Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 42 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jahluddin
"Berbagai upaya yang dilakukan terhadap terciptanya peningkatan kesejahteraan masyarakat, adalah merupakan salah satu hal penting yang bukan saja menjadi tanggung jawab pemerintah, akan tetapi justru merupakan tanggung jawab bersama dari seluruh komponen bangsa Indonesia. Adapun salah satu elemen guna dapat diwujudkannya keinginan tersebut, sangat banyak berkaitan dengan peningkatan kualitas kesehatan masyarakat melalui ketersediaan sarana air bersih dan penyehatan lingkungan permukiman secara cukup dan memadai. Sebagai salah satu kebutuhan vital bagi kehidupan masyarakat, peran program penyediaan sarana air bersih dan penyehatan lingkungan permukiman yang dilakukan oleh pemerintah beserta sebagian lembaga non pemerintah ini, akan berimplikasi luas terhadap terciptanya peningkatan taraf kesejahteraan bagi masyarakat miskin yang masih banyak tinggal dan hidup diwilayah perdesaan. Hal ini dikaitkan gala dengan orientasi dari program tersebut yang bersifat bantuan dengan tidak mengharapkan perolehan keuntungan secara finansial seperti yang dilakukan oleh PDAM.
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui akan perbedaan yang nyata antara masyarakat desa yang telah memperoleh program penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan permukiman dengan masyarakat desa yang belum memperoleh program tersebut, serta dampaknya terhadap tingkat ketahanan daerah Kabupaten Bima, maka pembuktiannya dilakukan melalui studi dengan memilih sekitar 80 (delapan puluh) responden yang ada di delapan desa dari empat kecamatan di wilayah Kabupaten Bima. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh gambaran bahwa suplai air bersih yang cukup serta tersedianya sarana dan prasarana penyehatan lingkungan permukiman yang memadai, telah banyak membantu masyarakat di sebagian wilayah Kabupaten Bima pada upaya untuk hidup dalam tatanan standar kesehatan yang semestinya. Selain itu, program ini juga merupakan salah satu dari sekian program yang ikut memberikan kontribusi terhadap terciptanya kesejahteraan masyarakat di wilayah perdesaan Kabupaten Bima.Dampak lain terhadap dilaksanakannya program ini secara tidak langsung, adalah selain berkaitan dengan menurunya angka tingkat kematian bayi yang berusia dibawah lima tahun (balita), juga adanya penurunan dari perseteruan/pertentangan antara warga masyarakat yang salah satunya disebabkan oleh karena perebutan sumber mata air yang ada. Oleh sebab itu, pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa program penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan permukiman yang dilaksanakan selama ini, merupakan salah satu unsur penting untuk ikut serta menciptakan ketahanan daerah Kabupaten Bima.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T3322
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zuliyanto
"Kyai dan Jawara ditengah ? tengah masyarakat Banten sejak dahulu menempati peran yang sangat strategis. Kedudukanya yang sangat dihormati menjadikanya sebagai tempat untuk dimintakan pendapat terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Pendapatnya bahkan kerap sangat menentukan berbagai perubahan yang terjadi dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat Banten termasuk didalamnya dalam bidang politik. Penelitian ini berusaha untuk mengkaji praktik dan pengaruh kepemimpinan Kyai dan Jawara pada pemilihan kepala daerah di Kota Serang, Propinsi Banten.
Penelitian ini menggunakan teori kepemimpinan yang dikeluarkan oleh Kouzes dan Posner bahwa seorang pemimpin memberikan contoh, menginspirasi visi bersama, memberikan semangat, menantang proses, memungkinkan orang lain bertindak. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan teknik wawancara secara mendalam kepada para informan untuk mendapatkan data. Selain itu digunakan juga studi pustaka untuk melengkapinya.Hasil penelitian menggambarkan bahwa Kyai dan Jawara mempraktikan kepemimpinanya dengan cara berbeda. Kyai dengan cara bebas dan demokratis, sementara Jawara dengan cara otoriter. Hasil lainya yaitu pengaruh kepemimpinan Jawara dalam Pilkada lebih kuat daripada Kyai
Kyai and Jawara had placed in a strategic part in the Banten communities for long time. Their position is so respectful that make them an advisor of the community especially in solving problems in the society. Their opinions usually are decisive in deciding all kind of changes that occur in many aspects of life in the society included the politic. This research is conducted to study the practices and influences of Kyai and Jawara in the Regent Election in Serang, Banten.
This research used the leadership theory by Kouzes and Posner (2004) who stated five leadership practises which are giving model the way, inspire a shared vision, encourage the heart, challenge the process, and enable others to act. It also used qualitative approach and made several depth interviews with the informants to gather the data. Besides, the researcher also applied the literature study to complete it.The result of the research shows that Kyai and Jawara practise their leadership differently. The Kyai use a more moderate and democratic way, while the Jawara use the authoritative. Another conclusion is the fact that the leadership influences of the Jawara are stronger that the Kyai.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yosep Hermawan
"ABSTRAK
Seorang kepala daerah dengan kemampuannya diharapkan dapat memahami perubahan yang terjadi secara cepat dan tepat dalam perspektif nasional maupun internasional dan mampu memandu perubahan ke arah yang lebih baik. Keberhasilan untuk memandu perubahan akan sangat ditentukan oleh kualitas Kepala Daerah (Gubernur, Walikota, Bupati) dalam mengembangkan visi dan misi organisasi pemerintahannya sehingga mampu mengembangkan inovasi, berwawasan ke depan dan siap melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
Dalam penelitian ini akan dianalisis bagaimana kepemimpinan ?PDA? selaku Bupati di Challenge dari Kouzes dan Posner (2004) dalam mewujudkan tujuan pemekaran daerah di Kabupaten XX dengan menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Praktik Kepemimpinan Bapak ?PDA? dapat dikatakan mendekati deskripsi kepemimpinan menurut teori The Leadership Challenge dari Kouzes dan Posner (2004). Hal yang tampak kuat dalam kepemimpinan Bapak Bupati adalah pada 4 (empat) buah praktik kepemimpinan, yaitu : Model The Way, Inspire A Shared Vision, Enable Others To Act Dan Encourage The Heart, Namun tidak tampak begitu kuat pada praktik kepemimpinan Challenge The Process. Bupati XX pun telah mempraktikan kepemimpinannya dalam pencapaian tujuan pemekaran daerah di Kabupaten XX.

ABSTRACT
A regional leader with his or her ability is expected to have ability in understanding the changes that occur quickly and appropriately in both national and international perspectives and also can lead the way to a better condition. The success in coping with change will be determined by the quality of the leader itself (Governor or Regent) in developing the local government?s vision and mission; therefore, it is able to develop its innovation, visionary, and ready for change.
In this research, there is an analysis of the leadership practised by ?PDA? as the Regent in the XX Regency based on the theory of The Leadership Challenge by Kouzes and Posner (2004) in achieving the goals of the regional division by using qualitative method. From the analysis, it is concluded that the leadership practice by the Regent is approximately the same as the description of leadership in the theory. The strength of the Regent?s leadership in the five practices of the theory by Kouzes and Posner (2004) are model the way, inspire a shared vision, enable others to act, and encourage the heart. However, he is weak in the challenge in achieving the goals of regional division in the XX Regency."
Jakarta : Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T27133
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zuliyanto
"Kyai dan Jawara ditengah - tengah masyarakat Banten sejak dahulu menempati peran yang sangat strategis. Kedudukanya yang sangat dihonnati menjadikanya sebagai tempat untuk dimintakan pendapat terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Pendapatnya bahkan kerap sangat menentukan berbagai penelitian yang tenjadi dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat Banten termasuk didalamnya dalam bidang politik. Penelitian ini berusaha untuk mengkaji praktik dan pcngaruh kepemimpinan Kyai dan Jawara pada pernilihan kepala daerah di Kota Serang, Propinsi Banten.
Penelitian ini menggunakan teori kepemimpinan yang dikeluarkan oleh Kouzes dan Posner bahwa seorang pemimpin memberikan contoh, menginspirasi visi bersama, memberikan semangat, menantang proses, memungkinkan orang lain bertindak. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan teknik wawancara secara mendalam kepada para informan untuk mendapatkan dataw Selain itu digunakan juga studi pustaka untuk melengkapinya.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa Kyai dan Jawara mempraktikan kepemimpinanya dengan cara berbeda. Kyai dengan cara bebas dan dcmokratis, sementata Jawara dengan cara otoriter. Hasil iainya yaitu pengaruh kepemimpinan jawara dalam Pilkada lebih kuat daripada Kyai
Kyai and Jawara had placed in a strategic part in the Banten communities for long time. Their position is so respectful that make them an advisor of the community especially in solving problems in the society. Their opinions usually are decisive in deciding all kind of changes that occur in many aspects of life in the society included the politic. This research is conducted to study the practices and influences of Kyai and Jawara in the Regent Election in Serang, Banten.
This research used the leadership theory by Kouzes and Posner (2004) who stated five leadership practises which are giving model the way, inspire a shared vision, encourage the heart, challenge the process, and enable others to act. It also used qualitative approach and made several depth interviews with the informants to gather the data. Besides, the researcher also applied the literature study to complete it.
The result of the research shows that Kyai and Jawara practise their leadership differently. The Kyai use a more moderate and democratic way, while the jawara use the authoritative. Another conclusion is the fact that the leadership influences ofthe Jawara are stronger that the Kyai.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Azuarsjah
"Pada tangga! 27 Oktober 1945 di Maguwo Yogyakarta telah dilakukan pcrcoba an terbang dengan inenggunakan pesawaL Curen buatan Jepang tahun 193.3, yang diterbangkan oleh A. Adisuciplo dan pada tanggal 7 Nopember 1945 di Cibeureum Tasikmalaya juga diterbangkan pesawat Nisyikoren oleh A.Adisucipto. (Cedua percobaan terbang itu berhasil dilakukan dengan baik. Pesawat tersebut adalah rampasan pemnggalan Jepang yang serba rongsokan, berhasil diperbaiki lagi. Dengan telah berhasil diterbangkannya pesawat-pesa wat peninggalan Jepang, timbullah persoalan baru untuk segera ditangani ialah pendidikan calon-calon pcnerbang.
Dalam masa penjajahan Belanda, bidang penerbangan di Indonesia lianya dikuasai oleh tenaga-tenaga Bangsa Belanda saja. Sewaktu perang dunia ke 2 dengan rnakin mendesaknya ancaman serbuan fihak Jepang, maka Belanda mulai merasakan sekafi akan adanya kekurangan tenaga-tenaga penerbang terlatih, kemudian dibukalah kesempatan bagi pemuda-pemuda Indonesia untuk dididik menjadi penerbang dan inipun terbatas sekali jumlahnya. Baru beberapa orang saja berhasil memperoteh brevet penerbang antara lain : A.Adisucipto, Sambujo Hurip, Husein Sastranegara , Mantiri, Abdurachman Saleh, Iswahyudi, Suharnoko Harbani, dan Sutarjo Sigit.
Semasa pendudukan Jepang tidak seorangpun bangsa Indonesia yang pernah mendapat didikan untuk nienjadi calon penerbang. Sekolah penerbang di Maguwo inilah dikemudian hari secara formil merupakan perinlisan menuju pembentukan AAU( Akademi Angkatan Udara ) dan API ( Akademi Penerbang Indonesia ). Sejak akbir bulan Desember 1945 di lapangan udara Maguwo Adisuciplo Yogyakarta telah dimulai perintisan peiididikan calon-calon penerbang. menjadi penerbang. Hal itu dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan dan pengelolaan sumber daya manusia baik secara kualitatif maupun kuantitatif . Sampai saat ini telah banyak penerbang-penerbang yang dihasilkannya. Namun pada enam hiliun terakhlr ini , lepatnya pada tahun 1994 sainpai dengan tahun 1999 sasaran penerbang yang ingin dicapai sebanyak 55 orang penerbang tiap tahun tidak lerpenuhi karena outputnya kurang, yaitu hanya 51 orang penerbang atau hanya 92,72 % . Supaya sasaran penerbang terpenuhi maka jumlah sasaran sernula dari 55 orang penerbang diturunkan mcnjadi 35 orang, supaya outputnya mencapai 100 % , ini telah dimulai sasarannya pada tahun 1999, hasil penelitian tangga! 16 Nopember 1999 ( data Mabesau 1999 ) menunjukkan outputnya adalah 48 orang penerbang, dari AAU - 35 dan PSDP ( Prajurit Sukarela Dinas Pendek ) - 13 atau 137,14 % . Data terakhir ini menunjukkan terpenuhi sasaran penerbang sebanyak 35 orang liap tahun sehingga kebijaksanaan tersebut dapat diteruskan, dengan melalui pclalihan atau sekolah penerbang TNI AU dan menerima masukan dari AAU dan PSDP atau SMU ( Sekolah Mcnengah Urnurn ). Sedangkan pesawat yang digunakan adalah pcsawat latih dasar, latih lanjut, dan latih Iransisi, yaitu untuk lulusan AAU latih dasarnya menggunakan pesawat AS-202 Bravo ( praktek terbang ) dengan 11 exercises , jam terbang yang dipakai sebanyak 61.30 jam. Latih lanjut menggunakan pesawat T-34C-1 Charli dengan 17 exercises , jam terbangnya sebanyak 118.40 jam. Latih transisi menggunakan pesawat MK-53 HS Hawk dengan 12 exercises, jam terbangnya sebanyak 70 jam . Untuk lulusan SMU atau PSDP latih dasarnya menggunakan pesawat AS-202 Bravo dengan 13 exercises, jam terbangnya sebanyak 80,00 jam dan latih lanjut jumsan transport menggunakan pesawat T-34C-1 Charli dengan 14 exercises, jam terbangnya 100.00 jam. Latih lanjut jurusan helikopter menggunakan pesawat Bell 47 G Soloy dengan 33 exercises, jam terbangnya 100.00 jam.
Untuk mewujudkan sumber daya manusia atau penerbang dalam jumlah, kualitas, dan kecakapan yang diperlukan oleh suatu sistem pelatihan dan pendayagunaannya yang semestinya bagi kepentingan pelatihan atau organisasi yaitu melalui tipaya penyediaan, pendidikan / pelatihan, penggunaan, perawatan, dan pemisahan, sehingga tugas-tugas yang ada atau tersedia dalam suatu organisasi tersebut dapat dllaksanakan dengan baik. Adapun pembinaan atau pelatihan penerbang pada kenyataannya rnerupakan suatu proses perumusan untuk merencanakan dan menentukan kebutuhan tenaga penerbang yang lepal agar tercapai pendayagunaan yang maksimal, melalui kegiatan-kegiatan pelaksanaan fungsi-fiingsi pembinaan tenaga."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2000
T202
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budiyanto
"Penelitian ini berfokus pada kajian evaluasi atas program kader kewirausahaan pemuda yang dilalrukan oleh Kemenegpora dalam rentang waktu 2006 s/d 2009. Fokus kajiannya diarahkan pada menganalisa problem-problem yang menghambat pencapaian target tahimya kader kewirausahaan pemuda dan bagaimana strategi ke depan dalam pemberdayaan kader kewirausahaan Pemuda di Kementerian XYZ.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode evaluasi dengan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian kaelitatif cenderung betsifilt deskristif, Natraalistik dan berbubungan dengan sifat data yang murni kualitatif. Dengan harapan agar dapat mengungkap fokus yang ingin diteliti.
Penulis menggunakan beberepa metode yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mengumpu!kan data. Metode yang digunakan digunakan adalah: metode studi kasus wawancara, evaluasi dan kajian kepustakaan. Informan dalam penelitian ini terdiri deri 16 orang meliputi 4 orang deri Kementerian XYZ , 4 orang deri Stakeholder, 4 orang deri peserta pelatihan serta 4 orang deri peserta Iomba wirausaha pemuda berprestasi.
Dari analisis terhadap fakta yang ada, dapat disimpulkan bahwa: 1. Programprogram pemberdayaan kader kewirausahaan secara kuantitas dan kualitas belum efektif karena kader-kader yang dihasilkan belum mempunyal karakter yang kokoh sebagai wirausahawan. 2. Stntegi kentitraan oleh Kementerian XYZ dalam pemberdayaan kader kewirausahaan merupakan strategi yang tepat dalam rangka mengatasi kelemahan dan menangkap peluang yang ada, namun strategi kentitnan ini belum sepenuhnya berbasil mengingat belum bersifat kontinu sehingga tidak menyentuh makna dari pernberdayaan itu sendiri.

This research focused on the study of the evaluation on the cadre's program of youth entrepreneurship that was carried out by Kemenegpora in time extension 2006 sld 2009. The focus of his study was aimed in analytic problems that hindered the achievement of the birth target of the cadre of youth entrepreneurship and bow the program management in the future in printing the cadre of youth entrepreneurship in the Ministry of the Young Man and sport.
The research method that was used in this research was the evaluation method with the qualitative approach. In the quantitative research tended was descriptive, Naturalistic and was connected with the characteristics of the pure data qualitative, In the hope that could express the focus that wanted to be researched.
The writer used several methods that could be made the implement to gather the data. The method that was used was used was: the case study method, the interview, the evaluation and the study of the bibliography. The informant in this research consisted of 16 people covered 4 people from the XYZ Ministry, 4 people from Stakeholder, 4 people from participants in the training as well as 4 people from participants in the high-achieving race of the youth businessman.
From the analysis towards the available fact, could be concluded that: L Empowerment programs of the cadre of entrepreneurship in a manner the quantity and the quality were not yet effective because cadres who were produced did not yet have the character that was find as wirausahawan. 2. The partnership strategy by the XYZ Ministry in empowerment of the cadre of entrepreneurship was the strategy that was exact in order to overcome the weakness and comprehend the available opportunity, but this partnership strategy fully was not yet successful considering was not yet continuous so as to not touch the meaning from the empowerment personally.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T32839
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ruth Adrian Melany K
"Tesis ini membahas tentang strategis pembangunan sistem informasi pecandu narkotika yang merupakan usaha dalam pemutusan jaringan peredaran gelap narkoba,hal ini dapat diperoleh dari informasi yang diberikan oleh pecandu narkoba pada institusi penerima wajib lapor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pembangunan sistem informasi pecandu narkotika dengan mengeksplorasi faktor penghambat atau kendala yang dihadapi dalam pembangunan sistem informasi pecandu di BNN dan menganalisis prioritas strategi dalam menghadapi permasalahan yang ditemukan dalam proses pelaksanaannya. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif denganmetode analisis AHP (Analytic Hierarchy Process).
Berdasarkan hasil analisis AHP, prioritas faktor penghambat atau kendala yang ditemukan dalam pembangunan sistem informasi pecandu narkotika adalah kriteria sumber daya manusia, kemudian arogansi antar instansi terkait, diikuti dengan stigma pecandu dan yang terakhir adalah anggaran/dana. Aktor yang berperan dalam pembentukan atau pembangunan sistem informasi pecandu narkotika adalah Badan Narkotika Nasional, diikuti dengan instansi terkait, dan faktor yang terakhir adalah pecandu narkotika.
Perekrutan sdm yang ahli dan handal dalam pembangunan sistem informasi pecandu narkotika di BNN ini bukan berarti menyatakan bahwa strategi yang pertamadiperlukan dan strategi yang lain tidak diperlukan, tetapi penentuan prioritas ini hanya sebagai bantuan untuk menentukan strategi yang perlu didahulukan apabila untuk melakukan seluruh strategi secara simultan mengalami kendala. Bagaimanapun, pelaksanaan seluruh strategi secara simultan akan menghasilkan pencapaian tujuan yang lebih optimal.

This thesis discusses the development of strategic information system drug addict who is a business in illicit drug trafficking network disconnection, this can be obtained from the information provided by drug addicts at the recipient institution shall report. The goal of this study is to analyze development of strategic information system, explore the inhibiting factors or obstacles encountered in the development of information system in National Narcotics Board and analyze strategic priorty in dealing with problems that found in the implementation process. This study used a quantitative approach with Analytic Hierarchy Process (AHP) methode.
Based on AHP analysis, the priorityof inhibiting factors or constraints that are found in the construction of information systems is a drug addict human resource criteria, then arrogance among related institution, followed by stigma addicts and the last one is the budget. The actor who plays a role in the implementation of information systems development is a drug addict is a drug addict addict National Narcotics Board, followed by agencies, drug addicts.
Recruitmenr of human resourcers expert and reliable in drug addicts? information system developing strategic in BNN doesn?t mean that one strategy is more important than the other. It is only as a guidance to determine which strategy to do first when simultaneous implementation can not be done. However, implementation of all strategies simultaneously will make a better achievement.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febri Firmanto
"Semakin maraknya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba membutuhkan keseriusan segenap instansi penegak hukum untuk melakukan penanggulangan dan pemberantasan. Dengan perubahan modus operandi, strategi dan kemampuan pelaku kejahatan narkoba mengharuskan instansi penegak hukum memiliki penyidik yang profesional mulai dari penyelidikan, penyidikan sampai penyerahan berkas perkara kepada kejaksaan sebagai pertanda selesainya suatu kasus itu di tangani. Disamping adanya clandestine laboratory ataupun kicthen laboratory peredaran gelap narkoba saat ini juga melalui jalur udara, pelabuhan laut dan perbatasan. Penyidik BNN harus memiliki kemampuan dan ketrampilan dalam mencegah, menangkal dan memberantas pelaku kejahatan narkoba masuk ataupun keluar negeri serta memutus jaringan sindikat.
Tujuan penelitian ini mau mendeskripsikan hasil analisa faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pengembangan sumber daya manusia Penyidik BNN yang profesional. Reseponden penelitian adalah Penyidik (Penyidik Madya dan Penyidik Muda) pada Deputi Bidang Pemberantasan BNN. Hasil dari penelitian di olah dengan metode analisis AHP (The Analitic Hierarchy Process) guna penentuan priorotas mana yang tepat guna pengembangan Sumber daya manusia penyidik BNN. Instrumen yang digunakan adalah 3 kategori pengembangan oleh Bloom yaitu cognitive, affective dan psychomotoric yang dijadikan alat untuk mengukur pengembangan sumber daya penyidik BNN.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pengembangan sumber daya manusia, faktor yang paling penting adalah pengembangan segi Psychomotoric, karena dalam Psychomotoric merupakan hasil dari penerapan Cognitive dengan Affective dan penerapannya menjadi barometer keberhasilan bagi Penyidik dalam melakukan penyelidikan dan penyidikan. Namun demikian aspek Cognitive dan Affective tetap diperlukan sebagai pendukung. Strategi yang dikembangkan untuk mendapatkan penyidik profesional dengan lebih mengintensifkan Pendidikan dan Pelatihan disamping itu aplikasi kegiatan di lapangan serta studi banding. Untuk mewujudkan profesional Penyidik sangat diperlukan kemampuan (competency) dan ditunjang pengalaman (experience).

The increasingly widespread of drug abuse and illicit trafficking requires seriousness of the entire law enforcement agencies to conduct prevention and eradication. With the change of modus operandi, strategy and the ability of drug offender requires that law enforcement agencies have a professional investigator from the investigation, inquiry until the submission case file to the prosecutors as a sign of the completion of the case. In addition to the clandestine laboratory or kitchen laboratory, currently illicit drug trafficking is through the air, seaport and border. Investigators of National Narcotics Board should have the ability and skill to prevent, deter and eliminate drug offenders into or out of the country and terminate the syndicate.
The purpose of this research would to describe the analysis of the factors that affecting strategy of human resources development of National Narcotics Board Professional Investigator. The research responden is investigators (Senior Investigators and Junior Investigator) at the Deputy of Eradication of the National Narcotics Board. The result of this research though the AHP (the Analitic Hierarchy Process) Analysis Method to determine which one is the exact priorities for the development of National Narcotics Board investigator human resources. The instrument use 3 development categories by Bloom, namely cognitive, affective and psychomotoric which is used as a tool for measuring the National Narcotics Board investigators resources.
The results showed that in the developing human resources, the most important factors is development of Psychomotoric terms, since the psychomotoric is the result of the implementation of cognitive and affective, and the implementation to be a barometer of the success in conducting the investigation. Nevertheless as the aspect Cognitive and Affective is still required as a support. Strategy that developed was to obtain a professional investigator with the further intensify of education and training, in addition to field activities and comparative studies. To achieve a professional investigator competency and experience are needed.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jaenal Arif
"Fokus penelitian ini adalah kontibusi pemetaan lingkungan untuk kinerja organisasi dengan mengambil studi kasus Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) Periode 2013-2015. Penelitian ini dilatarbelakngi terhadap eksistensi sebuah organisasi kepemudaan yang kurang bisa menjawab tuntutan masyarakat sebagai jembatan antara rakyat dan pemerintah. Factor-faktor eksternal dilibatkan dalam penelitian ini untuk bisa melihat apakah organisasi mampu menjawab permasalah eksternal yang serba tidak menentu. Penelitian ini menggunakan teori Hough dan White (2004) untuk melihat pemetaan lingkungan dengan tahap identifikasi, pengumpulan, mengolah dan menerjemahkan, sedangkan untuk melihat peluang dan ancaman peneliti menggunakan teori SWOT yang ditulis oleh Albert Humphrey (1960-1970) dengan melihat kecenderungan-kecenderungan penting sebagai salah satu sumber peluang atau ancaman untuk keberlangsungan organisasi dan pada akhirnya peneliti ingin melihat kapabilitas organisai dengan menggunakan teori Baker dan Sinkula (2005) untuk melihat keterampilan khusus, prosedur, dan proses yang dapat mempengaruhi anggota kedalam keunggulan kompetitif dalam pemetaan lingkungan di kepengurusan PB HMI Perode 2013-2015.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mengambil informan pengurus aktif PB HMI Periode 2013-2015 yaitu ketua umum, ketua bidang sosial dan politik, ketua bidang hukum dan hak asasi manusia (HAM), ketua bidang informasi dan teknologi, ketua bidang ekonomi dan kesejahteraan rakyat dan ketua korps HMI wati (KOHATI). Data didapatkan dengan metode wawancara mendalam. Pemetaan lingkungan menjadi hal yang sangat penting dalam sebuah organisasi khususnya HMI untuk bisa mendeteksi sebuah sinyal agar dapat menjadi masukan para pemangku kepentingan dalam merumuskan kinerja apa yang akan dicapai untuk kedepan. Pemetaan yang efektif dengan melakukan metode yang benar akan bisa mengatasi kondisi lingkungan eksternal yang sangat cepat berubah. Studi empiris penelitian sebelumnya menjadi hal untuk bisa dikaji dan di implemetasikan dalam penelitian ini.

The Focus of this study is the contribution of environmental scanning to organizational performance by taking a case study of PB HMI period 2013-2015. The background of study of the existence of a youth organization are less able to answer the demands of society as a bridge between people and government. External factors were included in this study to see whether the organization is able to answer the external problems of uncertainty. This study uses the theory Hough and White (2004) to see the environmental scanning with identification, collection, processing and translating, while to look at the opportunities and threats SWOT researchers used the theory written by Albert Humphrey (1960-1970) with a view to important trends as a source of opportunities or threats to the sustainability of the organization and in the end the researchers wanted to see capabilities of organizations by using the theory of Baker and Sinkula (2005) to see more spesific skills, procedures, and processes can leverage resources into competitive advantage in an environmental scanning HMI management during the period 2013-2015.
This research using qualitative method by taking the informant active of PB HMI in period 2013-2015 who are head of HMI, the head division of the social and political fields , the head division of law and human rights ( HAM ), the head division of information and technology, head division of the economics and welfare and head division of women's associations in HMI. the Data is obtained by the method of indepth interviews. Environmental scanning becomes very important in an organization, especially HMI to be able to detect a signal in order to become the input of stakeholders in formulating performance of what will be achieved to the fore . Effective mapping by making the correct method to be able to cope with the external environment that is rapidly changing . Empirical Study of previous research into it to be assessed and in deployments in this study.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Warastuti
"Penelitian ini berfokus pada proses Penguatan Organisasi BNNP DKI Jakarta. Penelitian ini termasuk penelitian Kuantitatif dengan desain deskriptif. Model operasional penelitian menganalisis proses Penguatan Organisasi BNNP DKI Jakarta melalui Kerangka Implementasi 7’S Mc. Kinsey yang terdiri dari Structure, Skill, Strategy, Style, System, Staff dan Share Value. Responden penelitian ini terdiri dari Sekretaris Utama, Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi DKI Jakarta, Kepala Bagian Tata Usaha BNNP DKI Jakarta dan Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNNP DKI Jakarta.BNNP DKI Jakarta perlu melakukan Penguatan Organisasi Adapun yang mendasari hal tersebut adalah perkembangan organisasi BNN yang telah menjadi Lembaga Pemerintah Non Kementerian dan Organisasi vertikal, kesempatan BNN untuk mengembangkan organisasinya di tingkat Kewilayah dalam melaksanakan Program P4GN dan merupakan suatu kebijakan antisipatif agar mampu menyesuaikan dengan berbagai tuntutan masyarakat dan lingkungan strategis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor staf menjadi faktor yang perlu dibenahi di dalam penguatan organisasi dengan bobot faktor prioritas adalah 0,317 sedangkan aktor yang paling berpengaruh dalam penguatan organisasi BNNP DKI Jakarta adalah Sestama BNN, Kepala BNNP DKI Jakarta, dan Kabag TU BNNP DKI Jakarta dengan bobot faktor prioritas adalah masing-masing 0,379 ; 0,383 dan 0,370. Alternatif strategi penguatan organisasi BNNP DKI Jakarta yang dapat digunakan adalah Manajemen Pengoptimalan Kinerja Organisasi dengan nilai 0,616.

The Focus of this study is to describe the condition of BNNP’s Strengthening Organization based on the framework of the theory of 7’S model of Mc. Kinsey. The model of operational research have to analyze the process of strengthening organization of BNNP DKI Jakarta based on the framework of the theory of 7’S model of Mc. Kinsey consist of Structure, Skill, Strategy, style, System, Staff, and Share Value. The Operations research model is to analyze the Process of Strengthening Organization the National Narcotics Booard Jakarta’s Province by Implementation Framework of 7’S Mc. Kinsey consisting Structure, Skill, Strategy, Style, System, Staff and Share Value. The Survey Repondent consisted principal Of Secretary of National Narcotics Board, The Head of Administration of National Narcotics Board of Jakarta’s Province and the Head of Community Empowerment of the National Narcotics Board of Jakarta’s Province. BNNP need to Strengthening Organizations, it’s because to develop organizations of National Narcotic Board to become a Non Government Institutions and Organizations Vertikal. BNN has the opportunity to develop their organizations for implementing of P4GN Program and is an anticipatory policy to keep peace with the demand of Society and Strategic Environment. The result of the research showed that the staff factor is the main factor that need to be addressed for Strengthening Organizations of National Narcotics Board of Jakarta’Province with weighting factors 0,0317, while the most influential actors in strengthening is Sestama BNN, Kepala BNNP DKI dan Kabag TU with weighting factor priorities are respectively 0,379 , 0,383 dan 0,370. Alternative Strategies to Strengthening the Organizations of National Narcotic Board of Jakarta’s Province that can be used is the Organizational Performance Management Optimization value of 0,616."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>