Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 223 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Saleh Budi Santoso
"Pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar pada anak di seluruh dunia. Setiap tahunnya diestimasikan sekitar 18% kematian anak di bawah usia 5 tahun di seluruh dunia disebabkan oleh pneumonia. Faktor risiko pasti yang berkontribusi diantaranya yaitu balita yang tidak mendapatkan ASI eksklusif.
Tujuan studi ini untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian pneumonia balita usia 12 -23 bulan setelah dikontrol terhadap confounder. Studi kasus kontrol ini dilakukan di tiga wilayah puskesmas Kota Cimahi berdasarkan angka insidens kasus pneumonia balita yang tertinggi di tahun 2012. Kasus adalah balita usia 12 - 23 bulan yang berkunjung ke sarana puskesmas penelitian periode Januari - Desember 2012 dan didiagnosa sebagai kasus pneumonia. Kontrol merupakan tetangga dari kasus, dengan perbandingan jumlah kasus dan kontrol yaitu 1:1. Besar sampel minimal sebanyak 133 untuk masing - masing kelompok. Analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik. Besar asosiasi balita yang tidak mendapat ASI eksklusif memiliki OR untuk terjadinya pneumonia sebesar 3,58 kali (95% CI: 2,08 - 6,19) dibandingkan yang mendapat ASI eksklusif setelah dikontrol terhadap confounder.
Penelitian ini memperkuat penelitian terdahulu yang membuktikan kekuatan hubungan pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian pneumonia pada balita. Berfokus pada daerah dengan angka insiden kasus penumonia yang tinggi, pihak dinas kesehatan dan puskesmas dapat lebih meningkatkan upaya promosi dan fasilitasi ASI eksklusif, menciptakan kawasan tanpa asap rokok di tingkat rumah tangga, pengurangan adanya paparan asap pembakaran di dalam rumah, peningkatan pengetahuan ibu berkaitan faktor risiko pneumonia.

Pneumonia is the biggest cause of death in children worldwide. Each year approximately 18% of estimated deaths of children under five worldwide are caused by pneumonia. Definite risk factors that contribute to them are children under five who are not exclusively breastfed.
The purpose of this study to determine the relationship of exclusive breastfeeding on the incidence of pneumonia children under five age 12 -23 months after controlling for confounders.Case-control study was conducted in three areas of public health centers Cimahi City based incidence rates were highest children under five cases of pneumonia in 2012. Cases were children aged 12-23 months who visited the research public health centers means the period of January to December 2012 and was diagnosed as a case of pneumonia. Control is a neighbor of the case, the ratio of the number of cases and controls is 1:1. Minimum sample size for each of as many as 133 - each group. Multivariate analysis using logistic regression. Major association children under five who are not exclusively breastfed for the occurrence of pneumonia had an OR of 3.58 (95% CI: 2.08 to 6.19) than those who are breastfed exclusively after controlling for confounders.
This study reinforces previous research that proves the strength of association of exclusive breastfeeding on the incidence of pneumonia in infants. Focusing on areas with a number of high incidence of cases of pneumonia, the health department and public health center could further enhance the promotion and facilitation of exclusive breastfeeding, creating a smoke-free area at the household level, reduction in exposure to combustion fumes in the house, increasing maternal knowledge of risk factors associated pneumonia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T38655
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riza Farina Fitri
"Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus dengue, angka kesakitan demam berdarah dengue terus meningkat setiap tahunnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran epidemiologi kejadian demam berdarah dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nya. Variabel yang diukur adalah kepadatan penduduk, curah hujan, suhu udara, kelembaban udara, penyelidikan epidemiologi dan fogging focus. Studi ini merupakan studi ekologi/ studi korelasi untuk melihat kekuatan hubungan antara variabel independen dan dependen. Hasil analisis multivariat menggunakan multiple regresi linear, studi ini menggunakan data sekunder  tahun 2022. Hasil analisis multivariat menunjukkan curah hujan merupakan faktor dominan kejadian demam berdarah dengue p value < 0.05. Terdapat hubungan bermakna kuat dengan arah positif antara curah hujan dengan kejadian demam berdarah dengue. Terdapat hubungan yang rendah dan arah negatif antara kelembaban udara dengan kejadian Demam berdarah dengue. Terdapat korelasi/hubungan yang sedang  dan signifikan antara kecepatan angin, penyelidikan epidemiologi dan fogging focus dengan kejadian DBD. Faktor yang dominan berhubungan dengan kejadian demam berdarah dengue  antara lain variabel curah hujan dengan p-value=0,000, variabel kepadatan penduduk dengan p-value=0,024, variabel kelembaban udaran dengan p-value= 0.004 dan variabel kecepatan angin dengan p value = 0.000.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an acute viral infectious disease caused by the dengue virus, the morbidity rate of dengue hemorrhagic fever continues to increase every year. The purpose of this research is to find out the epidemiological picture of dengue fever and to find out the factors that influence it. The variables measured were population density, rainfall, air temperature, air humidity, epidemiological investigations and fogging focus. This study is an ecological study/correlation study to see the strength of the relationship between the independent and dependent variables. The results of multivariate analysis using multiple linear regression, this study uses secondary data in 2022. The results of multivariate analysis show that rainfall is the dominant factor in the incidence of dengue hemorrhagic fever p value <0.05. There is a significant positive relationship between rainfall and the incidence of dengue hemorrhagic fever. There is a low relationship and a negative direction between air humidity and the incidence of dengue hemorrhagic fever. There is a moderate and significant correlation/relationship between wind speed, epidemiological investigations and fogging focus with the incidence of DHF. The dominant factors associated with the incidence of dengue hemorrhagic fever include rainfall with a p-value = 0.000, population density with a p-value = 0.024, air humidity with a p-value = 0.004 and wind speed with a p-value = 0.000."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silitonga, Permata Imani Ima
"Berdasarkan WHO, pada tahun 2017 TB merupakah salah satu penyebab kematian di dunia dan Indonesia menjadi negara ketiga dengan kasus TB terbesar setelah India dan China. Sebanyak 2 dari 3 penderita TB yang meninggal berdasarkan WHO diakibatkan karena tidak mendapat pengobatan, hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan yang rendah, sistem kesehatan, pendidikan, dan stigma yang ada di masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku pencarian pengobatan pada orang dengan gejala tuberkulosis 14 hari atau lebih batu atau batuk berdarah di Indonesia berdasarkan faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor kebutuhan. Pada penelitian ini, desain studi yang digunakan adalah studi cross sectional menggunakan data sekunder dari survei prevalensi tuberculosis 2013-2014 yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi dengan analisis univariat dan bivariat. Berdasarkan penelitian ini, hasil yang ditemukan bahwa perilaku pencarian pengobatan pada orang dengan gejala TB lebih besar di non fasyankes ( 75,4%) dibandingkan dengan perilaku pengobatan di fasilitas pelayanan kesehatan ( 24,6%). Gambaran perilaku pencarian pengobatan ke non fasyankes pada orang dengan gejala TB lebih banyak pada usia <46 tahun ( 77,2%), jenis kelamin laki-laki (80,1%), memiliki tingkat pendidikan rendah ( 75,7%), memiliki pengetahuan rendah (76,1%), memiliki perilaku merokok ( 82,9%), tidak memiliki stigma ( 76,2%), berada di perkotaan ( 75,6%),tidak mengetahui bahwa OAT gratis ( 76,5%), tidak memiliki faktor risiko DM ( 75,6%), tidak tinggal dengan penderita TB ( 75,7%) dan tidak memiliki pengetahuan TB bisa disembuhkan ( 76,4%). Selain itu, perilaku pencarian pengobatan pada orang dengan gejala tuberkulosis memiliki hubungan yang signifikan pada faktor predisposisi yaitu umur, jenis kelamin dan perilaku merokok; pada faktor pendukung yaitu pengetahuan bahwa OAT gratis; dan pada faktor kebutuhan yaitu faktor risiko DM dan risiko tinggal dengan penderita TB. Oleh karena itu, terkait rendahnya perilaku pencarian pengobatan yang tepat pada orang dengan gejala TB, maka perlunya ditingkatkan sosialisasi, serta skrining pada masyarakat khususnya pada populasi berisiko serta penelitian lebih lanjut terkait multifaktor yang mempengaruhi dan alasan terhadap perilaku pencarian pengobatan tuberkulosis.

According to WHO, in 2017 TB was one of the causes of death in the world and Indonesia was the third country with the largest TB cases after India and China. Moreover, based on WHO, 2 out of 3 people with TB will die if they do not receive the treatment, this condition is influenced by low knowledge and awareness, poor health systems, inadequate education, and stigma that exists in society.The study aims to find out a description of health seeking behavior for tuberculosis symptoms in Indonesia based on predisposing characteristics, enabling resources and need of the respondent. Furthermore, this study used cross sectional study design with secondary data from the 2013-2014 tuberculosis prevalence survey that met the inclusion and exclusion criteria and analyzed by univariate and bivariate.This study found that Health seeking behavior in people with TB symptoms was greater in non-health facilities (75.4%) compared to in health care facilities (24.6%). The description of the health seeking behavior for treatment of non-health care in TB symptoms was most of the respondents were at age <46 years (77.2%), male (80.1%), having a low education level (75.7%), having low knowledge (76.1%), have smoking behavior (82.9%), do not have stigma (76.2%), were in urban areas (75.6%), do not know that anti-tuberculosis drug (OAT) is free (76.5%), no have DM risk factors (75.6%), do not live with TB patients (75.7%) and do not have knowledge of TB can be cured (76.4%).In addition, health seeking behavior for TB symptoms has a significant relationship to predisposing factors for age, gender and smoking behavior; on enabling resources for the knowledge that OAT is free; and on the need factors for risk factors for DM and the risk of staying with TB patients.In conclusion, we found that in Indonesia, most of the TB symptoms did not have appropriate health seeking behavior and how stigma were not significant related to appropriate health seeking behavior but the knowledge of free OAT and risk of TB. Therefore, the need to raise the awareness of free anti-tuberculosis drugs and screening in the society especially in at-risk population with the further qualitative and multifactor research is important to elevate the appropriate health seeking behavior for TB symptom in Indonesia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helda
"Preeklampsia/eklampsia merupakan salah satu komplikasi persalinan yang berdampak pada ibu dan bayi. Sekalipun diobati prognosis preeklampsia umumnya kurang baik. Mereka yang selamat atau bertahan hidup kemungkinan mengalami gangguan kronis dan menetap, seperti kelumpuhan, kebutaan, tekanan darah tinggi atau kerusakan ginjal. Bayi yang dilahirkan akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. 40% bayi yang dilahirkan dari ibu yang mengalami preeklampsia/eklampsia berakibat kelahiran prematur dan iatrogenic.
Penelitian ini mengkaji faktor yang berhubungan dengan kejadian PETE pada ibu hamil. Faktor yang diteliti riwayat abortus, usia gestasi, umur, paritas, pendidikan, pekerjaan, layanan antenatal, dan jenis kelamin bayi. Penelitian ini berlangsung ini di RSU Tangerang dengan waktu pengamatan dari Januari 1999-Desember 2000.
Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional, dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis ibu hamil di RSU Tangerang dari Januari 1999 Desember 2000. Analisis dilakukan dengan sampel sebanyak 206.
Kajian data menunjukkan faktor yang berhubungan dengan preeklampsia/eklampsia adalah riwayat abortus dan pendidikan. Faktor umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, usia gestasi, layanan antenatal, dan jenis kelamin bayi tidak berhubungan dengan PETE.
Disarankan pada RSU Tangerang untuk meningkatan layanan antenatal, melaksanakan penyuluhan tentang PETE dan melengkapi data rekam medis. Pada Dinas Kesehatan Tangerang disarankan memasukkan faktor riwayat abortus dan pendidikan pada program screening.

Factors Related to Preeclampsia/eclampsia in Pregnant Mothers in General Hospital of Tangerang from January 1999-December 2000Preeclampsia/eclampsia is one of the complications of birth delivery that affects mothers and infants. Even though it is treated, preeclampsia is not healthy. Those that survived or remain alive probably will experience recurring and permanent disturbances, such as cripple, blindness, high blood pressure or kidney damage. The born baby will experience growth disorder. Forty percent of the baby born from mother that experience preeclampsia/eclampsia will experience premature and iatrogenie birth.
This research is intended to study factors related to PETE occurrence in pregnant mothers. The factors studied are abortion record, gestation period, age, parity, education, occupation, antenatal service, and sex of the baby. This research took place in General Hospital of Tangerang with observation period from January 1999-December 2000.
This research uses cross-sectional design by using secondary from medical record of pregnant mothers in Public Hospital of Tangerang from January 1999 - December 2000. The analysis is done towards 206 samples. The data processing indicates that the factor related to preeclampsia/eclampsia is history of abortion and education. Age, education, occupation, parity, gestation period, antenatal service, and sex of the baby do not have relationship with PE/E.
It is suggested that General Hospital of Tangerang to improve its antenatal service, perform counseling of PETE and provide medical record. It is suggested that Tangerang Health Office to include history of abortus and education in screening.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T2749
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jajat Hidajat
"Tuberkulosis Paru (TB. Paru) merupakan masalah kesehatan masyarakat penting, WHO memperkirakan bahwa di Indonesia setiap tahunnya ada 581.000 kasus baru tuberkulosis dengan 140.000 kematian dan merupakan penyumbang ke tiga terbesar kasus tuberkulosis di dunia setelah India dan Cina.
Berdasarkan survei tahun 1979 - 1993 didapat prevalensi BTA (+) rata-rata 0,29%, terendah di Bali (0,08%) dan tertinggi di Nusa Tenggara Timur (0,79%). Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menyebutkan bahwa TB. Paru adalah penyebab kematian ketiga, sesudah penyakit kardiovaskular dan penyakit saluran pernapasan. Di Kabupaten Pontianak prevalensi TB. Paru BTA (+) tahun 1994 adalah 0,55 per 1000 penduduk. Sampai saat ini belum ada penelitian mengenai ketidakpatuhan berobat penderita TB. Paru BTA (+) di Kabupaten Pontianak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan berobat penderita TB. Paru BTA (+) di Kabupaten Pontianak. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2000, disain penelitian adalah kasus kontrol dengan sampel penelitian adalah penderita TB. Paru berumur 14 tahun dengan BTA (+) yang bertempat tinggal di Kabupaten Pontianak pada tahun 1999 - 2000 dan mendapat pengobatan dengan OAT, baik kategori-1 maupun kategori-2; sedangkan jurnlah sampel yang diambil berjumlah 108 kasus dan 108 kontrol.
Hasil yang diperoleh, dari 459 penderita TB. Paru BTA (+) yang diobati yang dinyatakan sembuh 74,1%, pengobatan lengkap 21,3%, lalai berobat 0,9%, gagal 2% dan meninggal 1,7%. Hasil analisis univariat, dari 216 responden 64,35% jenis kelamin laki-laki dan 33,65% perempuan; umur terbanyak pada kelompok umur 34-43 tahun (31,02%), tingkat pendidikan terbanyak pendidikan rendah (66,2%) dan pekerjaan terbanyak petani/pedagang (60,19%). Pada analisis univariat, dari 14 variabel independen temyata hanya 12 variabel yang dianggap potensial sebagai faktor risiko (p<0,25), variabel yang dianggap sama untuk kedua kelompok (p>0,25) adalah variabel jenis kelamin dan pendidikan.
Hasil analisis multivariat dengan metode regresi logistik dari 12 variabel independen yang diambil sebagai model, ternyata hanya 5 variabel yang mempunyai hubungan bermakna secara statistik (p<0,05), yaitu tidak mengerti materi penyuluhan (OR=5,6 95% CI : 2,3 ; 13,8 dan p=0,000), tidak ada PMO (OR-16,2 95% CI : 4,7 ; 56,0 dan p4,1,000), pengetahuan tentang TB. Paru kurang (OR=31,9 95% CI : 11,3 ; 89,9 dan p=0,000), pelayanan tidak Iengkap (OR-7,0 95% CI : 1,3 ; 36,2 dan p 0,000) dan kelompok umur. Kelompok umur di klasifxkasikan ke dalam 6 kelompok dengan kelompok umur 64-73 tahun sebagai referensi; hasilnya adalah kelompok umur 14-23 tahun (OR-12,9 95% Cl : 1,5 ; 108,5 dan p 0,019), kelompok umur 24-33 tahun (OR-8,3 95% CI : 2.0 ; 68.6 dan p 4l.048), kelompok umur 34-43 tahun (OR-4,9 95% CI : 0,8 ; 32,2 dan p=0,095), kelompok umur 44-53 tahun (OR=11,0 95% CI : 1,5 ; 82,0 dan p--0,020) dan kelompok umur 54-63 tahun (OR-2,7 95% CI : 0,3 ; 20,9 dan p=0,348).
Kesimpulan yang dapat ditarik yaitu faktor tidak mengerti materi penyuluhan, tidak ada PMO, pengetahuan kurang mengenai TB. Paru, pelayanan tidak lengkap, umur yang secara bersama-sama mempunyai hubungan yang bermakna (p<0,05) dengan ketidakpatuhan berobat penderita TB. Paru BTA (+) di Kabupaten Pontianak tahun 1999-2000.
Selanjutnya dapat disarankan agar faktor penyuluhan kesehatan dari petugas kesehatan supaya lebih di intensifkan lagi, dilakukan pembinaan secara berkesinambungan terhadap PMO dan meningkatkan kemampuan pengelola program P2 TB Paru di Puskesmas. Selain itu juga juga perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai ketidakpatuhan berobat, terutama terhadap faktor stigma masyarakat, ESO, PMO dan persepsi terhadap kemajuan pengobatan dengan suatu alat ukur atau instrurnen yang lebih baik.
Daftar Pustaka 46 : (1986 - 2000)

Pulmonary Tuberculosis (Pulmonary TB) is serious public health problem, WHO estimated about 140 thousands of TB deaths in Indonesia annually, and every year 483 thousands new TB Cases and contributed the 3 rd greatest number of TB cases in the world after India and China. Based on survey between 1979 - 1993, the prevalence of AFB (+) is about 0.29%, the lowest is in Bali (0.08%) and the highest is in East Nusa Tenggara (0.79%). The Household Health Survey (SIKRT) in 1995 mentioned that Pulmonary TB was the Std caused of death after Cardiovascular Diseases and Respiratory Diseases. In Pontianak Regency prevalence of Pulmonary TB in 1994 is 0.55% per 1000 people and there is no formal research result about incompliance treatment of pulmonary TB AFB (+) patient mentioned in area.
The objective of this research is to understand key factors associated with incompliance treatment of patients of Pulmonary TB AFB (+) in Pontianak Regency. Research was done in June 2000, by using case control design. Population sample are the Pulmonary TB patients in the age over 14 year old with AFB (+) who live in Pontianak Regency in 1999 - 2000 with anti-TB drugs treatment, not only the first category but also the second category. The sample size were 108 cases and 108 controls.
The results pre, from 459 Pulmonary TB treated patients AFB (+), 74.1% recovery, 21.3% completed treated, 0.9% defaulted, 2.0% failure and 1.7% dead. The univariate analysis results from 216 respondences 64.35% male and 35.65% female; 31.02% at age group of 34-43 years old, most of them have low education level (66.2%) and 60.19% stated as farmer/merchant. Based on univariate analysis, from 14 independent variables found that only 12 considered as potential risk factors (p<0,25), the variables considered as similar for two categories (p>0.25) are gender and education.
In logistic regression method using 12 independent variables in the model and incompliance toward treatment variable as dependent variable, there were only 5 independent variables that have significant relationship (p<0.05). The 5 variables were : the lack of understanding of health promotion materials (OR=5.6 95% CI : 2.3 ; 13.8 and p=0.000), the availability of overseer of the DOT (OR-I6.2 95% Cl : 4.7 ; 56.0 and p=0.000), the lack of knowledge of Pulmonary TB (OR=31.9 95% CI : 11.3 ; 89.9 and p=q.000), the incomplete of facilities service (OR-7.0 95% CI : 1,3 ; 36,2 and p=0,000) and the age groups. The age groups were classified into 6 groups; i.e. 14-23 year old, 24-33 year old, 3443 year old, 44-53 year old, 54-63 year old and 64-73 year old, The age group of 64-73 year old had become a reference for other groups. Each other groups was compared to reference (64-73 year old). The comparisons result in OR-12,9 95% CI : 1.5 ; 108.5 and p=0.019 (group of age 14-23 year old), OR=8.3 95% Cl : 2,0 ; 68.6 and p O.048 (group of age 24-33 year old), OR=4.9, 95% CI : 0.8 ; 32.2 and p=0.095 (group of age 34-43 year old), (OR-11.0 95% CI : 1,5 ; 82,0 and p=0,020 (group of age 44-53 year old) and OR=2.7 95% CI : 0.3 ; 20.9 and p=0.348 ( group of age 54-63 year old ).
The conclusion is that the lack of understanding of health promotion materials, the availability overseer of the DOT, the lack of knowledge of Pulmonary TB, the uncompleted of facilities service and the age group have significant relationships (p<0.05) with incompliance toward treatment among patients of Pulmonary TB AFB (}) in Pontianak Regency in 1999 - 2000. Furthermore, it is suggested to make health promotion from health staff more intensive, cultivate the overseer of DOT continuously and improve the capability of the organizer TB Program in health center (Puskesmas). Besides that, it needs to do further research on incompliance toward treatment, mainly on community stigma, drug side effect, efficacy of overseer of the DOT and the perceived treatment using a better indicator or instrument.
Reference : 46 (1986 - 2000)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T2755
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simamora, Stevy Elisabeth Dame
"Kasus HIV/AIDS semakin meningkat pada perempuan khususnya ibu rumah tangga yang berisiko rendah terhadap penularan HIV/AIDS. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran Ibu rumah tangga dengan HIV/AIDS yang tercatat di klinik VCT/CST RSUD. Sele Be Solu dan Yayasan Santo Agustinus kota Sorong, Papua Barat pada Bulan Februari-Maret 2011. Penggumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara. Penelitian menunjukkan bahwa (50%) responden berada pada kelompok usia produktif dan aktif seksual yaitu 20-24 tahun, dengan tingkat pendidikan menengah (SMA) (40%), suku Papua (75%), keluarga dengan penghasilan rendah (70%) dan pengangguran (55%). 10 orang (50%) mempunyai suami berstatus HIV dan 2 orang (10%) mempunyai anak berstatus HIV. 95% penularan HIV terjadi melalui hubungan seksual (heteroseksual). Responden dan suami responden yang pernah memiliki pasangan lain yaitu 11 orang (55%) dan 14 orang (60%). Stadium 3 merupakan stadium HIV terbanyak (45%), 2 orang (10%) terdiagnosis HIV/AIDS paling lama yaitu 61-72 bulan, 15 orang (75%) mengalami infeksi oportunistik, 13 orang (65%) mengikuti pengobatan ARV. Sebagian besar responden yang menggunakan ARV tidak mengalami penurunan berat badan. Diperlukan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS dengan memberi penyuluhan dan meningkatkan komunikasi, informasi, dan edukasi kepada masyarakat, khususnya ibu rumah tangga dan juga kaum muda.

An HIV/AIDS case is increasing in women, especially housewives who are lowrisk to HIV / AIDS. The purpose of this study was to know the description of housewife with HIV / AIDS recorded in VCT/CST RSUD. Sele Be Solu and Yayasan Santo Agustinus Sorong City, West Papua on February to March 2011. Collecting data using questionnaires and interviews. The research shows that most respondents (50%) were in the age group that is productive and sexually active 20-24 years, with the level of secondary education (high school) (40%), the tribe of Papua (75%), low income family (70%) and jobless (55%). 10 people (50%) had a husband and 2 HIV-status people (10%) had children of HIV status. 95% of HIV transmission occurs through sexual intercourse (heterosexual). Respondent and respondent's husband have who have had ever had another couple that is 11 people (55%) and 14 (60%). Stage 3 is the highest stage of HIV (45%), 2 (10%) diagnosed with HIV / AIDS for 61-72 months, 15 people (75%) had opportunistic infections, 13 people (65%) following ARV treatment. Mostly respondents who use drugs are not lost weight. Efforts to prevent and control HIV/AIDS are needed by providing information and improving communication, information and education to the public, especially housewives and young people."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanik Amaria
"ABSTRAK
Pengetahuan yang kurang tentang kesehatan reproduksi pada remaja akan menimbulkan berbagai risiko kesehatan bagi remaja. Dalam pondok pesantren yang umumnya remaja pun kerap terjadi permasalahan karena kurangnya pengetahuan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di Pondok Pesantren Luhur Al-Kautsar. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik cross sectional dengan teknik accidental sampling berjumlah 65 responden. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan rendah 1,5%, pengetahuan cukup 44,6% dan pengetahuan baik 53,8%. Ada 2 faktor berpengaruh signifikan terhadap pengetahuan remaja yakni jenis kelamin (p-value 0,025) dan pengalaman pernah mendapat informasi tentang kesehatan reproduksi (p-value 0,001). Persentase pengetahuan baik dan cukup ini diharapkan pihak Pondok Pesantren dapat memberikan kebijakan yang tujuannya meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi agar pengetahuan responden baik.

ABSTRACT
Lack of knowledge about reproductive health in adolescents will pose various health risks for adolescents. In boarding schools which are generally teenagers, problems often occur due to lack of knowledge. The purpose of this study was to determine the factors that influense adolescent knowledge about reproductive health in the Luhur Al-Kautsar Islamic Boarding School. The design of this study was a cross sectional descriptive analytic study with an accidental sampling technique totaling 65 respondents. Data collection tool uses a questionnaire. The results showed low knowledge of 1.5%, sufficient knowledge 44.6% and good knowledge 53.8%. There are 2 significant factors influencing adolescents knowledge, namely gender (p-value 0,025) and experince of being informed about reproductive health (p-value 0,001). This precentage of good and sufficient knowledge is expected by the Islamic Boarding School to provide policies whose aim is to increase reproductive health knowledge so that respondents' knowledge is good.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ekky Fajar Frana
"ABSTRACT
Di Indonesia, angka keberhasilan pengobatan pasien TB resistan obat sejak tahun 2013-2015 masih rendah yaitu sebesar 52,4%. Upaya yang dilakukan adalah dengan diterapkannya metode baru yaitu metode standar jangka pendek pada tahun 2107. Seiring diterapkannya metode baru, metode standar konvensional tetap terus dilakukan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil pengobatan antara metode standar standar konvensional dan metode standar jangka pendek. Data yang digunakan adalah data pasien TB MDR yang memulai pengobatan antara Januari-Desember 2017 yang teregister dalam e-TB Manager. Hasil pengobatan yang baik pada metode standar konvensional adalah 39,8% dan pada metode standar jangka pendek adalah 48,9%. Hasil analisis uji chi square terhadap perbedaan hasil antara metode konvensional dan jangka pendek adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p-value = 0,067). Dan hanya faktor umur 45 tahun dan interval inisiasi pengobatan 30 hari yang perbedaan hasil pengobatannya signifikan (p-value = 0,005 dan 0,047).

ABSTRACT
In Indonesia, the success rate of treatment of drug-resistant TB patients from 2013-2015 is still low at 52.4%. The efforts made were to implement a new method, namely the standard short-term method in 2107. As new methods were implemented, conventional standard methods continued. This study used a cross sectional design aimed to determine differences in treatment outcomes between conventional standard standard methods and short-term standard methods. The data used is data on MDR TB patients who started treatment between January-December 2017 registered in e-TB Manager. The good treatment results in the conventional standard method are 39.8% and in the standard short term method is 48.9%. The results of the chi square test analysis of the differences in results between conventional and short-term methods there is no significant difference (p-value = 0.067). And only age factors 45 years and treatment initiation intervals 30 days for which the difference in results was significantly different (p-value = 0.005 and 0.047)."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Muhaimin
"Peneliti menggunakan desain studi cross sectional, dengan cara pengambilan sampel total sampling, sampel yang terambil sebanyak 370 santri. Gambaran tingkat prestasi pada santri Nurul Fikri Boarding School Serang Banten tahun 2011 yang terbanyak adalah yang kategorinya kurang berdasarkan nilai mean rapot santri masing-masing kelas. Berdasarkan hasil penelitian pada santri Nurul Fikri Boarding School Serang Banten tahun 2011 hubungan yang signifikan dalam karakteristik santri hanya jenis kelamin dengan p value sebesar 0,001 dengan hasil laki-laki lebih berpotensi 1,364 berprestasi belajar rendah daripada perempuan dan substansi hasilnya. sedangkan hubungan yang signifikan dalam psikologi santri adalah tempat belajar dengan p value sebesar 0,034 dengan hasil santri yang tidak ada ruang belajar lebih proteksi 0,805 berprestasi belajar rendah dari pada yang ada ruang belajar, substansi hasilnya dan metode belajar dengan p value sebesar 0,001 dengan hasil santri yang memilih metode belajar sendiri lebih proteksi 0,709 berprestasi belajar rendah daripada santri yang memilih berlajar kelompok. Diharapkan pihak sekolah dapat mengembangkan program pengembangan yang tepat untuk semua santri dan mengondisikan lingkungan agar kondusif untuk kegiatan belajar dan mengajar.
Researchers used a cross-sectional study design, sampling a total way of sampling, samples are drawn as many as 370 students. The level of achievement in students Nurul Fikri Boarding School Serang Banten in 2011 the largest category is less based on mean values rapot students each class. Based on the results of research on students Nurul Fikri Boarding School Serang Banten in 2011 a significant correlation in the characteristics of students only sex with p value of 0.001 with the results of more potent male 1.364 low learning achievement than women and substance of the results. whereas a significant relationship in psychology students is the place to learn with a p value of 0.034 with the students that there is no room to learn more protection 0.805 low achievers learn from the existing study room, the substance of the results and methods of learning with a p value of 0.001 with the results of students who choose its own method of learning more protection than 0.709 low learning achievement students who choose to sail the group. It is hoped the school can develop an appropriate development program for all students and environmental conditions that are conducive to teaching and learning activities."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anggun Trithias Arimbi
"Kebutaan dan gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan masyrakat, dimana penyakit katarak merupakan penyebab utama kebutaan di Indonesia dengan presentase 0,78%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit katarak di Poliklnik Mata RSUD Budhi Asih dengan menggunakan desain studi Case Control. Sampel dalam Penelitian ini sebanyak 150 responden yang terdiri dari 75 kasus dan 75 kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko yang bergubungan dengan kejadian katarak adalah Umur, Tingkat Pendidikan, Penghasilan, Pekerjaan,dan riwayat penyakit Diabetes Mellitus. Untuk itu perlu dilakukannya program penanggulangan untuk penyakit katarak dan upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit katarak pada usia dini.
Blindness and visual impairment is the community health problem, where the disease is the leading cause of cataract blindness in Indonesia with a percentage of 0.78%.
This study aims to determine factors - factors associated with cataracts in the eyes Poliklnik Budhi Asih Hospital using Case Control study design. The sample in this study
of 150 respondents consisting of 75 cases and 75 controls. The results showed that the risk factors associated with the incidence of cataracts is the Age, Level of Education,
Income, Employment, and a history of Diabetes Mellitus. For that we need to do prevention program for cataract disease and preventive measures to prevent the occurrence of cataract disease at an early age.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>