Pertumbuhan penggunaan internet mendorong proses digitalisasi dan peningkatan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Perkembangan ini menghadirkan berbagai inovasi dan pengembangan di berbagai sektor, salah satunya adalah pendidikan. Hasil inovasi teknologi informasi di bidang pendidikan memberikan stimulus pengadopsian e-learning sebagai jawaban untuk metode pembelajaran berbasis jarak jauh. Berdasarkan survei yang sudah dilakukan sebelumnya, ditemukan bahwa sebanyak 65% dari fakultas ternama di dunia telah menggunakan sumber daya pembelajaran dalam bentuk open source dalam proses pembelajaran mereka. Kehadiran e-learning pada lembaga pendidikan tinggi memiliki potensi yang besar, khususnya pada peserta didik. E-learning merupakan metode pembelajaran yang banyak memberikan solusi pada kendala-kendala yang terjadi pada rumpun Sains dan Teknologi atau biasa disebut dengan SAINTEK. Pengenalan dan pengembangan e-learning pada institusi pendidikan tinggi banyak membahas mengenai bagaimana proses pendidikan harus dilakukan dan hal-hal apa saja yang mendukung prosesnya. Penelitian ini dilakukan untuk dapat mengetahui faktor apa yang berpengaruh untuk meningkatkan manfaat yang dirasakan dalam penggunaan sistem e-learning. Responden penelitian ini merupakan mahasiswa rumpun sains dan teknologi dari Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan model Evaluating E-learning System dan diolah menggunakan Metode PLS-SEM. Faktor yang diperoleh dari penelitian kemudian dikembangkan menggunakan relational matrix untuk dapat memberikan rekomendasi pengembangan sistem e-learning kepada stakeholder terkait.
The growth in the use of the internet is driving the process of digitization and increasing the development of Information and Communication Technology. This development presents various innovations and developments in various sectors, one of which is education. The results of information technology innovation in education provide a stimulus for the adoption of e-learning as an answer to distance-based learning methods. Based on a recent survey, it was found that as many as 65% of the worlds leading faculties have used learning resources in the form of open source in their learning process. The presence of e-learning in higher education institutions has great potential, especially for students. E-learning is a learning method that provides many solutions to the constraints that occur in the Science and Technology academic cluster. The introduction and development of e-learning in higher education institutions discuss a lot about how the education process should be carried out and what things support the process. This research was conducted to find out what factors influence to increase the perceived benefits in the use of e-learning systems. The respondents of this study were students of the science and technology group from the University of Indonesia. This study uses the Evaluating E-learning System model and calculation method using the PLS-SEM Method. Factors obtained from the study were then developed using a relational matrix to be able to provide recommendations for the development of e-learning systems to relevant stakeholders.
Indonesia secara geografis merupakan negara yang rentan terhadap bencana alam yakni termasuk DKI Jakarta. Dari tahun 2015 sampai 2020, 80% bencana alam yang dialami di DKI Jakarta adalah Banjir. 57 Kelurahan dan 23 Kecamatan dari DKI Jakarta rentan akan banjir. Sebagai tindakan pencegahan ada 4 fase dalam manajemen bencana alam. Logistik Kemanusiaan bermain peran yang krusial. Hal ini terdiri dari perencanaan, implementasi, sertal mengontrol biaya yang efektif dan efisien untuk aliran suplai, material, dan informasi terkait yang dimana memenuhi kebutuhan orang evakuasi di tempat pengungsi (Contoh: makanan dan minuman). Dalam memenuhi logistic kemanusiaan, ada beberapa ketidakpastian seperti, hal ini disebabkan karena bencana alam seperti banjir bersifat stokastik. Karena sifat tersebut, perencanaan harus dilakukan jauh sebelum terjadinya bencana. Salah satu caranya adalah dengan melakukan meng-alokasi suplai dalam depot sebelum terjadinya bencana, sehingga dapat didistribusikan ketika bencana terjadi. Pihak berwenang memiliki kewajiban dalam memunhi kebutuhan dengan tantangan sumber daya yang terbatas. Dalam penelitian ini, sang penulis ingin melakukan optimasi dalam pengalokasian suplai menggunakan pemrograman stokastik dan Sample Average Approximation. Hal ini dilaksanakan dengan meminimalkan biaya terkait dalam alokasi suplai yang ditaruh pra-bencana. Selain menunjukan hasil total biaya yang terminimalisir, hasil dari modelnya adalah rute kendaraan dalam memindahkan produk ke korban bencana serta pengalokasian jumlah produk di setiap depot.
Indonesia is a country that is considered as prone disaster which includes its capital city DKI Jakarta. From 2015 to 2020, 80% of disasters faced by DKI Jakarta were flood with 57 of its villages and 23 of its sub-districts are prone to it. As an act of precaution, there are 4 phases in disaster management with humanitarian logistics playing as its crucial role. Humanitarian Logistics plans, implements, and controls the cost-effective and efficient flow of goods, materials, and related information which includes fulfilling basic needs of people in shelters (example: food and drink). In fulfilling Humanitarian logistics there are several uncertainties, since flood occurs stochastically which means the occurrence and the impacts are not exactly known. Due to the stochasticity of the disaster, planning is done before its occurrence. One way is by pre-positioning supplies in depot which will be distributed during the disaster. The authorities need to be able to plan in fulfilling demand while being constrained by limited amount of resources. In this research, the author would like to optimize the allocation of Prepositioned supply using Stochastic Programming and Sample Average Approximation. It is done by minimizing the cost related to managing prepositioned supply. Aside from showing the minimum amount of cost, the optimization model produces the route of transportation in transferring the product from the depot to shelter while also allocating the supplies in every depot.