Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mia Yuliana Pratiwi
"Praktik kerja profesi di Direktorat Pengawasan Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM Periode Bulan Maret 2018 bertujuan untuk memahami tugas dan tanggung jawab apoteker di instansi pemerintahan dalam hal ini adalah BPOM, memahami tugas dan fungsi BPOM, serta agar calon apoteker dapat memiliki wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan gambaran praktik kefarmasiaan di instansi pemerintah. Praktik kerja dilakukan di Direktorat Pengawasan Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan yang berada kedeputian II BPOM. Selain itu, praktik kerja profesi di BPOM juga diperkenalkan terhadap tugas pokok dan fungsi dari direktorat lainnya yang berada di BPOM. Salah satu tugas khusus yang diberikan sebagai bentuk nyata pelaksanaan tugas BPOM yaitu ldquo;Evaluasi Laporan Pengawasan Iklan dan Penandaan Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan rdquo;. Tujuan dari pelaksanaan tugas khusus tersebut yaitu untuk evaluasi kesesuaian dan pencapaian target pengawasan dari pengawasan iklan dan penandaan obat tradisional dan suplemen kesehatan yang dilakukan oleh Balai Besar/Balai POM. Berdasarkan praktik kerja profesi yang dilakukan tersebut, diketahui bahwa tugas dan peran apoteker di BPOM sangatlah luas yaitu dengan melaksanakan pengawasan dari sebelum produk dipasarkan hingga produk dipasarkan dan juga terkait dengan sarana industri dan sarana distribusinya.
Internship at Directorate Herbal Medicines and Health Supplements Control of National Agency of Drug and Food Control BPOM Period March 2018 aims to understand the duties and responsibilities of pharmacists in government agencies in this case is BPOM, understanding the duties and functions of BPOM, and for prospective pharmacists can have insight, knowledge, experience, and overview of the practice of pharmacy in government agencies. Internship was done in the Directorate Herbal Medicines and Health Supplements Control which is the Deputy II of BPOM. In addition, internship in BPOM were also introduced to the main tasks and functions of other directorates who are in BPOM. One of the specific tasks assigned as a concrete form of BPOM duty was Evaluation of Balai Besar/ Balai POM rsquo;s Advertise and Label of Herbal Medicines and Health Supplements Control Reports . The purpose of the specific task was to evaluate the suitability and achievement of control targets from advertisement and label of herbal medicines and health supplements conducted by Balai Besar / Balai POM. Based on the internship , it is known that the duties and role of pharmacists in BPOM is very broad that is by carrying out pre market and post market control and also related to industrial facilities and its distribution facilities."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Dwi Rahmi
"Protransfersom merupakan liofilisasi dari transfersom dengan menghilangkan air pada transfersom menggunakan metode freeze drying yang bertujuan untuk lebih meningkatkan stabilitas fisik dan kimia vesikel. Transfersom dibuat dengan metode hidrasi lapis tipis dengan zat aktif asam azelat yang berfungsi sebagai antijerawat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kecepatan pendinginan freeze drying dalam pembuatan protransfersom terhadap karakter vesikel yang dibandingkan dengan karakter transfersom biasa dan untuk mengetahui stabilitas karakter masing-masing vesikel. Hasil uji stabilitas karaktersitik transfersom menunjukkan ukuran partikel yang tidak mengalami perubahan bermakna dari ukuran awal 89,06 nm. Hal yang sama ditunjukkan oleh protransfersom B yang disimpan pada suhu 4 C dengan ukuran awal 1218 nm. Efisiensi penjerapan tertinggi ditunjukkan oleh protransfersom B sebesar 45,65 . Sedangkan protransfersom A menunjukkan efisiensi penjerapan sebesar 45,20 dan transfersom sebesar 40,98 . Stabilitas efisiensi penjerapan yang paling baik juga ditunjukkan oleh protransfersom B dengan penurunan yang lebih rendah 5 setelah 2 minggu, 19 7 setelah 4 minggu dibandingkan protransfersom A 25 12 setelah 2 minggu, 7 12 setelah 4 minggu dan transfersom 12 setelah 2 minggu, 22 setelah 4 minggu . Bentuk vesikel yang tidak sferis ditunjukkan oleh protransfersom dengan menggunakan alat transmission electron microscope.

Protransfersome is the lyophilization of the transfersome by removing the water system with freeze drying method to improve the physical and chemical stability. Transfersome is made of the thin layer hydration technique, used azelaic acid, an antiacne, as a model drug. The aim of this research is to examine the effect of cooling rate in freeze drying toward vesicle characters that are compared to conventional transfersome and the character stability of each vesicle. The result of transfersome character stability indicates the particel size which does not significantly change during the storage from the initial measurement of 89,06 nm. The same result is indicated by protransfersome B, which is stored in temperature 4 C, that has the initial measurement of 1218 nm. The highest entrapment efficiency is pointed out by protransfersome B with the percentage is 45,65 . Meanwhile, the percentage of entrapment efficinecy protransfersome A is 45,20 , and transfersome is 40,98 . The best stability is indicated by protransfersome B with the smaller discharge of entrapment efficiency 5 after 2 weeks, 19 7 after 4 weeks compared to protransfersome A 25 12 after 2 weeks, 7 12 after 4 weeks and transfersome 12 after 2 weeks, 22 after 4 weeks . The unspheric vesicle morphology of protransfersome is determined by transmission electron microscope."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S68712
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arini Andriani
"Piper retrofractum, Imperata cylindrica, dan Moringa oleifera telah diuji secara in vitro dapat mengurangi agregasi platelet yang berperan penting dalam patogenesis trombosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek ekstrak Piper retrofractum, Imperata cylindrica, dan Moringa oleifera sebagai antitrombotik secara in vivo. Mencit jantan dibagi menjadi kontrol normal CMC , negatif CMC , positif aspirin , dan dosis 1, 2, 3 pada masing-masing ekstrak. Perlakuan awal yaitu pemberian masing-masing suspensi berdasarkan pengelompokan, yang dilakukan selama 7 hari. Kemudian, pengamatan dilakukan menggunakan parameter waktu perdarahan ekor mencit yang diamputasi dan data diolah secara statistik p le; 0.05 , serta parameter perhitungan angka harapan hidup setelah induksi trombosis oleh penyuntikan intravena kolagen-epinefrin. Hasilnya yaitu dosis 3 ekstrak Piper retrofractum 11,76 mg/20 g , ekstrak Imperata cylindrica 11,2 mg/20 g , dan ekstrak Moringa oleifera 11,2 mg/20 g memperpanjang rata-rata waktu perdarahan menjadi 17.70 2.10; 19.54 0.65; 17.11 3.07 dan meningkatkan persentase angka harapan hidup 80 ; 60 ; 60. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak Piper retrofractum, Imperata cylindrica, dan Moringa oleifera memiliki potensi sebagai antitrombotik.
Piper retrofractum, Imperata cylindrica and Moringa oleifera had been studied in vitro for their activity to reduce platelet aggregation which have important role in the pathogenesis of thrombosis. This study aimed to evaluate the effect of Piper retrofractum, Imperata cylindrica and Moringa oleifera extracts as antitrombotic in vivo. Male mice were divided into normal CMC , negative CMC , positive Aspirin , 1st, 2nd and 3rd for each extract. Pretreatments were given orally for 7 days and the experiment used two parameters, including bleeding time was observed on amputated mice tail and then analyzed statistically p le 0.05 , and survival rate was observed on calculation of dead paralyzed mice after trombosis induction by injecting collagen ndash epinephrine intravenously. The results are the 3rd dose extracts of Piper retrofractum 11,76 mg 20 g , Imperata cylindrica 11.2 mg 20 g , and Moringa oleifera 11.2 mg 20 g can prolonged the bleeding time to 17.70 2.10 19.54 0.65 17.11 3.07, then increased the survival rate to 80 60 60 . The extracts of Piper retrofractum, Imperata cylindrical and Moringa oleifera has a potential activity as antithrombotic."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69533
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwita Medya Pangesti
"ABSTRAK
Asam azelat merupakan senyawa kimia yang banyak digunakan dalam dermatologi. Untuk meningkatkan efektivitas asam azelat dibentuk ke dalam vesikel transfersom. Transfersom adalah vesikel yang berkemampuan deformabilitas dan dibuat dengan metode lapis tipis. Namun transfersom memiliki kekurangan yaitu tidak stabil selama masa penyimpanan. Maka dari itu dibentuk protransfersom melalui metode freeze dry. Lioprotektan trehalosa digunakan untuk menjaga stabilitas protransfersom selama proses freeze dry. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan stabilitas transfersom dan protransfersom asam azelat serta mengetahui pengaruh lioprotektan trehalosa terhadap protransfersom asam azelat. Selama masa penyimpanan 4 minggu pada suhu 4o transfersom, protransfersom dengan trehalosa, dan protransfersom tanpa trehalosa mengalami penurunan presentase efisiensi penjerapan sebesar 34,23 ; 12,19 ; 29,96 . Sedangkan pada suhu 28o masing-masing mengalami penurunan sebesar 35,36 ; 24,54 rsquo; 32,06 . Ukuran partikel transfersom dan protransfersom dengan trehalosa yang disimpan pada suhu 4o cenderung stabil. Hasil dari penelitian ini yaitu protransfersom memiliki stabilitas lebih baik dibandingkan transfersom. Penggunaan lioprotektan trehalosa memberikan stabilitas yang lebih baik pada protransfersom. Selain itu, penyimpanan pada suhu rendah dan dalam bentuk kering mampu mempertahankan stabilitas protransfersom asam azelat.

ABSTRACT
Azelaic acid is a chemical compound widely used in dermatology. To increase the effectiveness of azelaic acid was formed into transfersome. Transfersome is a vesicle capable of deformability which was made by thin layer method. Transfersome did not stabilized during storage, so it was formed protransfersome through freeze dry method. Lyoprotectant trehalose was used to maintain the stability of protransfersome during freeze dry process. The purposes of this research were comparing transfersome and protransfersome azelaic acid stability, and detecting the effects of trehalose lyoprotectant on protransfersome azelaic acid. During storage period at 4oC for 4 weeks, the entrapment efficiency of transfersome, protransfersome with trehalose, and protransfersome without trehalose were decreased by 34,23 12,19 29,96 respectively. On the other hand, at 28oC for 4 weeks, the percentage were decreased by 35,36 24,54 rsquo 32,06 respectively. Particle size of transfersome and protransfersome with trehalose were stable at 4oC. The result of this study shows that protransfersomes have better stability than transfersomes. Trehalose provides better stability on protransfersome azelaic acid. In addition, protransfersome stability can be mantain by storing at low temperature and dry form. "
2017
S70081
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silmy Kaaffah
"Literasi kesehatan merupakan kemampuan seseorang dalam mengakses, memahami, menilai dan menerapkan informasi kesehatan untuk membuat keputusan kesehatan dalam kehidupan sehari-hari. Literasi kesehatan memiliki hubungan terhadap bagaimana seseorang menerima informasi kesehatan sehingga berkaitan dengan status kesehatan seseorang. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran literasi kesehatan mahasiswa program sarjana reguler tingkat pertama Universitas Indonesia. Metode dalam penelitian ini adalah cross sectional. Sampel yang terkumpul adalah 373 mahasiswa Universitas Indonesia tingkat pertama pada 14 fakultas. Literasi kesehatan diukur menggunakan European Health Literacy Survey Question 16 HLS-EU Q16 secara online.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai literasi kesehatan mahasiswa UI tingkat pertama adalah 2.91 dari skala 0-4 yang jika di presentasekan mencapai 72.8 . Domain pencegahan penyakit memiliki nilai literasi terendah, sedangkan domain yang memiliki nilai literasi tinggi adalah domain pelayanan kesehatan. Fakultas dengan nilai literasi tertinggi adalah Fakultas Kesehatan Masyarakat sementara fakultas dengan nilai literasi terendah adalah Fakultas Ilmu Budaya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka diperlukan pembuatan program intervensi peningkatan literasi kesehatan pada mahasiswa UI terutama pada domain pencegahan penyakit dan lebih dimasifkkan di fakultas non rumpun ilmu kesehatan.

Health literacy is defined as an individual rsquo s ability to access, understand, assess, and apply health information to make healthy decisions in daily life. Health literacy has a correlation with how an individual receives health information, therefore it also correlates with the individuals health status. Thus, this research has a purpose of assessing the description of health literation in first year college students ofregular bachelor program in Universitas Indonesia. The method used in this research was cross sectional. The acquired samples were 373 first year students of Universitas Indonesia from 14 faculties. Health literation was measured using European Health Literacy Survey Questionnaire 16 HLS EU Q16 through an online survey.
Results showed that the average value of health literacy in Universitas Indonesia first year students is 2.91 from a scale of 0 4, or 72,8. Disease prevention domain has the lowest health literacy value, while the health care domain has the highest health literacy value. The faculty with the highest health literacy value is the Faculty of Health Sciences, while the lowest value was obtained from the Faculty of Humanities. Based on those results, an intervention program to increase health literacy in students of Universitas Indonesia, especially in the disease prevention domain,is much needed especially in non health sciences faculties.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Aryani Tri Lestari
"Buah pare Momordica charantia Linn merupakan salah satu jenis tanaman obat yang mengandung charantin. Senyawa charantin dapat digunakan untuk menurunkan kadar glukosa dalam darah sehingga banya digunakan sebagai obat antidiabetes. Buah pare memiliki rasa yang pahit sehingga dibuat menjadi tablet salut lapis tipis. Tablet inti ekstrak buah pare dibuat dengan metode granulasi basah dengan CMC Na 6 sebagai pengikat. Larutan penyalut dibuat dalam 3 formula dengan variasi konsentrasi PEG 400 sebagai plasticizer 16 , 20 , dan 24 terhadap bobot HPMC. Evaluasi sediaan tablet salut lapis tipis meliputi penampilan fisik, kenaikan bobot, morfologi permukaan, tebal lapisan, waktu hancur, dan uji rasa pahit. Uji rasa pahit dilakukan kepada 30 responden dengan memberikan kuesioner tingkat rasa pahit terhadap sampel.
Hasil kuesioner dianalisis menggunakan aplikasi SPSS dengan metode Kruskal Walis. Tablet salut lapis tipis yang telah disalut dengan PEG 400 20 mengalami kenaikan bobot 4,78 . Morfologi permukaan menggunakan SEM menunjukkan permukaan yang halus dengan ketebalan lapisan 34,67 m. Tablet salut lapis tipis dapat hancur dalam waktu 5,34 1,09 menit dan memiliki rata-rata nilai rasa pahit 1,10 yang termasuk dalam kategori tidak pahit. Hasil menunjukkan bahwa penggunaan PEG 400 20 sebagai plasticizer dapat memperbaiki penampilan dan menutupi rasa pahit dari ekstrak buah Pare.

Momordica charantia Linn fruit is one of medicinal plant that contained charantin. Charantin is useful to lower the blood glucose level so that it is used widely as anti diabetic medicine. M.charantia Linn fruit had the lacks of bitter taste so that it made into film coated tablets. The core tablets of M.charantia Linn were prepared by wet granulation method using CMC Na 6 as binder, then coated by HPMC 5 . Film coating formulation were made in 3 formulas using additional amount of PEG400 as plasticizer at 16 , 20 , and 24 concentration of HPMC weight. The obtained film coated tablet were evaluated including organoleptic, percentage weight increase, film coated tablets surface, coating thickness, disintegrating time, and bitter taste evaluation. Bitter taste evaluatin was performed on 30 respondents by giving the bitter taste level questionnaire of the three formulas film coated tablets, core, and extract powders.
The questionnaire results were analyzed using SPSS application with Kruskal Walis method. Film coated tablets that coated using 20 PEG400 as plasticizer had percentage weight increase 4,78 . The surface morphology using scanning electron microscope was smooth and showing 34,67 m coating thickness. Film coated tablets also disintegrated within 5,34 1,09 minutes and had bitter taste level about 1,10 .The results revealed that PEG400 20 as plasticizer is able to masking appearance and bitter taste of M.charantia Linn.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69439
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzana Fauzi
"Ekstrak buah pare memiliki berbagai macam khasiat, namun hampir semua kandungannya memiliki rasa yang sangat pahit. Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa beads alginat dapat menutupi rasa pahit ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata). Pada penelitian ini beads ekstrak buah pare (Momordica charantia Linn) dibuat dengan menggunakan metode gelasi ion dengan terjadinya taut silang antara natrium alginat dengan kalsium klorida yang dimanfaatkan untuk menutupi rasa pahit. Beads dibuat menggunakan natrium alginat (1,5% b/v) dengan berbagai perbandingan ekstrak buah pare (0,5:1; 1:1; dan 2:1), gelatin (2% b/v) dan CaCl2 3%. Formula beads dievaluasi fisik dan fungsional meliputi morfologi, efisiensi proses, ditribusi ukuran partikel, daya mengembang, kadar air, dan uji rasa pahit. Formula 1 dengan perbandingan ekstrak:alginat (0,5:1) yang memiliki bentuk hampir bulat dengan ukuran diameter 600-1200 µm, daya mengembang 113,21% dan kadar air 15,34% menunjukkan formula yang paling optimal menutupi rasa pahit karena memiliki nilai yang berbeda bermakna secara statistik dengan nilai p<0,05 jika dibandingkan dengan standar.

The bitter gourd fruit has many pharmaceutical effect, but almost all the substances was bitter. The previous study has shown that alginate beads can mask the bitter flavour of sambiloto (Andrographis paniculata). In this study beads of bitter gourd fruit extract (Momordica charantia Linn) was prepared by using ionic gelation method that cross linking occured between sodium alginate and calcium chloride that used to covering the bitter flavour. Beads were prepared using sodium alginate (1.5% w/v) with various comparisons bitter gourd fruit extract (0,5:1, 1:1, and 2:1), gelatin (2% w/v), and CaCl2 3%. The obtain beads were characterized physically and functionally include morphology, process efficiency, particle distribution, swelling index, and water content. Formula one with comparison extract:alginate (0,5:1) which has almost spherical shape with diameter 600-1200 µm, swelling index 113,21% and water content 15,34% has shown the best formula could cover the bitter taste that has the value statisticly different with p value >0,05 if compared with standard."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69352
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Suci
"Penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia terus meningkat seiring dengan tingginya angka kejadian serta mempengaruhi pola penggunaan antibiotik difasilitas kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotika golongan beta laktam pada pasien pneumonia di rumah sakit anak dan bunda harapan kita tahun 2016 yang dilakukan untuk mencapai penggunaan antibiotik yang rasional. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif dari rekam medik pasien. Sampel merupakan resep pasien pneumonia periode Januari hingga Desember 2016. Studi dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif dengan metode Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose ATC/DDD . Antibiotik yang digunakan adalah ampisilin; amoksisilin; ampisilin-sulbaktam; seftriakson; sefiksim; sefotaksim; seftazidim; sefoperazone dan seftizoksim. DDD dengan antibiotik terbanyak yang digunakan adalah ampisilin 80,5 sedangkan DDD/100bed/hari dengan antibiotik terbanyak yang digunakan adalah amoksisilin 34,62 DDD/100bed/hari . Secara kualitatif, antibiotik yang menyusun segmen DU90 ada lima yaitu ampisilin; seftriakson; sefotaksim; sefixim; ampisilin-sulbaktam. Kesesuaian penggunaan antibiotik golongan beta laktam di rumah sakit anak dan bunda harapan kita tahun 2016 dengan Formularium Nasional sebesar 99,55.

The use of antibiotics increases as well as number of events and affect the pattern of antibiotic uses in health facilities. This study aimed to evaluate the use of beta lactam antibiotics in patients with pneumonia in Harapan Kita Mother and Children rsquo s Hospital in 2016 which is done to achieve rational drug uses. The design of the study was descriptive with retrospective data collection from patients rsquo medical records. Samples were patients rsquo prescriptions from January to December 2016. The analysis was done using Anatomical Therapeutic Chemical Defined Daily Dose ATC DDD qualitatively and quantitatively. The antibiotics were ampicillin amoxicillin ampicillin sulbactam ceftriaxone cefixime cefotaxime ceftazidime cefoperazone and ceftizoxime. DDD with most antibiotics used is ampicillin 80,5 , while DDD 100bed day with most antibiotics used is amoxicillin 34.62 DDD 100bed day . Five antibiotics which are in segment DU90 are ampicillin ceftriaxone cefotaxime cefixime ampicilin sulbactam. Compatibility of the use of pneumonia drugs with National Formulary are 99.55.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S67554
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Sari Purbandini
"ABSTRAK
Demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi. Pilihan terapi demam tifoid yang bisa digunakan antara lain adalah antibiotik seftriakson, siprofloksasin, dan sefoperazon. Evaluasi penggunaan obat tersebut tidak hanya dilihat secara klinis, tapi juga secara farmakoekonomi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai efektivitas-biaya seftriakson dan non-seftriakson dalam pengobatan demam tifoid. Metode penelitian ini menggunakan metode analisis efektivitas-biaya AEB . Data diambil secara retrospektif dan pengambilan sampel dilakukan secara total sampling dengan melihat catatan rekam medik dan sistem informasi rumah sakit. Pasien yang menjadi sampel penelitian adalah pasien murni demam tifoid dan menggunakan antibiotik seftriakson atau non-seftriakson pada tahun 2016 di RSUD Cengkareng. Sampel yang dilibatkan dalam analisis sebanyak 15 pasien, yaitu 10 pasien kelompok seftriakson dan 5 pasien kelompok non-seftriakson. Efektivitas pengobatan diukur dalam efektivitas persentase pasien dengan lama hari rawat kurang dari sama dengan 5 hari . Biaya didapatkan dari median total biaya pengobatan, meliputi biaya obat, biaya alat kesehatan, biaya obat lain, biaya cek laboratorium, biaya tindakan, biaya jasa dokter, serta biaya kamar rawat. Berdasarkan hasil penelitian, efektivitas seftriakson 66,67 lebih besar dibandingkan efektivitas non-seftriakson 33,33 . Total biaya pengobatan seftriakson lebih rendah Rp 1.929.355,00 dibandingkan non-seftriakson Rp 2.787.003,00 . Nilai rasio efektivitas-biaya REB seftriakson lebih rendah Rp 28.938,88/ efektivitas dibandingkan non-seftriakson Rp 83.618,45/ efektivitas . Hasil akhir menunjukkan bahwa seftriakson lebih cost-effective dibandingkan non-seftriakson.

ABSTRAK
Typhoid fever is caused by bacterial infection Salmonella typhi or Salmonella paratyphi. Typhoid fever treatment which can be used such as ceftriaxone, ciprofloxacin, and cefoperazone. The evaluation of drugs not only seen by clinical aspect but also from economic aspect. The study aimed to evaluate the cost effectiveness of ceftriaxone and non ceftriaxone for typhoid fever patients. Cost effectiveness analysis CEA was chosen to be the method of this study. Data were taken retrospectively and sampling was done using total sampling based on medical records and hospital information systems. Patients who become the samples are patients diagnosed typhoid fever only and use ceftriaxone or non ceftriaxone as the antibiotics. The number of samples were 15 patients, which included 10 patients used ceftriaxone and 5 patients used non ceftriaxone. The effectiveness is measured by effectiveness percentage of LOS less than or equal to 5 days . The cost is median of total cost, summed from the cost of drug, other drugs, medical devices, laboratory tests, physician, healthcare services, and hospitalization. Based on result study, the effectiveness of ceftriaxone 66.67 is greater than non ceftriaxone 33.33 . Total cost of ceftriaxone Rp 1,929,355.00 is less expensive than non ceftriaxone Rp 2,787,003.00 . Average cost effectiveness ratio ACER of ceftriaxone Rp 28,938.88 effectiveness is lower than non ceftriaxone Rp 83,618.45 effectiveness . The final result showed that ceftriaxone is more cost effective than non ceftriaxone. "
2017
S69258
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masayu Dinahya Diswanti Putri
"Apoteker memiliki peran penting dalam meningkatkan penggunaan obat secara rasional dengan memberikan informasi mengenai obat secara akurat dan jelas ketika menyerahkan obat kepada pasien. Penggunaan obat yang rasional memiliki peran penting dalam menghindari reaksi obat tidak diinginkan yang dapat dicegah, memaksimalkan hasil terapi dengan meningkatkan kepatuhan pasien, dan meminimalkan biaya terapi obat. Namun, saat ini gambaran kegiatan pemberian informasi obat dan hubungannya terhadap rasionalitas penggunaan obat pada pasien COVID-19 isolasi mandiri masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pemberian informasi obat dengan kerasionalan penggunaan obat pada pasien COVID-19 yang menjalani isolasi mandiri di wilayah Jabodetabek. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dengan metode mixed method tipe embedded design. Metode perolehan sampel dilakukan dengan teknik consecutive sampling menggunakan kuesioner yang telah memenuhi uji validitas dan reliabilitas. Data yang dikumpulkan adalah data primer dengan total 146 sampel dan dianalisis menggunakan IBM®SPSS® versi 25. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kegiatan pemberian informasi obat telah dilaksanakan secara maksimal (52,7%) serta responden memiliki pemahaman yang baik mengenai informasi obat yang diperoleh (65,8%) dan telah menggunakan obat secara rasional (56,8%). Terdapat korelasi positif berkekuatan sedang antara pemberian informasi obat dengan rasionalitas penggunaan obat pada pasien COVID-19 isolasi mandiri (p=0,000; r=0,458). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semakin maksimal pelaksanaan kegiatan pemberian informasi obat kepada pasien COVID-19 isolasi mandiri, maka pasien akan semakin rasional dalam menggunakan obat.

Pharmacists play an essential role in promoting rational use of medicines by giving drug information clearly and accurately while delivering medicines to patients. Rational use of medicines plays an important role in avoiding preventable adverse drug reaction, maximizing therapeutic outcomes by promoting patient adherence, and minimizing the cost of drug therapy. However, at the moment, the description of dispensing medication information and its relation to the rationality use of medicine in self-isolation COVID-19 patients is still limited. This study aimed to analyze the relationship between dispensing drug information with rationality use of medicines in COVID-19 self-isolation patients in Jabodetabek area. The design of this research is cross-sectional design with mixed method type embedded design. The data was collected by using consecutive sampling technique using questionnaire that had fulfilled the validity and reliability test. Primary data were collected with a total of 146 samples which then analyzed by using IBM®SPSS®version 25. The results showed that most of the dispensing drug information had carried out optimally (52.7%) and most of the respondents had a good comprehension of the drug information obtained (65.8%) and had used medicines rationally (56,8%). The results of the correlation test with Spearman’s rho showed that there was a moderate positive correlation between dispensing drug information with rationality use of medicines in self-isolation COVID-19 patient (p=0.000; r=0.458). Therefore, it can be concluded that the more optimal the implementation of dispensing drug information to self-isolation COVID-19 patients, the more rational the patient will be in using medicines."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>