara konsumsi energy ibu laktasi dengan durasi menyusui di Puskesmas Margajaya Kota Bekasi tahun 2014. Penelitian dilakukan secara cross sectional terhadap 60 orang ibu menggunakan kuesioner termasuk Semi- quantitative Food Frequency Questionnaire. Analisis dilakukan menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan bermakna antara umur ibu, paritas, dan konsumsi energy ibu hamil dengan konsumsi energi ibu menyusui. Ibu cukup umur (>27 tahun), multipara dan konsumsi energy hamil rendah (<2.100 Kal/hari) berisiko untuk memiliki konsumsi energy laktasi yang rendah. Selain itu, ditemukan hubungan bermakna antara konsumsi energy ibu laktasi dengan durasi menyusui. Ibu yang konsumsi energinya saat laktasi rendah berpeluang 4 kali lebih besar untuk memiliki durasi menyusui yang singkat. Direkomendasikan perlunya informasi kepada ibu tentang pentingnya konsumsi energi saat laktasi karena kebutuhannya yang tinggi untuk mendukung produksi ASI.Disarankan juga agar peningkatan rekomendasi angka kecukupan energi untuk ibu laktasi bulan ke 6-12 dimajukan menjadi bulan ke-4 mengingat kebutuhan gizi memasuki bulan ke-4 tersebut sudah sangat besar.;Despite recommendation for higher energy intake during lactation than during pregnancy, researches at Jakarta and Depok showed that energy consumption during lactation was lower than during pregnancy. The purpose of this study is to investigate the association between individual characteristics and energy consumption during lactation, and to assess the relationship between energy consumption during lactation to duration of breastfeeding among 60 mothers in the working area of PuskesmasMargajayaBekasi City in 2014. This research used a cross-sectional design; data was collected through primary data collection by questionnaire and Semi-quantitative Food Frequency Questionnaire. Analysis was conducted using chi-square technique. The study found that mothers of sufficient age (>27 years old), multiparous, and had low (<2,100 kcal/day) energy intake during pregnancy had significant higher risk to low energy consumption during lactation. Mothers with low energy consumption during lactation had 4 times higher risk of short duration of breastfeeding. It is recommended to provide information on the importance of higher energy intake during lactation due to the higher need to support breastmilk production and also to shift forward the nutrition recommendation regarding additional energy intake during lactation period from month 6 to month 4 due to higher energy requirement that commences when lactating mothers enter the fourth month of lactation.
Despite recommendation for higher energy intake during lactation than during pregnancy, researches at Jakarta and Depok showed that energy consumption during lactation was lower than during pregnancy. The purpose of this study is to investigate the association between individual characteristics and energy consumption during lactation, and to assess the relationship between energy consumption during lactation to duration of breastfeeding among 60 mothers in the working area of PuskesmasMargajayaBekasi City in 2014. This research used a cross-sectional design; data was collected through primary data collection by questionnaire and Semi-quantitative Food Frequency Questionnaire. Analysis was conducted using chi-square technique. The study found that mothers of sufficient age (>27 years old), multiparous, and had low (<2,100 kcal/day) energy intake during pregnancy had significant higher risk to low energy consumption during lactation. Mothers with low energy consumption during lactation had 4 times higher risk of short duration of breastfeeding. It is recommended to provide information on the importance of higher energy intake during lactation due to the higher need to support breastmilk production and also to shift forward the nutrition recommendation regarding additional energy intake during lactation period from month 6 to month 4 due to higher energy requirement that commences when lactating mothers enter the fourth month of lactation.
Universitas Indonesia, 2015
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Syafiq
Abstrak :
Despite recommendation for higher energy intake during lactation than during pregnancy, researches at Jakarta and Depok showed that energy consumption during lactation was lower than during pregnancy. The purpose of this study is to investigate the association between individual characteristics and energy consumption during lactation, and to assess the relationship between energy consumption during lactation to duration of breastfeeding among 60 mothers in the working area of PuskesmasMargajayaBekasi City in 2014. This research used a cross-sectional design; data was collected through primary data collection by questionnaire and Semi-quantitative Food Frequency Questionnaire. Analysis was conducted using chi-square technique. The study found that mothers of sufficient age (>27 years old), multiparous, and had low (<2,100 kcal/day) energy intake during pregnancy had significant higher risk to low energy consumption during lactation. Mothers with low energy consumption during lactation had 4 times higher risk of short duration of breastfeeding. It is recommended to provide information on the importance of higher energy intake during lactation due to the higher need to support breastmilk production and also to shift forward the nutrition recommendation regarding additional energy intake during lactation period from month 6 to month 4 due to higher energy requirement that commences when lactating mothers enter the fourth month of lactation.

Konsumsi Energi Saat Laktasi dan Durasi Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Margajaya Kota Bekasi Tahun 2014. Kendati rekomendasi angka kecukupan gizi menunjukkan lebih tingginya kebutuhan energy ibu saat laktasi dibandingkan saat hamil namun penelitian di Jakarta dan Depok menunjukkan konsumsi energy ibu laktasi justru lebih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan konsumsi energi ibu laktasi serta hubungan antara konsumsi energy ibu laktasi dengan durasi menyusui di Puskesmas Margajaya Kota Bekasi tahun 2014. Penelitian dilakukan secara cross sectional terhadap 60 orang ibu menggunakan kuesioner termasuk Semiquantitative Food Frequency Questionnaire. Analisis dilakukan menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan bermakna antara umur ibu, paritas, dan konsumsi energy ibu hamil dengan konsumsi energi ibu menyusui. Ibu cukup umur (>27 tahun), multipara dan konsumsi energy hamil rendah (<2.100 Kal/hari) berisiko untuk memiliki konsumsi energy laktasi yang rendah. Selain itu, ditemukan hubungan bermakna antara konsumsi energy ibu laktasi dengan durasi menyusui. Ibu yang konsumsi energinya saat laktasi rendah berpeluang 4 kali lebih besar untuk memiliki durasi menyusui yang singkat. Direkomendasikan perlunya informasi kepada ibu tentang pentingnya konsumsi energi saat laktasi karena kebutuhannya yang tinggi untuk mendukung produksi ASI.Disarankan juga agar peningkatan rekomendasi angka kecukupan energi untuk ibu laktasi bulan ke 6-12 dimajukan menjadi bulan ke-4 mengingat kebutuhan gizi memasuki bulan ke-4 tersebut sudah sangat besar.
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwin Heru Wiyono
Abstrak :
Rasa nyeri persalinan yang tinggi dapat menimbulkan kecemasan pada ibu, terutama pada ibu primigravida. Nyeri yang tidak bisa diadaptasi oleh ibu yang akan melahirkan dapat meningkatkan perasaan cemas pada ibu, rasa cemas tersebut dapat menyebabkan terjadinya persalinan yang lama, sehingga kekuatan ibu akan habis saat persalinan yang berakibat terhadap kejadian perdarahan serta kala II lama. Tujuan penelitian ini untuk menge- tahui pengaruh pijat terhadap pengurangan rasa nyeri persalinan fase aktif, lama kala II, dan perdarahan persalinan pada primigravida di Puskesmas Magelang Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian desain kuasi eksperimental bentuk perbandingan kelompok statistik, yaitu mem- berikan perlakuan atau intervensi, kemudian dilakukan pengukuran atau observasi. Hasil pengukuran pada kelompok perlakuan dibandingkan de- ngan kontrol. Skala rasio digunakan. Subjek penelitian sebanyak 40 orang. Analisis data dengan uji Mann Whitney didapatkan hasil ada pengaruh pi- jat punggung terhadap adaptasi rasa nyeri persalinan fase aktif, lama per- salinan kala II dan perdarahan persalinan pada primigravida dengan nilai p= 0,001.

Severe labour pain can cause anxiety especially in primigravida. Many mothers who experience labour have not got action yet to minimize labour pain, If labour pain cannot be decreased, it will cause mother anxiety, that anxiety result in long labour, so energy will decrease that can cause labour bleeding. Therefore it is needed to take action to minimize labour pain. One of that action was back massage that could stimulate endorphine, so the pain will decrease. The objectives of this study was to know the influence of massage towards the decrease of labour pain in active fase, lenght of stage II, and labour bleeding in primigravida at Publich Health Center Magelang Selatan. Quasi-experimental design was applied with static group comparation. The design gave intervention, then measurement and obser- Pengaruh Pijat Punggung terhadap Adaptasi Nyeri Persalinan Fase Aktif Lama Kala II dan Perdarahan Persalinan pada Primigravida The Influence of Back Massage toward the Decrease of Labor Pain in Active Phase Length of Stage II and Labor Bleeding in Primigravida Wiwin Renny Rahmawati, Siti Arifah, Anita Widiastuti vation was conducted. The intervention group result was compared to con- trol. Ratio scale was used. Subject of this research was 40 person. After analizing data by man Whitney test, here are the influence of back massage toward the decrease of pain labour in active fase, lenght of labour kala II and labour bleeding in primigravida with p value= 0.001.
Semarang: Program Studi Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang, 2013
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyati
Abstrak :
Candida merupakan jamur yang dapat hidup sebagai saprofit di saluran pernapasan, saluran cerna dan kotoran di bawah kuku orang sehat. Selain sebagai komensal jamur tersebut juga dapat menyebabkan infeksi atau kandidosis baik superfisial maupun sistemik. Perubahan dari bentuk saprofit menjadi patogen terjadi bila ada faktor predisposisi yang biasanya merupakan penurunan imunitas tubuh. Salah satu keadaan dengan penurusan sistem imunitas adalah HIV/AIDs yang dapat mengubah sifat jamur yang semula komensal menjadi patogen. Pada penderita AIDS biasanya terjadi kandidosis oral atau esofagitis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui spesies Candida yang diisolasi dari tinja penderita HIV/AIDS dengan diare. Bahan penelitian yang digunakan adalah 95 sampel tinja penderita HIV/AIDS yang menderita diare. Tinja penderita dibiak pada medium SDA kemudian dilanjutkan dengan identifikasi spesien secara morfologis dan biakan dengan Chromagar. Pada isolasi didapatkan 71 (&4,74%) dari95 biakan tumbuh koloni khamir yang terdiri dari Candida 42 (44.21%), Geotichum (25.26%), campuran Candida danGeotrichum 3 (3.16%), Rhodotorula dan Trichosporon masing masing 1 (1.05%). Identifikasi species Candida menghasilkan tujuh spesies yaitu C. albicans, C. tropicalis, C. krusei, C. guilliermondii, C. glabrata, C. lusitaniae dan C. kefyr. Ternyata dari tinja penderita HIV AIDS dapat diisolasi berbagai spesies khamir. Dengan penelitian ini memang belum dapat dipastikan peran khamir di atas sebagai penyebab penyakit, namin perlu diingat bahwa salah satu petanda masuknya seorang pengandung HIV menjadi AIDS adalh infeksi Candida superfisial, jadi kemungkinan peran Candida sebagai penyebab diare tidak dapat disingkirkan.
Candida is asaprophyte in the human respiratory tract, gastro intestinal tract and also in the debris under the nail. In patients with compromised immunity such as HIV-AIDS, Candida is able to cause infection, in this case oral candidosis or esophagitis. In this study fungi were isolated from the stools of HIV/AIDS patients. Samples consisting of 95 diarrheic stools from HIV/AIDS patients were investigated for the yeast especially Candida spp. The stools were inoculated onto Sabouraud dextrose agar then the fungi were identified using morphological methods and Chromaga medium. Yeast colonies were found in 71 (74.74%) out od 95 samples from which Candida was 42 (44.21%), Geotrichum 24 (25.26%), and mixed of Candida and Geotrichum 3 (3.16%), Rhodotorula and Trichosporon 1 (1.05%) each. Species of Candida were identified as C. albicans, C.tropicalis, C. kruesei, C. guilliermondii, C. glabrata, C. lusitaniae dan C. kefyr. Although Candida could be isolated from the diarrheic stolls of HIV/AIDS patients but its role on the cause of diarrhea is still questionable.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia, 2002
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistyowati Irianto
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007
364.15 SUL p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2007
364.15 PER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2005
363.440 9 PER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1993
R 406 PUS
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library