Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Arief Lukman
"ABSTRAK
Mahkota tiruan dikatakan ideal bila dalam jangka waktu minimal 5 tahun tidak terjadi kerusakan, termasuk jaringan pendukungnya. Kenyataan sering dijumpai keluhan pasien yang menggunakan mahkota tiruan sebelum 2 tahun pemakaian, antara lain gingivitis, rusaknya facing, perubahan warna facing sampai dengan lepasnya mahkota tiruan itu sendiri. Untuk mengevaluasi hasil perawatan dengan mahkota tiruan, telah dilakukan penelitian klinis dan radiologis terhadap mahkota tiruan dan jaringan pendukungnya pada pasien yang dibuatkan mahkota tiruan di klinik spesialis FKG - UI tahun 1991-1993. Evaluasi perawatan pada pasien dilakukan dengan cara obyektif dengan pemeriksaan klinis dan radiologis, maupun cara subyektif melalui wawancara dan kuesioner. Dari pemeriksaan terhadap 24 kasus, ternyata menunjukkan : gingivitis {50%), terbukanya tepi servikal (25%) dan abses (33,3%) dari total kasus Sedangkan kerusakan facing, perubahan warna facing, kerusakan metal, terjadinya karies pada gigi tetangga, kontak prematur dan kelainan periodontitis persentasenya relatif kecil. Dengan demikian disimpulkan bahwa dalam waktu relatif singkat pada perawatan dengan mahkota tiruan di klinik spesialis FKG-U2, telah terjadi kegagalan yang cukup besar.

"
1995
T4041
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farisza Gita
"Terlepasnya pasak tuang karena fitness yang tidak baik terhadap permukaan saluran akar, menyebabkan retensi pasak tidak optimal. Penelitian ini adalah suatu kwasi eksperimental laboratorik yang membandingkan akurasi pola pasak resin akrilik dan pola pasak inlay wax berdasarkan waktu penyimpanan. Pengamatan dilakukan terhadap celah marginal antara master die dengan spesimen menggunakan Electric Measuring Microscope MM-40 Nikon. Waktu penyimpanan yang diamati adalah 15 menit, 30 menit dan 24 jam. Secara deskriptif terbukti kontraksi inlay wax lebih besar dibandingkan kontraksi resin akrilik.
Hasil uji ANOVA 2 arah menunjukkan interaksi antara waktu penyimpanan dan jenis bahan pola, sedangkan hasil ANOVA 1 arah menunjukkan perbedaan bermakna antar waktu penyimpanan masing-masing bahan pola pada P 0.000. Hasil uji Limit Significant Difference pada masing-masing bahan pola menyimpulkan adanya perbedaan bermakna antar waktu penyimpanan, sedangkan uji menyimpulkan pula perbedaan bermakna pada masing-masing waktu penyimpanan antara kedua bahan pola. Disimpulkan akurasi pola pasak resin akrilik lebih baik dibandingkan pola pasak inlay wax."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Doddy S.H. Soemawinata
"Retensi merupakan permasalahan yang sering dijumpai dalam menentukan keberhasilan pembuatan gigi tiruan lengkap. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui teknik pencetakan yang dapat memberi retensi optimal pada gigi tiruan lengkap akrilik rahang atas antara pencetakan yang dilakukan dengan border molding dan tanpa border molding. Selain itu juga untuk mengetahui perbedaan setiap kasus yang dilihat dari segi anatomi rahang. Pada penelitian ini digunakan lima subyek penelitian. Masing-masing subyek dicetak rahangnya dan dibuatkan dua basis gigi tiruan rahang atas, hasil dari border molding dan tanpa border molding yang diberi kaitan kawat di tengah bagian median basis. Setiap basis gigi tiruan lengkap dilakukan uji kecekatannya pada kaitan kawat yang tersedia dengan menggunakan alat Instron tipe 4301. Hasil pengujian kecekatan dihitung secara statistik dengan Student T-Test untuk membedakan antar metode pada masing-masing subyek dan analisis kualitatif untuk menjelaskan perbedaan antar subyek penelitian. Setelah pengujian diperoleh kesimpulan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara basis gigi tiruan lengkap yang dihasilkan dengan dilakukan border molding dan tanpa border molding. Selain itu antara kelima subyek penelitian secara kuantitatif tidak menunjukkan adanya homogenitas. Melihat hasil yang diperoleh maka dapat disarankan kepada para dokter gigi untuk melakukan border molding pada pencetakan rahang pasiennya terutama dengan keadaan tulang alveolar yang telah menyusut. Hal ini dilakukan agar diperoleh retensi yang optimal."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Soetiarto
"ABSTRAK
Rokok kretek mengandung bumbu bumbu dengan rasa dan aroma yang berbeda dengan rokok putih, yang mungkin mempu -nyai potensi eebagai penyebab kerusakan gigi.
Asumsi tersebut muncul dengan adanya laporan kasus kerusakan gigi yang spesifik pada perokok kretek.
Atas dasar fenomena tersebut diatas maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran kerusakan gigi, nilai insiden dan hubungan antara kebiasaan merokok kretek dengan kerusakan gigi yang spesifik.
Desain penelitian adalah kohort retrospektif, pada 1160 sopir bus P.P.D. yang tidak merokok kretek dan yang merokok kretek.
Hasil penelitian rrmenunjukkan adanya kerusakan yang spesifik, berbeda baik bentuk, letak maupun patofisiologisnya dengan karies pada umumnya, dengan nilai insiden 55.8% Secara statistik kerusakan dipengaruhi oleh lama merokok kretek dalam tahun, dan jumlah batang rokok kretek yang dihisap setiap hari yang berinteraksi dengan lama merokok.
Dengan merokok kretek selama > 10 th - < 15 th, dan jumlah rokok yang dihisap 7 - 12 batang/hari maka prediksi resiko terjadi kerusakan gigi yang spesifik = 83 %. Bila merokok kretek > 15 th., dengan jumlah rokok > 18 batang/hari, maka prediksi resiko kerusakan gigi 95 %.
Dapat disimpulkan bahwa kejadian kerusakan gigi yang spesifik pada perokok kretek cukup tinggi.
Hal ini dipengaruhi oleh lama kebiasaan merokok dalam tahun dan jumlah batang rokok kretek yang dihisap setiap hari. Berdasarkan temuan tersebut disarankan untuk memperkenalkan bentuk kerusakan gigi yang spesifik tersebut kepada tenaga kesehatan dan masyarakat untuk memberi peringatan akan bahayanya rokok kretek terhadap jaringan keras gigi. Untuk memperoleh jawaban lebih lanjut tentang mekanisme kerusakan masih diperlukan penelitian experimental laboratorik."
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Richard S.N.
"Relaksasi merupakan salah satu mekanisme coping yang digunakan untuk menghadapi stress. Salah satu metode relaksasi yang banyak dipakai adalah aromaterapi dengan menggunakan minyak esensial. Minyak esensial yang berasal dari tanaman Indonesia yang bisa dimanfaatkan untuk relaksasi adalah sereh wangi, kenanga dan nilam.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektifitas campuran minyak esensial Indonesia yang terdiri dari sereh wangi, kenanga dan nilam yang diberikan secara inhalasi terhadap relaksasi secara psikologis dengan pengukuran Visual Analog Scale (VAS) dan fisik dengan pengukuran tekanan darah (MAP), frekuensi nadi, dan frekuensi nafas serta dibandingkan dengan minyak lavender dan kontrol.
Penelitian dilakukan dengan rancangan uji klinis tersamar tunggal, before and after, dengan perlakuan intent to treat yang dilanjutkan dengan tes kejut pada 60 wanita sehat yang terdiri dari 20 subyek kelompok campuran minyak esensial Indonesia, 20 subyek kelompok lavender, dan 20 subyek kontrol.
Penelitian ini memperlihatkan hasil bahwa campuran minyak esensial Indonesia memiliki efektifitas relaksasi secara psikologis yang sama dengan minyak lavender dan kontrol tetapi memiliki kecenderungan yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Sedangkan secara fisik campuran minyak esensial Indonesia memiliki efektifitas relaksasi yang lebih baik dibandingkan dengan lavender dan kecenderungan yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol terutama pada parameter tekanan darah (MAP).

Relaxation is one of the coping mechanisms used to deal with stress. One method that is widely used for relaxation is aromatherapy using essential oils. The essential oil from Indonesian plants that can be used for relaxation is sereh wangi, kenanga and nilam.
This study aims to look at the effectiveness of Indonesian essential oils blend consists of sereh wangi, kenanga and nilam that are administered by inhalation to the psychological relaxation measurements of Visual Analog Scale (VAS) and physical measurements of blood pressure (MAP), pulse rate, and breathing rate and compared with lavender oil and control.
The study was conducted with the design of a single-blind clinical trials, before and after, with treatment intent to treat followed by startle test on 60 healthy women consists of 20 subjects group of Indonesian essential oils, 20 subjects group of lavender oil, and 20 subjects group of control.
This study showed that an Indonesian essensial oil blend has the effectiveness of psychological relaxation similar to lavender oil and control but have a tendency better than the controls. While the physical measurenment showed that Indonesian essential oil blend has better effectiveness on relaxation than lavender oil and has tendency better than the controls, especially on the parameters of blood pressure (MAP).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T32508
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Metty Anggraeni
"ABSTRAK
Basis gigi tiruan selalu berkontak dengan mikroorganisme rongga mulut dan saliva
sehingga menjadi tempat tumbuhnya plak dan perkembangan mikroorganisme,
khususnya C.albicans. Diperlukan pembersihan yang dapat secara efektif menghambat
pertumbuhan C. albicans. Larutan pembersih gigi tiruan yang sering digunakan adalah
alkalin peroksida dan sodium hipoklorid. Masih terdapat kontradiksi mengenai
keefektifan alkalin peroksida dalam menghambat pertumbuhan C.albicans pada nilon
termoplastik. Sodium hipoklorid dengan konsentrasi yang tinggi dan waktu perendaman
yang lama akan menyebabkan kerusakan pada basis gigi tiruan. Tujuan penelitian ini
adalah menganalisis efektifitas sodium hipoklorid dengan konsentrasi yang rendah,
yaitu 0,125% dan pengaruh lama perendaman terhadap pertumbuhan C. albicans, juga
sodium hipoklorid 0,5% dan alkalin peroksida sebagai pembanding. Penelitian
eksperimental laboratorik menggunakan 24 spesimen, sebelumnya dilakukan uji
kekasaran permukaan pada sisi permukaan halus dan kasar pada masing-masing
spesimen. Kemudian dikontaminasi dengan C.albicans, direndam dalam 3 macam
larutan pembersih selama 5 menit dan 10 menit. Dibiakkan pada media Agar Sabouraud
Dextrose, diinkubasi selama 48 jam, koloni yang tumbuh dihitung dan dianalisis. Dari
hasil analisis data didapatkan bahwa nilai rerata larutan sodium hipoklorid 0,125% sama
dengan sodium hipoklorid 0,5% pada perendaman selama 5 menit (p=1,000) dan 10
menit (p=1,000). Nilai rerata sodium hipoklorid 0,125% lebih kecil dari pada nilai rerata
alkalin peroksida pada perendaman 5 menit (p=0,014) dan 10 menit (p=0,014). Dari
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa larutan sodium hipoklorid 0,125% sangat efektif
dalam menghambat pertumbuhan C.albicans pada nilon termoplastik dengan lama
perendaman 5 menit.

ABSTRACT
Due to constant contact between denture surface and oral environment, denture surfaces
usually act as a reservoir for microorganism, especially C. albicans. Proper cleaning
technique is needed to inhibit the growth of C. albicans. Soaking denture in a chemical
solution is known as the simplest and the most effective way to maintain a clean
denture. The widely used substances to soak the dentures are alkaline peroxide and
sodium hypochlorite. There have been numerous researches done on the effectiveness
of soaking solution against C. albicans, but there is some contradiction on the
effectiveness of alkaline peroxide as a denture cleanser especially for thermoplastic
nylon material. Soaking denture in high concentration of sodium hypochlorite during a
long period of time can deteriorate the texture and color of denture surface. The
purpose of this study is to analyzed the effectiveness of low concentration sodium
hypochlorite 0.125% in inhibiting the growth of C.albicans on thermoplastic nylon with
variables in soaking duration and different soaking solution such as 0.5% sodium
hypochlorite and alkaline peroxide. This is an experimental laboratory study. The study
is conducted using 24 thermoplastic nylon plate specimens with surface roughness test
conducted before the immersion procedure. The specimens were exposed to C. albicans
and soaked in 3 different cleaning solutions (0.125% sodium hypochlorite, 0.5% sodium
hypochlorite, and alkaline peroxide) for 5 minutes and 10 minutes. Afterwards, the
specimens were cultured in SDA medium and kept inside incubator for 48 hours, and
the colonies of C. albicans formed in the SDA medium were counted. Statistical
analysis showed there was no significancy mean differences between 0.125% sodium
hypochlorite with 0.5% sodium hypochlorite for 5 and 10 minutes soaking duration
(p=1.000). But there was a mean difference between 0.125% sodium hypochlorite and
alkaline peroxide, with smaller mean value in 0.125% sodium hypochlorite in both 5
and 10 minutes soaking duration (p=0.014). The result showed that 0.125% sodium
hypochlorite was the most effective solution in inhibiting the growth of C. albicans on
nylon thermoplastic in 5 minutes soaking duration."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T34997
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William
"ABSTRAK
Latar Belakang : Gigi tiruan penuh yang estetis dipengaruhi oleh pemilihan gigi
anterior. Selain itu, susunan gigi anterior merupakan faktor yang menciptakan efek
estetis. Terdapat berbagai tipe penyusunan gigi anterior. Teori dentogenik
menjabarkan tipe maskulin untuk pria, tipe feminin untuk wanita, dan tipe “denture”.
Akan tetapi tidak ada aturan baku yang menyatakan konsep mana yang paling
estetis.
Persepsi setiap orang terhadap estetik berbeda-beda. Saat proses
pembuatan gigi tiruan, dokter gigi dan pasien dapat memiliki persepsi yang berbeda
terhadap estetik yang dihasilkan gigi tiruan yang akan dibuat. Setidaknya, efek
estetik gigi tiruan dapat menghasilkan penampilan mirip dengan gigi asli dan sesuai
dengan wajah pemakainya. Adanya susunan gigi anterior yang bermacam-macam
dan persepsi setiap individu yang dapat berbeda, maka penentuan estetik dalam
pembuatan gigi tiruan merupakan suatu tantangan.
Tujuan : untuk menganalisis persepsi orang awam dan dokter gigi terhadap
susunan gigi anterior gigi tiruan penuh.
Bahan dan Cara : Subjek penelitian terdiri dari 37 orang awam dan 37 orang dokter
gigi. Pasien terdiri dari 1 orang pria dan 1 orang wanita. Masing-masing pasien
dibuatkan gigi tiruan malam dengan 3 susunan gigi anterior yang berbeda. Dibuat
foto pasien yang sedang memakai gigi tiruan malam tersebut saat tersenyum lebar,
sehingga didapat 3 foto untuk masing-masing pasien. Subjek penelitian diminta
untuk menjawab kuesioner berdasarkan foto-foto pasien yang diamatinya. Jenis
penelitian ini adalah penelitian analitik observasional cross sectional. Penelitian ini
dianalisis dengan uji tes Kappa.
Hasil : Terdapat persamaan persepsi antara orang awam dan dokter gigi. Pada
foto pasien pria, orang awam dan dokter gigi memilih susunan gigi anterior tipe
maskulin, demikian pula pilihan pada foto pasien wanita.
Kesimpulan : Tipe maskulin merupakan tipe susunan gigi anterior yang dipilih
untuk pasien pria dan wanita berdasarkan persepsi orang awam dan dokter gigi.

ABSTRACT
Introduction : Complete denture is aesthetically influenced by the selection of
anterior teeth. In addition, the arrangement of the anterior teeth are factors that
create aesthetic effects. There are various types of anterior tooth arrangement.
Dentogenic theory described masculin type for male and feminin type for female,
beside those, there are denture type. There is no rule that states what type is the
most aesthetic.
Aesthetic perception of each person will vary. In making the denture, the
dentist and the patient may have a different perception. At least, the esthetic effect of
the dentures provides an appearance similar to natural teeth and acceptable with the
wearer's face. There are many arrangement of the anterior teeth and the perception
of each individual that can be different. The determination of the aesthetic in the
fabrication of complete denture facing a challenge.
Aim : to analyze perception of dentists and patients about the anterior teeth
arrangement of complete denture.
Material and method : Subjects were 37 patients and 37 dentists. Models
consisted of 1 male and 1 female. Three different anterior teeth arrangement of wax
trial denture was made for each patient. Photograph was made to the patient with
each wax trial denture while they in a big smile, so 3 pictures were made for each
patient. Subjects were asked to answer the questionnaire based on the photographs
observeation. This was cross sectional analytic study and analized by Kappa test
Result : There is a similarity perception among patients and dentists. In the
photograph of male model, patients and dentists choose anterior tooth arrangement
of masculine types, as well as the photograph of female patients.
Conclusion : The masculine type of anterior teeth arrangement were selected for
male and female patients based on patients and dentists perceptions."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nova Adrian
"Tujuan : Tujuan penelitian ini untuk mengetahui distribusi warna yang umum diperoleh pada pasien dengan menggunakan spektrofotometer berdasarkan faktor usia dan mengetahui apakah terdapat persamaan antara persepsi pasien dan operator.
Latar Belakang : Perubahan warna (diskolorisasi) merupakan salah satu masalah dalam estetika pada perawatan prostodontik. Faktor yang menghambat adalah tidak adanya warna gigi tersebut pada shade guide. Ketidaksempurnaan shade guide menyebabkan tidak konsistennya pemilihan warna dan adanya perbedaan persepsi antara operator dan pasien. Pemilihan warna dengan cara digital dapat dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer dapat membantu mengatasi masalah. Faktor usia menjadi salah satu pertimbangan dalam penentuan warna gigi.
Metode : Observasi dilakukan pada 140 subyek yang terdiri dari kelompok usia berbeda untuk melihat distribusi warna gigi dengan menggunakan spektrofotometer dan shade guide. Operator dan pasien melakukan penentuan warna gigi untuk mengetahui adanya persamaan persepsi diantara keduanya dengan menggunakan shade guide.
Hasil : Hasil uji bivariat korelasi lambda adalah p > 0,05 sehingga menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara usia dan penentuan warna gigi dengan menggunakan spektofotometer namun terdapat kecenderungan makin tua usia seseorang maka warna gigi cenderung gelap. Hasil uji bivariat korelasi lambda pada persepsi pasien dan operator adalah p > 0,05 sehingga menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara persepsi pasien dan operator.
Kesimpulan : Adanya distribusi penentuan warna yang berbeda antara spektrofotometer dan shade guide. Tidak terdapat hubungan bermakna antara usia dan penentuan warna gigi dengan menggunakan spektofotometer namun terdapat kecenderungan makin tua usia seseorang maka warna gigi cenderung gelap. Terdapat perbedaan persepsi antara pasien dan operator dalam penentuan warna.

Purpose : The purpose of this study was to identify the most frequent patient?s colour of teeth by make use of spectrophotometer in base of age and identify differences in perception of operator and patient.
Background : Discolorisation was an esthetic problems in prosthodontics treatment. The incompleted shade guide range in colour be capable inaccuracy of taking place by selection colour of teeth. Selection the colour of teeth digitaly defend utilize by spectrophotometer. Age preserve consideration within shade determination.
Method : Identify 140 subject with dissimilar age range to recognize distribution the colour of teeth. Operator and patient select the shade of teeth to recognize dissimilar perception between operator and patient.
Result : The result of bivariat lambda correlation test was p > 0,05 consequently age and color determination used the spektofotometer had no a correlation however there was inclined to increasingly age has more dark shade. The result of bivariat lambda correlation test was p > 0,05 as a result color determination perception between patient and operator had no a correlation.
Conclution : Difference distribution color determination was shown between spektofotometer and shade guide. Age and color determination used the spektofotometer had no a correlation however there was inclined to increasingly age has more dark shade. Patient and operator had different perception of color determination.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T40821
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library